Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

OBLIGASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

TITIN ANGGREINI PARINDURI 100521101

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Titin Anggreini Parinduri

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh leverage, profitabilitas, likuiditas, dan umur obligasi terhadap peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO periode tahun 2009 hingga tahun 2012. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan manufaktur. Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan metode penyampelan bersasaran (purposive sampling), sedangkan metode analisis yang digunakan adalah analisis Regresi Logistik.

Penelitian ini menghasilkan bahwa leverage, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Hal ini menunjukkan bahwa

leverage, profitabilitas dan likuiditas dapat mempengaruhi baik dan buruknya peringkat obligasi perusahaan manufaktur. Sedangkan umur obligasi tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hal ini berarti tinggi atau rendahnya variabel-variabel tersebut tidak berdampak pada baik dan buruknya peringkat obligasi perusahaan khususnya perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan rujukan bagi perusahaan dalam meningkatkan peringkat obligasi yaitu dengan cara memperbaiki kinerja perusahaan dan pembayaran hutang yang tepat waktu, sedangkan bagi investor bisa dijadikan sebagai pertimbangan untuk melakukan investasi obligasi, serta bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan untuk memberikan acuan dan gambaran awal mengenai peringkat obligasi.


(3)

ABSTRACT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Titin Anggreini Parinduri

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

This study aims to determine the effect of leverage, profitability, liquidity, and the maturity of bonds in the bond rating to manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange and is registered in the ratings of bonds issued by PT. PEFINDO period 2009 to 2012. In this study the sample were 10 manufacturing firms. The sampling technique is determined using targeted sampling (purposive sampling), whereas the method of analysis used logistic regression analysis.

This research result that leverage, profitability, likuidity positive effect on bond ratings. This shows that the leverage, profitability, likuidity can affect the good and bad bond rating companies manufacturing. While the bond maturityhas no effect on bond ratings. This means high or low level of these variables did not affect the good and bad bond rating companies, especially manufacturing firms in Indonesia Stock Exchange.

The results of this study is expected to be a reference for the company to increase the bond rating that is by improving corporate performance and debt payments on time, while for investors can be made as consideration for investing in bonds, and for the next researcher can be used to provide reference and initial description on bond ratings.


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya skripsi dengan judul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi S-1 di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga tercinta, Papa (Ir. H.Mohd Amin Parinduri), Mama (dr. H.Marliana Lubis, MKT), dan adik (Manda dan Rozy) yang tidak pernah berhenti untuk selalu memberikan kasih sayangnya, doa, dan dukungan untuk terus maju serta tidak pernah menyerah. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si., dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME, dan Ibu Marhayanie, SE, M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahyunan, SE, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan berupa saran, kritik dan evaluasi yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi yang diajukan.


(5)

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME, selaku dosen pembaca penilai yang telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Romi Aji Setiawan SE, seseorang yang sangat spesial bagi penulis yang selalu memberikan semangat, dukungan dan menjadi pendengar yang baik. 7. Sahabat-sahabatku Manajemen 2010 yaitu Rizka, Siska, Devi, Amel, dan

Rahmad, tempat bertukar pikiran dan juga memberikan doa dan dukungan. 8. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang

telah mendidik dengan ilmu pengetahuan,

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis sebagai manusia, sehingga penulis menerima masukan dan saran dari semua pihak yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Agustus 2013 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Uraian Teoritis ... 9

2.1.1 Pengertian Obligasi ... 9

2.1.2 Manfaat Obligasi ... 11

2.1.3 Kelemahan Obligasi ... 11

2.1.4 Jenis-jenis Obligasi ... 13

2.1.5 Penerbit Obligasi ... 18

2.1.6 Peringkat Obligasi ... 18

2.1.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi ... 20

2.1.8 Risiko Investasi Obligasi ... 21

2.1.9 Rasio Keuangan ... 24

2.1.10 Faktor Non Keuangan ... 27

2.2 Penelitian Terdahulu ... 28

2.3 Kerangka Konseptual ... 31

2.4 Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

3.3 Batasan Operasional ... 35

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 36

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 38

3.6 Populasi dan Sampel ... 39

3.7 Jenis Data ... 40

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.9 Teknik Analisis Data ... 41

3.9.1 Menilai Kelayakan Model Regresi ... 41

3.9.2 Menilai Keseluruhan Model ... 42

3.9.3 Nilai Nagel Karke (R2) ... 42


(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 44

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 44

4.2 Teknik Analisis Data ... 54

4.2.1 Menilai Kelayakan Model Regresi ... 55

4.2.2 Menilai Keseluruhan Model ... 55

4.2.3 Nilai Nagel Kerke ... 56

4.3 Uji Hipotesis ... 56

4.4 Interpretasi Hasil ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 68


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Data Leverage, Profitabilitas, Likuiditas dan Maturity

PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk ... 3 1.2 Data Leverage, Profitabilitas, Likuiditas dan Maturity

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk ... 4 2.1 Peringkat Obligasi Berdasarkan PEFINDO ... .. 19 2.2 Penelitian Terdahulu ... 30 3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Pemilihan Sampel .... 39 3.2 Nama-nama Sampel Perusahaan ... 40 4.1 Hosmer dan Lemeshow Test ... 55 4.2 Nagel Kerke ... 56 4.3 Uji Hipotesis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 33


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman 1 Data Leverage Perusahaan Manufaktur Yang

Terdatar di Bursa Efek Indonesia ... 68 2 Data ProfitabilitasPerusahaan Manufaktur Yang

Terdatar di Bursa Efek Indonesia ... 68 3 Data Likuiditas Perusahaan Manufaktur Yang

Terdatar di Bursa Efek Indonesia ... 69 4 Data Umur Obligasi Perusahaan Manufaktur Yang

Terdatar di Bursa Efek Indonesia ... 69 5 Output SPSS Versi 17.00 Pada Regresi Logistik ... 70


(11)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Titin Anggreini Parinduri

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh leverage, profitabilitas, likuiditas, dan umur obligasi terhadap peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO periode tahun 2009 hingga tahun 2012. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan manufaktur. Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan metode penyampelan bersasaran (purposive sampling), sedangkan metode analisis yang digunakan adalah analisis Regresi Logistik.

Penelitian ini menghasilkan bahwa leverage, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Hal ini menunjukkan bahwa

leverage, profitabilitas dan likuiditas dapat mempengaruhi baik dan buruknya peringkat obligasi perusahaan manufaktur. Sedangkan umur obligasi tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hal ini berarti tinggi atau rendahnya variabel-variabel tersebut tidak berdampak pada baik dan buruknya peringkat obligasi perusahaan khususnya perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan rujukan bagi perusahaan dalam meningkatkan peringkat obligasi yaitu dengan cara memperbaiki kinerja perusahaan dan pembayaran hutang yang tepat waktu, sedangkan bagi investor bisa dijadikan sebagai pertimbangan untuk melakukan investasi obligasi, serta bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan untuk memberikan acuan dan gambaran awal mengenai peringkat obligasi.


(12)

ABSTRACT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Titin Anggreini Parinduri

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

This study aims to determine the effect of leverage, profitability, liquidity, and the maturity of bonds in the bond rating to manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange and is registered in the ratings of bonds issued by PT. PEFINDO period 2009 to 2012. In this study the sample were 10 manufacturing firms. The sampling technique is determined using targeted sampling (purposive sampling), whereas the method of analysis used logistic regression analysis.

This research result that leverage, profitability, likuidity positive effect on bond ratings. This shows that the leverage, profitability, likuidity can affect the good and bad bond rating companies manufacturing. While the bond maturityhas no effect on bond ratings. This means high or low level of these variables did not affect the good and bad bond rating companies, especially manufacturing firms in Indonesia Stock Exchange.

The results of this study is expected to be a reference for the company to increase the bond rating that is by improving corporate performance and debt payments on time, while for investors can be made as consideration for investing in bonds, and for the next researcher can be used to provide reference and initial description on bond ratings.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang (obligasi), ekuitas (saham), instrumen derivative maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lainnya dan sarana bagi kegiatan berinvestasi (Darmadji, 2001: 1).

Investasi obligasi merupakan salah satu investasi yang diminati oleh pemodal. Hal ini dikarenakan obligasi memiliki pendapatan yang bersifat tetap. Pendapatan tetap tersebut diperoleh dari bunga yang akan diterima secara periodik dan pokok obligasi pada saat jatuh tempo. Bagi emiten, obligasi merupakan sekuritas yang aman karena biaya emisinya lebih murah daripada saham. Selain itu penerbitan obligasi juga untuk menghindari penilaian jelek investor dibandingkan jika perusahaan menerbitkan saham baru (Husnan, 2000: 187).

