Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

i SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

IMAM ROHTUAH DAMANIK 100503009

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

i

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS FAKTOR -FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan etika ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juni 2015 Yang membuat pernyataan,

Imam Rohtuah Damanik NIM : 100503009


(3)

ii ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rasio keuangan dan non keuangan berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 9 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2013 dengan menggunakan variabel umur obligasi sebagai variabel moderating untuk memoderasi hubungan antara rasio leverage terhadap peringkat obligasi.

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id dan www.pefindo.co.id. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 22.0 dengan menggunakan uji t dan uji F.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio leverage, profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, umur obligasi dan reputasi auditor berpengaruh signifikan secara simultan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Secara parsial profitabilitas, umur obligasi (maturity bond) dan reputasi auditor lebih memiliki kemampuan daripada rasio leverage, likuiditas, dan ukuran perusahaan dalam mempengaruhi peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdafftar di BEI, dan dari hasil uji moderating menunjukan bahwa variabel umur obligasi bukan merupakan variabel moderat, dengan pengertian bahwa variabel moderating (umur obligasi) tidak dapat memoderasi variabel leverage terhadap peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata kunci: Peringkat Obligasi, Rasio Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Umur Obligasi, Reputasi Auditor.


(4)

iii ABSTRACT

THE ANALYSIS FACTORS EFFECT TO THE BONDS RATING OF BANKING COMPANIES LISTED ON THE

INDONESIA STOCK EXCHANGE

The objective of this research is to determine the factors impact to the bonds rating of banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample in this research is 9 banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2010-2013 with maturity bond variable as moderating variable to moderate relationship between leverage variable and bonds rating.

Research methods in this research using purposive sampling. The type of data used are secondary data. Data that used in this research is financial statements from each company of sample, publicized through website on www.idx.co.id and www.pefindo.com. Analysis model used in this study is multiple linear regression analysis model performed with the aid of the computer program SPSS version 22.0 with use t test and F test.

The result of this study indicate that the leverage ratio, profitability, liquidity, size firm, maturity bonds, and auditor reputation simultaneously effect to the bonds rating of banking companies listed in IDX. Partially the profitability ratio, maturity bonds and auditor reputation have more ability than the leverage ratio, liquidity, and size firm in influencing the bonds rating of banking companies listed on Indonesia Stock Exchange, and the result of moderating performed that maturity bonds is not the moderat variable, the meaning is that moderating variable (maturity bonds) cannot moderate leverage variable to bonds rating of banking companies listed on Indonesia Stock Exchange.

Keywords : Bonds Rating, The Leverage Ratio, Profitability, Liquidity, Size Firm, Maturity Bonds, Auditor Reputation.


(5)

iv KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta ‘alla atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa untuk kedua orang tua saya yang sangat saya kagumi dan cintai, H. Edy S Damanik dan Hj. A Mawar Siregar yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, do’a, nasehat serta semangat yang tulus hingga saat ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

v 4. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak yang juga selaku Dosen Pembimbing saya

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak selaku Dosen Pembanding dan Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji saya yang telah membantu penulis dalam memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Yang sangat saya cintai kakak dan adik saya Ilham Damanik, Annisa Damanik, dan Wendy Siregar, yang selalu memberikan doa, semangat serta kasih sayang yang tulus selama ini. Teman-teman yang teristimewa Wildan, Guan, Andes, Riki, Dian, Whisnu, Laras, Lia, Fandi, Soviatu, Opi, Ina, Fahmi, Popo, Budi, Doli, Kiki, Putri, serta semua keluarga dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2015 Penulis,

Imam Rohtuah Damanik NIM : 100503009


(7)

vi DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah...7

1.3 Batasan Masalah ...8

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...8

1.4.1 Tujuan Penelitian...8

1.4.2 Kegunaan Penelitian ...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Landasan Teori ...10

2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) ...10

2.1.2 Pasar Modal ...12

2.1.3 Investasi ...13

2.1.4 Obligasi...14

2.1.4.1 Pengertian Obligasi ...14

2.1.4.2 Manfaat Obligasi ...16

2.1.4.3 Kelemahan Obligasi ...17

2.1.4.4 Jenis-jenis Obligasi ...19

2.1.4.5 Peringkat Obligasi ...21

2.1.5 PT PEFINDO ...25

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi ...26

2.1.6.1 Leverage ...26

2.1.6.2 Profitabilitas ...28

2.1.6.3 Likuiditas ...29

2.1.6.4 Ukuran Perusahaan ...30


(8)

vii

2.1.6.6 Reputasi Auditor ...32

2.2Penelitian Terdahulu...33

2.3Kerangka Konseptual ...40

2.4Hipotesis ...44

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian ...47

3.2Populasi dan Sampel ...47

3.2.1 Populasi ...47

3.2.2 Sampel...48

3.3Jenis dan Sumber Data ...50

3.3.1 Jenis Data ...50

3.3.2 Sumber Data ...51

3.4Teknik Pengumpulan Data ...51

3.5Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel ...52

3.5.1 Variabel Penelitian ...52

3.5.1.1 Variabel Dependen (Y) ...52

3.5.1.2 Variabel Independen ...53

3.5.1.2.1 Rasio Leverage (X1) ...53

3.5.1.2.2 Rasio Profitabilitas (X2) ...53

3.5.1.2.3 Rasio Likuiditas (X3) ...54

3.5.1.2.4 Rasio Ukuran Perusahaan (X4) ...54

3.5.1.2.5 Umur Obligasi (X5)...54

3.5.1.2.6 Reputasi Auditor (X6) ...55

3.5.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian. ...55

3.6Metode Analisis Data ...57

3.6.1 Uji Asumsi Klasik ...57

3.6.1.1Uji normalitas ...57

3.6.1.2Uji Multikolinieritas ...59

3.6.1.3Heterokedastisitas ...60

3.6.1.4Uji Autokorelasi ...61

3.6.1.5Uji Hipotesa ...62

3.6.1.6Uji Variabel Moderating ...64

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...66

4.2 Analisis Statistik Deskriptif ...66

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ...71

4.3.1 Uji Normalitas Data ...71


(9)

viii

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ...75

4.3.4 Uji Autokorelasi ...77

4.4 Pengujian Hipotesis ...78

4.4.1 Uji Parsial (t-test) ...78

4.4.2 Uji Simultan (F-test) ...86

4.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ...87

4.5 Uji Variabel Moderating ...89

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ...91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...94

5.2 Keterbatasan Penelitian ...97

5.3 Saran ...98

DAFTAR PUSTAKA ... 99


(10)

ix DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Peringkat Obligasi berdasarkan PEFINDO ... 24

Tabel 2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 39

Table 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel ... 49

Table 3.2 Sampel Penelitian ... 50

Table 3.3 Konversi Rating Obligasi ... 53

Tabel 3.4 Defenisi Operasional ... 56

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 67

Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov ... 73

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolienaritas... 74

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi... 77

Tabel 4.5 Hasil Uji t ... 78

Tabel 4.6 Hasil Uji F ... 86

Tabel 4.7 Nilai Koefisien Determinasi ... 87

Tabel 4.8 Output SPSS Uji-F ... 89

Tabel 4.9 Output SPSS Uji-t... 90


(11)

x DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 41

Gambar 4.1 Uji Normalitas (1) : Histogram ... 71

Gambar 4.2 Uji Normalitas (2) : Grafik PP Plots ... 72


(12)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Perusahaan di Indonesia yang Terdaftar di PEFINDO ... 102

Lampiran 2 Proses Seleksi Pengambilan Sampel ... 112

Lampiran 3 Sampel Penelitian ... 114

Lampiran 4 Rasio Leverage (Debt Equity to Ratio) ... 114

Lampiran 5 Rasio Profitabilitas (Return on Asset) ... 114

Lampiran 6 Rasio Likuiditas (Current Asset) ... 115

Lampiran 7 Ukuran Perusahaan (Log Natural Total Asset) ... 115

Lampiran 8 Umur Obligasi (Variabel Dummy) ... 115

Lampiran 9 Reputasi Auditor (Variabel Dummy) ... 116


(13)

ii ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rasio keuangan dan non keuangan berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 9 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2013 dengan menggunakan variabel umur obligasi sebagai variabel moderating untuk memoderasi hubungan antara rasio leverage terhadap peringkat obligasi.

