2. Tujuan Penelitian Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Peringkat Obligasi (Studi kasus pada Obligasi sektor non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011
4 kupon yang ditawarkan biasanya menjadi alasan utama menariknya obligasi
korporasi, dimana risiko seperti default dan kurang likuid biasanya bisa diminimalisir dengan terlebih dahulu mengamati perusahaan penerbit
obligasi yang bersangkutan melalui laporan keuangan, rating, ataupun perdagangan obligasinya selama ini www.fileinvestasi.com.
Setiap obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan memeroleh rating peringkat tertentu dalam menetukan mampu tidaknya emiten obligasi
membayar kewajibannya, para investor berpatokan pada hasil peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat rating agency yang ada.
Beberapa lembaga pemeringkat yang ada di dunia misalnya Moody’s
Investor Service, Standard Poor’s Corporation, Duff Phelps, Fitch Investor Service, dll Hasnawati dan Dirja, 2008:256.
Sedangkan di Indonesia terdapat dua lembaga pemeringkat utang, yaitu PT Pemeringkat Efek Indonesia PEFINDO dan PT Kasnic Credit
Rating Indonesia. Peringkat obligasi diperbarui secara reguler untuk mencerminkan perubahan signifikan dari kinerja keuangan dan bisnis
perusahaan. Perubahan peringkat memiliki pengaruh signifikan pada aktivitas investasi dan pendanaan masa depan perusahaan serta profil resiko
dan kinerja masa depannya. Oleh karena ada pengaruh yang signifikan, maka investor akan menyesuaikan strategi investasi mereka sesuai dengan
perubahan peringkat Magreta dan Nurmayanti, 2009:144. Peringkat Obligasi merupakan skala resiko dari semua obligasi
yang diperdagangkan. Skala tersebut menunjukkan tingkat keamanan suatu
5 obligasi bagi investor. Keamanan ini ditunjukkan oleh kemampuan emiten
sebagai penerbit obligasi dalam membayar bunga dan pelunasan pokok obligasi pada akhir masa jatuh temponya. Peringkat obligasi penting karena
memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas kegagalan hutang perusahaan Altman and Nammacher dalam
Raharja dan Maylia, 2008:213. Selain itu dengan adanya pemeringkatan obligasi oleh agen pemeringkat maka investor dapat memperhitungkan
return yang akan diperoleh dan resiko yang ditanggung. Secara umum obligasi dibagi menjadi dalam dua peringkat yaitu investment grade AAA,
AA, A, BBB dan non-invesment grade BB, B, CCC, dan D. Investor obligasi memerlukan informasi yang dapat dijadikan
acuan dalam mengkomunikasikan keputusan investasinya, sehingga informasi keuangan suatu entitas bisnis yang berkualitas sangat diperlukan
sebagai pertanggung jawaban atas pengelolaan dana yang ditanamkan. informasi peringkat obligasi bertujuan untuk menilai kualitas kredit dan
kinerja dari perusahaan penerbit. Peringkat ini dinilai sangat penting bagi investor karena dapat dimanfaatkan untuk memutuskan apakah obligasi
tersebut layak untuk dijadikan investasi serta mengetahui tingkat resikonya. Peringkat obligasi penting karena memberikan pernyataan yang
informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas default hutang perusahaan. Peringkat hutang juga berfungsi membantu kebijakan publik
untuk membatasi investasi spekulatif para investor institusional seperti
6 bank, perusahaan asuransi, dan dana pensiun. Kualitas suatu obligasi dapat
dimonitor dari informasi peringkatnya. Fenomena peringkat obligasi dapat dilihat pada kasus salah satu
emiten Mobile 8 Telekom, Tbk. Perusahaan operator telekomunikasi pemilik merek dagang Fren ini gagal memenuhi tenggat waktu pembelian
kembali buy back obligasi senilai 100 juta dollar AS. Pada saat bersamaan, Fren juga harus menambah jaminan obligasi rupiah sebesar Rp 675 miliar.