Seorang pemilik modal (investor) yang berminat membeli obligasi, sudah seharusnya memperhatikan peringkat obligasi karena peringkat tersebut memberikan informasi dan memberikan sinyal tentang probabilitas kegagalan hutang suatu perusahaan. Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Untuk melakukan investasi pada obligasi, selain diperlukan dana yang cukup, pemilik modal juga memerlukan pengetahuan yang cukup tentang obligasi serta diikuti dengan naluri bisnis yang baik untuk bisa


(14)

menganalisis atau memperkirakan faktor-faktor yang bisa mempengaruhi investasi pada obligasi.

Sebelum ditawarkan, obligasi harus diperingkatkan oleh suatu lembaga atau agen pemeringkat obligasi (rating agency). Agen pemeringkat obligasi adalah lembaga independen yang memberikan informasi pemeringkatan skala risiko, dimana salah satunya adalah sekuritas obligasi sebagai petunjuk sejauh mana keamanan suatu obligasi bagi investor. Keamanan tersebut ditunjukkan oleh kemampuan suatu perusahaan dalam membayar bunga dan melunasi pokok pinjaman. Sehingga pemodal bisa menggunakan jasa agen pemeringkat obligasi tersebut untuk mendapatkan informasi mengenai peringkat obligasi. Proses peringkatan ini dilakukan untuk menilai kinerja perusahaan, sehingga rating agency dapat menyatakan layak atau tidaknya obligasi tersebut diinvestasikan.

Kualitas suatu obligasi dapat dimonitor dari informasi peringkatnya. Sejak tahun 1995, surat utang khususnya yang diterbitkan melalui penawaran umum wajib untuk diperingkat oleh lembaga pemeringkat yang terdaftar di Bapepam. Di Indonesia terdapat dua lembaga pemeringkat sekuritas utang, yaitu PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT Kasnic Credit Rating Indonesia. Namun dalam penelitian sekarang lebih mengacu pada PEFINDO. Aspek penilaian obligasi yang dilakukan PEFINDO berdasarkan pada 3 aspek, namun belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai aspek mana yang lebih diutamakan dalam pemeringkatan. Tujuan penelitian ini adalah menguji salah satu aspek yang digunakan PEFINDO dalam penilaian, yaitu aspek keuangan. Aspek keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan variabel


(15)

profitabilitas, likuiditas, dan leverage. Alasan dipilihnya variabel-variabel tersebut adalah karena variabel tersebut sering digunakan investor dalam mengukur atau menilai kinerja perusahaan.

Terdapat beberapa kejadian yang menimbulkan suatu pertanyaan tentang peringkat obligasi yang dinilai oleh agen pemeringkat di Indonesia akurat. Contohnya pada peringkat obligasi Bank Global pada Desember tahun 2004, peringkat obligasi dinilai oleh agen pemeringkat Kasnic dengan A-, kemudian dengan pengumuman Bank Indonesia bahwa izin Bank Global dibekukan peringkat obligasi tersebut diturunkan menjadi D (default). Salah satu alasan peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat tersebut bias karena agen pemeringkat tidak melakukan monitor terhadap kinerja perusahaan setiap hari, dan agen pemeringkat hanya menilai dari terjadinya suatu peristiwa. Selain itu tidak terdapat penjelasan lebih lanjut dari agen pemeringkat tentang laporan keuangan dan faktor non keuangan dapat digunakan dalam menentukan peringkat obligasi.

Selain kejadian tersebut, berikut ini dapat dilihat gambaran suatu data empiris mengenai hubungan variabel-variabel independen dengan peringkat obligasi di Bursa Efek Indonesia.

Tabel 1.1

Data Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, Umur Obligasi dan Peringkat Obligasi PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.

TAHUN LEVERAGE

(DER)

PROFITABILITAS (ROA)

LIKUIDITAS (CR)

UMUR OBLIGASI

PERINGKAT OBLIGASI

2009 2.628 0.0134 2.3670 5 tahun BBB

2010 2.449 0.0201 2.1934 5 tahun BBB

2011 2.462 0.0269 1.0243 5 tahun BBB

2012 2.464 0.0134 2.4078 5 tahun BBB


(16)

Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut dapat dilihat indikasi adanya fenomena gap. Pada tahun 2010 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. likuiditasnya mengalami penurunan dari pada tahun sebelumnya, leveragenya menurun, profitabilitasnya mengalami kenaikan, serta lamanya umur obligasi ternyata tidak berkaitan dengan peringkat obligasinya. Sedangkan menurut teori Bringham dan Houston, peringkat obligasi dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor, yaitu rasio keuangan dan faktor non keuangan.

Kemudian akan dibandingkan dengan rasio keuangan yang terjadi pada PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. yang merupakan perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang unggas dan pembudidayaan udang di Indonesia, serta produk pelet ekstraksi kopra untuk digunakan dalam pakan ternak. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Januari 1971. Produksi pakan ternak berlokasi di Sidoarjo dan Surabaya. Berdasarkan data yang diperoleh dari PT PEFINDO rasio keuangan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. seperti yang terlihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut:

Tabel 1.2

Data Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, Umur Obligasi dan Peringkat Obligasi PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

TAHUN LEVERAGE

(DER)

PROFITABILITAS (ROA)

LIKUIDITAS (CR)

UMUR OBLIGASI

PERINGKAT OBLIGASI

2009 1.765 0.0134 2.2154 5 tahun BBB+

2010 1.142 0.0137 2.6297 5 tahun A-

2011 1.349 0.0746 1,5860 5 tahun A

2012 1.295 0.0980 1,8234 5 tahun A


(17)

Berdasarkan Tabel 1.2 pada tahun 2011 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. likuiditasnya mengalami kenaikan daripada tahun sebelumnya, leveragenya

mengalami penurunan, profitabilitas mengalami peningkatan dan dengan umur obligasi yang singkat ternyata dapat mempengaruhi peringkat obligasinya.

Hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pemeringkatan obligasi dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang didasarkan pada laporan keuangan perusahaan, dengan anggapan bahwa laporan keuangan perusahaan lebih menggambarkan kondisi perusahaan, dan faktor non keuangan, dengan anggapan bahwa faktor non keuangan menggambarkan kondisi di luar perusahaan. Analisis laporan keuangan yang berupa analisis rasio keuangan dan perhitungan statistik dapat dipergunakan untuk mendeteksi under or overvalued suatu sekuritas (Raharja dan Sari, 2008). Penelitian terhadap rasio keuangan di Indonesia banyak dihubungkan dengan harga saham ataupun kinerja perusahaan. Sejumlah penelitian yang meneliti peringkat obligasi di Indonesia masih jarang dilakukan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan data obligasi serta pengetahuan para investor terhadap obligasi. Selain itu, Wansley et al. (1992) menyatakan bahwa sebagian besar perdagangan obligasi dilakukan melalui pasar negosiasi (over the counter market) dan secara historis tidak terdapat informasi harga yang tersedia pada saat penerbitan atau saat penjualan. Dengan tidak tersedianya informasi tersebut membuat pasar obligasi menjadi tidak semeriah pasar saham.

Ada beberapa penelitian yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi antara lain Sejati (2010), Almilia dan Devi (2007), Andry


(18)

(2005), dan Raharja dan Sari (2008). Sejati menyatakan bahwa growth

berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Almilia dan Devi (2007) mengungkapkan bahwa yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi adalah growth dan rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio. Andry (2005) menyatakan growth, sinking fund, umur obligasi dan auditor berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Raharja dan Sari (2008) mengemukakan bahwa

leverage, solvabilitas, profitabilitas, dan produktivitas mempengaruhi peringkat obligasi.

Beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi peringkat obligasi sangat bervariatif. Untuk itu penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi dengan menggunakan variabel leverage, profitabilitas, likuiditas, dan umur obligasi

(maturity) dengan periode sampel yang berbeda. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012 dan memiliki peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT PEFINDO. Peneliti memilih perusahaan manufaktur karena pada umumnya perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang paling dominan di Indonesia dan paling banyak terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis meniliti lebih lanjut kedalam penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.


(19)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah leverage berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah umur obligasi (maturity) berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh leverage terhadap peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap

peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh likuiditas terhadap peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh umur obligasi terhadap

peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menerapkan teori yang telah dipelajari dan menambah wawasan pengetahuan di bidang Manajemen Keuangan.

2. Bagi Investor

Sebagai informasi tambahan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan jika ingin berinvestasi di instrumen obligasi perusahaan manufaktur.

3. Perusahaan Manufaktur

Sebagai masukan mengenai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi peringkat obligasi yang dijual di pasar modal.

4. Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi yang dapat menjadi bahan penelitian lanjutan atau sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pengertian Obligasi

Menurut Bodie, et al., (2006: 3) obligasi merupakan sekuritas yang diterbitkan sehubungan dengan perjanjian pinjaman, pihak peminjam menerbitkan (menjual) obligasi kepada pihak pemilik dana dengan imbalan sejumlah uang; jadi obligasi tersebut merupakan surat pernyataan utang dari pihak peminjam kepada pihak pemilik dana. Menurut Moeljadi (2006: 102) obligasi adalah “kontrak jangka panjang ketika peminjam setuju untuk melakukan pembayaran bunga dan pokok peminjam pada tanggal tertentu kepada pemegang obligasi”.

Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup menarik bagi kalangan investor di pasar modal ataupun bagi perusahaan untuk mendapatkan dana bagi kepentingan perusahaan. Perkembangan obligasi mulai menunjukkan peningkatan yang berarti sebagai alat investasi dan instrumen keuangan pada periode tahun 2000. Adanya pengetatan prosedur pinjaman di lembaga perbankan menyebabkan pihak perusahaan yang sedang membutuhkan dana untuk ekspansi bisnis atau melakukan pelunasan hutangnya mulai melirik instrumen obligasi sebagai salah satu alternatif penggalangan dana. Beberapa alasan di antaranya adalah penerbitan obligasi lebih mudah dan lebih fleksibel dibandingkan melakukan prosedur pinjaman bank. Selain itu, tingkat suku bunga obligasi bisa dibuat lebih menguntungkan bagi perusahaan dibandingkan tingkat suku bunga pinjaman dari bank yang cenderung meningkat. Dalam melakukan


(22)

pembelian obligasi, investor di pasar modal itu sendiri bisa mendapatkan keuntungan, yakni mendapatkan tingkat suku bunga (kupon), selain itu bisa menghasilkan pendapatan atas kenaikan nilai nominal obligasi ke harga premium tersebut di pasar sekunder.

Untuk investor obligasi yang mempunyai pola investasi jangka pendek serta menjual obligasi sebelum jatuh tempo, pendapatan tambahan yang diperolehnya hanya berbentuk kupon serta keuntungan atau kerugian dari selisih antara harga beli obligasi tersebut dan harga pada saat menjual obligasi tersebut di pasar sekunder.

Santoso (1997) menyatakan bahwa investor yang punya sifat konservatif cenderung melakukan investasi di pasar obligasi yang cenderung lebih aman dan tidak fluktuatif. Pelaku investasi obligasi sekarang ini didominasi oleh lembaga dana pensiun, lembaga asuransi, manajer investasi pengelola reksadana yang lebih mengutamakan keamanan atas dana yang diinvestasikannya. Dalam struktur keuangan perusahaan, obligasi mempunyai urutan lebih diutamakan daripada saham untuk mendapatkan haknya apabila perusahaan melakukan likuidasi (Rahardjo, 2003).

Obligasi merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan sehubungan dengan perjanjian pinjaman. Pihak peminjam menerbitkan (menjual) obligasi kepada pihak pemilik dana dengan imbalan sejumlah uang untuk masa tertentu. Jadi, obligasi tersebut merupakan surat pernyataan utang dari pihak peminjam (Bodie, et al., 2006: 4).


(23)

2.1.2 Manfaat Obligasi

Menurut Sunariyah (2004), tingkat bunga obligasi bersifat konstan, dalam arti tidak dipengaruhi harga pasar obligasi. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima, sebab dalam kontrak perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang akan diterima pemegang obligasi. Apabila dibandingkan dengan saham, return saham sangat bervariasi, karena dividen saham sangat tergantung pada laba perusahaan. Apabila laba perusahaan turun, maka dividen juga turun, dan sebaliknya. Dari sisi lain, karena pendapatan obligasi dapat diprediksi, maka pemegang obligasi dapat membuat portofolio obligasi yang lebih baik, dibandingkan dengan portofolio saham.

Investasi obligasi dapat pula melindungi risiko pemegang obligasi dari kemungkinan terjadinya inflasi. Investasi pada perusahaan yang mempunyai risiko tinggi, sedangkan tingkat likuiditasnya bagus, pemodal dapat mengatasi masalah inflasi apabila tingkat bunga obligasi lebih tinggi daripada tingkat inflasi. Sehingga kekuatan beli (purchasing power) tidak mengalami penurunan. Oleh karena itu obligasi saat ini menjadi instrumen favorit. Obligasi dapat digunakan sebagai agunan kredit bank dan untuk membeli instrumen aktiva lain.

2.1.3 Kelemahan Obligasi

Berbagai bentuk kelemahan obligasi sangat bervariasi, tergantung pada stabilitas suatu perekonomian negara. Menurut Sunariyah (2004) beberapa kelemahan dari obligasi:

1) Tingkat bunga. Meskipun tingkat bunga konstan, harga obligasi sangat berfluktuasi. Harga obligasi sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah


(24)

atau bank sentral. Tingkat bunga pasar keuangan dangan harga obligasi mempunyai hubungan negatif, apabila harga obligasi naik maka tingkat bunga akan turun, demikian sebaliknya. Oleh karena itu, pemodal harus memperhatikan pergerakan harga obligasi agar dapat mempertimbangkan waktu beli yang menguntungkan.

2) Obligasi merupakan instrumen keuangan yang sangat konservatif, sehingga menghasilkan yield yang cukup baik, dengan risiko rendah. Misalnya, obligasi yang diterbitkan pemerintah lebih menguntungkan dibandingkan dengan obligasi yang diterbitkan perusahaan swasta. Risiko obligasi pemerintah relatif sangat rendah dibandingkan dengan obligasi perusahaan swasta. Dalam kasus tersebut, pemodal yang ingin mengoptimalkan keuntungan lebih baik melakukan investasi dalam instrumen ini, meskipun risiko cukup tinggi.

3) Tingkat likuidasi obligasi rendah. Hal ini dikarenakan pergerakan harga obligasi, khususnya apabila harga obligasi menurun. Dalam kasus tersebut pemegang obligasi akan menahan obligasinya, dan berspekulasi bahwa masa yang akan datang obligasi akan naik kembali.

4) Risiko penarikan. Apabila dalam kontrak perjanjian obligasi ada persyaratan penarikan obligasi, perusahaan dapat menarik obligasi sebelum jatuh tempo dengan membayar sejumlah premiun. Hal ini kelihatannya menguntungkan pemegang obligasi, tetapi biasanya obligasi yang diambil dijual kembali dengan tingkat bunga yang lebih rendah oleh penerbit obligasi (yang disebut


(25)

refunding). Sebagai akibatnya, pemegang obligasi belum siap untuk reinvestasi, atau dinamakan reinvestment risk.

5) Risiko kecurangan. Apabila perusahaan penerbit mempunyai masalah likuiditas dan tidak mampu melunasi kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan maka pemegang obligasi akan menderita kerugian, karena perusahaan akhirnya tidak dapat menepati janjinya. Dalam hal perusahaan penerbit bangkrut, maka obligasi menjadi sesuatu hal yang tidak mempunyai nilai.

2.1.4 Jenis-jenis Obligasi A. Berdasarkan Penerbitan

Jenis-jenis obligasi berdasarkan penerbitannya dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:

1) Obligasi Pemerintah Pusat (government bond), adalah sekuritas pemerintah yang digunakan untuk pendanaan dalam hutang pemerintah.

2) Obligasi Pemerintah Daerah (municipal bond), terdiri atas general obligation bond dan revenue bond. General obligationbond adalah jenis municipal bond yang sumber arus kasnya dari penerimaan pajak. Sedangkan revenue bond

merupakan jenis municipal bond yang membayarkan kupon maupun pokok pinjaman dari proyek yang dibiayainya.

3) Obligasi Badan Usaha Milik Negara (state owned company bond), adalah obligasi yang diterbitkan oleh BUMN untukpendanaan.

4) Obligasi Perusahaan Swasta (corporate bonds), adalah sekuritas yang mencerminkan janji dari perusahaan yang menerbitkan untuk memberikan


(26)

sejumlah pembayaran berupa pembayaran kupon dan pokok pinjaman kepada pemilik obligasi, selama jangka waktu tertentu.

B. Berdasarkan Jaminan

Jenis-jenis obligasi berdasarkan jaminannya dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:

1) Unsecured bond/debentures: obligasi tanpa jaminan. Ada dua tingkat

debentures yaitu senior dan yunior (subordinate debentures) artinya jika terjadi default, klaim yuniordipertimbangkan setelah klaim senior terpenuhi. 2) Sedangkan obligasi yang memberikan jaminan disebut indenture, berikut

jenis jenis indenture:

a) Mortgage bond: obligasi yang dijamin dengan properti. Apabila terjadi

default, pemegang obligasi (investor) berhak memperoleh properti yang dijaminkan dan menjualnya sebagai klaim atas perusahaan.

b) Collateral trust bond: obligasi yang dijamin sekuritas lain yang biasanya dimiliki oleh wali amanat (trustee), apabila sekuritas perusahaan cabang telah digunakan sebagai jaminan perusahaan pusat.

c) Equipment trust certificates: obligasi yang dijamin aset tertentu misalnya pesawat, mobil, mesin.

d) Collateralized mortgage obligations: obligasi yang dijamin pool of mortgage atau portofolio mortage-backed securities. Penghasilan kupon obligasi ini terutama disediakan oleh mortgages yang dijaminkan.


