Kandungan Logam Berat Kadmium Pada Tanaman Sawi (Brassica Juncea L. ) Akibat Pemupukan Fosfat

(1)

KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L. ) AKIBAT PEMUPUKAN FOSFAT

SKRIPSI

OLEH :

RIZKIKA ADRIA 070303028 ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L. ) AKIBAT PEMUPUKAN FOSFAT

SKRIPSI

OLEH : RIZKIKA ADRIA

070303028 ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

Judul Skripsi : Kandungan Logam Berat Kadmium Pada Tanaman Sawi (Brassica Juncea L. ) Akibat Pemupukan Fosfat

Nama : Rizkika Adria NIM : 070303028 Departemen : Ilmu Tanah Program Studi : Ilmu Tanah

Disetujui, Komisi Pembimbing :

(Ir. Razali, MP) (Prof.Ir.Lahuddin, MS

Ketua Anggota

)

Mengetahui,

Ketua Departemen Agroekoteknologi

(Ir. T . Sabrina, M. Agr. Sc. Ph. D) NIP. 19640620 198903 2 001


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akumulasi Cd pada tanaman sawi akibat pemupukan fosfat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa dan Laboratorium Kimia/Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan November-Desember 2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial dengan dengan 6 taraf dosis dengan 3 blok sehingga diperoleh unit percobaan 6x3= 18 unit percobaan. Perlakuan terdiri atas P0 (tanpa kebutuhan pupuk fosfat), P1 (0,48 gr/6 kg tanah),

P2 (0,96 gr/6 kg tanah), P3 (1,44 gr/6 kg tanah), P4 (1,92 gr/6 kg tanah), P5 (2,4 gr/6 kg tanah)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk SP-36 nyata menurunkan pH tanah dan nyata menaikkan Cd-tersedia tanah serta kandungan Cd tanaman tetapi tidak nyata meningkatkan P-tersedia tanah, kandungan P tanaman, bobot kering akar, bobot kering tajuk dan bobot kering total tanaman, Kata kunci: pupuk fosfat, pupuk SP-36, tanaman sawi, kadmium.


(5)

ABSTRAK

The research was aimed to know that accumulation of cadmium in mustard green due to phosphate fertilization. The research was held in gauze house and Chemistry/Soil Fertility Laboratory, Agricultural Faculty, University of North Sumatera, Medan in February-May 2011. This research used randomized block design nonfactorial with six degree of doses and and three block so there are eighteen experiment units. The treatments were P0 (no need phosphate fertilizer),P1 (0,48 gr/6 kg of soils), P2 (0,96 gr/6 kg of soils), P3 (1,44 gr/6 kg of soils), P4 (1,92 gr/6 kg of soils), P5 (2,4 gr/6 kg of soils)

Result of experiments showed that the addition of SP36 fertilizer were not significant decreased of soil Ph and significant increased Cd- available of soil and cadmium contents of plant but not significant increased P-available of soil, phosphate contents of plant, dry weight of root, dry weight of plants and total dry weight of plant.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 23 Januari 1990 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Orangtua penulis bernama Ir. Aidil yanto (Ayah) dan dra. Deliana lubis (Ibu). Penulis lahir dengan memiliki suku Jawa dari Ayah sedangkan Ibu memiliki suku Mandailing.

Penulis mulai memasuki pendidikan formal pada tahun 1996. Penulis pernah bersekolah di SD Negeri 105855 Tanjung Morawa selesai tahun 2001, SMP Swasta Al-Azhar Medan selesai tahun 2004, dan SMA Swasta Al-Azhar Medan selesai tahun 2007. Kemudian, penulis menempuh pendidikan sarjana di Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan sampai sekarang.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti kegiatan organisasi Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) tahun 2007-2011, pengajian Al-Bayan tahun 2007-2011. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Unit Kebun Sarang Gitting Pada Tahun 2010.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Kandungan Logam Berat Kadmium Pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L. ) Akibat Pemupukan Fosfat” . yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Razali, MP. dan Prof.Ir.Lahuddin, MS. selaku ketua dan anggota komisi

pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2012


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Fosfat ... 4

Kadmium (Cd) ... 10

Sawi ... 13

BAHAN DAN METODE A.Penetuan Kebutuhan Fosfat Santard berdasarkan Isotherm Langmuir B.Serapan logam berat Cadmium pada tanaman Sawi akibat pemberian pupuk Fosfat. Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian ... 16

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Parameter Yang Diukur ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20

pH Tanah ... 20

P Tersedia Tanah ... 20

Bobot Kering Akar ... 20

Bobot Kering Tajuk ... 20


(9)

Kandungan P Daun... 20

Cd Tersedia Tanah ... 20

Kandungan Cd ... 20

Pembahasan ... 22

pH Tanah ... 22

P Tersedia Tanah ... 23

Bobot Kering Total Tanaman ... 24

Kandungan P Daun... 24

Cd Tersedia Tanah ... 25

Kandungan Cd ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29

Saran ... 29 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Kadar logam berat dan unsur P dalam berbagai jenis batuan fosfat alam (PA) dari berbagai negara, dan dalam pupuk SP-36,

serta pupuk kandang ... 6 2. Nilai rataan pH tanah, P-tersedia, bobot kering akar, bobot