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id dan www.pefindo.co.id. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 22.0 dengan menggunakan uji t dan uji F.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio leverage, profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, umur obligasi dan reputasi auditor berpengaruh signifikan secara simultan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Secara parsial profitabilitas, umur obligasi (maturity bond) dan reputasi auditor lebih memiliki kemampuan daripada rasio leverage, likuiditas, dan ukuran perusahaan dalam mempengaruhi peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdafftar di BEI, dan dari hasil uji moderating menunjukan bahwa variabel umur obligasi bukan merupakan variabel moderat, dengan pengertian bahwa variabel moderating (umur obligasi) tidak dapat memoderasi variabel leverage terhadap peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata kunci: Peringkat Obligasi, Rasio Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Umur Obligasi, Reputasi Auditor.


(14)

iii ABSTRACT

THE ANALYSIS FACTORS EFFECT TO THE BONDS RATING OF BANKING COMPANIES LISTED ON THE

INDONESIA STOCK EXCHANGE

The objective of this research is to determine the factors impact to the bonds rating of banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample in this research is 9 banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2010-2013 with maturity bond variable as moderating variable to moderate relationship between leverage variable and bonds rating.

Research methods in this research using purposive sampling. The type of data used are secondary data. Data that used in this research is financial statements from each company of sample, publicized through website on www.idx.co.id and www.pefindo.com. Analysis model used in this study is multiple linear regression analysis model performed with the aid of the computer program SPSS version 22.0 with use t test and F test.

The result of this study indicate that the leverage ratio, profitability, liquidity, size firm, maturity bonds, and auditor reputation simultaneously effect to the bonds rating of banking companies listed in IDX. Partially the profitability ratio, maturity bonds and auditor reputation have more ability than the leverage ratio, liquidity, and size firm in influencing the bonds rating of banking companies listed on Indonesia Stock Exchange, and the result of moderating performed that maturity bonds is not the moderat variable, the meaning is that moderating variable (maturity bonds) cannot moderate leverage variable to bonds rating of banking companies listed on Indonesia Stock Exchange.

Keywords : Bonds Rating, The Leverage Ratio, Profitability, Liquidity, Size Firm, Maturity Bonds, Auditor Reputation.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar modal adalah pasar yang dirancang untuk membiayai investasi jangka panjang yang dilakukan oleh perusahaan swasta atau pemerintah (Syahyunan, 2013:10), sedangkan menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu “Kegiatan yang bersangkutan dengan penerimaan umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara dikarenakan pasar modal merupakan lembaga yang menyediakan fasilitas atau wahana untuk mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (dalam hal ini perusahaaan atau emiten). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya dengan harapan memperoleh imbalan (return), sedangkan pihak yang memerlukan dana (perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Dengan kata lain, pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas. Modal yang diperjualbelikan dalam pasar modal terbagi menjadi


(16)

dua, yaitu Debt Capital atau modal hutang dan Equity Capital atau modal ekuitas (Gitosudarmo dan Basri, 2002:239).

Obligasi merupakan salah satu jenis modal hutang yang diperjualbelikan dalam pasar modal. Obligasi adalah surat utang (pada umumnya berjangka panjang) yang diterbitkan oleh suatu perusahaan atau pemerintah dimana pihak yang memiliki surat berharga ini berkewajiban untuk melakukan pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang telah ditetapkan (Sjahrial, 2009:237). Obligasi menarik bagi investor dikarenakan kelebihan dalam hal keamanannya bila dibandingkan dengan saham, yaitu (1) volatilitas saham lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi sehingga daya tarik saham berkurang, dan (2) obligasi menawarkan tingkat return yang positif dan memberikan pendapatan yang tetap.

Investor yang rasional dalam membuat keputusan investasi membutuhkan informasi. Investor seringkali menggunakan informasi yang diumumkan kepada publik karena informasi tersebut mempunyai sinyal mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Investor obligasi memerlukan informasi yang dapat dijadikan acuan dalam mengkomunikasikan keputusan investasinya, sehingga informasi keuangan suatu entitas bisnis yang berkualitas sangat diperlukan sebagai pertanggungjawaban atas pengelolaan dana yang ditanamkan. Seorang investor yang akan membeli obligasi hendaknya tetap memperhatikan default risk, yaitu peluang dimana emiten akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya (gagal bayar). Menurut Manurung dkk. (2008) menyatakan bahwa “obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah, biasanya mendapatkan peringkat obligasi investment grade (level A), dikarenakan


(17)

pemerintah dianggap akan mampu untuk melunasi kupon dan pokok hutang saat obligasi jatuh tempo. Namun obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan (corporate bonds), terdapat default risk, yang bergantung pada kesehatan keuangan perusahaan emiten”. Untuk menghindari risiko tersebut, investor harus memperhatikan beberapa hal, salah satunya adalah peringkat obligasi (bond rating) perusahaan emiten. Peringkat obligasi merupakan suatu tingkat pengukuran tingkat kualitas dan keamanan dari sebuah bond yang didasarkan oleh kondisi finansial dari bond issuer untuk dapat membayar hutang dan bunganya tepat waktu.

Informasi peringkat obligasi bertujuan untuk menilai kualitas kredit dan kinerja dari perusahaan penerbit. Peringkat ini dinilai sangat penting bagi investor karena dapat dimanfaatkan untuk memutuskan apakah obligasi tersebut layak untuk dijadikan investasi serta mengetahui tingkat risikonya. Peringkat obligasi juga penting karena memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas default hutang perusahaan. Peringkat hutang juga berfungsi membantu kebijakan publik untuk membatasi investasi spekulatif para investor institutional seperti bank, perusahaan-perusahaan asuransi dan dana pensiun. Kualitas suatu obligasi dapat dimonitor dari informasi peringkatnya. Proses pemeringkatan obligasi nantinya akan berguna untuk menilai kinerja perusahaan dari berbagai faktor yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan informasi keuangan suatu perusahaan. Di Indonesia, terdapat enam lembaga pemeringkat sekuritas hutang yang di akui oleh Bank Indonesia berdasaarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPNP tanggal 22


(18)

Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia, yaitu Fitch Ratings, Moody’s Investor Service, Standard and Poor’s, PT.Fitch Ratings Indonesia, PT. ICRA, dan PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Namun dalam penelitian ini lebih mengacu pada PT. PEFINDO, dikarenakan sebagian besar perusahaan yang terdaftar di BEI menggunakan jasa PT. PEFINDO dalam memberikan peringkat obligasi. Berdasarkan informasi peringkat obligasi, investor dapat mengetahui return yang akan diperoleh sesuai dengan risiko yang dimiliki obligasi tersebut. Peringkat obligasi yang diberikan oleh agen pemeringkat dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu investment grade (AAA, AA, A, dan BBB) dan non investment grade (BB,B, CCC, dan D). Peringkat obligasi tersebut, dapat dijadikan sebagai penilaian bagi investor yang dapat dipercaya, objektif dan bersifat independen serta memberikan tingkat keamanan dan kredibilitas obligasi yang tinggi.

Akan tetapi, terdapat beberapa kejadian yang menimbulkan suatu pertanyaan apakah selamanya peringkat obligasi yang dinilai oleh agen pemeringkat di Indonesia tersebut akurat dan dapat diandalkan. Beberapa diantaranya terjadi pada kasus peringkat obligasi Bank Global yang diberikan oleh PT Kasnic Credit Rating Indonesia (Kasnic). Pada Juli 2003, Kasnic memberikan peringkat A- untuk obligasi subordinasi (subordinat) Bank Global (sebesar 400 miliar rupiah). Namun setelah BI mengumumkan secara resmi tentang status Bank Global pada 8 Desember 2004, Kasnic langsung menurunkan peringkat obligasi subordinasi tersebut menjadi BBB-. Kemudian, atas pengumuman BI mengenai pembekuan


(19)

izin Bank Global pada 13 Desember 2004, Kasnic menurunkan peringkat obligasi subordinasi secara drastis menjadi D (default).

Fenomena peringkat obligasi dapat dilihat juga pada kasus PT Mobile-8 Telecom Tbk, telah gagal bayar 2 kali untuk kupon 15 Maret 2009 dan 15 Juni 2009 dengan obligasi senilai Rp 675 miliar yang jatuh tempo Maret 2012. PT Davomas Abadi Tbk, obligasi senilai 235 juta dolar untuk jatuh tempo 2011 telah gagal bayar senilai 13,09 juta dolar untuk kupon 5 Mei 2009. PT Central Proteinprima yang merupakan produsen dan pengolah udang terbesar di Indonesia telah gagal bayar sebesar 17,9 juta dolar (Kompas, 9 Februari 2009). Per Juni 2008 dan 2009, peringkat obligasi PT mobile-8 Telecom Tbk pada Indonesian Bond Market Directory adalah idBBB+. Per Juni 2010, peringkatnya diturunkan menjadi idD.