Dokumen penerbitan obligasi rupiah Fren pada Maret 2007 mencantumkan klausul yang mewajibkan Fren menambah jaminan dari 110
persen menjadi 130 persen dari pokok obligasi jika peringkat obligasi yang jatuh tempo pada Maret 2012 itu turun hingga di bawah BBB.
Pada 3 Desember 2008 Pemeringkat Efek Indonesia Pefindo menurunkan peringkat obligasi rupiah Fren dari BBB- menjadi CCC.
Pefindo menurunkan peringkat surat utang Fren akibat imbas potensi gagal bayar atau default obligasi dollar. Itu berarti, sesuai klausul tadi, Fren harus
menambah nilai jaminan sebanyak Rp 135 miliar atau setara 20 persen dari pokok obligasi senilai Rp 675 miliar. Fren berniat merestrukturisasi surat
utang itu tanpa merinci skemanya. Fren menempuh langkah itu karena tak punya uang banyak. Hingga akhir September lalu, mereka hanya punya kas
dan setara kas senilai Rp 160,17 miliar. Investasi jangka pendeknya juga cuma Rp 521,16 miliar www.lipsus.kompas.com.
Oleh karena itu, seorang pemilik modal yang berminat membeli obligasi, sudah seharusnya memperhatikan peringkat obligasi karena
7 peringkat tersebut memberikan informasi dan memberikan signal tentang
probabilitas kegagalan hutang suatu perusahaan. Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Untuk
melakukan investasi pada obligasi, selain diperlukan dana yang cukup, pemilik modal juga memerlukan pengetahuan yang cukup tentang obligasi
serta diikuti dengan naluri bisnis yang baik untuk bisa menganalisis atau memperkirakan faktor-faktor yang bisa mempengaruhi investasi pada
obligasi Almilia dan Devi, 2007:1. Leverage merupakan rasio keuangan yang menunjukkan proporsi
penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan
utang dalam membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100 Saharul dan Nizar,
2000 dalam Arif, 37 : 2011 . Semakin tinggi rasio ini berarti sebagian besar aset didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan
dihadapkan pada default risk atau peringkat obligasi yang rendah. Salah satu indikator penting diperhatikan untuk menilai peringkat
obligasi di masa datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk
mengetahui investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan
investor, salah satunya dengan menggunakan ROA Tandelilin, 2001 dalam Luky dan Sumarto, 2010:166. Pengukuran dari profitabilitas yang
8 diinterpretasikan dengan ROA memberikan pandangan manajemen untuk
mengendalikan pengeluaran secara efektif. Dengan demikian perusahaan diharapkan memperoleh rating yang baik untuk meningkatkan profil
perusahaan dan mengamankan bisnis baru mereka dimasa mendatang. Rasio solvabilitas cenderung secara signifikan berpengaruh positif
terhadap peringkat obligasi Horrigan,1966. Solvabilitas merupakan rasio kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo.
Purwaningsih, 2008:92. Berdasarkan jaminan, obligasi dikelompokkan menjadi obligasi
yang dijamin dan obligasi yang tidak dijamin debenture. Menurut Brister 1994 dalam Widya, 2005 menyatakan bahwa investor lebih menyukai
obligasi yang aman dibanding debenture dikarenakan untuk mengurangi risiko default obligasi. Menurut Rahardjo 2004:10 obligasi yang
memberikan jaminan berbentuk aset perusahaan akan lebih mempunyai daya tarik bagi calon pembeli obligasi tersebut.
Terdapat beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi peringkat obligasi. Diantaranya penelitian yang dilakukan
oleh Penelitian yang dilakukan Raharja dan Maylia 2008 tentang “Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi”
menyatakan bahwa sebanyak lima rasio keuangan leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan produktivitas yang diuji, didapatkan hasil
bahwa kelima rasio-rasio keuangan tersebut berbeda antara perusahaan yang peringkat obligasinya masuk investment grade dan non investment grade.
