Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Peringkat Obligasi (Studi kasus pada obligasi sector non keuangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia 2008-2012)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERINGKAT OBLIGASI
(Studi kasus pada obligasi sektor non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 s/d 2011)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusunoleh: AYYU PERTIWI NIM : 108081000027
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Ayyu Pertiwi
Tempat / Tanggal Lahir : Bogor, 09 November 1990
Agama : Islam
Alamat : Jalan Pasirputih Gg.Cempedak RT 004 RW 001 Sawangan Depok 16519
Telp / Hp : 08978249767
E-mail : bluecross.pertiwi@gmail.com, pertiwi09@yahoo.co.id
PENDIDIKAN FORMAL
2008-2013 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2005-2008 : SMA Negeri 5 Depok
2002-2005 : MTs Islamiyah Sawangan 1996-2002 : SD Negeri Pasirputih 03
PENDIDIKAN NON FORMAL
Lembaga Pelatihan Komputer MAHASIN tahun 2008
PENGALAMAN ORGANISASI
Karang Taruna Pasirputih (Anggota)
Majelis Ta’lim Nahdhatul Fataa se-Kelurahan Pasirputih (Sekretaris dan Bendahara) OSIS MTs Islamiyah (Sekretaris)
(7)
i
ABSTRACT
This research aims to provide empirical evidence on factors that affect bond ratings. Financial performance consists of a leverage ratio (debt to equity), profitability (return on assets), solvency (cash flow from operations to total liabilities), and secure.
The samples in this research were obtained by using purposive sampling method which consists of bonds issued by non-financial companies listed on the Indonesian Stock Exchange the period 2008 - 2011 and ranked by PT Pefindo. The result contains 26 sample bonds. This research uses a model of binary logistic regression analysis to examine the factors that affect bond ratings .
From test of the four independent variables, the three leverage, solvency, and secure variables have significant influence to predict bond ratings. while profitability is the only variable which has no effect in predicting the bond rating.
Keywords: bond ratings, leverage, profitability, solvency, and secure, logistic regression
(8)
ii ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi. Kinerja keuangan yang terdiri dari rasio
leverage (debt to equity), profitabilitas (return on asset), solvabilitas (cash flow
from operation to total liabilities), dan jaminan.
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode
purposive sampling yang terdiri atas obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan
non keuangan yang terdaftar di BEI periode 2008-2011 dan diperingkat oleh PT Pefindo, sehingga diperoleh 26 sampel obligasi . Penelitian ini menggunakan model analisis Regresi Logistik Biner untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi.
Dari tes keempat variabel independen, variabel dengan pengaruh yang signifikan untuk memprediksi peringkat obligasi adalah leverage, solvabilitas, dan jaminan. Dan satu variabel yang tidak berpengaruh dalam memprediksi tingkat obligasi adalah profitabilitas.
Kata kunci : peringkat obligasi, leverage, profitabilitas, solvabilitas, jaminan, regresi logistik biner.
(9)
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan berkah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta bidang studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan baik.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah turut serta membantu penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan pihak penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Dengan kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, yakni :
1. Ayah dan mama tercinta serta adik-adikku
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
3. Ibu Dr. Pudji Astuty, M.M selaku pembimbing I atas bimbingannya dan arahannya.
4. Bapak Aditya Ginandjar, SE, M.Si selaku pembimbing II atas bimbingannya yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Yahya Hamja dan Bapak Dr. Indoyama Nasarudin atas pencerahan yang diberikan selama ini.
6. Sahabat seperjuangan: Kiki, Dian, Inggrit, Triendraweni, Anggun, Hera, Lia, Sinta, Nurul, Dwi Nur, Hafiz, Dendy, Septian, Arief, Ardy dan terutama Dian Nurma Utami yang selalu membantuku dimasa tersulit serta menjadi sahabat yang menerimaku apa adanya dalam suka dan duka, terima kasih kawan.
(10)
iv
7. Teman-teman Manajemen Keuangan A & B 2011, GAMMA 2008, persahabatan kalian sangat berarti selama ini.
8. Sahabatku di rumah: Andi Siti, Maria Ulfah, Elin Maulina, Karlina Wijaya, Evi Nurafriyani, terima kasih atas dukungannya selama ini yg terus mendorong untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
9. For My Second Family In Bangladesh, Sultan Mahmud’s Family. Very greatful to Allah to knew about them. I loved you all.
Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis, dengan segala kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritik yang membangun demi hasil yang lebih baik. Terimakasih
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Ciputat, Juli 2013
(11)
v DAFTAR ISI
Hal JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 14
(12)
vi
1. Pasar Modal ... 14
2. Lembaga Penunjang Pasar Modal ... 14
3. Obligasi ... 16
4. Jenis Obligasi ... 16
5. Karakteristik Obligasi ... 22
6. Manfaat Go Public dengan Menjual Obligasi ... 24
7. Kepailitan dan Reorganisasi ... 25
8. Penilaian Risiko Obligasi ... 26
9. Perubahan dalam Peringkat ... 27
10. Rasio Keuangan ... 28
a. Rasio Leverage ... 29
b. Rasio Profitabilitas ... 31
c. Rasio Solvabilitas ... 33
11. Peringkat Obligasi ... 34
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rating ... 35
b. Manfaat Rating ... 39
B. Penelitian Terdahulu ... 41
C. Kerangka Pemikiran ... 51
D. Perumusan Hipotesis ... 52
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 53
B. Metode Penentuan Sampel ... 54
(13)
vii
D. Metode Analisis Data ... 56
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian... 64
B. Penemuan dan Pembahasan ... 64
1. Analisis Deskriptif ... 64
2. Analisis Statistik ... 73
3. Interpretasi ... 78
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI A.Kesimpulan ... 81
B. Saran. ... 81
C. Implikasi ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN
(14)
viii DAFTAR TABEL
No Keterangan Hal
2.1 2.2 2.3 3.1 3.2 3.3 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12
Peringkat Obligasi PT Pefindo………..
Rating Outlook………
Ringkasan Penelitian Terdahulu……… Proses Seleksi Sampel Penelitian ……….
Sampel Penelitian………..
Variabel-Variabel Penelitian……….
Debt to Equity………
Return on Asset………..
cash flow operating to total liabilities………...
Tabel Frekuensi Jaminan ……….. Tabel Frekuensi Peringkat Obligasi……….. Peringkat Obligasi Tahun 2008-2011………
Block 0 : Beginning Block Iteration History……….
Block 1 : Method = Enter Model Summary………..
Model Summary………...
Hosmer and lemeshow Test………...
Classification Table………..
Tabel Uji Koefisien Regresi……….. 37 39 48 55 55 63 65 67 69 71 71 72 74 75 75 76 76 77
(15)
ix DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Hal
(16)
x DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Hal
1. 2. 3. 4. 5.
Data Debt to Equity Ratio………. Data Return on Asset………. Data Cash Flow from operating to Total Liabilities…. Data Jaminan (Secure)……….. Output Regresi Logistik……….
89 90 91 92 93
(17)
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memilki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Darmadji dan Fakhruddin, 2001).
Pasar modal di Indonesia memiliki berbagai macam pilihan sekuritas, pemilik modal diberi kesempatan untuk memilih diantara berbagai sekuritas tersebut. Salah satu sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal adalah obligasi. Salah satu bentuk pendanaan yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan untuk membiayai investasinya adalah dengan menerbitkan
(18)
2 obligasi. Obligasi selain digunakan sebagai sarana melakukan ekspansi juga dapat digunakan sebagai sarana dalam memperkuat permodalan bagi perusahaan. Obligasi adalah surat berharga dalam bentuk sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Obligasi bagi investor merupakan media investasi alternatif diluar deposito bank, sedangkan bagi emiten obligasi ini merupakan media sumber dana diluar kredit perbankan (Raharja dan Maylia, 2008:213).
Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) mewajibkan setiap obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia diperingkat oleh lembaga pemeringkat. Obligasi dianalisis dengan menggunakan peringkat obligasi (bond rating), yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajibannya dimasa mendatang. Peringkat obligasi ini sangat berguna bagi calon investor yang ingin menanamkan dananya dalam bentuk obligasi, baik itu calon investor konservatif (lebih menyukai pendapatan tetap) maupun investor agresif (berusaha mencari capital gain), sehingga investor akan mengetahui return yang akan diperoleh beserta risiko yang harus ditanggung.