Menurut Chan dan Jegadeesh (2004:154) menyatakan bahwa “salah satu alasan mengapa pemeringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat tersebut bias karena agen pemeringkat tidak melakukan monitor terhadap kinerja perusahaan setiap hari”. Dengan demikian agen pemeringkat hanya dapat menilai setelah terjadinya suatu peristiwa yang menyebabkan perubahan peringkat. Selain itu, tidak terdapat penjelasan lebih lanjut dari agen pemeringkat bagaimana informasi keuangan dapat digunakan dalam mempengaruhi peringkat obligasi perusahaan di Indonesia.

Penelitian mengenai rasio keuangan dan non keuangan di Indonesia masih banyak dihubungkan dengan harga saham ataupun kinerja perusahaan. Sejumlah penelitian yang meneliti pengaruh peringkat obligasi di Indonesia masih jarang


(20)

dilakukan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan data obligasi serta pengetahuan para investor terhadap obligasi. Wansley et al. (1992 dalam Linandarini, 2010:19) menyatakan bahwa “sebagian besar perdagangan obligasi dilakukan melalui pasar negosiasi (over the counter market) dan secara historis tidak terdapat informasi harga yang tersedia pada saat penerbitan atau saat penjualan. Dengan tidak tersedianya informasi tersebut membuat pasar obligasi menjadi tidak semeriah pasar saham”.

Hingga saat ini masih belum ada kepastian dari lembaga-lembaga pemeringkat yang ada mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemeringkatan sebuah obligasi. Beberapa penelitian mengenai peringkat obligasi telah dilakukan dan memiliki hasil yang beragam seperti penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009), Linandarini (2010), Maharti (2011), Adrian (2011), Yohanes (2012), Sari (2012), dan Prandana (2014). Ketidakkonsistenan pada faktor-faktor yang memengaruhi peringkat obligasi inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan verifikasi ulang mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Penelitian ini nantinya akan membahas seberapa besar pengaruh rasio keuangan dan non keuangan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan objek penelitian terbaru dari tahun 2010-2013. Peneliti memilih perusahaan perbankan sebagai objek penelitian dikarenakan perusahaan perbankan merupakan lembaga yang berperan penting dalam mendukung kegiatan perekonomian suatu negara khususnya di Indonesia. Hampir setiap aktivitas


(21)

ekonomi selalu memerlukan keberadaan atau campur tangan pihak perbankan. Penelitian ini nantinya akan menguji beberapa variabel diantaranya rasio leverage dengan proksi Debt to Equity Ratio (DER), rasio profitabilitas dengan proksi Return On Asset (ROA), rasio likuiditas dengan proksi Current Ratio (CR), ukuran perusahaan dengan rumus Log total asset ditambah dengan variabel umur obligasi dan reputasi auditor, serta penelitian ini nantinya akan menambah variabel moderating yaitu umur obligasi yang berfungsi untuk memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel independen (rasio leverage) dengan variabel dependen (peringkat obligasi).

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Apakah variabel rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio likuiditas, ukuran perusahaan, umur obligasi dan reputasi auditor secara parsial berpengaruh terhadap peringkat obligasi ?

2. Apakah variabel rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio likuiditas, ukuran perusahaan, umur obligasi dan reputasi auditor secara simultan berpengaruh terhadap peringkat obligasi ?


(22)

3. Apakah variabel umur obligasi memoderasi hubungan antara rasio leverage terhadap peringkat obligasi ?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini terfokus pada topik yang dipilih, maka penulis memberi batasan masalah sebagai berikut :

1. Obyek penelitian adalah perusahaan perbankan yang menggunakan jasa PT. PEFINDO dalam memberi peringkat atas obligasi yang beredar di masyarakat. 2. Variabel independen yang digunakan hanya berupa rasio keuangan seperti

rasio likuiditas, rasio leverage, profitabilitas, dan ukuran perusahaan sedangkan rasio non keuangan yang digunakan hanya meliputi umur obligasi dan reputasi auditor, dengan tambahan variabel moderating yaitu umur obligasi.

3. Periode penelitian yang diamati adalah tahun 2010-2013.

1.4 Tujuan dan kegunaan penelitian 1.41 Tujuan penelitian:

Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh rasio keuangan dan non keuangan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI baik secara parsial maupun secara simultan (bersama-sama). Dengan menguji sejumlah variabel-variabel rasio keuangan seperti rasio leverage, likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan variabel rasio non keuangan seperti umur obligasi (maturity) dan reputasi auditor yang


(23)

didasarkan pada data laporan keuangan perusahaan di Indonesia yang mendaftarkan obligasinya pada agen pemeringkat obligasi PT PEFINDO, serta ingin mengetahui pengaruh umur obligasi sebagai variabel moderating yang berfungsi untuk memoderasi rasio leverage apakah dapat memperkuat atau memperlemah pengaruhnya terhadap peringkat obligasi.

1.4.2 Kegunaan penelitian:

Adapun hasil penelitian diharapkan berguna bagi berbagai pihak, yaitu: 1. Bagi investor, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bahkan panduan untuk berinvestasi di instrumen obligasi perusahan perbankan.

2. Bagi perusahaan perbankan penerbit obligasi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan mengernai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi peringkat obligasi yang dijualnya di pasar modal.

3. Bagi peneliti yang ingin melakukan kajian di bidang yang sama, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan memberikan landasan pijak untuk penelitian selanjutnya.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

Peringkat obligasi mencerminkan kelayakan kredit perusahaan untuk bisa membayar kewajibannya terkait dengan suatu surat hutang tertentu. Peringkat obligasi harus diperhatikan oleh investor apabila investor akan membeli obligasi karena peringkat obligasi dapat menunjukan risiko obligasi. Risiko obligasi terkait dengan kemampuan perusahaan yang mengeluarkan obligasi untuk membayar pokok pinjaman dan bunga pada saat jatuh tempo. Misalnya, membeli obligasi dengan peringakat BBB ke atas relative lebih aman dibandingkan dengan dengan obligasi dengan peringkat B ke bawah, dikarenakan obligasi yang memiliki peringkat ke bawah memiliki yield yang tinggi, peringkat rendah, dan risiko default besar, yaitu peluang emitan atau peminjam akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya.

2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory)

Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Konsep teori sinyal dan asimetri informasi sangat berkaitan erat dimana teori asimetri informasi terjadi ketika pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak lainnya.


(25)

Manajer biasanya mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak luar seperti investor. Sehingga terjadi asimetri informasi antara manajer dan investor. Investor yang merasa mempunyai informasi sedikit, akan berusaha menginterpretasikan perilaku manajer. Dengan kata lain, perilaku manajer dalam hal menentukan struktur modal bisa dianggap sebagai sinyal oleh pihak luar (investor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Menurut Mamduh (2004:314) menyatakan bahwa “perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar termasuk investor”.

Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan hutang yang dimiliki.


(26)

2.1.2 Pasar Modal

Dalam perkembangannya, para ahli ekonom dalam mendefenisikan ruang lingkup pasar modal memiliki cara pandang dan pemikiran yang sedikit berbeda-beda. Menurut Latumaerissa (2011:353) mendefeniskan pasar modal sebagai “pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang relatif panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat produksi dan pada akhirnya meningkatkan kegiatan perekonomian. Sementara menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 (1995 dalam Syahyunan, 2013:300) memberikan pengertian yang lebih spesifik mengenai pasar modal, yaitu: “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Efek adalah surat-surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, right (bukti right), warrant, opsi, atau setiap derivatif dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh lembaga pasar modal sebagai efek. Pasar modal merupakan pasar yang menjadi penghubung antara pemilik dana dalam hal ini pemodal atau investor dengan pengguna dana dalam hal ini emiten atau perusahaan. Efek-efek pasar modal ini lah yang diperdagangkan dan nantinya dapat menunjang kestabilan perekonomian Indonesia melalui peningkatan kualitas kinerja perusahaan dan kesejaterahan masyarakat. Obligasi diterbitkan dan diperdangkan di pasar modal sehingga secara otomatis tanpa keberadaan pasar modal maka instrument ini tidak akan


(27)

pernah ada. Tentunya perusahaan-perusahaan yang sudah go public atau yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sajalah yang berhak mendapatkan instrumen-intrumen pasar modal ini.