kering tajuk, bobot kering total tanaman, kandungan P

tanaman, Cd-tersedia tanah, kandungan Cd tanaman ... 20


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran

Halaman

1. Data Analisis Awal Tanah... 33

2. Data Analisis Pupuk SP-36... 33

3. Kriteria Sifat Tanah... 34

4. Bagan Penelitian... 35

5. Penetapan Kebutuhan Fosfat Standart Metode Langmuir... 36

6. Dosis Perhitungan Pupuk... 39

7. Data Analisis pH Tanah... 43

8. Daftar Sidik Ragam pH Tanah... 43

9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Data P-Tersedia Tanah... Daftar Sidik Ragam P-Tersedia Tanah... Data Bobot Kering Akar... Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar... Data Bobot Kering Tajuk... Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk... Data Bobot Kering Total Tanaman... Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Total Tanaman... Data Serapan P... Daftar Sidik Ragam Serapan P... Data Cd Tersedia Tanah... Daftar Sidik Ragam Cd Tersedia Tanah... Data Serapan Cd... Daftar Sidik Ragam Serapan Cd Tanaman... Nilai Uji Korelasi... Gambar Setelah panen... 42 42 45 45 46 46 47 47 48 48 49 49 50 50 51 52


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akumulasi Cd pada tanaman sawi akibat pemupukan fosfat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa dan Laboratorium Kimia/Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan November-Desember 2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial dengan dengan 6 taraf dosis dengan 3 blok sehingga diperoleh unit percobaan 6x3= 18 unit percobaan. Perlakuan terdiri atas P0 (tanpa kebutuhan pupuk fosfat), P1 (0,48 gr/6 kg tanah),

P2 (0,96 gr/6 kg tanah), P3 (1,44 gr/6 kg tanah), P4 (1,92 gr/6 kg tanah), P5 (2,4 gr/6 kg tanah)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk SP-36 nyata menurunkan pH tanah dan nyata menaikkan Cd-tersedia tanah serta kandungan Cd tanaman tetapi tidak nyata meningkatkan P-tersedia tanah, kandungan P tanaman, bobot kering akar, bobot kering tajuk dan bobot kering total tanaman, Kata kunci: pupuk fosfat, pupuk SP-36, tanaman sawi, kadmium.


(13)

ABSTRAK

The research was aimed to know that accumulation of cadmium in mustard green due to phosphate fertilization. The research was held in gauze house and Chemistry/Soil Fertility Laboratory, Agricultural Faculty, University of North Sumatera, Medan in February-May 2011. This research used randomized block design nonfactorial with six degree of doses and and three block so there are eighteen experiment units. The treatments were P0 (no need phosphate fertilizer),P1 (0,48 gr/6 kg of soils), P2 (0,96 gr/6 kg of soils), P3 (1,44 gr/6 kg of soils), P4 (1,92 gr/6 kg of soils), P5 (2,4 gr/6 kg of soils)

Result of experiments showed that the addition of SP36 fertilizer were not significant decreased of soil Ph and significant increased Cd- available of soil and cadmium contents of plant but not significant increased P-available of soil, phosphate contents of plant, dry weight of root, dry weight of plants and total dry weight of plant.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah adalah bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan . Manusia dan hewan hidup dari tumbuhan dan sebagian besar makanan kita berasal dari permukaan tanah, walaupun memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut. Sebagaimana pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun merupakan akibat kegiatan manusia. Pencemaran tanah bisa disebabkan limbah domestik, limbah industri, limbah pertambangan dan limbah pertanian.

Sebagian besar lahan pertanian di Indonesia berubah menjadi lahan kritis akibat pengaruh penggunaan pupuk anorganik/kimia dan pencemaran limbah pabrik/indusri secara berlebihan dan waktu yang cukup lama sebagai dampaknya dapat menurunkan unsur hara esensial, keracunan tanah dan tanaman, pencemaran lingkungan dan mengurangi kesehatan makhluk hidup akibat mengkonsumsi hasil pertanian yang mengandung racun.

Penggunaan pupuk secara berlebihan, tidak menguntungkan bagi kelestarian lahan dan lingkungan dikibatkan tingginya residu pupuk di lahan. Pemupukan yang terus menerus tidak saja menyebabkan tingginya residu pupuk di dalam tanah, tetapi juga meningkatkan kandungan logam berat Pb (plumbun) dan Cd (cadmium). (Widaningrum, Miskiyah dan Suismono, 2007).

Kadmium merupakan salah satu jenis elemen ini beresiko tinggi terhadap terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh


(15)

khususnya dideteksi dari tingkat jumlah atau jumlah kandungan protein yang terdapat dalam urin. Petunjuk kerusakan yaitu terjadinya asam amniouria dan glokosuria, dan tidak normalnya kandungan asam urat kalsium dan fosfor dalam urine (Pian, 2010).

Peningkatan Cd pada tanah terjadi melalui penggunaan pupuk fosfat, pupuk kandang, dari buangan industri yang menggunakan bahan bakar batu bara dan minyak. Pupuk fosfat adalah pupuk yang sangat penting bagi pertumbuhan

tanaman. Jenis-jenis pupuk fosfat yang sering digunakan oleh petani yaitu TSP 46-48%, SP-36, dan batuan fosfat. Peningkatan Cd melalui penggunaan

pupuk fosfat sangat bervariasi tergantung dari jenis batuan fosfat (fosforit) sebagai bahan industri

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek pupuk SP-36 terhadap kadar Cd tanah dan tanaman selain sifat kimia tanah di pertumbuhan tanaman.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kandungan logam berat Cd pada tanaman sawi akibat pemupukan fosfat.

Hipotesis Penelitian

Peningkatan dosis pupuk P akan mengakibatkan peningkatan kandungan logam berat Cd pada tanaman sawi (Brassica junceaL .)