Saat ini obligasi merupakan instrumen pembiayaan usaha yang banyak dilakukan perusahaan seperti perusahaan publik, perusahaan non publik, BUMN maupun BUMD. Obligasi memilki beberapa kelebihan sebagai sarana pembiayaan usaha jika dibandingkan dengan alternatif lain seperti kredit dari perbankan maupun dengan menerbitkan saham. Terlihat
(19)
3 peningkatan yang cukup signifikan atas penggunaan obligasi sebagai sumber pembiayaan seperti tingkat suku bunga yang cukup rendah, kondisi makro ekonomi yang cukup stabil serta tingkat penyerapan pasar yang cukup baik (Fakhruddin, 2008:35).
Pada praktiknya semua perusahaan menggunakan hutang untuk mendanai perusahaan mereka, dan ada beberapa dari perusahaan tersebut mengeluarkan obligasi, yang hanya merupakan salah satu jenis dari berbagai jenis hutang. Setiap tahun obligasi memberikan investor suatu pendapatan tetap dalam bentuk bunga (Keown, 2011:231).
Pihak swasta pada tahun 2009 banyak menerbitkan obligasi terutama kerena banyaknya obligasi yang akan jatuh tempo. Obligasi korporasi yang jatuh tempo sepanjang tahun 2009 diperkirakan akan mencapai Rp 13 triliun dan berasal dari 49 perusahaan. Total nilai emisi obligasi perusahaan-perusahaan yang sudah listing di BEI mencapai Rp 4,8 triliun, sedangkan sekitar Rp 11,5 triliun sisanya belum melakukan listing. Kupon obligasi korporasi bisa berkisar antara 250-450 bps di atas obligasi pemerintah atau bahkan bisa mencapai hampir 20% / tahun.
Meskipun obligasi dianggap sebagai investasi yang aman, namun obligasi tetap memiliki risiko. Salah satu risiko tersebut ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi obligasi kepada investor. Secara risk and return, obligasi korporasi memang memiliki risiko (default) yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi pemerintah dan kurang likuid di pasar sekunder karena investornya cenderung hold to maturity. Namun tingginya
(20)
4 kupon yang ditawarkan biasanya menjadi alasan utama menariknya obligasi korporasi, dimana risiko seperti default dan kurang likuid biasanya bisa diminimalisir dengan terlebih dahulu mengamati perusahaan penerbit obligasi yang bersangkutan melalui laporan keuangan, rating, ataupun perdagangan obligasinya selama ini (www.fileinvestasi.com).
Setiap obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan memeroleh rating (peringkat) tertentu dalam menetukan mampu tidaknya emiten obligasi membayar kewajibannya, para investor berpatokan pada hasil peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat (rating agency) yang ada. Beberapa lembaga pemeringkat yang ada di dunia misalnya Moody’s Investor Service, Standard & Poor’s Corporation, Duff & Phelps, Fitch
Investor Service, dll (Hasnawati dan Dirja, 2008:256).
Sedangkan di Indonesia terdapat dua lembaga pemeringkat utang, yaitu PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) dan PT Kasnic Credit
Rating Indonesia. Peringkat obligasi diperbarui secara reguler untuk
mencerminkan perubahan signifikan dari kinerja keuangan dan bisnis perusahaan. Perubahan peringkat memiliki pengaruh signifikan pada aktivitas investasi dan pendanaan masa depan perusahaan serta profil resiko dan kinerja masa depannya. Oleh karena ada pengaruh yang signifikan, maka investor akan menyesuaikan strategi investasi mereka sesuai dengan perubahan peringkat (Magreta dan Nurmayanti, 2009:144).
Peringkat Obligasi merupakan skala resiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala tersebut menunjukkan tingkat keamanan suatu
(21)
5 obligasi bagi investor. Keamanan ini ditunjukkan oleh kemampuan emiten sebagai penerbit obligasi dalam membayar bunga dan pelunasan pokok obligasi pada akhir masa jatuh temponya. Peringkat obligasi penting karena memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas kegagalan hutang perusahaan (Altman and Nammacher dalam Raharja dan Maylia, 2008:213). Selain itu dengan adanya pemeringkatan obligasi oleh agen pemeringkat maka investor dapat memperhitungkan
return yang akan diperoleh dan resiko yang ditanggung. Secara umum
obligasi dibagi menjadi dalam dua peringkat yaitu investment grade (AAA, AA, A, BBB) dan non-invesment grade (BB, B, CCC, dan D).
Investor obligasi memerlukan informasi yang dapat dijadikan acuan dalam mengkomunikasikan keputusan investasinya, sehingga informasi keuangan suatu entitas bisnis yang berkualitas sangat diperlukan sebagai pertanggung jawaban atas pengelolaan dana yang ditanamkan. informasi peringkat obligasi bertujuan untuk menilai kualitas kredit dan kinerja dari perusahaan penerbit. Peringkat ini dinilai sangat penting bagi investor karena dapat dimanfaatkan untuk memutuskan apakah obligasi tersebut layak untuk dijadikan investasi serta mengetahui tingkat resikonya.
Peringkat obligasi penting karena memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas default hutang perusahaan. Peringkat hutang juga berfungsi membantu kebijakan publik untuk membatasi investasi spekulatif para investor institusional seperti
(22)
6 bank, perusahaan asuransi, dan dana pensiun. Kualitas suatu obligasi dapat dimonitor dari informasi peringkatnya.
Fenomena peringkat obligasi dapat dilihat pada kasus salah satu emiten (Mobile 8 Telekom, Tbk). Perusahaan operator telekomunikasi pemilik merek dagang Fren ini gagal memenuhi tenggat waktu pembelian kembali (buy back) obligasi senilai 100 juta dollar AS. Pada saat bersamaan, Fren juga harus menambah jaminan obligasi rupiah sebesar Rp 675 miliar.
Dokumen penerbitan obligasi rupiah Fren pada Maret 2007 mencantumkan klausul yang mewajibkan Fren menambah jaminan dari 110 persen menjadi 130 persen dari pokok obligasi jika peringkat obligasi yang jatuh tempo pada Maret 2012 itu turun hingga di bawah BBB.
Pada 3 Desember 2008 Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat obligasi rupiah Fren dari BBB- menjadi CCC. Pefindo menurunkan peringkat surat utang Fren akibat imbas potensi gagal bayar atau default obligasi dollar. Itu berarti, sesuai klausul tadi, Fren harus menambah nilai jaminan sebanyak Rp 135 miliar atau setara 20 persen dari pokok obligasi senilai Rp 675 miliar. Fren berniat merestrukturisasi surat utang itu tanpa merinci skemanya. Fren menempuh langkah itu karena tak punya uang banyak. Hingga akhir September lalu, mereka hanya punya kas dan setara kas senilai Rp 160,17 miliar. Investasi jangka pendeknya juga cuma Rp 521,16 miliar (www.lipsus.kompas.com).
Oleh karena itu, seorang pemilik modal yang berminat membeli obligasi, sudah seharusnya memperhatikan peringkat obligasi karena
(23)
7 peringkat tersebut memberikan informasi dan memberikan signal tentang probabilitas kegagalan hutang suatu perusahaan. Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Untuk melakukan investasi pada obligasi, selain diperlukan dana yang cukup, pemilik modal juga memerlukan pengetahuan yang cukup tentang obligasi serta diikuti dengan naluri bisnis yang baik untuk bisa menganalisis atau memperkirakan faktor-faktor yang bisa mempengaruhi investasi pada obligasi (Almilia dan Devi, 2007:1).
Leverage merupakan rasio keuangan yang menunjukkan proporsi
penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan utang dalam membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai
leverage berarti menggunakan modal sendiri 100% (Saharul dan Nizar,
2000 dalam Arif, 37 : 2011 ). Semakin tinggi rasio ini berarti sebagian besar aset didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan dihadapkan pada default risk atau peringkat obligasi yang rendah.
Salah satu indikator penting diperhatikan untuk menilai peringkat obligasi di masa datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor, salah satunya dengan menggunakan ROA (Tandelilin, 2001 dalam Luky dan Sumarto, 2010:166). Pengukuran dari profitabilitas yang
(24)
8 diinterpretasikan dengan ROA memberikan pandangan manajemen untuk mengendalikan pengeluaran secara efektif. Dengan demikian perusahaan diharapkan memperoleh rating yang baik untuk meningkatkan profil perusahaan dan mengamankan bisnis baru mereka dimasa mendatang.