Pasar modal memiliki peranan yang sangat besar bagi pelaku-pelaku ekonomi baik bagi perusahaan, investor atau bahkan bagi lembaga-lembaga penunjang pasar modal. Bagi perusahaan, pasar modal dapat dijadikan sebagai sumber pendanaan untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan proses produksinya, sementara bagi investor pasar modal dapat dijadikan sebagai instrumen untuk meningkatkan keuntungan atau balas jasa atas dana yang telah di investasikan dalam pasar modal tersebut. Bersamaan dengan ini, dengan adanya pasar modal membuka kesempatan bagi lembaga-lembaga penunjang pasar modal terkhusus PT PEFINDO selaku lembaga penilai sekuritas utang agar menjalankan kegiatannya secara independen dan profesional.

2.1.3 Investasi

Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu asset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi dimasa yang akan datang atau dalam jangka waktu yang panjang. Investasi menurut Jogiyanto (1998:5) adalah sebagai berikut:

Investasi merupakan suatu penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efesien selama periode waktu tertentu. Investasi terbagi menjadi dua yaitu: investasi langsung dan


(28)

investasi tak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain, sedangkan investasi tak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi.

Pengertian investasi menunjukkan bahwa tujuan investasi adalah meningkatkan kesejahteraan investor, baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. Pada umumnya para investor mempunyai sifat tidak menyukai resiko (risk-aderse), yaitu apabila mereka dihadapkan pada suatu kesempatan investasi yang mempunyai risiko tinggi maka para investor tersebut akan mensyaratkan tingkat keuntungan yang lebih besar. Semakin tinggi risiko suatu kesempatan investasi, maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. Konsep ini juga berlaku pada investasi dalam saham maupun obligasi.

2.1.4 Obligasi

2.14.1 Pengertian Obligasi

Berkembangnya ilmu pengetahuan saat ini, para ekonom mendefenisikan obligasi sangat beragam namun secara keseluruhan memiliki makna atau pengertian yang hampir sama. Menurut Latumaerissa (2011:366) menyatakan bahwa “obligasi adalah surat utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dan bersuku bunga tertentu, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari masyarakat, guna pembiayaan perusahaan atau oleh pemerintah untuk keperluan anggaran belanjanya (debenture bond)”. Obligasi disebut


(29)

surat berharga karena pemegang obligasi memiliki klaim terhadap pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang telah ditetapkan.

Obligasi memiliki beberapa karakteristik menurut Latumaerissa (2011:367) antara lain sebagai berikut:

1. Nilai nominal (face value), nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.

2. Kupon (interest rate), nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap tiga atau enam bulanan).

3. Jatuh tempo (maturity), tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun.

4. Penerbit/emiten (issuer), dengan mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi obligasi retail. Mengukur resiko atau kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon atau pokok obligasi tepat waktu (default risk) dapat dilihat dari peringkat atau rating obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat dalam hal ini lembaga pemeringkatan PT PEFINDO.

Dari karakteristik yang ada suatu obligasi memiliki nilai nominal (face value), kupon (interest rate), dan jatuh tempo (maturity) yaitu tanggal dimana pemegang obligasi mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Selain itu obligasi memiliki peringkat atau rating yang di berikan oleh lembaga pemeringkat seperti PT. PEFINDO sebagai pengukur risiko kemungkinan penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan/atau pokok obligasi tepat waktu (default risk).


(30)

2.1.4.2 Manfaat Obligasi

Obligasi memiliki banyak keuntungan atau manfaat menurut Syahyunan (2013:18) antara lain sebagai berikut:

1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus (tidak dengan termin-termin).

2. Biaya relatif murah. 3. Proses relatif murah.

4. Dengan adanya keterbukaan berarti jugag mengharuskan adanya peningkatan profesionalisme.

5. Emiten akan lebih dikenal masyarakat.

6. Obligasi merupakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan, dengan jangka waktu sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.

7. Bisa menggunakan jasa penanggung (guarantor) apabila Debt to Equity Ratio (DER) emiten tinggi.

8. Pembayaran tingkat bunga dapat dilakukan berdasarkan tingkat bunga tetap atau dengan tingkat bunga mengambang. Keuntungan obligasi yaitu memberikan pendapatan tetap (fixed income) berupa kupon. Dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pendapatan bunga secara rutin selama waktu berlakunya obligasi. Selain itu, perusahaan penerbit obligasi dapat memperoleh dana secara lansung untuk pembiayaan jangka panjangnya.

Menurut Sunariyah (2004) menyatakan bahwa “manfaat utama obligasi yaitu tingkat bunga obligasi bersifat konstan, dalam arti tidak dipengaruhi harga pasar obligasi. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima, sebab dalam kontrak perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang akan diterima pemegang obligasi”. Apabila dibandingkan dengan saham, return saham sangat bervariasi, karena dividen saham sangat tergantung pada


(31)

laba perusahaan. Apabila laba perusahaan turun, maka dividen juga turun, dan sebaliknya. Dari sisi lain, karena pendapatan obligasi dapat diprediksi, maka pemegang obligasi dapat membuat portofolio obligasi yang lebih baik, dibandingkan dengan portofolio saham.

Dalam struktur keuangan perusahaan, obligasi mempunyai urutan lebih diutamakan daripada saham untuk mendapatkan haknya apabila perusahaan melakukan likuidasi. Urutannya adalah pajak pemerintah, hutang jangka pendek, obligasi (hutang jangka panjang), kemudian preffered stock dan yang terakhir adalah common stock (Keown dkk, 2011:236). Sehingga pemegang obligasi lebih dipentingkan daripada pemegang saham perusahaan publik apabila menuntut hak pembayaran pada saat perusahaan mengalami pailit. Setelah hak pemegang obligasi terpenuhi maka baru dipenuhi hak pemegang preffered stock dan common stock.

2.1.4.3 Kelemahan Obligasi

Selain memiliki kelebihan, obligasi juga memiliki beberapa kelemahan yang nantinya akan menjadi resiko investasi yang dilakukan oleh investor, adapun beberapa kelemahan obligasi menurut Syahyunan (2013:312) antara lain sebagai berikut:

1. Gagal bayar, Apabila perusahaan penerbit mempunyai masalah likuiditas dan tidak mampu melunasi kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan maka pemegang obligasi akan menderita kerugian, karena perusahaan akhirnya tidak dapat menepati janjinya.


(32)

2. Capital loss atau kerugian dalam bentuk bunga, Meskipun tingkat bunga konstan, harga obligasi sangat berfluktuasi. Harga obligasi sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah atau bank sentral. Tingkat bunga pasar keuangan dengan harga obligasi mempunyai hubungan negatif, apabila harga obligasi naik maka tingkat bunga akan turun, demikian sebaliknya. Sehingga, pemodal harus memperhatikan pergerakan harga obligasi agar dapat mempertimbangkan waktu beli yang menguntungkan.

3. Callability atau resiko penarikan, Apabila dalam kontrak perjanjian obligasi ada persyaratan penarikan obligasi, perusahaan dapat menarik obligasi sebelum jatuh tempo dengan membayar sejumlah premium. Hal ini kelihatannya menguntungkan pemegang obligasi, tetapi biasanya obligasi yang diambil dijual kembali dengan tingkat bunga yang lebih rendah oleh penerbit obligasi (yang disebut refunding). Sebagai akibatnya, pemegang obligasi belum siap untuk reinvestasi, atau dinamakan reinvestment risk.

Salah satu kelemahan utama dalam obligasi yaitu gagal bayar, akan terjadi ketika sebuah perusahaan tidak mampu melunasi kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan sehingga pemegang obligasi akan menderita kerugian. Ini merupakan risiko terbesar yang harus di hindari investor. Selain itu kerugian dalam bentuk bunga (capital loss) dapat terjadi apabila harga obligasi mengalami penurunan, harga obligasi sangat tergantung pada kebijakan pemerintah atau bank sentral. Sehingga, investor harus memperhatikan pergerakan harga obligasi agar dapat mempertimbangkan waktu beli yang menguntungkan.