(16)

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber informasi untuk mengetahui kandungan logam berat Cd pada tanaman sawi (Brassica junceaL .)


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk Fosfat

Pupuk P dikelompokkan dalam tiga kelompok berdasarkan kelarutannya yaitu : (a) Pupuk P yang melarut kedalam asam keras (mengandung P2O5, merupakan pupuk P yang lambat tersedia bagi keperluan tanaman) (b) Pupuk P yang melarut dengan ammonium nitrat netral atau asam sitrun (mengandung P2O5, merupakan pupuk yang mudah tersedia bagi keperluan tanaman) (c) Pupuk P yang melarut dalam air (mengandung P2O5, juga merupakan pupuk P yang mudah tersedia bagi tanaman) (Sutedjo, 2002).

Pemupukan P merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan P dalam tanah. Sumber pupuk P yang umum dipakai di perkebunan adalah pupuk Fosfat Alam dan pupuk TSP. Efektifitas Pupuk Fosfat Alam ternyata lebih tinggi pada tanah–tanah masam dibandingkan dengan TSP. Setelah pupuk TSP tidak dipasarkan maka sebagai penggantinya digunakan SP-36 dengan takaran yang sama, meskipun kandungan P2O5 pupuk SP-36 12% lebih rendah dibanding TSP (Anonim, 2007).

Pupuk SP-36 merupakan pupuk pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara P karena keunggulan yang dimilikinya :

• Kandungan hara P dalam bentuk P2O5 tinggi yaitu sebesar 36%

• Unsur hara P yang terdapat dalam pupuk SP-36 hampir seluruhnya larut dalam air


(18)

• Tidak mudah menghisap air, sehingga dapat disimpan cukup lama dalam kondisi penyimpanan yang baik

• Dapat dicampur dengan Pupuk Urea atau pupuk ZA pada saat penggunaan (Anonim, 2002)

Di dalam batuan fosfat alam terkandung berbagai unsur seperti Ca, Mg, Al, Fe, Si, Na, Mn, Cu, Zn, Mo, B, Cd, Hg, Cr, Pb, As, U, V, F, Cl. Unsur utama di dalam fosfat alam antara lain P, Al, Fe, dan Ca. Secara kimia, fosfat alam didominasi oleh Ca-P atau Al-P dan Fe-P sedangkan unsur lain merupakan unsur ikutan yang bermanfaat dan sebagian lain kurang bermanfaat bagi tanaman (Sutriadi,Rochayati, dan Rachman, 2010).

Pada fosfat alam Vietnam dan Cileungsi kandungan logam berat Cd tergolong kedalam kriteria kecil sehingga tidak terukur, pada fosfat alam China Huinan, China Guizhou, Mesir dan Jordan kandungan logam berat Cd tergolong kedalam kriteria sedang yaitu sebesar 2-9 mg/kg sedangkan pada fosfat alam Christmas, Tunisia, Senegal, Maroko, Algeria, Maroko, Senegal, Togo, Ciamis 1, Ciamis 2, Sukabumi, dan pupuk SP-36 kandungan logam berat Cd termasuk kedalam kriteria tinggi yaitu sebesar 11-113 mg/kg. Adapun kadar logam berat Cd pada berbagai batuan fosfat alam dari berbagai negara, dan dalam pupuk SP-36 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(19)

Tabel 1. Kadar logam berat dan unsur P dalam berbagai jenis batuan fosfat alam (PA) dari berbagai negara, dan dalam pupuk SP-36, serta pupuk kandang

Asal batuan Fosfat Alam P2O5(%) Cd

(mg/kg) Ekstraksi Asam Sitrat Ekstraksi Hcl 25%

PA Christmas 10,84 32,47 38

PA Tunisia 24,32 35,54 76

PA Senegal 10,96 35,58 113

PA Maroko 11,91 31,16 57

PA China Huinan 11,48 29,84 3

PA China Guizhou 11,02 31,84 2

PA Vietnam 7,35 35,16 Tu

PA Mesir 14,62 31,68 9

PA Algeria 13,98 27,64 30

PA Jordan 12,68 30,66 5

PA Maroko 15,13 30,67 75

PA Senegal 8,39 22,26 79

PA Togo 14,62 27,62 53

PA Ciamis 1 29,40 35,51 28

PA Ciamis 2 20,84 23,23 58

PA Sukabumi 9,05 9,10 65

PA Cileungsi 13,35 13,62 Tu

SP-36 33,80 36,29 11

Pupuk kandang ayam - - 0,11

Pupuk kandang domba - - 0,44

Pupuk kandang kambing - - Tu

Pupuk kandang kuda - - 0,20

Pupuk kandang sapi - - 0,20

Sunber: (Setyorini dalam Kurnia,Suganda,Saraswati dan Nurjaya, 2009) ; tu= tidak terukur

Hasil penelitian di Amerika serikat membuktikan bahwa pemupukan fosfat

dari batuan apatit asal Florida meningkatkan kadar Cd tanah 0,3-1,2 g Cd/ha/tahun (Alloway dalam Lahuddin, 2007).

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa pupuk fosfat mengandung rata rata kandungan logam Cd 7 ppm. Apabila pupuk tersebut digunakan secara terus menerus dengan dosis dan intensitas yang tinggi dapat meningkatkan Cd yang

tersedia dalam tanah sehingga meningkatkan serapan Cd oleh tanaman (Setyorini dalam Charlena, 2004).