Rasio solvabilitas cenderung secara signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi (Horrigan,1966). Solvabilitas merupakan rasio kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. (Purwaningsih, 2008:92).
Berdasarkan jaminan, obligasi dikelompokkan menjadi obligasi yang dijamin dan obligasi yang tidak dijamin (debenture). Menurut Brister (1994 dalam Widya, 2005) menyatakan bahwa investor lebih menyukai obligasi yang aman dibanding debenture dikarenakan untuk mengurangi risiko default obligasi. Menurut Rahardjo (2004:10) obligasi yang memberikan jaminan berbentuk aset perusahaan akan lebih mempunyai daya tarik bagi calon pembeli obligasi tersebut.
Terdapat beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi peringkat obligasi. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan Raharja dan Maylia (2008) tentang
“Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi” menyatakan bahwa sebanyak lima rasio keuangan (leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan produktivitas) yang diuji, didapatkan hasil bahwa kelima rasio-rasio keuangan tersebut berbeda antara perusahaan yang peringkat obligasinya masuk investment grade dan non investment grade.
(25)
9 Kemampuan rasio keuangan untuk memprediksi peringkat obligasi
(investment grade dan non investment grade) ditunjukkan oleh hasil
pengujian dengan menggunakan MDA (Multiple Discriminant Analysis). Dari uji diskriminan tersebut terdapat empat variabel rasio keuangan yang dapat membentuk model prediksi. Keempat variabel rasio keuangan tersebut berasal dari rasio leverage dengan proksi long term liabilities/ total assets; rasio likuiditas dengan proksi current asset/current liabilities; rasio solvabilitas dengan proksi cash flow from operating/ total liabilities; rasio profitabilitas dengan proksi operating income/ sales; dan rasio produktivitas dengan proksi sales/ total assets. Tingkat ketepatan yang diperoleh dalam memprediksi peringkat obligasi dengan dua kategori mencapai 96,2% dengan nilai Zcu sebesar 2,113. Dengan demikian model prediksi tersebut diatas dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi khusunya bagi perusahaan manufaktur di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Sumarto (2010) tentang “Memprediksi Tingkat Obligasi Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI” menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas tidak signifikan terhadap peringkat obligasi. Likuiditas dapat berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. Artinya rasio tersebut mampu digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi dimasa mendatang. Ukuran perusahaan (size) tidak signifikan terhadap peringkat obligasi. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara umur obligasi
(26)
10 Penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009) tentang “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi yang ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi” menyatakan bahwa hasil uji hipotesis satu menunjukkan bahwa profitabilitas dan produktivitas berpengaruh terhadap peringkat obligasi sedangkan ukuran perusahaan (size), likuiditas, leverage tidak berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi seluruh perusahaan yang terdaftar di PEFINDO kecuali perusahaan yang bergerak dalam sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
Peringkat obligasi merupakan salah satu acuan bagi investor ketika akan memutuskan membeli obligasi (Manurung et al., 2009). Oleh karena itu, beberapa faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menjadi perlu untuk diteliti. Penelitian Manurung et al. (2008) menemukan bahwa ROA berpengruh terhadap peringkat obligasi, tetapi untuk variabel leverage (DER) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Variabel profitabilitas (ROA) dalam penelitian Susilowati dan Sumarto (2010) menyatakan tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009) dan Manurung et al. (2008). Variabel Jaminan dalam penelitian Enny dan Daldjono (2010) dan Spica dan Devi (2007) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi hal ini tidak sesuai dengan penelitian Rahmawati (2005) menunjukkan bahwa jaminan berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Mengingat banyaknya proksi rasio keuangan yang digunakan, maka tidak semua rasio keuangan yang digunakan peneliti terdahulu digunakan.
(27)
11 Penelitian ini hanya memfokuskan rasio keuangan yang menujukkan beberapa ketidak konsistenan hasil temuan antarpeneliti sebelumnya seperti
leverage, profitabilitas, solvabilitas.
Ketidak konsistenan faktor-faktor yang memengaruhi peringkat obligasi ini mendorong peneliti untuk melakukan verifikasi ulang atau keterkaitan hubungan rasio leverage, profitabilitas, solvabilitas, dan jaminan terhadap peringkat obligasi. Namun terdapat sedikit perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu dari kriteria pengambilan sampel yang berasal dari obligasi perusahaan non keuangan (telekomunikasi, konstruksi, properti, makanan dan minuman, pulp and paper, dan lain sebagainya) yang di peringkat oleh PT Pefindo dan terus beredar secara kontinyu selama periode penelitian tahun 2008 - 2011. Peneliti memilih sektor non keuangan karena merupakan sektor yang paling dominan di Indonesia dan paling banyak terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan kondisi dan kenyataan di atas maka penulis tertarik untuk mencoba mengkaji dan menuangkannya ke dalam suatu karya ilmiah berbentuk skripsi yang diberi judul "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI".
(28)
12 B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh debt to equity terhadap peringkat obligasi? 2. Apakah terdapat pengaruh return on assets terhadap peringkat obligasi? 3. Apakah terdapat pengaruh cash flow from operating to total liabilities
terhadap peringkat obligasi?
4. Apakah terdapat pengaruh jaminan terhadap peringkat obligasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk:
a. Mengetahui pengaruh DER, ROA, CFOTL, dan jaminan terhadap peringkat obligasi.
b. Menguji variabel-variabel manakah yang mempunyai kemampuan dan yang signifikan dalam membentuk model yang mempengaruhi peringkat obligasi.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan :
a. Bagi praktisi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bahkan panduan untuk berinvestasi diinstrumen obligasi
(29)
13 b. Bagi bond issuer, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi peringkat obligasi yang dijualnya di pasar modal.
a. Bagi peneliti yang ingin melakukan kajian dibidang yang sama, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan memberikan landasan pijak untuk penelitian selanjutnya
(30)
14 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pasar Modal
Pasar Modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi di mana efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Fungsi bursa efek ini antara lain adalah menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran (Siamat, 2005:487).
Selanjutnya definisi pasar modal menurut kamus pasar uang dan modal adalah pasar konkret atau abstrak di yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun keatas. Abstrak dalam pengertian pasar modal adalah transaksi yang dilakukan melalui mekanisme over the counter (OTC).
2. Lembaga Penunjang Pasar Modal
Menurut Tandelilin (2010:71), Lima lembaga penunjang pasar modal berikut ini merupakan lembaga yang menyediakan kegiatan yang membantu terselenggaranya pasar modal yang sehat.
(31)
15 a. Biro Administrasi efek (Securities Administration Bureau)
Biro administrasi efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek.
b. Kustodian
Kustodian (custodian) adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak lain menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
c. Wali Amanat
Wali amanat (trustee), adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang.
d. Penasihat Investasi
Penasihat investasi (investment advisor) adalah pihak yang memberi nasihat kepada pihak lain mengenai penjualan atau pembelian efek. e. Pemeringkat Efek
Perusahaan pemeringkat efek (rating agencies) merupakan lembaga yang dapat menjembatani kesenjangan informasi antara emiten dan investor dengan menyediakan informasi standar atas tingkat risiko kredit suatu perusahaan.
(32)
16 3. Obligasi
Obligasi (bond) adalah instrumen utang jangka panjang dengan waktu jatuh tempo akhir umumnya 10 tahun atau lebih. Jika sekuritas tersebut memiliki waktu jatuh tempo kurang dari 10 tahun, biasanya disebut wesel (note) (Horne; Wachowisz 2007: 358).
Menurut Brealey et al., (2007: 130) obligasi adalah sekuritas yang mewajibkan penerbitnya untuk melakukan pembayaran tertentu pada pemegang obligasi.
Menurut Keown et al., (2011:232) obligasi merupakan suatu jenis hutang atau surat kesanggupan bayar jangka panjang, yang dikeluarkan oleh peminjam, yang berjanji untuk membayar kepemegangnya dengan jumlah yang tetap setiap tahun.