(33)

2.1.4.4 Jenis-jenis Obligasi

Beberapa ahli ekonom telah mengklasifikasikan jenis-jenis obligasi, secara umum terdapat jenis-jenis obligasi antara lain sebagai berikut:

1. Obligasi atas dasar emiten (penerbitnya)

a. Obligasi Pemerintah Pusat (Government Bond), adalah sekuritas pemerintah yang digunakan untuk pendanaan dalam hutang pemerintah (obligasi RI tahun 1950).

b. Obligasi Badan Usaha Milik Negara (State Owned Company Bond), adalah obligasi yang diterbitkan oleh BUMN untuk pendanaan (obligasi Jasa Marga, BAFINDO).

c. Obligasi Perusahaan Swasta (Corporate Bonds), adalah sekuritas yang mencerminkan janji dari perusahaan yang menerbitkan untuk memberikan sejumlah pembayaran berupa pembayaran kupon dan pokok pinjaman kepada pemilik obligasi, selama jangka waktu tertentu. Obligasi ini terdiri dari:

1) Participating Bonds, Pemilik obligasi selain memperoleh bunga yang tetap juga memperoleh pembagian keuntungan yang diperoleh perusahaan.

2) Client Bonds, obligasi yang diberikan kepada langganan perusahaan dalam rangka mengembangkan pemilikan efek kepada masyarakat.


(34)

3) Debenture Bonds, obligasi yang tidak dijamin atau tanpa suatu jaminan.

2. Obligasi atas tingkat bunga. Obligasi yang tingkat bunganya berbeda-beda, antara lain sebagai berikut:

a. Fixed Coupon Rate, obligasi yang memberikan bunga yang tetap jumlahnya kepada pemiliknya. Contohnya: Obligasi dengan bunga ditangguhkan, obligasi dengan premi, obligasi indeks. b. Floating/variable coupon rate,obligasi yang menawarkan suku

bunga mengambang (tidak tetap) kepada pemiliknya. Contohnya: Obligasi dengan bunga variabel, obligasi indeks.

c. Zero coupon bond,obligasi dengan tingkat bunga nol artinya obligasi ini dijual dengan diskon pada awal periode dan kemudian dilunasi sesuai nominal pada akhir periode.

3. Obligasi atas dasar jaminan, terdiri dari:

a. Secured Bonds, obligasi yang dikeluarkan dengan jaminan. Contohnya: obligasi dengan garansi, obligasi dengan jaminan aset, obligasi dengan klausal hipotek negatif.

b. Unsecured Bonds, obligasi yang tidak disertai jaminan apapun. Contohnya: debenture bonds.

4. Obligasi atas dasar jangka waktu, terdiri dari:

a. Obligasi dengan jangka waktu terbatas (Limited Bonds), obligasi yang memiliki jangka waktu jatuh tempo untuk pengambilan hutang-hutangnya.


(35)

b. Obligasi dengan jangka waktu tidak terbatas (Unlimited Bonds), obligasi yang tidak dibatasi oleh jangka waktu tertentu untuk pengambilan hutangnya.

2.1.4.5 Peringkat Obligasi (Bonds Rating)

Secara umum, bond rating merupakan suatu tingkat pengukuran kualitas dan keamanan dari sebuah bond yang didasarkan oleh kondisi finansial dari bond issuer. Secara spesifik, bond rating merupakan hasil dari evaluasi yang dilakukan lembaga pemeringkat yang merupakan indikator kemungkinan bond issuer untuk dapat membayar hutang dan bunganya tepat waktu. Tujuan utama proses rating adalah memberikan informasi akurat mengenai kinerja keuangan, posisi bisnis industri perseroan yang menerbitkan surat hutang (obligasi) dalam bentuk peringkat kepada calon investor.

Manfaat umum dari proses bond rating menurut Rahardjo (2004 dalam Nugraha, 2010:7) antara lain sebagai berikut:

1. Sistem informasi keterbukaan pasar yang transparan yang menyangkut berbagai produk obligasi akan menciptakan pasar obligasi yang sehat dan transparan juga.

2. Efisiensi biaya. Hasil rating yang bagus biasanya memberikan keuntungan, yaitu menghindari kewajiban persyaratan keuangan yang biasanya memberatkan perusahaan seperti penyediaan sinking fund, ataupun jaminan aset.

3. Menentukan besarnya coupon, semakin bagus rating cenderung semakin rendah nilai kupon dan begitu pula sebaliknya.

4. Memberikan informasi yang obyektif dan independen menyangkut kemampuan pembayaran hutang, tingkat risiko


(36)

investasi yang mungkin timbul, serta jenis dan tingkatan hutang tersebut.

5. Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi ekonomi pada umumnya.

Peringkat obligasi memiliki banyak manfaat, terutama bagi investor. Peringkat obligasi dapat digunakan sebagai acuan apakah investor layak untuk berinvestasi pada obligasi tertentu, karena dalam peringkat obligasi terdapat sinyal akan kemampuan emiten dalam melunasi kewajiban financialnya. Jadi, investor dapat menggunakan peringkat obligasi untuk mengidentifikasi risiko default. Sehingga investor dapat berinvestasi pada obligasi yang tingkat resikonya dapat di toleransi. Investor tidak perlu melakukan penelitian sendiri untuk mengetahui rating dari suatu obligasi, melainkan cukup melihat pengumuman peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat kredit.

Dengan melakukan analisis dari segi keuangan atau manajemen dan bisnis fundamentalnya, setiap investor akan dapat menilai kelayakan bisnis usaha emiten tersebut. Selain itu, investor akan dapat menilai tingkat risiko yang timbul dari investasi obligasi tersebut. Beberapa manfaat rating bagi investor adalah sebagai berikut :

a. Informasi risiko investasi. Tujuan utama investasi adalah untuk meminimalkan risiko serta mendapatkan keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, dengan adanya bond rating diharapkan informasi risiko dapat diketahui lebih jelas posisinya.


(37)

b. Rekomendasi investasi. Investor akan dengan mudah mengambil keputusan investasi berdasarkan hasil peringkat kinerja emiten obligasi tersebut. Dengan demikian investor dapat melakukan strategi investasi akan membeli atau menjual sesuai perencanaannya. c. Perbandingan. Hasil rating akan dijadikan patokan dalam membandingkan obligasi yang satu dengan yang lain, serta membandingkan struktur yang lain seperti suku bunga dan metode penjaminannya.

Untuk melakukan proses penerbitan obligasi, perusahaan harus melakukan proses pemeringkatan yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat. Beberapa manfaat yang akan didapatkan dari emiten di antaranya adalah:

a. Informasi posisi bisnis. Dengan melakukan rating, pihak perseroan akan dapat mengetahui posisi bisnis dan kinerja usahanya dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.

b. Menentukan struktur obligasi. Setelah diketahui keunggulan dan kelemahan manajemen, bisa ditentukan beberapa syarat atau struktur obligasi yang meliputi tingkat suku bunga, jenis obligasi, jangka waktu jatuh tempo, jumlah emisi obligasi serta berbagai struktur pendukung lainnya.

c. Mendukung kinerja. Apabila emiten mendapatkan rating yang cukup bagus maka kewajiban menyediakan sinking fund atau jaminan kredit bisa dijadikan pilihan alternative.


(38)

d. Alat pemasaran. Dengan mendapatkan rating yang bagus, daya tarik perusahaan di mata investor bisa meningkat. Dengan demikian, adanya rating bisa membantu system pemasaran obligasi tersebut supaya lebih menarik.

e. Menjaga kepercayaan investor. Hasil rating yang independent akan membuat investor merasa lebih aman, sehingga kepercayaan investor bisa terjaga.

Definisi peringkat berdasarkan PEFINDO adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Peringkat Obligasi berdasarkan PEFINDO

Peringkat Keterangan

IdAAA Merupakan peringkat tertinggi yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang superior untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.

IdAA Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. IdA Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor

memiliki kapasitas yang kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Bagaimanapun, sekuritas hutang ini lebih mudah terpengaruh terhadap perubahan kondisi ekonomi dibandingkan sekuritas hutang dengan rating yang lebih tinggi.

IdBBB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Bagaimanapun, perubahan kondisi ekonomi dianggap dapat melemahkan kapasitas obligor dalam memenuhi


(39)

komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya.

IdBB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang agak lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Kapasitas obligor untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya mudah terpengaruh oleh ketidakpastian, atau perubahan kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya.

IdB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Walaupun obligor kini memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya, adanya perubahan kondisi kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya dapat melemahkan kapasitas atau willingness pemenuhan kewajiban obligor tersebut.

IdCCC Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang sangat lemah dan rentan untuk tidak memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.

IdD Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Dengan kata lain obligor dalam kondisi default.

Pada peringkat dari idAA sampai idB dapat dimodifikasi menggunakan notasi plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatif dalam kategori peringkat tersebut.