(20)

Fosfat alam merupakan sumber P yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri seperti pupuk P yang mudah larut (antara lain TSP, SP-18, SSP, DAP, MOP). Industri pupuk menggunakan sekitar 90% fosfat alam yang diproduksi di dunia. Fosfat alam dari deposit batuan sedimen sebagian besar telah mempunyai reaktivitas yang cukup memadai untuk tanaman pangan dan perkebunan. Sedangkan fosfat alam dari batuan beku mempunyai reaktivitas yang rendah sehingga perlu diasamkan dulu untuk digunakan sebagai pupuk (Sutriadi, dkk, 2010).

Salah satu pupuk fosfat adalah SP-36, pupuk ini termasuk pupuk super fosfat (Ca(H2PO4)2). Pupuk ini jika diaplikasikan ke dalam tanah dapat menyebabkan tanah menjadi masam. Asam fosfat secara sempurna akan membebaskan ion H+ ke dalam tanah bila pH mulai 3.0 hingga 7.0. Reaksi asam fosfat meliputi :

H3PO4 H+ + H2PO4- H2PO4 - H+ + HPO4 2-HPO42- H+ + PO43-

Dua reaksi yang pertama terjadi pada lingkungan tanah yang relatif asam hingga netral. Disini ada dua ion H+ yang dibebaskan. Sementara reaksi ketiga boleh dikatakan tidak terjadi karena berlangsung pada pH yang sangat alkalis yaitu 9-12 (Mukhlis , Sarifuddin, dan Hanum,2011).

Ketersediaan fosfor anorganik sebagian besar ditentukan oleh faktor

berikut : (1). pH tanah; (2). Besi, alumunium dan mangan yang dapat larut; (3). Terdapatnya mineral yang mengandung besi, alumunium dan mangan; (4). Kalsium tersedia dan bahan mineral kalsium; (5). Jumlah dan dekomposisi


(21)

bahan organik dan (6). Kegiatan mikroorganisme. Empat faktor pertama saling berhubungan, karena efeknya sebagian besar tergantung pada pH tanah

(Buckman dan Brady, 1982).

Bila tanah asam, aktivitas besi dan aluminium meningkat dan kalsium fosfat yang dapat larut diubah menjadi aluminium fosfat dan besi fosfat yang tidak dapat larut. Proses ini cukup lambat untuk memungkinkan terdapat jumlah kalsium fosfat yang banyak dalam tanah asam dengan nilai dibawah pH 5,5 (Sanchez, 1992).

Andisol yang berkembang dari abu vulkan, banyak terdapat bahan-bahan amorf (alofan, imigolit dan fraksi humus). Pada tanah ini persoalan utama yang dihadapi adalah tingginya kapasitas jerapan P, bahkan melebihi jerapan P oksida hidrat Al dan Fe hal ini disebabkan karena bahan amorf mempunyai permukaan spesifik yang luas, sehingga jerapan P lebih tinggi ( Hardjowigeno,1993).

Prinsip pemupukan fosfor (P) yang perlu diperhatikan adalah kandungan P dalam tanah. Pada tanah yang mempunyai kandungan P tinggi, pemupukan P dimaksudkan hanya untuk memenuhi atau mengganti P yang diangkut oleh tanaman padi, sedangkan pada tanah yang mempunyai kandungan P sedang dan rendah, pemupukan P selain untuk menggantikan P yang terangkut tanaman juga untuk meningkatkan kadar P tanah sehingga diharapkan pada waktu yang akan datang kandungan P tanah (status P tanah) berubah dari rendah dan sedang menjadi tinggi. Dengan kata lain pemupukan P yang lebih tinggi dari kebutuhan tanaman dapat memperkaya tanah (Sofyan, Nursyamsi, dan Amien, 2002).

Fungsi P yang lain adalah mendorong pertumbuhan akar tanaman. Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi


(22)

lebih kecil. Kadang kadar nitrat dalam tanaman menjadi lebih tinggi karena proses perubahan nitrat selanjutnya terhambat (Tisdale , Nelson and Beaton, 1985)

Fosfor diambil oleh akar dalam bentuk H2PO4- danHPO4= sebagian besar fosfor di dalam tanaman adalah sebagai zat pembangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organik dan hanya sebagian kecil terdapat dalam bentuk anorganik sebagai ion-ion phosphat. Beberapa bagian tanaman sangat banyak mengandung zat ini, yaitu bagian-bagain yang bersangkutan dengan pembiakan generatif, seperti daun-daun bunga, tangkai sari, kepala sari, butir tepung sari, daun buah dan bakal biji. Jadi untuk pembentukan bunga dan buah sangat banyak diperlukan unsur fosfor (Sugih, 2011).

Serapan P sangat tergantung pada kontak akar dengan P dalam larutan

tanah. Berarti besaran volume akar yang berkontak dengan besaran kepekatan P tanaman. Sebaran akar di dalam tanah sangat penting dalam meningkatkan

serapan P dan bobot kering tanaman terutama bila kepekatan P rendah dalam media tumbuh (Hakim, 2005).

Logam Berat Kadmium (Cd)

Logam berat adalah bahan-bahan alami yang berasal dan termasuk bahan penyusun lapisan tanah bumi. Logam berat tidak dapat diurai atau dimusnahkan. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh mahluk hidup melalui makanan, air minum, dan udara. Logam berat berbahaya karena cenderung terakumulasi di dalam tubuh mahluk hidup. Saat ini para ahli mulai mengklasifikasikan jenis-jenis logam berat terutama yang perlu menjadi fokus perhatian paling tinggi untuk dikendalikan keberadaannya di lingkungan. Logam-logam berat tersebut


(23)

diantaranya adalah Ag, As, Cd, Co, Cr, Cu, Hg, Mn, Mo, Ni, Pb, Sn, dan Ti (Yudatomo, 2009).