Menurut Bursa Efek Indonesia, Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
4. Jenis Obligasi
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu: a. Dilihat dari sisi penerbit
Banyaknya dan tersebarnya emiten di beberapa daerah, maka obligasi juga berasal dari lembaga atau daerah tertentu. Oleh
(33)
17 karena itu dilihat dari pihak yang menerbitkannya, maka obligasi dapat dibedakan atas (Nasarudin, 2004:186) :
1) Obligasi Pemerintah Pusat
Setiap obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah adalah obligasi tanpa jaminan (non-secured bonds). Di Indonesia saat ini hanya obligasi Bank Indonesia yang dipasarkan di pasar internasional yang dimaksudkan untuk bench mark bagi obligasi BUMN dan perusahaan swasta nasional.
2) Obligasi Pemerintah Daerah
Obligasi pemerintah daerah (pemda) belum diperkenalkan di Indonesia, walaupun dari segi potensi ada beberapa pemda yang mempunyai prospek untuk mengeluarkan obligasi dalam rangka menambah dana investasi pemda. UU otonomi daerah saat ini memberikan peluang kepada daerah umtuk secara mandiri mengelola sumber daya alamnya.
3) Obligasi Perusahaan Swasta
Obligasi ini dikeluarkan oleh perusahaan komersial swasta dalam rangka pengh impunan dana untuk kegiatan usaha bisnisnya.
Menurut Tandelilin (2010: 245), dari sudut pandang perusahaan, obligasi perusaahaan atau obligasi korporasi
(corporate bond) menyatakan hutang perusahaan kepada
(34)
18 perusahaan merupakan suatu investasi yang berbeda dengan saham biasa. Saham biasa menyatakan klaim kepemilikan kepada suatu perusahaan sedangkan obligasi menyatakan klaim kreditur pada suatu perusahaan. Banyaknya dan waktu pembayaran kas yang diberikan pada pemegang obligasi, yaitu pokok pinjaman dan kupon telah ditetapkan ketika obligasi diterbitkan. Sedangkan banyaknya dan waktu dividen yang dibayar kepada pemegang saham dapat berubah-ubah sepanjang tahun. Obligasi perusahaan diterbitkan tanggal jatuh tempo, yang berarti investor mempunyai batas waktu ketika memegangnya. Sedangkan saham biasa tidak mempunyai jatuh tempo sehingga investor mungkin dapat memegangnya selama hidup perusahaan.
4) Obligasi Asing (Foreign Bonds)
Obligasi jenis ini adalah obligasi yang diterbitkan dan diperdagangkan di suatu negara dalam mata uang negara setempat, tetapi penerbitnya adalah badan hukum asing.
5) Obligasi Sampah (Junk Bonds)
Obligasi ini adalah obligasi yang di credit rating di bawah tingkat BBB. Obligasi ini ditawarkan dengan bunga yang lebih tinggi.
(35)
19 b. Dilihat dari sistem pembayaran bunga:
1) Zero Coupon Bonds: obligasi yang tidak melakukan
pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
2) Coupon Bonds: obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan
secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
3) Fixed Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga
yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.
4) Floating Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga
yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta (Bursa Efek Indonesia). c. Dilihat dari hak penukaran/opsi:
1) Convertible Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.
2) Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
(36)
20
3) Callable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada emiten
untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
4) Putable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada investor
yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
d. Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya:
1) Secured Bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan
tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini, termasuk didalamnya adalah:
(a) Guaranteed Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan
pokoknya dijamin dengan penanggungan dari pihak ketiga.
(b) Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan
pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau asset tetap.
(c) Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan efek
yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.
2) Unsecured Bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan
kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
(37)
21 e. Dilihat dari segi nilai nominal:
1) Conventional Bonds: obligasi yang lazim diperjualbelikan
dalam satu nominal, Rp 1 miliar per satu lot.
2) Retail Bonds: obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai
nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.
f. Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil:
1) Conventional Bonds: obligasi yang diperhitungan dengan
menggunakan sistem kupon bunga.
2) Sharia Bonds: obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan
menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu:
(a) Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.
(b) Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee
ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan
(38)
22 5. Karakteristik Obligasi
Pemerintah dan perseroan meminjam uang dengan menjual obligasi kepada para investor. Uang yang mereka kumpulkan ketika obligasi diterbitkan, atau dijual kepada publik adalah jumlah pinjaman tersebut. Sebagai imbalannya, mereka setuju memberikan pembayaran tertentu kepada pemegang obligasi, yang merupakan pemberi pinjaman (kreditur). Ketika kita memiliki obligasi, umumnya kita menerima pembayaran bunga tetap tiap tahun hingga obligasi tersebut jatuh tempo. Pembayaran ini dikenal dengan kupon. Pada saat jatuh tempo, utang tersebut dilunasi, peminjam membayar pemegang obligasi nilai nominal/ nilai muka obligasi (face value, atau nilai pokok pinjaman
(principal) atau par value) (Brealey et al., 2007: 130).
Sedangkan menurut Keown et al. (2001:245), Beberapa karakter penting dari obligasi yang biasa didengar adalah sebagai berikut:
a. Klaim terhadap Aset dan Pendapatan Perusahaan
Bila perusahaan penerbit obligasi bangkrut, maka klaim terhadap utang secara umum, termasuk obligasi, mendapat kehormatan untuk didahulukan haknya daripada saham umum maupun saham preferen. Namun, utang-utang yang berbeda itu mempunyai urutan dalam pelunasannya.
Obligasi juga memiliki klaim terhadap pendapatan yang didahulukan dari saham biasa dan saham, preferen. Secara umum
(39)
23 jika suku obligasi tidak dibayar, dewan obligasi dapat menyatakan bahwa perusahaan penerbitnya bangkrut.
b. Nilai Pari
Nilai pari obligasi adalah nilai nominal yang tertera pada lembar obligasi yang akan dikembalikan kepada pemegang obligasi pada saat jatuh tempo. Tidak dinyatakan dalam jumlah melainkan dalam persentase atas nilai nominalnya.
c. Tingkat Suku Bunga Kupon
Tingkat suku bunga kupon dari suatu obligasi menunjukkan besarnya persentase terhadap nilai pari obligasi yang akan dibayar setiap tahun sebagai bunga
d. Periode Jatuh Tempo
Periode jatuh tempo adalah lamanya waktu hingga pihak penerbit obligasi membayarkan kembali nilai pari obligasi kepada para pemilik obligasi yang sekaligus akan mengakhiri masa berlakunya.
e. Indenture
Indenture adalah perjanjian legal antara perusahaan penerbit
obligasi dengan dewan atau wali obligasi yang mewakili para pemilik atau pembeli obligasi tersebut. Didalamnya termuat berbagai ketentuan utang-piutang, termasuk penjelasan mengenai obligasi itu sendiri, hak-hak para pemilik obligasi, hak-hak perusahaan atau pihak penerbit, serta tanggung jawab dewan. Dewan obligasi, biasanya sebuah bank komersial atau institusi
(40)
24 keuangan yang diserahi tugas untuk mengawasi hubungan antara penerbit dan pemilik obligasi, melindungi kepentingan para pemilik obligasi, serta menjamin dilaksanakannya segenap ketentuan yang telah disepakati.
f. Tingkat Penghasilan Sekarang
Tingkat penghasilan sekarang dari suatu obligasi adalah rasio pembayaran bunga tahunan terhadap harga obligasi pada saat sekarang dipasaran.
6. Manfaat Go Public dengan menjual Obligasi
Menurut Widioatmodjo (2004:11), Sebenarnya apa gunanya menjual obligasi, bukankah akan menjadi beban tetap yang akan memberatkan keuangan perusahaan. Namun perlu dipertimbangkan juga, bahwa dengan menjual obligasi akan mengurangi beban pajak, sehingga akan meningkatkan EPS yang pada gilirannya akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Masih ada manfaat yang lain yang bisa dirasakan oleh calon emiten obligasi, diantaranya:
a. Dapat memeroleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus (tidak dengan termin-termin).
b. Biaya penawaran umum obligasi relatif murah. c. Proses relatif mudah.
d. Dengan adanya keterbukaan berarti juga mengharuskan adanya peningkatan profesionalisme.
(41)
25 e. Emiten akan lebih dikenal masyarakat.
f. Obligasi merupakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan, dengan jangka waktu sekurang-kurangnya tiga tahun. g. Bisa menggunakan jasa penanggung (guarantor) apabila debt to
equity ratio (der) emiten tinggi.
h. Pembayaran tingkat bunga dapat dilakukan berdasarkan tingkat bunga tetap atau dengan tingkat bunga mengambang.