Sumber: PEFINDO

2.1.5 PT PEFINDO

PT. PEFINDO atau PT Pemeringkat Efek Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993, melalui inisiatif Otoritas Jasa Keuangan dahulu di kenal sebagai Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan


(40)

Bank Indonesia. Pada tanggal 31 Agustus 1994, Pefindo memperoleh izin usahanya dengan Nomor. 39/PM-PI/1994 dan menjadi salah satu lembaga penunjang pasar modal di Indonesia. Tugas utama Pefindo adalah untuk menyediakan suatu peringkat atas risiko kredit yang objektif, independen, serta dapat dipertanggungjawabkan atas penerbitan surat hutang yang diperdagangkan kepada masyarakat luas. Disamping melaksanakan kegiatannya dalam melakukan pemeringkatan surat hutang, Pefindo juga menerbitkan dan mempublikasikan informasi kredit sehubungan dengan pasar perdagangan efek. Publikasi ini terdiri dari opini kredit atas perusahaan-perusahaan penerbit obligasi beserta sektor aset acuannya. Pefindo merupakan perseroan terbatas yang saat ini dimiliki oleh 86 badan hukum per 31 Desember 2014 yang mempresentasikan pasar modal Indonesia dengan tidak satupun pemegang saham yang dimiliki lebih dari 50% saham.

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi, dalam penelitian ini peneliti mengambil beberapa variable-variabel yang mempengaruhi peringkat obligasi antara lain sebagai berikut:

2.1.6.1 Leverage

Rasio leverage disebut juga sebagai rasio solvitabilitas, menurut Syahyunan (2013:92) menyatakan bahwa rasio leverage adalah “rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan


(41)

untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas”. Rasio leverage

yang umum dipakai antara lain adalah debt to asset ratio, debt to equity ratio, time interest earned ratio, fixed charge coverage ratio, dan debt service coverage. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu proksi yaitu debt to equity ratio. Menurut Sudana (2011:20) debt to equity ratio adalah “rasio yang mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai modal perusahaan”. Semakin besar rasio ini menunjukan bahwa semakin besar pula porsi penggunaan utang dalam membiayai investasi pada modal, yang berarti pula resiko keuangan meningkat. Menurut Burton at al (2000) menyatakan bahwa “semakin besar leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan

perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan”. Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi rasio ini berarti sebagian besar aset didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan dihadapkan pada default risk atau peringkat obligasi yang rendah. Semakin tinggi leverage, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Dengan demikian, semakin rendah leverage perusahaan maka akan semakin tinggi peringkat yang diberikan pada perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yohanes (2012) dan Prandana (2014)


(42)

menyatakan bahwa leverage secara signifikan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

2.1.6.2 Profitabilitas

Menurut Kasmir (2008:196) menyatakan bahwa “rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Ada beberapa macam rasio profitabilitas namun penilitian ini menggunakan satu proksi profitabilitas yaitu return on asset (ROA). Menurut Sudana (2011:22) menyatakan bahwa “ROA adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki guna untuk menghasilkan laba setelah pajak”. Rasio ini sangat penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar, dan sebaliknya.


(43)

Menurut Murcia et al (2014) menyatakan bahwa “semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (default) atau semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009), Linandarini (2010) dan Yohanes (2012) menyatakan bahwa rasio profitabilitas secara signifikan dapat mempengaruhi peringkat suatu obligasi.

2.1.6.3 Likuiditas

Defenisi rasio likuiditas menurut Syahyunan (2013:92) adalah “rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu”. Sedangkan menurut Gill (2006 dalam Kasmir, 2008:130) mendefenisikan bahwa “rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo”. Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu memenuhi uang tersebut terutama utang yang telah jatuh tempo.

Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur likuiditas yaitu current ratio, quick ratio, cash ratio, dan net working capital. Dalam


(44)

penelitian ini, peneliti menggunakan proksi current ratio. Menurut Sudana (2011:21) menyatakan bahwa “current ratio mengukur

kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancar dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki”. Semakin besar rasio ini berarti semakin likuid perusahaan.

Penelitian Linandarini (2010), Adrian (2011) dan Sari (2012) menemukan hubungan antara likuiditas dengan peringkat obligasi dimana semakin tinggi likuiditas maka semakin tinggi peringkat obligasi perusahaan tersebut. Burton et al (2000) menyatakan bahwa “tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi”.

2.1.6.4 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin besar kapitalisasi pasar semakin besar pula perusahaan dikenal masyarakat. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan


(45)

menggunakan total aktiva karena nilai aktiva relatif stabil dibandingkan dengan nilai penjualan dan kapitalisasi pasar.

Ukuran perusahaan merupakan salah suatu variabel akuntansi yang mempengaruhi peringkat obligasi. Murcia (2014) menyatakan bahwa “perusahaan-perusahaan besar kurang berisiko dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan kecil memiliki resiko yang lebih besar. Apabila semakin besar perusahaan, potensi mendiversifikasikan resiko non sistematik juga semakin besar sehingga membuat risiko obligasi perusahaan tersebut menurun”. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi.

2.1.6.5 Umur Obligasi

Umur Obligasi merupakan tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Obligasi dengan umur obligasi yang lebih pendek mempunyai resiko yang lebih kecil. Sehingga perusahaan yang rating obligasinya tinggi


(46)

menggunakan umur obligasi yang lebih pendek daripada perusahaan yang menggunakan umur obligasi lebih lama (Latumaerissa, 2011:367). Oleh karena itu investor akan memilih obligasi dengan umur pendek di banding dengan obligasi berumur panjang. Karena obligasi yang berumur pendek memiliki resiko yang kecil dibanding dengan obligasi berumur panjang. Umur obligasi yang pendek ternyata menunjukan peringkat obligasi yang investment grade.

Penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2011), Sari (2012), Yohanes (2012) dan Prandana (2014) menyatakan bahwa umur obligasi berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

2.1.6.6 Reputasi Uditor

Reputasi dalam arti sempit adalah nama baik. Argumen yang mendasari dimasukkannya reputasi auditor adalah semakin tinggi reputasi auditor didalam melakukan proses audit maka semakin tinggi pula tingkat kepastian laporan keuangan perusahaan sehingga semakin kecil tingkat kegagalan perusahaan tersebut (Almilia & Vieka, 2007). Tambahan pula, menurut Magreta dan Nurmayanti, (2009:148) menyatakan bahwa “dengan reputasi auditor yang baik maka akan memberikan hasil audit yang dapat dipercaya”. Dengan demikian, emiten yang diaudit oleh auditor big four akan mempunyai obligasi yang investment grade karena semakin baik reputasi auditor maka akan mempengaruhi peringkat obligasi.


(47)

Adapun yang termasuk kedalam big four antara lain sebagai berikut:

1. Ernst and Young (ET), dengan pertnernya di Indonesia Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.

2. Delotte Touche Tohmatsu, dengan pertnernya di Indonesia Osman Ramli Satrio dan Rekan.

3. Price WaterHouse Coopers (PWC), dengan pertnernya di Indonesia Haryanto Sahari dan Rekan.

4. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia yaitu Siddarta dan Harsono.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) menyatakan bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi. Dimana masing-masing penelitian mempunyai variabel independen yang berbeda-beda dari tahun ke tahun dan penelitan tersebut biasanya selalu bervariasi sesuai dengan kebutuhan sipeneliti (menambah atau mengembangkan penelitian yang sudah ada sebelumnya dengan objek perusahaan yang berbeda dan periode penelitian yang berbeda).

Berikut penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi, diantaranya sebagai berikut:


(48)

Margareta dan Nurmayanti (2009) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi pada seluruh perusahaan dari sudut akuntansi dan non akuntansi. Dimana sampel perusahaan yang digunakan adalah sebanyak 80 perusahaan yang terdaftar di PEFINDO kecuali perusahaan yang bergerak di bidang perbankan dan lembaga keuangan lainnnya dari periode 2005-2008. Dari sisi faktor akuntansi yang digunakan adalah size (Log.Total Asset), likuiditas (Current Asset/Current Liabilities), profitabilitas (Operating Income/Investment), leverage (Total Liabilities/Total Equity), dan produktivitas (Sales/Total Asset), sementara dari faktor non akuntansi yang digunakan adalah secure, umur obligasi dan reputasi auditor. Metode analisis menggunakan logistic regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya profitabilitas dan produktivitas dari sudut akuntansi dan secure (jaminan) dari sudut non akuntansi saja yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sementara rasio leverage, likuiditas, maturity, ukuran perusahaan dan reputasi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.