(27)

C. Berdasarkan Jenis Kupon

Jenis-jenis obligasi berdasarkan jenis kuponnya dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:

1) Fixed rate obligasi: obligasi yang memberikan tingkat kupon tetap sejak diterbitkan hingga jatuh tempo.

2) Floating rate obligasi: obligasi yang tingkat bunganya mengikuti tingkat kupon yang berlaku dipasar.

3) Mixed rate bonds: obligasi yang memberikan tingkat kupon tetap untuk periode tertentu misal 1-3 tahun dan setelah 3 tahun tingkat bunganya mengikuti tingkat bunga pasar.

D. Berdasarkan Peringkat

Jenis-jenis obligasi berdasarkan peringkatnya dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:

1) Investment grade Bonds: peringkat minimal BBB. Adalah obligasi yang layak untuk dijadikan investasi dan memiliki risiko yang tidak terlalu besar.

2) Non Invetsment grade Bonds: dengan peringkat CC atau speculative dan D atau junk bond. Adalah obligasi yang memiliki peringkat dibawah investment grade. Disebut junk karena obligasi ini lebih berisiko dari obligasi yang berkategori investment grade.

E. Berdasarkan Kupon

Jenis-jenis obligasi berdasarkan kuponnya dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:


(28)

1) Coupon Bonds: pada obligasi berkupon, penerbit berkewajiban memberikan kupon sebesar tertentu sesuai kontrak secara periodik kepada investor (lender).

2) Zero Coupon Bonds: untuk obligasi nirkupon, issuer tidak membayar kupon kepada lender. Lender hanya menerima sekali pembayaran dari issuer pada saat jatuh tempo sebesar nilai nominal. Maka obligasi nirkupon ini selalu dijual dibawah nilai nominalnya (at discount), dan keuntungan bagi investor adalah sebesar selisih antara harga beli dengan nilai nominal.

F. Berdasarkan Call Feature

Jenis-jenis obligasi berdasarkan call feature dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:

1) Freely callable bond: obligasi yang dapat ditarik kembali oleh penerbitnya setiap waktu sebelum masa jatuh tempo. Freely callable bond memberikan keuntungan penerbitnya jika tingkat bunga obligasi lebih tinggi dari tingkat bunga pinjaman (pasar).

2) Noncallable bond: setelah obligasi diterbitkan dan terjual, tidak dapat dibeli/ditarik kembali oleh penerbitnya sebelum obligasi tersebut jatuh tempo, kecuali penerbit membelinya melalui mekanisme pasar.

3) Deffered callable bond: adalah kombinasi antara freely callable bond dengan

noncallable bond. Deffered callable bond memiliki grace period yaitu masa dimana penerbit tidak boleh menarik kembali obligasinya misalnya sampai 3 tahun pertama, sesudah jangka waktu yang disetujui penerbit baru bisa membelikembali.


(29)

G. Berdasarkan Konversi

Jenis-jenis obligasi berdasarkan konversi dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:

1) Convertible bond: obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham setelah jangka waktu tertentu.

2) Non convertible bond: obligasi yang tidak dapat dikonversi menjadi saham.

H. Jenis-jenis Obligasi Lainnya

Adapun beberapa jenis-jenis obligasi lainnya dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:

1) Income bond: obligasi yang membayarkan kupon hanya jika emiten penerbitnya mendapatkan laba.

2) Guaranteed bond: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan cabang tetapi tidak dihitung oleh perusahaan induk.

3) Participating bond: obligasi yang memiliki hak menerima atas laba selain penghasilan bunga secara periodik. Participating bond = profi-sharing bond. 4) Voting bond: obligasi yang mempunyai hak suara.

5) Serial bond: obligasi yang pelunasannya berdasarkan nomor seri.

6) Inflation Index Bond atau disebut juga Treasury Inflation Protection Securites

(TIPS) adalah obligasi yang nilai nominalnya (principal) selalu disesuaikan dengan tingkat inflasiyang sedang berlaku.


(30)

2.1.5 Penerbit Obligasi

Penerbit obligasi ini sangat luas sekali, hampir setiap badan hukum dapat menerbitkan obligasi, namun peraturan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan obligasi ini sangat ketat sekali. Penggolongan penerbit obligasi biasanya terdiri atas:

1) Lembaga supranasional, seperti misalnya Bank Investasi Eropa (European Investment Bank) atau Bank Pembangunan Asia (AsianDevelopment Bank), 2) Pemerintah suatu Negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata uang

negaranya maupun obligasi pemerintah dalam denominasi valuta asing yang biasa disebut dengan obligasi internasional (sovereign bond),

3) Sub-sovereign, propinsi, Negara atau otoritas daerah. Di Amerika dikenal sebagai obligasi daerah (municipal bond). Di Indonesia dikenal sebagai Surat Utang Negara (SUN),

4) Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa juga disebut agency bond, atau

agencies.

5) Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta.

6) Special purpose vehicle adalah perusahaan yang didirikan dengan suatu tujuan khusus guna menguasai aset tertentu yang ditujukan guna penerbitan suatu obligasi yang biasa disebut Efek Beragun Efek.

2.1.6 Peringkat Obligasi

Peringkat obligasi merupakan peringkat yang menyatakan mutu obligasi yang mencerminkan kemungkinan gagal bayar (Bringham dan Houston, 2006:


(31)

373) yang disebut dengan risiko kredit. Peringkat obligasi berdasarkan definisi Peringkat PEFINDO adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Peringkat Obligasi Berdasarkan PEFINDO

Sumber : PT PEFINDO, 2013

Dari peringkat idAA ke idB dapat dimodifikasi dengan penambahan tanda plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatif dari kategori dalam peringkat, atau disebut sebagai rating outlook. Rating obligasi dengan tanda

Peringkat Keterangan

AAA Efek utang yang peringkatnya paling tinggi dan beresiko paling rendah yang didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian.

AA Efek utang yang memiliki kualitas kredit sedikitdibawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan entitas Indonesia lainnya. Dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan.

A Efek utang yang beresiko investasi rendah dan memiliki kemampuan dukungan obligor yang kuat dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financialnya sesuai dengan perjanjian namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan.

BBB Efek utang yang beresiko investasi cukup rendah didukung oleh kemampuan obligor yang memadai, relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financialnya sesuai dengan perjanjian namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.

BB Efek utang yang menunjukkan dukungan kemampuan obligor yang agak lemah relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan. B Efek utang yang menunjukkan parameter perlindungan yang sangat

lemah. Walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan tersebut untuk memenuhi kewajiban financialnya.

CCC Efek utang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban financialnya serta hanya bergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.

D Efek utang yang gagal bayar, atau gagal memenuhi kewajiban, terjadi secara otomatis kepada kewajiban non-payment yang pertama kali.


(32)

positif (+) menandakan rating tersebut dapat ditingkatkan, sedangkan rating obligasi dengan tanda negatif (-) menandakan rating tersebut dapat diturunkan. Tetapi rating dengan tanda negatif (-) nilainya lebih rendah dari rating tanpa tanda dan rating dengan tanda positif (+). Sebaliknya, rating dengan tanda positif (+) nilainnya lebih tinggi dari rating tanpa tanda dan rating dengan tanda negatif (-).

2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi

Rating obligasi membantu investor dalam penilaian hutang dan risiko kegagalan (default risk) dari obligasi. Peringkat obligasi mencoba mengukur adanya risiko kegagalan berupa ketidakmampuan emiten sebagai penghutang dalam membayar bunga selama umur obligasi dan pelunasannya pada jatuh temponya. Faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut Bringham dan Houston adalah sebagai berikut:

1) Berbagai macam risiko rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current ratio, profitability dan fixed charge coverageratio. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating tersebut.

2) Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating pun akan membaik.

3) Kedudukan obligasi dengan jenis hutang lain. Apabila kedudukan obligasi lebih rendah dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya.

4) Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat.


(33)

5) Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit setiap bulan).

6) Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil.

7) Stabilitas laba dan penjualan emiten.

8) Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten. 9) Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk.

10) Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas.

2.1.8 Risiko Investasi Obligasi

Obligasi berdasarkan sudut pandang investor, merupakan suatu aset (finansial aset), yaitu: suatu sekuritas yang dapat memberikan pendapatan tetap sehingga dianggap berbobot risiko. Bagi investor yang selalu mengelak risiko, maka investasi dalam obligasi adalah instrumen yang paling tepat. Berikut ini beberapa risiko yang dihadapi oleh investor dalam investasi obligasi (Fabozzi, 2000), yaitu:

1. Risiko suku bunga atau risiko tingka bunga

Pada umunya harga obligasi bergerak berlawanan arah terhadap perubahan suku bunga. Apabila suku bunga naik, harga obligasi akan turun, dan sebaliknya. Bagi investor yang merencanakan untuk menyimpan obligasi sampai jatuh tempo, perubahan harga obligasi sebelum maturity tidak menarik perhatiannya akan tetapi bagi investor yang ingin menjual obligasi sebelum jatuh tempo, suatu kenaikan suku bunga setelah membeli obligasi berarti adalah capital loss yang


(34)

direalisasikan. Risiko tersebut disebut interest rate risk atau disebut juga price risk. Kenaikan tingkat bunga pasar menyebabkan menurunnya harga obligasi karena sebesar apapun tingkat bunga pasar mengalami peningkatan, pemegang obligasi tetap hanya akan menerima tingkat bunga yang sudah ditetapkan.