7. Kepailitan dan Reorganisasi
Menurut Brigham & Houston (2009:379) Ketika suatu bisnis menjadi bangkrut, maka artinya bisnis itu tidak lagi memiliki cukup uang untuk memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok pinjamannya. Harus diambil keputusan mengenai apakah akan menutup perusahaan melalui likuidasi, atau mengizinkannya melakukan reorganisasi sehingga dapat terus bertahan hidup.
Keputusan untuk memaksa suatu perusahaan melakukan likuidasi versus mengizinkannya melakukan reorganisasi akan bergantung pada apakah nilai perusahaan setelah reorganisasi kemungkinan akan lebih besar dibandingkan dengan nilai dari berbagai aktiva perusahaan jika aktiva tersebut dijual secara per bagian.
Dalam suatu reorganisasi, kreditor perusahaan akan melakukan negoisasi dengan manajemen mengenai persyaratan-persyaratan dari potensi reorganisasi. Rencana reorganisasi tersebut dapat mencakup
(42)
26 rencana restrukturisasi utang perusahaan, dimana dalam kasus ini tingkat suku bunga mungkin akan diperkecil, waktu jatuh tempo diperpanjang, atau menukarkan sebagian utang dengan ekuitas perusahaan. Inti dari restrukturisasi adalah untuk mengurangi beban keuangan sampai pada tingkat yang dapat dipenuhi oleh arus kas perusahaan.
8. Penilaian Risiko Obligasi
Menurut Moeljadi (2006:109), pemegang obligasi tidak akan terbebas dari risiko. Adapun beberapa risiko yang akan dihadapi oleh pemegang obligasi, sebagai berikut:
a. Risiko suku bunga (interest risk)
Suku bunga pasar dapat dapat naik atau turun sepanjang waktu dan penurunan suku bunga pasar akan menyebabkan penurunan nilai obligasi.
b. Risiko tingkat reinvestasi
Risiko tingkat reinvestasi merupakan risiko penurunan suku bunga yang akan menyebabkan penurunan pendapatan dari portofolio obligasi. Kenaikan suku bunga akan merugikan pemegang obligasi, karena menurunkan nilai portofolio obligasi. Demikian juga jika ada penurunan suku bunga, maka para pemegang obligasi akan mengalami penurunan pendapatan. Hal itu disebabkan oleh banyaknya obligasi yang akan ditarik untuk digantikan dengan
(43)
27 obligasi bersuku bunga lebih rendah. Meskipun obligasi yang tidak dapat ditarik akan jatuh tempo, namun obligasi tersebut harus diganti dengan obligasi yang hasilnya lebih rendah.
Risiko suku bunga berhubungan dengan nilai obligasi dalam portofolio, sedangkan risiko reinvestasi berhubungan dengan pendapatan yang dihasilkan oleh portofolio obligasi. Pemegang obligasi jangka panjang akan menghadapi risiko suku bunga, namun tidak menghadapi risiko tingkat investasi. Pemegang obligasi jangka pendek, tidak akan menghadapi risiko suku bunga sehingga nilai portofolio tetap stabil, namun akan menghadapi risiko investasi dan pendapatan akan berfluktuasi dengan perubahan suku bunga.
c. Risiko kegagalan
Risiko kegagalan (default risk) lebih disebabkan oleh penerbit mengalami kegagalan sehingga investor akan menerima pengembalian lebih kecil dari yang dijanjikan atas obligasi tersebut. Risiko kegagalan dipengaruhi oleh kekuatan keuangan penerbit obligasi maupun jangka waktu kontrak obligasi terutama apakah jaminan telah disediakan untuk menjamin obligasi.
9. Perubahan dalam Peringkat
Menurut Brigham & Houston (377: 2009) Perubahan dalam peringkat obligasi suatu perusahaan akan memengaruhi pada baik kemampuannya untuk meminjam modal jangka panjang maupun biaya
(44)
28 modal tersebut. Agen-agen pemeringkat akan meninjau obligasi yang beredar secara berkala, dimana kadang-kadang agen-agen tersebut meningkatkan atau menurunkan peringkat suatu obligasi sebagai hasil dari perubahan kondisi yang dialami oleh emitennya.
Untuk mengimbangi, cukup adil jika dikatakan bahwa peringkat obligasi umumnya telah mampu melakukan pekerjaan yang baik dalam mengatur resiko kredit rata-rata obligasi, dan bahwa agen-agen pemeringkat obligasi telah melakukan yang terbaik untuk mengubah peringkat manakala agen-agen ini menilai telah terjadi perubahan pada mutu kredit. Pada waktu yang sama, penting untuk dipahami bahwa peringkat obligasi tidak langsung melakukan penyesuaian terhadap perubahan dalam mutu kredit, dan dalam beberapa kasus terdapat kesenjangan waktu yang cukup lama antara perubahan mutu kredit dan perubahan peringkat obligasi
10. Rasio Keuangan
Menurut Arief Sugiono (2009:64), yang dimaksud dengan analisis rasio adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.
Berdasarkan sumber datanya, darimana rasio itu dibuat, maka rasio-rasio dapat dibedakan menjadi :
(45)
29 a. Rasio neraca (balance sheet ratio), yaitu rasio-rasio yang datanya
berasal dari pos-pos yang ada dineraca.
b. Rasio-rasio laba rugi (income statement ratio), yaitu rasio-rasio yang datanya berasal dari pos-pos rugi laba.
c. Rasio-rasio antarlaporan (interstatement ratio), yaitu gabungan dari pos-pos yang terdapat di neraca dan rugi-laba.
a. Rasio Leverage
Leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) (Kasmir, 2008:151).
Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio leverage yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain :
1) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
(46)
30
2) Debt to Equity Ratio
Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan.
3) Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
LTDtER merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.
4) Time Interest Earned
Mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. Apabila perusahaan tidak mampu membayar bunga, dalam jangka panjang menghilangkan kepercayaan dari para kreditor.
(47)
31 Bahkan ketidakmampuan menutup biaya tidak menutup kemungkinan akan mengakibatkan adanya tuntutan hukum dari kreditur. Lebih dari itu, kemungkinan perusahaan menuju ke arah pailit semakin besar.
5) Fixed Charge Coverage
Merupakan rasio yang menyerupai Times Interest Earned Ratio. Hanya saja perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang.
Menurut Arief Sugiono (2009:78) Rasio ini bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiataan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal.
(48)
32 Rasio ini menunjukkan berapa besar keuntungan kotor yang diperoleh dari penjualan produk.
2) Net Profit Margin atau Return on Sales (ROS)
Rasio ini menunjukkan berapa besar keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Jika profit margin suatu perusahaan lebih rendah dari rata-rata industrinya, hal itu dapat disebabkan oleh harga jual perusahaan yang lebih rendah daripada perusahaan pesaing, atau harga pokok penjualan lebih tinggi daripada harga pokok penjualan perusahaan pesaing, ataupun kedua-duanya.
3) Cash Flow Margin
Cash flow margin adalah persentase aliran kas dari hasil kas
operasi terhadap penjualannya. Cash flow margin mengukur kemampuan perusahaan untuk mengubah penjualan menjadi aliran kas .
4) Return on Assets (ROA)atau Return on Invesment (ROI)
(49)
33 Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh aset yang ada. Atau rasio ini menggambarkan efisiensi pada dana yang digunakan dalam perusahaan. Oleh karena itu, sering pula rasio ini disebut Return on Invesment. Semakin tinggi ROA, berarti perusahaan semakin mampu mendayagunakan aset dengan baik untuk memeroleh keuantungan.
5) Return on Equity
Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada. ROE merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh pemegang saham untuk mengukur keberhasilan bisnis yang dijalani. Rasio ini dapat disebut juga dengan istilah rentabilitas modal sendiri.
c. Rasio Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya pada saat perusahaan tersebut dilikuidasi. Dengan demikian solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban baik jangka panjang maupun jangka pendek yang jatuh tempo. Dalam hal ini,
(50)
34 semakin tinggi solvabilitas maka semakin baik peringkat obligasinya (Raharja dan Maylia, 2008: 224).
1) Cash Flow from Operating to Total Liabilities
Mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban totalnya dalam satu tahun dari operasinya.