Linandari (2010) juga melakukan penelitian yang mengenai kemampuan rasio keuangan didalam memprediksi peringkat obligasi. Dimana sampel yang digunakan didalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di PEFINDO kecuali perusahaan perusahaan dibidang perbankan dan lembaga keuangan lainnya periode 2007-2008. Rasio keuangan yang dijadikan penelitian ini adalah rasio leverage (Long Term Liability/Total Asset), rasio likuiditas (Current Asset/Current Liability), rasio solvabilitas (Cash Flow from Operation/Total Liabilities), rasio profitabilitas (Operating Income/Sales),dan


(49)

rasio produktivitas (Sales/Total Asset). Penelitian ini menggunakan Multiple Discriminant Analysis (MDA). Hasil penelitian terdapat tiga variabel rasio keuangan yang dapat membentuk model prediksi peringkat obligasi. Ketiga variabel rasio keuangan tersebut berasal dari rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio produktivitas. Sementara rasio solvabilitas dan leverage tidak dapat dijadikan sebagai prediksi didalam menentukan peringkat obligasi.

Sementara Maharti (2011) juga menguji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi. Variabel independen yang diuji adalah profitabilitas (Laba setelah pajak/Total Aset), likuiditas (Aset lancar/Utang lancar), ukuran perusahaan (Log.Total Asset), leverage (Utang jangka panjang/Total Asset), dan jaminan (obligasi memberikan jaminan atau tidak). Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kriteria sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Total sampel yang diambil adalah 45 perusahaan selama tahun 2007-2010. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analysis ordinal regresission karena variabel terikat berupa skala ordinal (peringkat). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

Kemudian, Adrian (2011) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi. Penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO periode tahun 2006 hingga tahun 2009. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan


(50)

manufaktur. Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan metode penyampelan bersasaran (purposive sampling), sedangkan metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Dimana variabel independen yang digunakan didalam penelitian ini adalah rasio leverage (Total hutang/Total modal), rasio likuiditas (Aset lancar/Hutang lancar), rasio profitablititas (Laba bersih/ Total aset) dan umur obligasi. Penelitian ini menghasilkan bahwa likuiditas dan umur obligasi berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

Yohanes (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan dan karakteristik obligasi terhadap rating obligasi korporasi di Indonesia. Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling, dengan kriteria, Obligasi yang diperingkat oleh PT. Pefindo pada April 2012, obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang bergerak di sektor keuangan (Banking, Finance Company, dan Securities Company), obligasi yang waktu jatuh temponya berdasarkan satuan tahun. Berdasarkan pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling, terdapat 117 obligasi yang sesuai dengan kriteria pengambilan sampel. Analisis data menggunakan regresi berganda. Variabel independen yang digunakan didalam memprediksi peringkat obligasi adalah rasio leverage (Total Debt/Total Equity), dan profitabilitas (Net Income/Common Equity) sedangkan karateristik obligasi yang digunakan adalah maturity dan subordination. Hasil penelitian menujukkan bahwa rasio leverage, profitability, umur obligasi dan subordination secara simultan berpengaruh signifikan terhadap


(51)

peringkat obligasi. Sedangkan secara parsial hanya subordination yang tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi suatu perusahaan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) yaitu melakukan penelitan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rating obligasi. Penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO periode tahun 2008 hingga tahun 2011. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah 11 perusahaan manufaktur. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dengan jenis data sekunder. Dimana variabel independen yang digunakan dalam penilitian ini adalah ukuran perusahaan (size), pertumbuhan perusahaan (growth), rasio solvabilitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, jaminan (secure), umur obligasi (maturity), dan reputasi auditor (auditor reputation). Penelitian ini menghasilkan bahwa variabel ukuran perusahaan, rasio likuiditas, jaminan, umur obligasi dan reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan variabel pertumbuhan perusahaan, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Prandana (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan dan non keuangan terhadap peringkat obligasi. Penilitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan jumlah sampel 16 perusahaan manufaktur dari tahun 2010-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data


(52)

sekunder. Dimana variabel independen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, produktivitas, umur obligasi dan reputasi auditor. Penelitian ini memberikan hasil bahwa variabel leverage dan umur obligasi berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan rasio likuiditas, profitabilitas, produktivitas dan reputasi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.

Tabel : 2.2

Review Penelitian Terdahulu Nama, Tahun

dan Judul penelitian

Variabel penelitian Hasil penelitan

Magreta dan Nurmayanti (2009)

“Faktor-faktor yang Mempe-ngaruhi Prediksi Peringkat Obli-gasi ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akun-tansi”

Variabel independen: Ukuran perusahaan, rasio likuiditas, profitabilitas, leverage, produktivitas, umur obligasi, jaminan obligasi, reputasi auditor. Variebel dependen: Peringkat obligasi

Profitabilitas, produktivitas dan jaminan obligasi yang ber-pengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan rasio likuiditas, leverage, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur obligasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.

Linandarini (2010) “ Kemam-puan Rasio Ke-uangan dalam Memprediksi Peringkat Obli-gasi Perusahaan di Indonesia”

Variabel independen: Rasio leverage, liquidity, solvability, profitability, productivity.

Variabel dependen: Peringkat obligasi

Rasio liquidity, profitability produktivity dapat mempenga-ruhi prediksi peringkat obligasi sementara solvability, leverage tidak berpengaruh secara signifikan didalam mempenga-ruhi prediksi peringkat obligasi.


(1)

111

57 BW Plantation Tbk idBBB+

58 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk idBBB

59 Bank Capital idBBB+

60 Varia Usaha idA-

61 Essar Indonesia idBBB+

62 Astra Sedaya Finance idAA+

63 Clipan Finance Tbk idA+

64 Fastfood Indonesia Tbk idAA

65 Bank CIMB Niaga idAAA

66 Summit Oto Finance idAA

67 BPD Sumsel dan Bangka Belitung idA- 68 MNC Kapital Indonesia Tbk idBBB 69 Asuransi Purna Artanugraha idBBB+

70 Kimia Farma Tbk idAA-

71 Intiland Development Tbk idA

72 Permodalan Nasional Madani (Persero) idA 73 Perkebunan Nusantara X (Persero) idA+ 74 Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk idA

75 Radiant Utama Interisco idBBB+

76 Panorama Sentrawisata Tbk idA-

77 Wika Realty idA-

78 Batavia Prosperindo Finanace Tbk idBBB 79 Bank Mayapada Internasional Tbk idA-

80 Pegadaian (Persero) idAA+

81 Bank Victoria Internasional Tbk idA-

82 Perum Jamkrindo idAA

83 Agung Podomoro Land Tbk idA

84 Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 idBBB+

85 Lautan Luas Tbk idA-

86 Tigaraksa Satria Tbk idA-

87 Wijaya Karya (Persero) Tbk idA+ 88 Bank Muamalat Indonesia Tbk idA+ 89 Nippon Indosari Corpindo Tbk idAA- 90 Perkebunan Nusantara IX (Persero) idA-

91 Intraco Penta Tbk idA-

92 Apexindo Pratama Duta Tbk idA

93 Bank Lampung idA-

94 Bank BNI Syariah idAA

95 Asuransi Bangun Askrida idA

96 Pelabuhan Indonesia III (Persero) idAA+

97 Hutama Karya (Persero) idA-

98 Tunas Baru Lampung Tbk idA

99 Telekomunikasi Indonesia Tbk idAAA 100 Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk idAA


(2)

101 Global Mediacom Tbk idA+ 102 Mandala Multifinance Tbk idA 103 Adhi Karya (Persero) Tbk idA

104 Selamat Sempurna Tbk idAA-

105 Serasi Autoraya idA+

106 Mandiri Tunas Finance idAA

107 MNC Securities idBBB

108 Bank Pembangunan Daerah NTT idA-

109 Artha Prima Finance idBBB

110 Indofood Sukses Makmur Tbk idAA+

111 Asuransi Umum Videi idBBB

112 Indosat Tbk idAA+

113 Trikomsel Oke Tbk idA

114 Bank DKI idA+

115 Toyota Astra Financial Services idAA 116 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk idA-

117 Bank ICB Bumiputera Tbk idBBB

118 Timah (Persero) Tbk idAA

119 Tapen (Persero) idAAA

120 Bank Sumut idA+

121 Oto Muliartha idAA

122 Bank Nagari idA

123 Bakrieland Development Tbk idCCC

124 Jasaraharja Putera idA+

125 Pupuk Sriwidjaja Palembang idAA+

126 Indomobil Wahana Trada idA

127 Mayora Indah Tbk idAA-

128 Pembangkitan Jawa-Bali idAAA

129 Federal International Finance idAA+

Lampiran 2

Proses Seleksi Pengambilan Sampel

Nama Emiten

Kriteria

Sampel Sampel 1 2 3

1 Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk √ - √

2 Bank ICB Bumi Putra Tbk √ √ √ Sampel 1 3 Bank Capital Indonesia Tbk √ - √

4 Bank Ekonomi Raharja Tbk √ - √

5 Bank Central Asia Tbk √ - √


(3)