2. Reinvestment risk (Risiko reinvestasi)

Pendapatan obligasi berasal dari pembayaran suku bunga dari coupon, setiap capital gain atau capital loss bila obligasi itu dicairkan, dijual atau jatuh tempo, dan bunga yang diperoleh dari reinvestasi interim cash flow. Agar seorang investor merealisasikan suatu yield sama dengan yield pada saat obligasi dibeli,

interim cash flow tersebut harus diinvestasikan pada suku bunga sama dengan

yield yang ditentukan pada saat obligasi dibeli. Risiko bahwa interim cash flow

akan diinvestasikan dengan suku bunga yang lebih rendah dan investor akan menerima yield yang lebih rendah daripada yield pada saat obligasi dibeli disebut

reinvestment risk.

3. Default risk (Risiko bangkrut atau Risiko kredit)

Risiko kredit, yaitu risiko bahwa emiten akan tidak mampu memenuhi pembayaran bunga dan pokok hutang, sesuai dengan kontrak. Obligasi perusahaan mempunyai default risk yang lebih besar daripada obligasi pemerintah. Tidak bagi masyarakat umum untuk melihat besar kecilnya risiko ini. Cara terbaik untuk melihat risiko ini adalah dengan terus memonitor peringkat yang diberikan oleh perusahaan efek. Di Indonesia badan tersebut dikenal dengan Pemeringkat Efek


(35)

Indonesia (PEFINDO). Obligasi yang paling aman diberi peringkat AAA dan yang paling tidak aman atau paling banyak risikonya diberi peringkat D.

4. Call Risk (Risiko Waktu)

Risiko ini melekat pada callable bonds, yakni obligasi yang dapat ditarik sewaktu-waktu oleh emitennya dengan harga yang telah ditetapkan. Risiko waktu terjadi jika: (a) pola aliran kas emiten tidak pasti; (b) penarikan dilakukan pada saat suku bunga rendah dan (c) potensi kenaikan harga obligasi lebih tinggi dari harga call nya.

5. Risiko Inflasi

Risiko inflasi disebut pula risiko terhadap daya beli. Risiko inflasi merupakan risiko bahwa return yang direalisasikan dalam investasi obligasi tidak akan cukup untuk menutupi kerugian menurunnya daya beli yang disebabkan inflasi. Bila inflasi meningkat dan tingkat bunga obligasi tetap, maka terjadi penurunan daya beli yang harus ditanggung investor.

6. Risiko kurs valuta asing

Orang Indonesia yang membeli obligasi perusahaan di negara lain dapat mengalami kerugian perbedaan kurs valuta asing (foreignexchange risk).

7. Marketability risk (risiko likuidasi)

Yakni risiko yang mengacu pada seberapa mudah investor dapat menjual obligasinya, sedekat mungkin dengan nilai dari obligasi tersebut. Cara untuk mengukur likuiditas adalah dengan melihat besarnya spead (selisih) antara harga


(36)

permintaan dan harga penawarannya yang dipasang oleh perantara pedagang efek. Semakin besar spead tersebut, makin besar risiko likuiditas yang dihadapi.

8. Event risk

Seringkali kemampuan emiten untuk membayar bunga dan pokok hutang tanpa terduga berubah karena, bencana alam dan pengambilalihan.

2.1.9 Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan ekspektasi hubungan antara angkaangka laporan keuangan sehingga menghasilkan informasi yang lebih bermakna. Analisis rasio keuangan ini merupakan salah satu perwujudan ketentuan Statement of Finansial Accounting Concept (SFAC) no. 1, yang pada intinya menyebutkan bahwa laporan keuangan harus menyajikan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat keputusan yang rasional.

Menurut Halim (2000), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis laporan keuangan yaitu:

1) Dalam analisis, analis juga harus mengidentifikasi adanya trendtrend tertentu dalam laporan keuangan. Untuk itu laporan lima atau enam tahun barangkali bisa digunakan untuk melihat menculnya tren tertentu.

2) Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bisa dan biasa dipakai sebagai pembanding. Meskipun angka rata-rata industri ini barangkali bukan merupakan pembanding yang paling tepat karena beberapa hal, misal karena


(37)

perbedaan karakteristik rata-rata perusahaan dalam industri dengan perusahaan tersebut. Alternatif lain apabila rata-rata industri tidak ada adalah dengan membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis. Perusahaan yang menjadi pembanding bisa jadi perusahaan yang menjadi

leader dalam industri.

3) Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan hati-hati adalah penting. Diskusi atau pernyataanpernyataan yang melengkapi laporan keuangan, seperti diskusi strategi perusahaan, diskusi rencana ekspansi atau restrukturisasi, merupakan bagian integral yang harus dimasukkan dalam analisis.

4) Analisis barangkali akan memerlukan informasi lain. Kadangkala semua informasi yang diperlukan bisa diperoleh melalui analisis mendalami laporan keuangan. Kadangkala informasi tambahan di luar laporan keuangan diperlukan. Informasi tambahan ini bisa memberi analisis yang lebih tajam.

1. Leverage

Menurut Gumanti (2011: 113) leverage adalah “rasio yang menggambarkan tingkat kecukupan utang perusahaan”. Leverage merupakan rasio keuangan yang menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan utang dalam membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100%.


(38)

Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur leverage adalah dengan menggunakan debt to equity ratio. Semakin besar leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Herwidi, 2005: 28). Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi rasio ini berarti sebagian besar aset didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan dihadapkan pada default risk atau peringakat obligasi yang rendah.

2. Profitabilitas

Menurut Sartono (2002: 120) profitabilitas adalah “kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”. Sedangkan profitabilitas menurut Halim (2000: 83) adalah “rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu”. Investasi dalam bentuk obligasi secara langsung sebenarnya tidak berpengaruh oleh profitabilitas perusahaan, karena tetap menerima sebesar tingkat bunga yang telah ditentukan. Akan tetapi para analis tetap tertarik terhadap profitabilitas perusahaan karena profitabilitas mungkin merupakan satu-satunya indikator yang paling baik mengenai kesehatan keuangan perusahaan (Tandelilin, 2010: 76).

Profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba (Gumanti, 2011: 112). Mark, et al., (2001: 75) mengatakan bahwa “rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA mempunyai


(39)

pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan laba karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu”.

3. Likuiditas

Menurut Sartono (2002: 116) likuiditas adalah “kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat padaaa waktunya”. Sedangkan menurut Halim (2000: 77) likuiditas adalah “mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya”. Analisis keuangan dapat menggunakan beberapa rasio likuiditas untuk menilai apakah perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar kewajiban-kewajiban yang segera jatuh tempo (Tandelilin, 2010: 74).

Menurut Gumanti (2011: 112) likuiditas adalah “rasio yang menunjukkan tingkat kelancaran suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio lancar (current ratio). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai aktiva lancar lebih besar dari pada hutang lancarnya (Almalia, 2007).


(40)

2.1.10 Faktor Non Keuangan

Faktor non keuangan yang turut dipertimbangkan adalah keterangan tentang obligasi yang terdapat dalam prospek. Keterangan tersebut adalah jangka waktu jatuh tempo instrumen obligasi (maturity).

1. Umur Oblligasi (Maturity)

Umur obligasi (maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan di atas lima tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu lima tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon atau bunganya.

Menurut Andry (2005), obligasi dengan umur obligasi yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil. Sehingga perusahaan yang rating obligasinya tinggi menggunakan umur obligasi yang lebih pendek dari pada perusahaan yang menggunakan umur obligasi lebih lama. Investor cenderung tidak menyukai obligasi dengan umur yang lebih panjang karena risiko yang akan didapat juga akan semakin besar. Umur obligasi yang pendek ternyata menunjukkan peringkat obligasi yang investment grade.

2.2Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang menguji rasio keuangan terhadap peringkat obligasi menunjukkan hasil yang berbeda. Widya (2005) meneliti tentang faktor


(41)

akuntansi dan non akuntansi yang mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. Variabel yang diuji adalah growth, size, sinking fund, risiko, umur obligasi, dan auditor. Sampel yang diambil adalah perusahaan non keuangan dan perbankan pada tahun 2000-2002. Hasil penelitian yang didapat adalah dari 6 (enam) variabel yang diuji terdapat empat variabel yang signifikan yaitu growth, sinking fund, umur obligasi, dan auditor.

