digunakan dalam mendakwa terdakwa dalam kasus putusan nomor : 208Pid.B2012PN.LMG.
2.5.2. Macam-Macam Surat Dakwaan
Surat dakwaan terdiri dari berbagai bentuk. Bentuk-bentuk surat dakwaan memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Penerapan salah satu bentuk
surat dakwaan tidak berdasarkan patokan yang baku tetapi mempertimbangkan keadaan tiap-tiap kasus. Macam-macam surat dakwaan berdasarkan bentuk surat
dakwaan yaitu:
48
a. Surat dakwaan tunggal.
Menurut Harun M. Husein, dakwaan tunggal adalah dakwaannya hanya satu tunggal dan tindak pidana yang didakwakan juga hanya
satutunggal.
49
b. Surat dakwaan alternatif.
Surat dakwaan alternatif adalah dakwaan yang tersusun dari beberapa tindak pidana yang didakwakan yang antara tindak pidana yang
satu dengan tindak pidana yang lain bersifat saling mengecualikan.
50
c. Surat dakwaan subsider
Menurut Harun M. Husein surat dakwaan subsider menyebutnya juga dengan dakwaan pengganti, yaitu dakwaan subsider adalah sebagai
pengganti dari pada dakwaan primer dan seterusnya.
51
d. Surat dakwaan kumulatif
Menurut Harun M. Husein banyak istilah yang dipergunakan untuk menamakan dakwaan ini, ada yang menggunakan istilah dakwaan
kumulatif dan ada juga yang menamakan istilah dakwaan berangkai dan sebagainya. Kesemua istilah itu sebenarnya maksudnya sama yaitu ingin
48
Harun M. Husein, Op. Cit, hlm. 67
49
Ibid, hlm. 68.
50
Ibid,.hlm. 70.
51
Ibid..hlm. 78.
menggambarkan bahwa dalam dakwaan itu terdapat beberapa tindak pidana yang didakwakan dan kesemuanya harus dibuktikan.
52
e. Surat dakwaan gabungankombinasi
Dakwaan ini disebut dakwaan gabungankombinasi, dikarenakan dalam dakwaan ini terdapat beberapa dakwaan yang merupakan gabungan
dari dakwaan yang bersifat alternatif maupun dakwaan yang bersifat subsider.
53
Dalam kasus perkara Putusan No. 2082012Pid.BPN.LMG, penuntut umum menuntut terdakwa menggunakan surat dakwaan alternatif, penuntut
umum menggunakan pertama Pasal 310 ayat 3 dan ayat 4 dan ke dua menggunakan Pasal 311 ayat 4 dan ayat 5 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
2.6. Putusan Hakim