11. Peringkat Obligasi
Menurut Priyo dan Ubaidillah (2000:161), peringkat obligasi dibuat untuk memberikan informasi kepada para investor apakah investasi mereka terutama dalam bentuk oligasi merupakan investasi beresiko atau tidak. Peringkat tersebut biasanya dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkat independen seperti Standard and Poor’s dan Moody’s Investor Service. Untuk perusahaan lokal kita mengenal Pefindo.
Peringkat atas efek utang yang dilakukan oleh Pefindo didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu:
1) Kemungkinan pelunasan pembayaran, yaitu penilaian atas kapasitas serta kemampuan obligor dalam memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan.
(51)
35 2) Struktur, karakteristik serta berbagai ketentuan yang diatur dalam
efek utang.
3) Perlindungan yang diberikan maupun posisi klaim dari pemegang efek utang tersebut bila terjadi pembubaran perseroan dan likuidasi.
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi
Menurut Brigham dan Houston (2009:373) Faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi adalah sebagai berikut :
1) Berbagai macam rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current
ratio, profitability dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik
rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating tersebut.
2) Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka
rating akan membaik.
3) Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. Apabila kedudukan obligasi lebih rendah dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya.
4) Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat.
5) Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit setiap tahun).
(52)
36 6) Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih
pendek mempunyai risiko yang lebih kecil. 7) Stabilitas laba dan penjualan emiten.
8) Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten. 9) Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk.
10) Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas.
Perwakilan dari para agen pemeringkat ini secara konsisten telah menyatakan bahwa tidak ada rumus yang akurat yang digunakan dalam menentukan peringkat sebuah perusahaan; seluruh faktor diatas disusun, dengan ditambahkan beberapa faktor lain, untuk ikut diperhitungkan, tetapi tidak dalam suatu aturan yang tepat secara sistematis. Namun terdapat suatu korelasi yang kuat antara peringkat peringkat obligasi dengan banyak rasio. Perusahaan-perusahaan dengan rasio utang yang lebih rendah, rasio arus kas bebas terhadap utang yang lebih tinggi, tingkat pengembalian dari modal diinvestasikan yang lebih tinggi, rasio cakupan EBITDA yang lebih tinggi, dan rasio kelipatan pembayaran bunga (TIE) yang lebih tinggi umumnya akan memiliki peringkat obligasi yang juga lebih tinggi.
(53)
37 Tabel 2.1
Peringkat Obligasi PT Pefindo
Peringkat Keterangan
AAA Efek hutang dengan peringkat AAA merupakan Efek Utang dengan peringkat tertinggi dari Pefindo yang didukung oleh kemampuan Obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan
AA Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit sedikit di bawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan Obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finasial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya
A Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan kemampuan Obligor yang kuat dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan
BBB Efek utang dengan BBB didukung oleh kemampanan obligor yang memadai relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial, namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan
BB Efek utang dengan peringkat BB menunjukan dukungan kemampuan Obligor yang agak lemah relatif dibandingkan dengan entitas lainnya untukmemenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu B Efek utang dengan peringkat B menunjukan parameter
perlindungan yang sangat lemah. Walapun Obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan obligor utuk memenuhi kewajiban finansialnya.
(54)
38
Peringkat Keterangan
CCC Efek utang dengan peringkat CCC menunjukan Efek hutang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnya, serta hanya tergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.
D Efek utang dengan peringkat D menandakan Efek hutang yang macet. Perusahaan penerbit sudah berhenti berusaha.
Sumber: PT Pefindo
Rating tertinggi adalah AAA yang menunjukkan kualitas terbaik atau perusahaan mempunyai tingkat risiko default yang paling rendah. Sedangkan klasifikasi rating paling rendah D yang menunjukkan perusahaan default. Obligasi dengan rating AAA sampai dengan BBB termasuk dalam kategori obligasi yang layak untuk investasi (investment
grade) sedangkan obligasi dibawah rating BBB termasuk dalam kategori
non investment grade dan dinilai bersifat spekulatif untuk investasi.
Salah satu produk dari Pefindo adalah mengeluarkan rating outlook yaitu penilaian atas prospek jangka menengah dan panjang mengenai institusi yang diperingkat meliputi evaluasi terhadap perubahan perekonomian dan bisnis tersebut. di bawah ini definisi dan istilahnya:
(55)
39 Tabel 2.2
Rating Outlook
No Outlook Definisi
1. Positif Prospek yang berpotensi untuk menaikkan peringkat 2. Negatif Prospek yang berpotensi untuk menurunkan peringkat 3. Stabil Indikasi prospek yang stabil sehingga hasil peringkat
akan stabil juga
4. Berkembang
Prospek yang belum jelas disebabkan ketebatasan informasi, sehingga hasil peringkat bisa dinaikkan dan diturunkan sesuai dengan perkembangan selanjutnya. Sumber : PT Pefindo (Rahardjo, 2004:106)
b. Manfaat Rating Obligasi
Manfaat umum dari proses pemeringkatan obligasi adalah (Rahardjo, 2004:100) :
1) Sistem informasi keterbukaan pasar yang transparan yang menyangkut berbagai produk obligasi akan menciptakan pasar obligasi yang sehat dan transparan juga.
2) Efisiensi biaya. Hasil pemeringkatan obligasi yang bagus biasanya memberikan keuntungan, yaitu menghindari kewajiban persyaratan keuangan yang biasanya memberatkan perusahaan, seperti penyediaan singking fund dan jaminan aset.
3) Menentukan besarnya coupon rate, semakin bagus peringkatnya, cenderung semakin rendah nilai coupon rate dan sebaliknya.
(56)
40 4) Memberikan informasi yang objektif dan independen menyangkut kemampuan pembayaran utang, tingkat resiko investasi yang mungkin timbul, serta jenis dan tingkat hutang tersebut.
5) Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi ekonomi pada umumnya.
Manfaat rating bagi investor adalah sebagai berikut :
1) Informasi resiko investasi. Tujuan utama investasi adalah untuk meminimalkan resiko serta mendapatkan keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, dengan adanya peringkat obligasi diharapkan informasi resiko dapat diketahui lebih jelas posisinya. 2) Rekomendasi investasi. Investor akan dengan mudah mengambil
keputusan investasi berdasarkan hasil peringkat kinerja emiten obligasi tersebut. Dengan demikian investor dapat melakukan strategi investasi akan membeli atau menjual sesuai perencanaannya.
3) Perbandingan. Hasil rating akan dijadikan patokan dalam membandingkan obligasi yang satu dengan yang lain, serta membandingkan struktur yang lain seperti suku bunga dan metode penjaminannya.
(57)
41 1) Informasi posisi bisnis. Pihak perusahaan dapat mengetahui posisi bisnis dan kinerja usahanya dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.
2) Menentukan struktur obligasi. Perusahaan dapat menentukan beberapa syarat atau struktur obligasi yang meliputi tingkat suku bunga, jenis obligasi, jangka waktu jatuh tempo, jumlah emisi obligasi serta berbagai struktur pendukung lainnya
3) Mendukung kinerja. Apabila emiten mendapatkan peringkat yang cukup bagus maka kewajiban menyediakan singking fund atau jaminan kredit bisa dijadikan pilihan alternatif.
4) Alat pemasaran. Peringkat obligasi yang baik terlihat lebih menarik sehingga dapat membantu pemasaran obligasi tersebut.
5) Menjaga kepercayaan investor. Peringkat obligasi yang independen akan membuat investor merasa lebih aman sehingga kepercayaan bisa lebih terjaga.
B. Penelitian Terdahulu
1. Burton et al. (2000) melakukan penelitian pada perusahaan asuransi yang ada di UK. Hasil variabel yang signifikan adalah leverage,
profitability, liquidity, firm size, organization form, reinsurance,
growth & business activity. Dalam penelitiannya Burton et al.
menemukan bahwa terdapat hubungan antara leverage dengan peringkat obligasi, dimana semakin rendah leverage maka semakin
(58)
42 tinggi peringkat obligasi yang akan diperoleh oleh perusahaan tersebut.