Almilia dan Devi (2007) meneliti faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi dengan menggunakan variabel profitabilitas, likuiditas, firm size, growth, jaminan, umur obligasi, dan reputasi auditor. Sampel yang diambil sebanyak 119 perusahaan manufaktur tahun 2001-2005. Dengan menggunakan regresi logit didapatkan hasil penelitian bahwa yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi adalah growth dan rasio likuiditas (CR).

Sejati (2010) meneliti tentang faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi dengan variabel independen auditor, likuiditas (CR), growth, ROA, dan

size. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur pada periode 2003-2008. Hasil penelitian menyatakan bahwa hanya growth yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan uji simultan menyatakan bahwa variabel tidak signifikan secara bersamaan terhadap rating obligasi.

Susilowati dan Sumarto (2010) menguji variabel profitabilitas, likuiditas,

size, dan umur obligasi untuk mendapatkan hasil tentang faktor yang berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur 2002-2006. Hasil penelitian tersebut adalah hanya variabel likuiditas yang berpengaruh signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi.


(42)

Nicko Adrian (2009) meneliti variabel leverage, likuiditas, profitabilitas, dan umur obligasi. Sampel yang diambil adalah perusahaan manufaktur tahun 2006-2009. Metode analisis yang dipakai analisis regresi logit. Hasil penelitian menyatakan bahwa hanya likuiditas, dan umur obligasi yang signifikan terhadap peringkat obligasi.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Peneliti/

Tahun Judul Penelitian Variabel Analisis Metode Data Hasil Penelitian Andry, Widya (2005) Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Dependen: peringkat obligasi. Independen: Growth, size, sinking fund, risiko jaminan, umur obligasi, dan auditor Regresi logistik Growth, sinking fund, umur obligasi, dan auditor berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Almilia & Devi (2007) Faktor-faktor yang mempengaruhi Peringkat Obligasi pada Peusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Dependen: peringkat obligasi. Independen: Growth,size perusahaan, profitabilitas, likuiditas,umur obligasi, jaminan, dan reputasi auditor. Regresi logistik Hanya variabel growth dan likuiditas yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligsi. Sejati (2010) Analisis Faktor-faktor Akuntansi & Non Akuntansi dalam Memprediksi Peringkat Obligasi pada Peusahaan Manufaktur Dependen: peringkat obligasi. Independen: Auditor, profitabilitas, likuiditas, size, dan growth

Regresi logistik

Hanya growth yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Susilowati & Sumarto (2010) Memprediksi Tingkat Obligasi Peusahaan Manufaktur yang Listing di BEI

Dependen:

peringkat obligasi. Independen: Profitabilitas,likuidi tas, size, & maturity

Regresi logistik

Hanya likuiditas yang berpengruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Nicko Adrian (2009) Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat Obligasi Pada Prusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Dependen: peringkat obligasi. Independen: Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, dan Maturity. Regresi Logistik Hanya Likuiditas dan maturity yang berpengaruh

signifikan terhadap peringkat obligasi.


(43)

2.3 Kerangka Konseptual

Dari landasan teori dan penelitian terdahulu, maka yang menjadi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah leverage, profitabilitas, likuiditas, dan umur obligasi sebagai variabel independen (bebas). Sedangkan peringkat obligasi sebagai variabel dependen (terikat).

Pada prinsipnya leverage memberikan gambaran tentang tingkat kecukupan utang perusahaan, artinya seberapa besar porsi utang yang ada di perusahaan jika dibandingkan dengan modal atau asset yang ada (Gumanti, 2011: 113). Leverage yang merupakan pengukur tingkat proporsi penggunaan utang untuk kegiatan investasi. Jika perusahaan memiliki kesempatan utang maka dapat menambah manfaat perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha. Proporsi utang yang baik adalah adanya keseimbangan antara hasil utang dengan kemampuan pelunasan kewajiban perusahaan. Penelitian Burton, et al., (dalam Raharja dan Sari, 2008) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap rating

obligasi. Semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah rasio leverage perusahaan semakin baik peringkat obligasi yang diberikan terhadap perusahaan (Magreta, 2009: 27).

Profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba (Gumanti, 2011: 112). Profitabilitas yang tinggi pada perusahaan mencerminkan kinerja yang baik. Penerbit obligasi yang memiliki profitabilitas tinggi akan berperingkat baik karena laba yang dihasilkan dapat digunakan untuk melunasi kewajiban. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh


(44)

laba. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba dengan rata-rata aktiva yang dimiliki perusahaan (Manurung, et al., 2011: 67). Apabila laba perusahaan tinggi, maka akan memberikan peringkat yang naik pula sehingga variabel ini dikatakan dapat mempengaruhi peringkat obligasi.

Rasio likuiditas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Gumanti, 2011: 112). Tingkat likuiditas yang tinggi menandakan pelunasan kewajiban jangka pendek yang baik. Apabila kemampuan melunasi utang jangka pendek baik maka setidaknya kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka panjang juga semakin baik. Hal tersebut dikarenakan pengelolaan keuangan perusahaan yang baik, dengan terlunasinya kewajiban jangka pendek maka mengindikasikan bahwa kewajiban jangka panjang juga dapat terpenuhi. Menurut Burton, et al., (dalam Devi, 2007) menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi.

Jatuh tempo maturity adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya (Almilia dan Vieka, 2007). Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas lima tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu lima tahun. Menurut Andry (2005), obligasi dengan umur obligasi yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil.


(45)

Sehingga perusahaan yang rating obligasinya tinggi menggunakan umur obligasi yang lebih pendek dari pada perusahaan yang menggunakan umur obligasi lebih lama. Investor cenderung tidak menyukai obligasi dengan umur yang lebih panjang karena risiko yang akan didapat juga akan semakin besar. Umur obligasi yang pendek ternyata menunjukkan peringkat obligasi yang investment grade.

Adapun kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Leverage berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Likuiditas 

Peringkat Obligasi Profitabilitas

Umur Obligasi  Leverage


(46)

3. Likuiditas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Umur obligasi (maturity) berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2008: 57).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs www.duniainvestasi.com, www.idx.co.id dan www.pefindo.com. Waktu penelitian adalah mulai September 2013 sampai dengan Oktober 2013.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian yang dilakukan peneliti. Penelitian dilakukan dengan batasan-batasan pada masalah sebagai berikut:

a. Variabel independen dalam penelitian ini adalah leverage, profitabilitas, likuiditas dan umur obligasi (maturity).

b. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peringkat obligasi.

c. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode Januari 2009 - Desember 2012.


(48)

3.4 Definisi Operasional Variabel

Untuk memahami variabel-variabel dan memberikan gambaran yang jelas dalam pelaksanaan penelitian, diberikan defenisi variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian yaitu leverage, profitabilitas, likuiditas, dan umur obligasi (X1,X2,X3,dan X4) sebagai variabel bebas (independent variable) dan peringkat

obligasi (Y) sebagai variabel terikat (dependent variable). Adapun uraian dan masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

1. Peringkat Obligasi (Y)

Peringkat obligasi merupakan peringkat yang menyatakan mutu obligasi yang mencerminkan kemungkinan gagal bayar yang disebut dengan risiko kredit. Suatu peringkat obligasi dikatakan naik apabila peringkat obligasi pada periode saat ini lebih tinggi dari peringkat obligasi pada periode sebelumnya. Peringkat obligasi dikatakan turun apabila peringkat obligasi pada periode saat ini lebih rendah dari peringkat obligasi pada periode sebelumnya.

2. Leverage (X1)

Leverage menunjukkan proporsi utang yang digunakan untuk membiayai kegiatan investasi perusahaan. Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur

leverage adalah dengan menggunakan debt to equity ratio. Semakin besar

leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Herwidi, 2005: 28). Rasio ini membandingkan antara utang jangka

panjang dengan total aset. Secara sistematis leverage dapat dirumuskan sebagai


(49)

3. Profitabilitas (X2)

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, aset dan modal sendiri. Variabel profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset

(ROA). Kamstra (dalam Sejati, 2010) menyatakan bahwa pengukuran ROA memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan laba karena pengukuran ROA berdasarkan pada tingkat asset tertentu. ROA merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva perusahaan. Secara sistematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: (Gumanti, 2011: 112).

Aset Total bersih Laba  Asset on Return

4. Likuiditas (X3)

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan. Variabel likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan current ratio (CR). Menurut Almilia dan Devi (2007) perusahaan yang mampu melunasi kewajiban tepat waktu adalah perusahaan yang likuid dan mempunyai aktiva lancar lebih besar daripada utang lancar.