113

7 Bank Mestika Dharma Tbk - - -

8 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk √ - √ 9 Bank Nusantara Parahyangan Tbk √ - √

10 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk √ √ √ Sampel 2 11 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk √ √ √ Sampel 3

12 Bank Mutiara Tbk √ - √

13 Bank Danamon Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 4 14 Bank Pundi Indonesia Tbk √ - √

15 Bank Jabar Banten Tbk - √ √

16 Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk - - -

17 Bank Kesawan Tbk √ - √

18 Bank Maspion Indonesia Tbk - - -

19 Bank Mandiri (Persero) Tbk √ √ √ Sampel 5

20 Bank Bumi Arta Tbk √ - √

21 Bank CIMB Niaga Tbk √ - √

22 Bank Internasional Indonesia Tbk √ - √

23 Bank Permata Tbk √ √ √ Sampel 6

24 Bank Sinar Mas Tbk - - -

25 Bank Swadesi Tbk √ - √

26 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk √ - √ 27 Bank Victoria Internasional Tbk √ - √ 28 Bank Artha Graha Internasional Tbk √ - √ 29 Bank Mayapada Internasional Tbk √ - √ 30 Bank Windu Kentjana Internasional Tbk √ - √

31 Bank Mega Tbk √ - √

32 Bank Mitraniaga Tbk - - -

33 Bank NISP OCBC Tbk √ √ √ Sampel 7

34 Bank National nobu Tbk - - -

35 Bank Pan Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 8 36 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk √ - √

37 Bank of India Indonesia √ - √

38 Bank DKI √ √ √ Sampel 9

39 Bank Sulawesi Utara - √ -

40 Bank Resona Perdania - √ -

41 Bank Lampung - √ -

42 Bank Ekspor Indonesi - - -

43 Bank Pembangunan Daerah NTB - - - 44 Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat - - -


(4)

Lampiran 3 Sampel Penelitian

No Kode Nama Bank 2010 2011 2012 2013

1 BABP Bank ICB Bumi Putra idBBB+ idBBB+ IdBBB idBBB 2 BBRI Bank Rakyat Indonesia IdAAA IdAAA IdAAA idAAA 3 BBTN Bank Tabungan Negara idAA- IdAA idAA+ idAA 4 BDMN Bank Danamon Indonesia idAA+ idAA+ idAA+ idAA+

5 BDKI Bank DKI IdA idA+ idA+ idA+

6 BMRI Bank Mandiri IdAAA IdAAA IdAAA idAAA

7 BNLI Bank Permata idA+ IdAA IdAA idAA+

8 NISP Bank NISP OCBC idAA- idA+ IdAAA idAAA 9 PNBN Bank Pan Indonesia IdAA IdAA IdAA idAA

Lampiran 4

Rasio Leverage (Debt Equity to Ratio)

No Kode Nama Bank 2010 2011 2012 2013

1 BABP Bank ICB Bumi Putra Tbk 11,14 10,72 9,41 8,86 2 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 10,02 8,43 7,50 6,89 3 BBTN Bank Tabungan Negara Tbk 9,61 11,17 9,87 10,35 4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 5,40 4,49 4,26 4,84

5 BDKI Bank DKI 13,80 14,61 12,74 9,48

6 BMRI Bank Mandiri Tbk 9,81 7,81 7,31 7,26 7 BNLI Bank Permata Tbk 8,31 10,09 9,55 10,26 8 NISP Bank NISP OCBC Tbk 8,81 8,08 7,84 6,23 9 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 7,81 6,85 7,43 6,89

Lampiran 5

Rasio Profitabilitas (Return On Asset)

No Kode Nama Bank 2010 2011 2012 2013

1 BABP Bank ICB Bumi Putra Tbk 0,0014 0,0131 0,0001 0,0005 2 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 0,0284 0,0321 0,0339 0,0341 3 BBTN Bank Tabungan Negara Tbk 0,0134 0,0136 0,0122 0,0119 4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 0,0252 0,0243 0,0264 0,0226 5 BDKI Bank DKI 0,0224 0,0232 0,0187 0,0315 6 BMRI Bank Mandiri Tbk 0,0208 0,023 0,0252 0,0257 7 BNLI Bank Permata Tbk 0,0136 0,0114 0,0104 0,0086 8 NISP Bank NISP OCBC Tbk 0,0072 0,0126 0,0116 0,0117


(5)

115 9 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 0,013 0,0182 0,0153 0,0126

Lampiran 6

Rasio Likuiditas (Current Ratio)

No Kode Nama Bank 2010 2011 2012 2013

1 BABP Bank ICB Bumi Putra Tbk 1,1530 1,1639 1,1185 0,9857 2 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 1,3839 1,3913 1,3454 1,0162 3 BBTN Bank Tabungan Negara Tbk 1,1686 1,0044 1,3262 1,1327 4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 1,1382 1,0247 1,0655 1,1076 5 BDKI Bank DKI 1,0948 1,1174 1,1463 1,2053 6 BMRI Bank Mandiri Tbk 1,1727 0,5711 1,9317 1,0382 7 BNLI Bank Permata Tbk 1,3219 1,2839 1,2852 1,0465 8 NISP Bank NISP OCBC Tbk 1,4004 1,4050 1,3939 1,1523 9 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 1,2521 0,7958 1,8213 0,9765

Lampiran 7

Ukuran Perusahaan (Log Natural Total Asset)

No Kode Nama Bank 2010 2011 2012 2013

1 BABP Bank ICB Bumi Putra 9,0664 8,8956 8,9138 22,8221 2 BBRI Bank Rakyat Indonesia 12,9098 19,9680 13,2201 20,2551 3 BBTN Bank Tabungan Negara 11,1329 18,3055 11,6240 18,6920 4 BDMN Bank Danamon Indonesia 11,6801 18,7733 11,9562 19,0317 5 BDKI Bank DKI 16,5605 16,7862 17,0971 17,2413 6 BMRI Bank Mandiri 13,0165 20,1288 13,3623 20,4127 7 BNLI Bank Permata 11,2092 11,5260 11,7890 18,9264 8 NISP Bank NISP OCBC 3,7949 10,9993 11,2789 18,3956 9 PNBN Bank Pan Indonesia 11,5986 11,7340 11,9103 18,9157

Lampiran 8

Umur Obligasi (Variabel Dummy)

No Kode Nama Bank 2010 2011 2012 2013

1 BABP Bank ICB Bumi Putra Tbk 1 1 1 1

2 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 1 1 1 0 3 BBTN Bank Tabungan Negara Tbk 0 0 0 0 4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 1 1 1 1

5 BDKI Bank DKI 0 0 0 0


(6)

7 BNLI Bank Permata Tbk 0 0 0 0

8 NISP Bank NISP OCBC Tbk 0 0 0 1

9 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 0 0 0 0

Lampiran 9

Reputasi Auditor (Variabel Dummy)

No Kode Nama Bank 2010 2011 2012 2013

1 BABP Bank ICB Bumi Putra Tbk 1 1 1 1

2 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 1 1 1 1 3 BBTN Bank Tabungan Negara Tbk 1 1 1 1 4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 1 1 1 1

5 BDKI Bank DKI 0 0 0 0

6 BMRI Bank Mandiri Tbk 1 1 1 1

7 BNLI Bank Permata Tbk 1 1 1 1

8 NISP Bank NISP OCBC Tbk 1 1 1 1

9 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 1 1 1 1

Lampiran 10 Peringkat Obligasi

No Kode Nama Bank 2010 2011 2012 2013

1 BABP Bank ICB Bumi Putra Tbk 10 10 9 9 2 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 17 17 17 17 3 BBTN Bank Tabungan Negara Tbk 14 15 16 15 4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 16 16 16 16

5 BDKI Bank DKI 12 13 13 13

6 BMRI Bank Mandiri Tbk 17 17 17 17

7 BNLI Bank Permata Tbk 13 15 15 16

8 NISP Bank NISP OCBC Tbk 14 13 17 17