Kadmium (Cd) adalah unsur kimia dalam tabel priodik memiliki lambang Cd dan nomor atom 48. Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah (Adityah, 2010).

Unsur Cd tanah terkandung dalam bebatuan beku, metamorfik, sedimen dan lain lain. Kadar Cd dalam tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah dan fraksi-fraksi tanah yang bersifat dapat mengikat ion Cd. Senyawa-senyawa tertentu seperti bahan ligand dapat mempengaruhi aktivitas ion Cd. Dengan peningkatan pH kadar Cd dalam fase larutan menurun akibat meningkatnya reaksi hidrolisis, kerapatan kompleks adsorpsi dan muatan yang dimiliki koloid tanah. Disimpulkan bahwa pH bersama-sama dengan bahan mineral liat dan kandungan oksida-oksida hidrat dapat mengatur adsorpsi spesifik Cd. yang meningkat secara linear dengan pH sampai tingkat maksimum (Napitupulu, 2008).

Konsentrasi Cd pada tanah pertanian yang masih bersih (non-polusi) berkisar antara 0,1-1 mg/kg, tetapi beberapa jenis tanah sangat mempengaruhi kandungan Cd. Pada saat pH tanah turun maka penyerapan Cd ke dalam jaringan tanaman akan tinggi. Pencemaran tanah pertanian oleh Cd bisa terjadi akibat

pemakian pupuk fosat yang berlebihan (Darmono dalam Adityah, dkk, 2010). Sampai saat ini di Indonesia belum ada nilai ambang batas konsentrasi

logam berat (termasuk Cd) di dalam tanah yang aman bagi produk pertanian yang dihasilkan . Oleh sebab itu sekecil apapun konsentrasi logam berat di dalam tanah maupun dalam produk/hasil pertanian harus mendapat perhatian yang dakhil,


(24)

karena dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan pencemaran serius akibat mengkonsumsi produk/hasil pertanian yang tercemar secara terus menerus (Kurnia,Suganda,Saraswati dan Nurjaya, 2009).

Kadmium (Cd) merupakan logam berat pencemar lingkungan yang tidak memiliki fungsi hayati dan bersifat sangat toksik bagi tumbuhan dan hewan. Variasi kelarutan Cd tanah berkorelasi erat dengan nilai pH, kapasitas tukar kation

(KTK), kadar bahan organik dan liat, serta keberadaan ion logam lainnya (Maier, dkk, 2003 dalam Sudarmaji, Mukono dan Corie, 2008).

Kapasitas tanah meretensi, mengadsorpsi dan mengakumulasikan logam berat ditentukan oleh kadar liat, kadar air, potensial redoks, pH, kadar bahan organik dan kapasitas tukar kation (KTK). Kapasitas sangga tanah terhadap kation logam berat dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pH, kadar bahan organik dan KTK (Lindsay, 2001).

Kapasitas tanaman dalam mengakumulasikan logam berat bergantung pada spesies, kultivar, bagian tanaman dan umur atau fase fisiologisnya. Sensitivitas tanaman terhadap logam berat juga ditentukan oleh jenis logam beratnya. Sebagian besar logam berat diakumulasikan tanaman di akar. Serapan logam berat oleh tanaman dikotil umumnya lebih tinggi daripada monokotil dan jaringan vegetatif mengandung Cd dan Pb dalam kadar yang lebih tinggi daripada jaringan generatif. Salah satu mekanisme tanaman dalam menoleransi toksisitas logam berat adalah melalui fenomena selektivitas serapan ion dari media tumbuhnya. Dari sisi budidaya tanaman, ukuran keberhasilan upaya pengelolaan pencemaran logam berat dapat didasarkan pada terjadinya penurunan serapannya. Penurunan serapan tanaman terhadap logam berat berkenaan dengan tiga hal,


(25)

yaitu: (1) akibat penurunan kadar fraksi aktif logam berat dalam media tumbuh, atau (2) peningkatan selektivitas tanaman dalam menyerap unsur dari media tumbuh, atau (3) kombinasi keduanya (Kabata- Pendias and Pendias, 2001).

Tanaman yang keracunan logam berat akan menunjukkan gejala-gejala abnormal. Tanaman yang keracunan tembaga (Cu) akan menunjukkan gejala klorosis, nekrosis, penghambatan pertumbuhan akar dan kerusakan permeabilitas membran plasma. Tanaman yang keracunan plumbum (Pb) akan menunjukkan gejala pertumbuhan terhambat, klorosis, dan perakaran menjadi hitam. Tanaman yang keracunan kadmium (Cd) akan menunjukkan klorosis, daun menggulung dan pengerdilan (Berglund, dkk, 2002 dalam Manivasagaperumal, dkk, 2011).

Dalam kondisi lingkungan, Cd masuk pertama melalui akar, dan akibatnya tanaman rusak. Hal ini dapat juga mengurangi penyerapan nitrat dan mengangkutnya dari akar ke tunas (Herandez, Garate, and Caroeba,1997).

Kadmium dapat terjadi dalam tiga bentuk yang berbeda di dalam tanah. Sebagai padat mengendap, terkait dengan komponen tanah dan terlarut dalam larutan tanah. Bentuk yang paling umum dikaitkan dengan komponen tanah hanya 1% ditemukan dalam larutan tanah. Kelarutan dipengaruhi oleh faktor diantaranya pH tanah . Kemasaman tanah yang rendah sering menyebabkan jumlah Cd larut yang tinggi (Jansson, 2002).