9 Kemampuan rasio keuangan untuk memprediksi peringkat obligasi
investment grade dan non investment grade ditunjukkan oleh hasil pengujian dengan menggunakan MDA Multiple Discriminant Analysis.
Dari uji diskriminan tersebut terdapat empat variabel rasio keuangan yang dapat membentuk model prediksi. Keempat variabel rasio keuangan tersebut
berasal dari rasio leverage dengan proksi long term liabilities total assets; rasio likuiditas dengan proksi current assetcurrent liabilities; rasio
solvabilitas dengan proksi cash flow from operating total liabilities; rasio profitabilitas dengan proksi operating income sales; dan rasio produktivitas
dengan proksi sales total assets. Tingkat ketepatan yang diperoleh dalam memprediksi peringkat obligasi dengan dua kategori mencapai 96,2
dengan nilai Zcu sebesar 2,113. Dengan demikian model prediksi tersebut diatas dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi khusunya bagi
perusahaan manufaktur di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Sumarto 2010
tentang “Memprediksi Tingkat Obligasi Perusahaan Manufaktur yang
Listing di BEI ” menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa
profitabilitas tidak signifikan terhadap peringkat obligasi. Likuiditas dapat berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. Artinya rasio
tersebut mampu digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi dimasa mendatang. Ukuran perusahaan size tidak signifikan terhadap peringkat
obligasi. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara umur obligasi maturity dalam memprediksi peringkat obligasi.
10 Penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti 2009
tentang “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi yang
ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi ” menyatakan bahwa hasil
uji hipotesis satu menunjukkan bahwa profitabilitas dan produktivitas berpengaruh terhadap peringkat obligasi sedangkan ukuran perusahaan
size, likuiditas, leverage tidak berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi seluruh perusahaan yang terdaftar di PEFINDO kecuali perusahaan
yang bergerak dalam sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Peringkat obligasi merupakan salah satu acuan bagi investor ketika
akan memutuskan membeli obligasi Manurung et al., 2009. Oleh karena itu, beberapa faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menjadi perlu
untuk diteliti. Penelitian Manurung et al. 2008 menemukan bahwa ROA berpengruh terhadap peringkat obligasi, tetapi untuk variabel leverage
DER tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Variabel profitabilitas ROA dalam penelitian Susilowati dan Sumarto 2010 menyatakan tidak
berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti 2009 dan
Manurung et al. 2008. Variabel Jaminan dalam penelitian Enny dan Daldjono 2010 dan Spica dan Devi 2007 tidak berpengaruh terhadap
peringkat obligasi hal ini tidak sesuai dengan penelitian Rahmawati 2005 menunjukkan bahwa jaminan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Mengingat banyaknya proksi rasio keuangan yang digunakan, maka tidak semua rasio keuangan yang digunakan peneliti terdahulu digunakan.
11 Penelitian ini hanya memfokuskan rasio keuangan yang menujukkan
beberapa ketidak konsistenan hasil temuan antarpeneliti sebelumnya seperti leverage, profitabilitas, solvabilitas.
Ketidak konsistenan faktor-faktor yang memengaruhi peringkat obligasi ini mendorong peneliti untuk melakukan verifikasi ulang atau
keterkaitan hubungan rasio leverage, profitabilitas, solvabilitas, dan jaminan terhadap peringkat obligasi. Namun terdapat sedikit perbedaan dari
penelitian sebelumnya yaitu dari kriteria pengambilan sampel yang berasal dari obligasi perusahaan non keuangan telekomunikasi, konstruksi,
properti, makanan dan minuman, pulp and paper, dan lain sebagainya yang di peringkat oleh PT Pefindo dan terus beredar secara kontinyu selama
periode penelitian tahun 2008 - 2011. Peneliti memilih sektor non keuangan karena merupakan sektor yang paling dominan di Indonesia dan paling
banyak terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan kondisi dan kenyataan di atas maka penulis tertarik
untuk mencoba mengkaji dan menuangkannya ke dalam suatu karya ilmiah berbentuk skripsi yang diberi judul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI.
12