2. Ouni & Omri (2010) tentang Financial Attributes, Corporate
Governance and Target Credit Rating. melakukan penelitian pada 571
American Firms. Hasil variabel yang berpengaruh signifikan adalah
Size, profitability, liquidity, tangibility, size of the board property of
manager, bonus of the manager. Hasil variabel yang tidak
berpengaruh adalah innovation, independence of the board, block holdings
3. Raharja dan Sari (2008) tentang Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi menyatakan bahwa sebanyak lima rasio keuangan (leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan produktivitas) yang diuji, didapatkan hasil bahwa kelima rasio-rasio keuangan tersebut berbeda antara perusahaan yang peringkat obligasinya masuk investment grade dan non investment grade. Kemampuan rasio keuangan untuk memprediksi peringkat obligasi
(investment grade dan non investment grade) ditunjukkan oleh hasil
pengujian dengan menggunakan MDA (Multiple Discriminant
Analysis). Dari uji diskriminan tersebut terdapat empat variabel rasio
keuangan yang dapat membentuk model prediksi. Keempat variabel rasio keuangan tersebut berasal dari rasio leverage dengan proksi long
term liabilities/ total assets; rasio likuiditas dengan proksi current
(59)
43
from operating/ total liabilities; rasio profitabilitas dengan proksi
operating income/ sales; dan rasio produktivitas dengan proksi sales/
total assets. Tingkat ketepatan yang diperoleh dalam memprediksi
peringkat obligasi dengan dua kategori mencapai 96,2% dengan nilai Zcu sebesar 2,113. Dengan demikian model prediksi tersebut diatas dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi khusunya bagi perusahaan manufaktur di Indonesia.
4. Estiyanti dan Yasa (2012), PENGARUH FAKTOR KEUANGAN DAN NON KEUANGAN PADA PERINGKAT OBLIGASI DI BURSA EFEK INDONESIA. Alat yang digunakan adalah regresi logistik ordinal
.
Sesuai dengan hasil uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan, penelitian ini menyimpulkan bahwa laba ditahan berpengaruh positif pada peringkat obligasi di Bursa Efek Indonesia. Laba operasi, aliran kas operasi, likuiditas, total assets, leverage, umur obligasi (maturity) dan jaminan (secure) tidak berpengaruh pada peringkat obligasi di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat nilai Pseudo R-Square sebesar 0,591 atau 59,1% artinya sebanyak 59,1% variasi peringkat obligasi dapat dijelaskan oleh variasi laba operasi, laba ditahan, aliran kas operasi, likuiditas, totalassets, leverage, jaminan dan umur obligasi dan sisanya sebesar
40,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam model. 5. Maharti dan Daljono (2011), ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
(60)
44
ordinal regression analysis. Hasil tabel McFadden menunjukkan
bahwa sebesar 15,3% peringkat obligasi dapat dijelaskan oleh variasi variabel profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, leverage, dan jaminan. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tidak ada variabel independen (profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan dan ketersediaan jaminan) yang signifikan pada tingkat 0,05. Namun pada tingkat 0,10 ada satu variabel yang signifikan yaitu leverage. Hasil tersebut diinterpretasikan penilaian tidak difokuskan pada rasio utang saja tetapi juga point kredibilitas perusahaan.
6. Sejati (2010), Analisis Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur. Alat yang digunakan adalah regresi logistik. Terlihat bahwa variabel reputasi auditor tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari variabel tersebut sebesar 0,998. Nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 5%. Variabel CR juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi karena nilai signifikansi dari variabel tersebut sebesar 0,774, lebih besar dari taraf signifikansi 5%. Variabel growth memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari variabel tersebut sebesar 0,006. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi 5%.Variabel ROA tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prediksi peringkat
(61)
45 obligasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari variabel tersebut sebesar 0,364. Nilai ini lebih besar dari taraf signifikansi 5%. Kemudian variabel size tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikan dari variabel tersebut sebesar 0,717. Nilai ini lebih besar dari taraf signifikansi 5%. Dengan demikian, dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat variabel bebas yang dominan dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia adalah variabel growth yang diukur dengan book to market value of common equity dengan nilai signifikan sebesar 0,006 persen. Untuk mengetahui bahwa model logit dapat menjelaskan data, dapat dilihat melalui nilai pseudo R-square.
Output yang menampilkan nilai pseudo R-square model: Berdasarkan
tabel 4 terlihat nilai Cox & Snell R sebesar 0,649, artinya 64,9% variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat sehingga prediksi peringkat obligasi yang dipengaruhi oleh faktor akuntansi dan non akuntansi, maupun tidak dipengaruhi oleh faktor akuntansi dan non akuntansi dapat diterangkan oleh variabel bebasnya dan sisanya sebesar 35,1% prediksi peringkat obligasi dipengaruhi oleh variabel lain. Hal ini menunjukkan bahwa model sudah cukup bagus.
7. Sumarto (2010) tentang Memprediksi Tingkat Obligasi Perusahaan
Manufaktur yang Listing di BEI menyatakan bahwa Hasil penelitian
(62)
46 obligasi. Likuiditas dapat berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. Artinya rasio tersebut mampu digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi dimasa mendatang. Ukuran perusahaan (Size) tidak signifikan terhadap peringkat obligasi. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara umur obligasi (Maturity) dalam memprediksi peringkat obligasi.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009) tentang Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi yang ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi, menyatakan bahwa hasil uji hipotesis satu menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (size) tidak berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi seluruh perusahaan yang terdaftar di PEFINDO kecuali perusahaan yang bergerak dalam sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Hasil uji hipotesis dua menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk current ratio sebesar 0.445, ini berarti nilai tersebut diatas 0,05. Dengan demikian variabel likuiditas tidak berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi seluruh perusahaan yang terdaftar di PEFINDO. Hasil uji hipotesis tiga menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh terhadap prediksi peringakt obligasi dengan nilai signifikansi untuk variabel profitabilitas yang diukur dengan ROI (Return on Invesment) sebesar 0,028. Nilai ini dibawah 0,05 maka H1 diterima. Hasil uji hipotesis empat menunjukkan bahwa variabel leverage yang diukur dengan DER mempunyai nilai signifikansi
(63)
47 sebesar 0,167, yang berarti leverage tidak berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi seluruh perusahaan yang terdaftar di PEFINDO. Hasil uji hipotesis lima menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk variabel produktivitas sebesar 0,003, yang berarti produktivitas berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi seluruh perusahaan yang terdafar di PEFINDO. Hasil uji hipotesis enam menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel secure sebesar 0,012, yang menunjukkan secure berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi seluruh perusahaan yang terdafar di PEFINDO. Hal ini mengindikasikan bahwa pemodal akan berinvestasi lebih besar terhadap obligasi perusahaan yang dijamin dengan aktiva tertentu daripada obligasi yang tidak dijamin dengan aktiva tertentu. Hasil uji hipotesis tujuh nilai signifikansi variabel maturity sebesar 0,083, yang berarti tidak berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi seluruh perusahaan yang terdafar di PEFINDO. Dapat ditarik kesimpulan bahwa maturity tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap prediksi peringkat obligasi sehingga investor boleh mengabaikan umur obligasi dalam melakukan investasi obligasi. Hasil uji hipotesis delapan menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel reputasi auditor sebesar 0,144, yang berarti tidak berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi seluruh perusahaan yang terdafar di PEFINDO. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor akuntansi yang berpengaruh terhadap peringkat obligasi adalah profitabilitas dan
(64)
48 produktivitas. Sementara faktor non akuntansi yang berpangaruh terhadap peringkat obligasi hanya secure.