Dari hasil penelitian (Heidari and Sarani, 2011) menunjukkan bahwa perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman sawi secara bertahap berkurang dengan meningkatnya konsentrasi Cd. Dan juga menemukan bahwa pertumbuhan akar dan perkecambahan biji merupakan daerah sensitif untuk terkena stres kadmium.


(26)

Sawi (Brassica juncea L.)

Sistematika tanaman sawi adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Class : Dicotyledonae Ordo : Rhoeadales Famili : Cruciferae Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea L.

Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 m-1.200 m dpl (di atas permukaan laut). Namun biasanya tanaman ini dibudidayakan di daerah yang ketinggian 100-500 m dpl. Sebagian daerah-daerah di Indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang gembur, banyak mengandung humus, subur serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto, Suhartini dan Rahayu, 2003).

Sawi dapat di tanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan tanah secara sempurna, antara lain pengolahan tanah yang cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organik dalam jumlah (dosis) tinggi (Rukmana, 2007).

Sifat biologis tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik (humus) dan bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman, serta pada tanah terdapat


(27)

jasad renik tanah atau organisme tanah pengurai bahan organik sehingga dengan demikian sifat biologis tanah yang baik akan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Cahyono, 2003).


(28)

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini akan dilakukan dalam 2 tahap :

A. Penelitian awal “Penetuan Kebutuhan Fosfat Standarrd berdasarkan Isotherm Langmuir” (lampiran 5).

B. Penelitian Utama “Serapan logam berat Cadmium pada tanaman Sawi akibat pemberian pupuk Fosfat”.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa dan dianalisis di Laboratorium kimia dan kesuburan tanah, riset dan teknologi fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat +25 m dpl. Dimulai dari bulan April sampai selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Andisol yang diambil di desa Guru Singa kecamatan Berastagi Kabupaten Karo yang memiliki luas ± 26 Ha secara komposit pada kedalaman 0-20 cm, pupuk SP-36 sebagai pupuk anorganik yang berfungsi sebagai perlakuan, bibit tanaman sawi sebagai tanaman indikator dan bahan kimia untuk keperluan analisis tanah dan tanaman di laboratorium.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini cangkul untuk mengambil contoh tanah, polibag sebagai media tanah, baskom plastik sebagai wadah air untuk tanaman, label nama untuk penanda perlakuan, timbangan untuk menimbang berat tanah, ayakan 10 mesh untuk menyortasi contoh tanah, pH


(29)

meter untuk mengukur pH tanah, spectrophotometer untuk mengukur konsentrasi berdasarkan panjang gelombang warna, shaker machine, AAS, Erlenmeyer, dan alat alat ukur lainnya untuk keperluan analisis di laboratorium.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non-Faktorial. Faktor perlakuannya adalah pupuk fosfat dengan 6 taraf dosis dengan 3 blok sehingga diperoleh unit percobaan 6x3= 18 unit percobaan.

Perlakuan fosfat berdasarkan Kebutuhan Fosfat Standard (KFS) yaitu: P0= tanpa kebutuhan pupuk fosfat berdasarkan KFS

P1= 4 kali kebutuhan pupuk fosfat berdasarkan KFS sebesar 0,48 gr/6 kg tanah P2= 8 kali kebutuhan pupuk fosfat berdasarkan KFS sebesar 0,96 gr/6 kg tanah P3= 12 kali kebutuhan pupuk fosfat berdasarkan KFS sebesar 1,44 gr/6 kg tanah P4= 16 kali kebutuhan pupuk fosfat berdasarkan KFS sebesar 1,92 gr/6 kg tanah P5= 20 kali kebutuhan pupuk fosfat berdasarkan KFS sebesar 2,4 gr/6 kg tanah

Dosis pemupukan SP-36 berdasarkan KFS dapat dilihat pada lampiran 6

Bagan Percobaan

P2(1) P0(2) P4(3) P4(1) P2(2) P5(3) P0(1) P1(2) P0(3) P3(1) P4(2) P3(3) P1(1) P5(2) P2(3) P5(1) P3(2) P1(3)


(30)

Model Linear Rancangan Acak Kelompok Non-Faktorial: Yij = µ + βi +αj + ∑ ij Dimana :

Yij = Respon tanaman yang diamati µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh perlakuan ke-i dari faktor perlakuan

βj = Pengaruh perlakuan ke-j dari faktor ulangan

Σ ij = Faktor galat percobaan, dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data-data yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan analisis varian pada setiap parameter yang diukur dan di uji lanjutan bagi perlakuan yang nyata dengan menggunakan Uji Jarak Duncan (Duncan’s Mutiple Range Test).

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan

Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan komisi pembimbing, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peralatan, studi literatur, dan penyusunan rencana kerja yang berguna untuk mempermudah pekerjaan secara sistematis sehingga didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Persiapan Tanah

Pengambilan contoh tanah Andisol tanah yang diambil di desa Guru Singa kecamatan Berastagi Kabupaten Karo secara komposit pada kedalaman 0-20 cm kemudian dimasukkan ke dalam goni.


(31)

Analisis Awal

Tanah yang telah kering udara dan telah diayak lalu dianalisis %KA dan %KL nya untuk mendapatkan kebutuhan air. Selain itu analisis yang dilakukan adalah pH H2O (1:2,5), P total, Cd total, Cd tersedia, KTK, Bahan Organik.