Current ratio (CR) merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan utang lancar. Secara sistematis rasio ini ditulis sebagai berikut (Gumanti, 2011:112).

lancar Utang lancar Aktiva  Ratio Current ekuitas Total hutang Total  ratio equity Debt to


(50)

5. Umur Obligasi (Maturity)

Jatuh tempo adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nominal obligasi yang dimilikinya. Skala pengukurannya menggunakan skala nominal karena merupakan variable

dummy. Diberikan nilai satu jika obligasi mempunyai umur antara 1-5 tahun dan nol jika mempunyai umur diatas lima tahun.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan untuk menyatakan leverage,

profitabilitas, dan likuiditas adalah skala rasio. Karena skala rasio memiliki nilai dasar yang tidak dapat dirubah. Data yang dihasilkan dari skala rasio disebut data rasio dan tidak ada pembatasan terhadap alat uji statistik yang sesuai (Ghozali, 2005: 5).

Sedangkan peringkat obligasi dan umur obligasi menggunakan skala nominal. Skala nominal merupakan skala pengukuran yang menyatakan kategori atau kelompok dari suatu subyek (Ghozali, 2005: 3). Dengan skala ini pengukuran dilakukan dengan memberikan nilai 1 untuk obligasi yang highinvestment (AAA, AA, A) dan 0 untuk obligasi yang low investment (BBB). Variabel dependen penelitian ini merupakan variabel dummy.

3.6 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang menerbitkan obligasi dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2012. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode


(51)

purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008: 78). Kriteria pemilihan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang menerbitkan obligasi dari tahun 2009-2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,

2. Perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai laporan keuangan lengkap setiap akhir tahun selama periode 2009-2012,

3. Obligasi tersebut yang diperingkat oleh Pemeringkat Efek Indonesia (PT PEFINDO).

Tabel 3.1

Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Pemilihan Sampel

No Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah

1 Perusahaan-perusahaan manufaktur yang menerbitkan obligasi dari tahun 2009-2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

33 2 Perusahaan-perusahaan tersebut yang tidak mempunyai

laporan keuangan lengkap setiap akhir tahun selama periode 2009-2012

(5) 3 Obligasi Perusahaan Swasta yang tidak diperingkat oleh

Pemeringkat Efek Indonesia dari tahun 2009-2012 (18)

Jumlah Akhir Sampel 10

Sumber: (data diolah, 2013)

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 10 perusahaan dengan jumlah observasi (n) sebanyak 40 observasi berikut:


(52)

Tabel 3.2

Nama-nama Sampel Perusahaan No Kode

Emiten Nama Emiten

Peringkat Obligasi

2009 2010 2011 2012 1 APEC Apexindo Pratama Duta Tbk A+ A A A

2 CILI Cilandra Perkasa A A A+ A+

3 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk AA AA AA+ AA+ 4 JPFA Japfaa Coomfed Indonesia Tbk BBB+ A- A A

5 LTLS Lautan Luas Tbk A+ A- A- A-

6 MYOR Mayora Indah Tbk A+ AA- AA- AA-

7 MEDC Medco Energi Internasional Tbk AA- AA- AA- AA- 8 PKT Pupuk Kalimantan Timur AA- AA AA AA 9 SIMP Salim Ivomas Pratama AAA- AA- AA AA 10 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk BBB BBB BBB BBB Sumber: www.idx.com

3.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan merupakan data yang diperoleh berdasarkan hasil publikasi oleh Bursa Efek Indonesia yaitu laporan keuangan, jurnal-jurnal, literatur ilmiah, penelitian terdahulu, laporan-laporan yang dipublikasikan serta data-data yang diperoleh dari media internet.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dengan mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang sedang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia yang bersumber dari media internet.


(53)

3.9 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik, karena variabel dependennya merupakan variabel dummy. Dalam teknik analisis penelitian ini tidak memerlukan uji normalitas data karena, menurut Ghozali (2005: 211) regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas pada variabel bebasnya. Artinya, variabel penjelasannya tidak harus memiliki distribusi normal linier maupun memiliki varian yang sama dalam setiap grup.

3.9.1 Menilai Kelayakan Model Regresi

Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data. Beberapa test statistik diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk menilai model fit adalah: Ho : Model yang dihipotesiskan fit dengan data

Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Dasar pengambilan keputusan adalah nilai goodness of fit test yang diukur dengan nilai chisquare pada bagian bawah uji Hosmer dan Lemeshow.

- Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak - Jika Probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

2.9.2 Menilai Keseluruhan Model

Menilai angka -2 log likelihood pada awal blok number = 0 dan angka -2

log likelihood pada blok number = 1, jika terjadi penurunan angka -2 log likelihood maka menunjukkan model regresi yang baik. Log likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “sum of squared error” pada model regresi, sehingga penurunan log likelihood menunjukkan model regresi yang baik.


(54)

3.9.3 Nilai Nagel Kerke (R²)

Nagel Kerke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan

Snell’s untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell’s R² dengan nilai maksimumnya. Nilai NagelKerke R² dapat diinterprestasikan seperti nilai R² pada

multipleregression.

3.10 Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan model regresi logistik. Analisis ini dilakukan untuk menentukan pengaruh dari masing-masing variabel bebas (independen variable) terhadap variabel terikat (dependen variable) yaitu prediksi peringkat obligasi perusahaan manufaktur tahun 2009 sampai tahun 2012, karena variabel terikatnya merupakan variabel dummy yaitu variabel yang memiliki dua alternatif. Adapun model hipotesisnya adalah sebagai berikut:

p -1

p

Ln  = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

Keterangan:

p -1

p

Ln  = Prediksi Peringkat obligasi

p -1

p

Ln  = 1, jika peringkat obligasi termasuk highinvestment

p -1

p

Ln  = 0, jika peringkat obligasi termasuk low investment


(55)

β1-4 = Koefisien regresi

X1 = Leverage

X2 = Profitabilitas

X3 = Likuiditas

X4 = Umur Obligasi


(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI 1. PT Apexindo Pratama Duta Tbk.

PT Apexindo Pratama Duta Tbk didirikan pada tanggal 20 Juni 1984 sebagai perusahaan penyedia jasa pemboran bagi perusahaan eksplorasi dan produksi di industri minyak dan gas Indonesia. Pada awal berdirinya, Apexindo hanya melayani jasa pemboran lepas pantai dengan dua unit rig submersible swampbarge Maera dan Raisis dan satu unit rig jack up Raniworo. Pada tahun 2001, dengan tujuan untuk menciptakan suatu perusaan jasa pemboran migas yang terpadu, Apexindo melakuan penggabungan usaha dengan PT Medco Antareja, perusahaan terafiliasi yang bergerak di bidang pemboran darat dengan 12 armada rig darat. Penggabungan dua kekuatan ini kemudian membuat Apexindo semakin mantap menjalankan berbagai proyek pemboran, baik di Indonesia dan juga di beberapa negara seperti Brunei Darussalam, Myanmar, Australia, Timur Tengah dan Amerika Serikat. Apexindo melakukan Listing

saham pertama kali di bursa pada tahun 2002 dan tanggal penerbitan obligasi pada 12 Juni 2009 sampai tanggal jatuh tempo 12 Juni 2014. Jumlah nominal obligasi saat ini Rp 1.562 per lembar dengan tingkat bunga 12,25%, dan total nilai obligasi mencapai Rp 750.000.000.000.


(57)

Susunan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris PT Apexindo Pratama Duta Tbk. adalah sebagai berikut:

Dewan Direksi

Direktur Utama : Hertriono Kartowisastro Direktur : Tito Sulistio

- Suarmin Tioniwar - Agung Salim

- Terence Michael Gott - Mohammad Jusuf Hamka Dewan Komisaris

Komisaris Utama : Bambang Subianto Komisaris : - Huda Nardono Subarkah

- Simon Halim - Wirawan Halim - Amir Gunawan - Bhakti Salim

2. PT Ciliandra Perkasa

PT Ciliandra Perkasa didirikan pada tanggal 31 Juli 1992. Kegiatan Perusahaan adalah pengembangan perkebunan kelapa sawit dan produksi minyak sawit yang terletak di Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Areal Perusahaan yang telah ditanami sampai dengan tanggal 31 Maret 2010 adalah seluas 6.481 hektar yang semuanya telah menghasilkan. Areal anak Perusahaan yang telah ditanami sampai dengan tanggal 31 Maret 2010 adalah seluas 71.043 hektar dengan 53.318 hektar yang telah menghasilkan. Jumlah nominal obligasi Rp 855 per lembar dengan tingkat bunga 11,50%, dan total nilai obligasi


(58)

mencapai Rp 500.000.000.000. Tanggal penerbitan obligasi 28 Nopember 2007 sampai tanggal jatuh tempo 27 Nopember 2012.