Tabel 2.3
Ringkasan Penelitian Terdahulu
PENELITI JUDUL ANALISIS HASIL
Burton, Adams & Hardwick (2000)
The Determinants of Credit Ratings in the United Kingdom Insurance Industry
Ordered probit Model
Hasil variabel yang signifikan adalah
leverage,
profitability, liquidity, firm size,
organization form,
reinsurance,
growth & business activity
Ouni & Omri (2010) Financial Attributes, Corporate Governance and Target Credit Rating Multiple Linear Regression
Hasil variabel yang berpengaruh signifikan adalah Size, profitability, liquidity,
tangibility, size of the board property of manager, bonus of the manager Hasil variabel yang tidak berpengaruh adalah innovation, independence of the board, block
holdings Raharja dan Sari (2008) Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi MDA (Multiple Discriminant Analysis) empat variabel rasio keuangan yang dapat membentuk model prediksi. rasio
leverage :long term
liabilities/ total assets; rasio likuiditas: current asset. current liabilities; rasio
(65)
49
PENELITI JUDUL ANALISIS HASIL
solvabilitas: cash flow from
operating/ total liabilities; rasio profitabilitas: operating income/
sales; dan rasio
produktivitas: sales/ total assets Estiyanti dan Yasa (2012) Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan pada Peringkat Obligasi di BEI
Ordinal logistic regression (PLUM) Laba ditahan berpengaruh positif pada peringkat obligasi sedangkan laba operasi, aliran kas operasi,
likuiditas, total assets, leverage, umur obligasi
(maturity) dan
jaminan (secure) tidak berpengaruh pada peringkat obligasi. Maharti dan Daljono (2011) Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Ordinal regression analysis Profit (ROA), likuid (CR), size (log TA), Jaminan tidak ada yang signifikan pada tingkat 0,05 namun
leverage signifikan
pada tingkat 0,10 Sejati (2010) Analisis Faktor
Akuntansi dan Non Akuntansi dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur Regresi logistik
CR dan growth (faktor akuntansi) berpengaruh terhadap peringkat obligasi sedangkan reputasi auditor (faktor non akuntansi)ROA, size, tdk
berpengaruh terhadap peringkat obligasi
(66)
50
PENELITI JUDUL ANALISIS HASIL
Susilowati dan Sumarto (2010) Memprediksi Tingkat Obligasi Perusahaan Manufaktur yang
Listing di BEI
Regresi logistik Likuiditas berpengaruh terhadap peringkat obligasi dan pofitabilitas, ukuran perusahaan (size), umur obligasi (maturity) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi Magreta dan Nurmayanti (2009) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi yang ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi Regresi logistik
Size, CR, DER, reputasi auditor
dan maturity tidak
berpengaruh terhadap peringkat obligasi sedangkan ROI, produktivitas, secure berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
(67)
51 C. Kerangka Pemikiran
BEI
Laporan Keuangan
Peringkat Obligasi
Low Investment High
Investment
DER, ROA, CFOTL, Jaminan
Uji Regresi Logistik
Uji Wald (Uji t) Menilai Keseluruhan Model
(Overal Model Fit)
-2 log likelihood
Menguji Kebaikan Model (goodness of fit) Hosmer and Lemeshow Test
Nagel Karke (R²)
(68)
52 D. Perumusan Hipotesis
1. H0 : b1 = 0, DER tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi H1: b1 ≠ 0, DER berpengaruh terhadap peringkat obligasi
2. H0 : b2 = 0, ROA tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi H2 : b2 ≠ 0, ROA berpengaruh terhadap peringkat obligasi
3. H0 : b3 = 0, CFOTL tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi H3 : b3 ≠ 0, CFOTL berpengaruh terhadap peringkat obligasi
4. H0 : b4 = 0, jaminan tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi H4 : b4 ≠ 0, jaminan berpengaruh terhadap peringkat obligasi
(69)
53 BAB III
METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang bersumber dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit tahun 2007 sampai 2010 yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan data peringkat obligasi yang diperoleh dari Indonesia Bond Market Directory (IBMD). Data-data tersebut diambil dari periode 2008 sampai dengan periode 2011. Variabel-variabel yang digunakan yaitu peringkat obligasi, rasio leverage (DER), rasio profitabilitas (ROA), rasio solvabilitas (CFOTL), dan jaminan (secure).
Peringkat obligasi yang dijadikan sebagai sampel adalah peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo karena jasa pemeringkatan obligasi didominasi oleh PT Pefindo dibanding agen pemeringkat efek lainnya.
Alasan memilih sektor non keuangan adalah karena merupakan sektor yang paling dominan dan paling banyak terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(70)
54 B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah obligasi korporasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PEFINDO. Periode yang dijadikan amatan adalah data periode tahun 2008 hingga tahun 2011.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel dipilih dari populasi perusahaan non keuangan yang obligasinya terdaftar di PT Pefindo dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Kriteria yang ditetapkan agar perusahaan dapat dijadikan sampel penelitian, yaitu:
1. Obligasi yang tercatat aktif berturut-turut diperdagangkan antara Januari 2008 - Desember 2011.
2. Obligasi masih beredar selama periode pengamatan, sehingga dapat diperoleh keterangan tentang obligasi.
3. Obligasi terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo.
(1)
92
Lampiran 4
Jaminan
(Secured bond)
No
Obligasi
Jenis Jaminan
biner
1
ADHI IV Year 2007
piutang/ tagihan perseroan
1
2
BSDE II Tahun 2006
tagihan min 40% & tanah
1
3
BTEL I Tahun 2007
aset tetap
1
4
CLPK II Tahun 2007
sertifikat hak guna usaha
1
5
DUTI V Tahun 2007
tanah & bangunan 120%
1
6
ELTY Tahun 2008 Seri A
tanah
1
7
ELTY Tahun 2008 Seri A
tanah
1
8
EXCL II Tahun 2007
agunan khusus dijamin
1
perseroan
9
INDF IV Tahun 2007
-
0
10
ISAT III Tahun 2003 Seri B
-
0
11
ISAT IV Tahun 2005
-
0
12
ISAT V Tahun 2007 Seri A
-
0
13
ISAT V Tahun 2007 Seri B
-
0
14
ISAT VI Tahun 2008 Seri A
-
0
15
ISAT VI Tahun 2008 Seri B
-
0
16
JPFA I Tahun 2007
persediaan brg jd dan bhn baku
1
17
LTLS II Tahun 2008
-
0
18
MAIN I Tahun 2008
jaminan siaga
1
19
MYOR II Tahun 2008
-
0
20
PJAA I Tahun 2007 Seri A
-
0
21
PLJA I Tahun 2005 Seri C
-
0
22
PLJA I Tahun 2005 Seri D
-
0
23
SCTV II Tahun 2007
fidusia piutang, film, tanah,
1
kendaraan
24
SMRA II Tahun 2008
tanah
1
25
TKIM I Tahun 1996
-
0
26
TRJE I Tahun 2007
seluruh harta kekayaan
1
1= obligasi yang dijamin
0 = obligasi tanpa jaminan
(2)
Logistic Regression
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
low invest 0
high invest 1
Categorical Variables Codings
Frequency
Parameter coding (1)
JMN tnp jaminan 52 1.000
dgn jaminan 52 .000
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients Constant
Step 0 1 117.158 1.000
2 116.966 1.096
3 116.966 1.099
4 116.966 1.099
a. Constant is included in the model.
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 104 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 104 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 104 100.0
(3)
b. Initial -2 Log Likelihood: 116.966
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted PRKT
Percentage Correct
low invest high invest
Step 0 PRKT low invest 0 26 .0
high invest 0 78 100.0
Overall Percentage 75.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant 1.099 .226 23.536 1 .000 3.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables DER 2.925 1 .087
ROA 7.964 1 .005
CFOTL 26.193 1 .000
JMN(1) 16.615 1 .000
(4)
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant DER ROA CFOTL JMN(1)
Step 1 1 78.418 -.856 .263 6.187 2.720 1.145
2 69.252 -1.675 .522 11.454 4.322 1.560
3 67.740 -2.209 .708 14.100 5.614 1.610
4 67.640 -2.392 .779 14.646 6.148 1.570
5 67.639 -2.410 .787 14.671 6.206 1.564
6 67.639 -2.411 .787 14.671 6.207 1.564
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 116.966
d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 49.327 4 .000
Block 49.327 4 .000
Model 49.327 4 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 67.639a .378 .559
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
(5)
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
PRKT = low invest PRKT = high invest
Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 9 9.321 1 .679 10
2 5 6.497 5 3.503 10
3 5 4.486 5 5.514 10
4 3 2.101 10 10.899 13
5 3 1.147 7 8.853 10
6 1 .878 9 9.122 10
7 0 .564 8 7.436 8
8 0 .472 10 9.528 10
9 0 .384 11 10.616 11
10 0 .149 12 11.851 12
Classification Tablea
Observed
Predicted PRKT
Percentage Correct
low invest high invest
Step 1 PRKT low invest 16 10 61.5
high invest 7 71 91.0
Overall Percentage 83.7
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a DER .787 .312 6.359 1 .012 2.197
ROA 14.671 10.508 1.949 1 .163 2353084.907
CFOTL 6.207 2.438 6.482 1 .011 496.029
JMN(1) 1.564 .698 5.020 1 .025 4.778
Constant -2.411 .861 7.833 1 .005 .090
(6)