Aplikasi Perlakuan

Tanah dimasukkan ke dalam polibag masing-masing dengan berat 6 kg dan diletakkan diatas baskom plastik yang berfungsi sebagai wadah air untuk tanaman sawi kemudian dilakukan penyusunan dan pengacakan berdasarkan RAK Non faktorial dan diletakkan di rumah kaca menurut bagan penelitian. Kemudian diberi perlakuan pupuk SP-36 berbeda beda pada setiap polibag sesuai dengan taraf perlakuan dan dicampur merata bersama tanah.

Penanaman dan Pemeliharaan

Penanaman dilakukan sebanyak 2-3 biji/polibag. Setelah 1 minggu dilakukan penjarangan dengan memisahkan bibit yang kurang baik. Pemeliharaan dilakukan dengan menyiram tanaman setiap hari sampai tanah dalam keadaan kapasitas lapang.

Pemanenan


(32)

Parameter yang Diukur

Pengamatan Parameter Tanah :

- pH (H2O) dengan metode elektrometri (1:2,5) - P tersedia (ppm) dengan metode Bray II

- Cd tersedia (ppm) dengan metode Na-EDTA 0,05 M pH 7 Pengamatan Parameter Tanaman :

- Bobot kering tajuk tanaman (g) - Bobot kering akar tanaman (g) - Bobot kering total tanaman (g) - Kandungan P tanaman (mg/tanaman) - Kandungan Cd tanaman (mg/tanaman)


(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Data pengamatan penelitian ini disajikan pada lampiran 7,9,11,13,15,17,19 dan 21 sedangkan hasil analisis sidik ragam masing masing parameter dapat dilihat pada lampiran 8,10,12,14,16,18,20 dan 22. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa pemberian pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap pH tanah, Cd tersedia tanah dan kandungan Cd tanaman sementara pada parameter bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering total tanaman, P-tersedia dan kandungan P tanaman tidak berpengaruh nyata. Nilai rataan pH tanah, P-tersedia, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering total tanaman, kandungan P tanaman, Cd-tersedia tanah, kandungan Cd tanaman dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai rataan pH tanah, P-tersedia, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering

total tanaman, kandungan P tanaman, Cd-tersedia tanah, kandungan Cd tanaman Dosis SP-36

(g/6 kg tanah)

pH Tanah BK Akar (g) BK Tajuk (g) BK Total (g) P-Tersedia (ppm) Kndngan P (mg/tanaman) Cd-tersedia (ppm) Kndngan Cd (mg/tanaman)

P0 (tanpa SP-36)

5,18 ab 1,00 0,97 1,97 14,70 0,20 0,48 c 3,10 b

P1 (0,48) 5,25 a 1,13 0,97 2,10 17,20 0,24 0,56 bc 3,91 ab P2 (0,96) 5,03 abc 0,98 0,88 1,86 11,63 0,23 0,70 ab 5,29 a

P3(1,44) 5,03 abc 0,90 0,83 1,73 10,83 0,18 0,66 abc 4,64 ab P4(1,92) 4,96 bc 0,87 0,80 1,67 5,30 0,18 0,77 a 5,27 a


(34)

Efek pemberian pupuk SP-36 terhadap pH tanah menurunkan pH tanah pada taraf SP-36 1,92 dan 2,4 g/6kg tanah yaitu sebesar 4,96 dan 4,87. Pada perlakuan P5 nilai pH tanah sebesar 4,87 nyata lebih rendah dengan pH pada perlakuan P1 dan P0 yaitu masing-masing 5,25 dan 5,18 tetapi tidak berbeda nyata pH pada perlakuan P2, P3, P4. Perlakuan P2 dan P3 mempunyai nilai pH yang sama yaitu 5,03 dan perlakuan P4 sebesar 4,96. Dan perlakuan P1 nilai pH tanah sebesar 5,25 nyata lebih tinggi dengan pH pada perlakuan P4 dan P5 yaitu sebesar 4,96 dan 4,87 tetapi tidak berbeda nyata pH pada perlakuan P0, P2, P3 dengan nilai masing-masing 5,18, 5,03 dan 5,03.

Sementara efek pemberian pupuk SP-36 terhadap Cd-tersedia tanah menaikkan Cd-tersedia tanah pada taraf SP-36 1,92 dan 2,4 g/6kg tanah yaitu sebesar 0,77 dan 0,78 ppm. Pada perlakuan P5 nilai Cd-tersedia tanah sebesar 0,78 ppm nyata lebih tinggi dengan Cd-tersedia tanah pada perlakuan P0 dan P1 dengan nilai masing-masing 0,48 ppm dan 0,56 ppm tetapi tidak berbeda nyata Cd-tersedia tanah pada perlakuan P2, P3 dan P4 yaitu 0,70 ppm, 0,66 ppm, dan 0,77 ppm. Perlakuan P0 nilai Cd-tersedia tanah sebesar 0,48 ppm nyata lebih rendah dengan Cd-tersedia pada perlakuan P2, P4 dan P5 dengan nilai masing-masing 0,70 ppm, 0,77 ppm dan 0,78 ppm tetapi tidak berbeda nyata Cd-tersedia tanah pada perlakuan P1 dan P3 sebesar 0,56 ppm dan 0,66 ppm.