Susunan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris PT Ciliandra Perkasa adalah sebagai berikut:

Dewan Direksi

Direktur Utama : Ir. Suhaili, MBA Direktur : Harianto Tanamoeljono Dewan Komisaris

Komisaris Utama : Abdul Rivaie Rahman - Wulan Putri Kusumah Komisaris : - Lion Sanjaya - Lau Cong Kiong

3. PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

PT Indofood Sukses Makmur Tbk. merupakan produsen sebagai jenis makanan dan minuman yang berkantor di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 1990 oleh Sudono Salim dengan nama Panganjaya Intikusuma yang pada tahun 1994 berubah nama menjadi Indofood. Perusahaan ini mengekspor bahan makanannya hingga Australia, Asia dan Eropa. Indofood melakukan Listing saham pertama kali di bursa pada 14 Juli 1994 dan tanggal penerbitan obligasi 31 Mei 2009 sampai tanggal jatuh tempo 31 Mei 2012. Jumlah nominal obligasi Rp 725 per lembar dengan tingkat kupon 7,25%, dan total nilai obligasi mencapai Rp 2.000.000.000.000.

Susunan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris PT Indofood Sukses Makmur Tbk. adalah sebagai berikut:


(59)

Dewan Direksi

Direktur Utama : Anthoni Salim

Direktur : - Tjhie Tje Fie (Thomas Tjhie) - Taufik Wiraatmadja

- Axton Salim

- Franciscus Welirang

- Darmawan Sarsito (Kevin Sietho) - Moleonoto (Paulus Moleonoto) - Werianty Setiawan

Dewan Komisaris

Komisaris Utama : Manuel Velez Pangilinan Komisaris : - Edward Anthony Tortorici

- Graham Leigh Pickles - Torstein Stephansen - Wahjudi Prakarsa - Utomo Josodirdjo 4. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. adalah perusahaan yang memproduksi pellet kopra yang didirikan pada tanggal 18 Januari 1971 dengan nama PT Java Pelletizing Factory sebagai perusahaan ventura dari PT Perusahaan Dagang dan Industri Ometraco dengan Internasional Graanhandel Thegra NV of the Netherlands dengan pembagian 50:50.

Pada 23 Oktober 1989 dengan tujuan melakukan perluasan usaha, perusahaan melakukan penawaran saham di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Penawaran saham diikuti dengan penawaran right issue di tahun 1990. Pada tahun 1992 Perseroan melakukan integrasi strategis dengan mengakuisisi perusahaan pembibitan ayam dan pemrosesannya yang telah beroperasi secara


(1)

LAMPIRAN 1

Data

Leverage

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Pada Tahun 2009 – 2012 (dalam %)

NO. Kode

Emiten Nama Emiten

Leverage ( DER )

2009 2010 2011 2012 1 APEC Apexindo Pratama Duta Tbk 1.02 1.70 1.63 2.05 2 CILI Ciliandra Perkasa 1.25 0.33 0.31 0.28 3 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 2.45 1.34 0.70 0.74 4 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 1.76 1.14 1.35 1.30 5 LTLS Lautan Luas Tbk 2.22 2.52 3.23 2.57 6 MYOR Mayora Indah Tbk 1.03 1.18 1.72 1.71 7 MEDC Medco Energi Internasional Tbk 1.85 1.86 2.04 2.15 8 PKT Pupuk Kalimantan Timur 0.86 0.76 0.72 0.67 9 SIMP Salim Ivomas Pratama 1.41 1.46 0.68 0.65 10 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 2.63 2.45 2.46 2.47

Data Profitabilitas

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada Tahun 2009 – 2012 (dalam %)

NO. Kode

Emiten Nama Emiten

Profitabilitas ( ROA )

2009 2010 2011 2012 1 APEC Apexindo Pratama Duta Tbk 2.58 2.05 0.08 0.03 2 CILI Ciliandra Perkasa 0.04 0.35 0.43 0.62 3 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 1.25 1.44 1.36 1.22 4 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 1.34 1.37 0.75 0.98 5 LTLS Lautan Luas Tbk 2.79 2.42 1.89 2.01 6 MYOR Mayora Indah Tbk 1.55 1.49 0.94 0.86 7 MEDC Medco Energi Internasional Tbk 0.94 3.65 3.29 0.71 8 PKT Pupuk Kalimantan Timur 1.00 1.05 1.36 1.63 9 SIMP Salim Ivomas Pratama 0.06 0.05 0.09 0.06 10 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 1.30 2.01 2.69 1.30


(2)

Data Likuiditas

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada Tahun 2009 – 2012 (dalam %)

NO. Kode

Emiten Nama Emiten

Likuiditas ( CR )

2009 2010 2011 2012 1 APEC Apexindo Pratama Duta Tbk 1.49 1.25 1.36 5.88 2 CILI Ciliandra Perkasa 2.03 0.17 0.07 0.14 3 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 1.16 2.04 1.91 2.00 4 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 2.21 2.63 1.59 1.82 5 LTLS Lautan Luas Tbk 1.12 1.10 1.04 0.84 6 MYOR Mayora Indah Tbk 2.29 2.58 2.22 2.76 7 MEDC Medco Energi Internasional Tbk 1.55 1.52 1.61 2.65 8 PKT Pupuk Kalimantan Timur 1.69 1.99 2.34 2.54 9 SIMP Salim Ivomas Pratama 1.30 1.14 1.70 1.48 10 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 2.37 2.19 1.92 2.41

Data Umur Obligasi

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada Tahun 2009 – 2012

NO. Kode

Emiten Nama Emiten

Umur Obligasi

2009 2010 2011 2012 1 APEC Apexindo Pratama Duta Tbk 5 5 5 5

2 CILI Ciliandra Perkasa 5 5 5 5

3 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 3 3 3 3 4 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 5 5 5 5

5 LTLS Lautan Luas Tbk 4 4 4 4

6 MYOR Mayora Indah Tbk 7 7 7 7

7 MEDC Medco Energi Internasional Tbk 5 5 5 5 8 PKT Pupuk Kalimantan Timur 5 5 5 5 9 SIMP Salim Ivomas Pratama 5 5 5 5 10 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 5 5 5 5


(3)

LAMPIRAN 2

Output SPSS Versi 17.00

pada Regresi Logistik

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

RATING Percentage

Correct

0 1

Step 0 RATING 0 0 5 .0

1 0 35 100.0

Overall Percentage 87.5

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .302 .320 .893 1 .345 1.353

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables DER 1.350 1 .245

ROA .176 1 .675

CR .043 1 .836

MATURITY 1.257 1 .262

Overall Statistics 2.541 4 .637


(4)

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant DER ROA CR MATURITY

Step 1 1 29.590 2.481 -.038 -.002 .007 -.018

2 27.907 3.777 -.065 -.004 .009 -.033

3 27.805 4.266 -.074 -.004 .008 -.041

4 27.804 4.314 -.075 -.004 .007 -.041

5 27.804 4.315 -.075 -.004 .007 -.041

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 30,142

d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 2.337 4 .674

Block 2.337 4 .674

Model 2.337 4 .454

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 27.804a .057 .686

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 10.898 8 .208

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test


(5)

Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 3 2.570 1 1.430 4

2 2 2.216 2 1.784 4

3 3 2.049 1 1.951 4

4 2 1.923 2 2.077 4

5 2 1.820 2 2.180 4

6 0 1.706 4 2.294 4

7 1 1.440 3 2.560 4

8 1 1.289 3 2.711 4

9 1 1.062 3 2.938 4

10 2 .924 2 3.076 4

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

RATING Percentage

Correct

0 1

Step 0 RATING 0 0 5 .0

1 0 35 100.0

Overall Percentage 87.5

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a DER 4.193 1.984 4.465 1 .035 .015

ROA 8.136 7.425 1.201 1 .027 3414.633

CR 4.765 2.260 4.444 1 .042 .009

MATURITY -18.145 6148.558 .000 1 .998 .000

Constant 109.636 30742.799 .000 1 .997 4.113E47

a. Variable(s) entered on step 1: DER, ROA, CR, MATURITY.


(6)

LAMPIRAN 3

Observed Groups and Predicted Probabilities

4 + 1+

| 1|

| 1|

F | 1|

R 3 + 1 1+

E | 1 1|

Q | 1 1|

U | 1 1|

E 2 + 0 1 1 1 11 1 1 1+

N | 0 1 1 1 11 1 1 1|

C | 0 1 1 1 11 1 1 1|

Y | 0 1 1 1 11 1 1 1|

1 + 1 000 011 1 1111 1 01 00 1 1 1 1 0111 111+

| 1 000 011 1 1111 1 01 00 1 1 1 1 0111 111|

| 1 000 011 1 1111 1 01 00 1 1 1 1 0111 111|

| 1 000 011 1 1111 1 01 00 1 1 1 1 0111 111|

Predicted ---+---+---+---+---+---+---+---+---+---

Prob: 0 ,1 ,2 ,3 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,9 1

Group:

000000000000000000000000000000000000000000000000001111111111111111 1111111111111111111111111111111111

Predicted Probability is of Membership for 1 The Cut Value is ,50

Symbols: 0 - 0 1 - 1