Efek pemberian pupuk SP-36 terhadap kandungan Cd tanaman menaikkan kandungan Cd tanaman pada taraf SP-36 0,96, 1,92 dan 2,4 g/6kg tanah yaitu sebesar 5,29, 5,27 dan 5,61 mg/tanaman. Pada perlakuan P5 nilai kandungan Cd tanaman sebesar 5,61 mg/tanaman nyata lebih tinggi dengan kandungan Cd tanaman pada perlakuan P0 yaitu 3,10 mg/tanaman tetapi tidak berbeda nyata


(35)

kandungan Cd tanaman pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4 dengan nilai masing-masing 3,91, 5,29, 4,64 dan 5,27 mg/tanaman. Perlakuan P0 nilai kandungan Cd tanaman sebesar 3,10 mg/tanaman nyata lebih rendah terhadap kandungan Cd tanaman pada perlakuan P2, P4 dan P5 dengan nilai masing-masing 5,29, 5,27 dan 5,61 mg/tanaman tetapi tidak berbeda nyata kandungan Cd tanaman pada perlakuan P1 dan P3 sebesar 3,91 dan 4,64 mg/tanaman.

Pembahasan pH Tanah

Dari hasil sidik ragam pH tanah (Lampiran 8) diperoleh bahwa efek pemberian pupuk SP-36 terhadap pH tanah menurunkan pH tanah pada taraf SP-36 1,92 dan 2,4 g/6kg tanah yaitu sebesar 4,96 dan 4,87. Pada perlakuan P5 nilai pH tanah sebesar 4,87 nyata lebih rendah dengan pH pada perlakuan P1 dan P0 yaitu masing-masing 5,25 dan 5,18 tetapi tidak berbeda nyata pH pada perlakuan P2, P3, P4. Perlakuan P2 dan P3 mempunyai nilai pH yang sama yaitu 5,03 dan perlakuan P4 sebesar 4,96. Dan perlakuan P1 nilai pH tanah sebesar 5,25 nyata lebih tinggi dengan pH pada perlakuan P4 dan P5 yaitu sebesar 4,96 dan 4,87 tetapi tidak berbeda nyata pH pada perlakuan P0, P2, P3 dengan nilai masing-masing 5,18, 5,03 dan 5,03.

Penurunan pH tanah ini disebabkan karena pemberian pupuk fosfat yang berlebih dapat mengasamkan tanah. hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa pupuk monokalsiumfosfat Ca(H2PO4)2 yang diaplikasikan ke dalam tanah dapat menyebabkan tanah menjadi masam. Asam fosfat secara


(36)

sempurna akan membebaskan ion H+ ke dalam tanah bila pH mulai 3.0 hingga 7.0 dengan reaksi sebagai berikut (Mukhlis dkk., 2011) :

H3PO4 H+ + H2PO4 - H2PO4 - H+ + HPO4 2-HPO42- H+ + PO43-

pH tanah P1 sebesar 5,25 dapat juga dipengaruhi oleh pemberian P yang cukup pada tanah dapat mempengaruhi pH tanah tersebut artinya bila dosis pupuk terlalu rendah maka tidak ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman sedangkan bila dosis pemupukan terlalu banyak maka akan mengganggu kesetimbangan hara dan dapat meracun akar tanaman.

Dari hasil uji korelasi (Lampiran 23) dapat diketahui bahwa pH tanah berpengaruh nyata terhadap Cd-tersedia tanah dan kandungan Cd tanaman.

P-Tersedia Tanah

Dari hasil sidik ragam P-tersedia tanah (Lampiran 10) diperoleh bahwa pemberian pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap P-tersedia. Hal ini disebabkan karena pada tanah andisol memiliki mineral alofan, mineral ini mempunyai daya retensi tinggi serta kandungan Al yang tinggi pula sehingga P yang ditambahkan ataupun yang ada pada larutan tanah dapat segera terikat sesuai dengan literatur Hardjowigeno (1993) yang menyatakan bahwa pada tanah Andisol persoalan utama yang dihadapi adalah tingginya kapasitas jerapan P, bahkan melebihi jerapan P oksida hidrat Al dan Fe hal ini disebabkan karena


(37)

bahan amorf mempunyai permukaan spesifik yang luas, sehingga jerapan P lebih tinggi.

Dari hasil dapat kita lihat bahwa penurunan nilai pH tanah sejalan dengan penurunan P tersedia tanah sesuai dengan literatur Buckman dan Brady (1982) yang menyatakan bahwa ketersediaan fosfor anorganik sebagian besar ditentukan oleh faktor berikut : (1). pH tanah; (2). Besi, alumunium dan mangan yang dapat larut; (3). Terdapatnya mineral yang mengandung besi, alumunium dan mangan; (4). Kalsium tersedia dan bahan mineral kalsium; (5). Jumlah dan dekomposisi bahan organik dan (6). Kegiatan mikroorganisme.

Bobot Kering Total Tanaman (g)

Dari hasil sidik ragam bobot kering total tanaman (Lampiran 16) diperoleh bahwa pemberian pupuk SP-36 berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering total tanaman. Hal ini disebabkan karena P yang diberikan kedalam tanah tidak dapat diserap tanaman dengan baik karena adanya pengikatan ion ion fosfat menjadi fosfat tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan Tisdale dkk., (1985) yang menyatakan bahwa fungsi P yang lain untuk mendorong pertumbuhan akar tanaman. Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi lebih kecil.

Dari hasil dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara nilai P tersedia tanah terhadap nilai bobot kering akar tanaman dan bobot kering tajuk tanaman.


(38)

Kandungan P tanaman (mg/ tanaman)

Dari hasil sidik ragam kandungan P daun (Lampiran 18) diperoleh bahwa pemberian pupuk SP-36 berpengaruh tidak nyata terhadap kandungan P daun. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara nilai P tersedia tanah terhadap nilai serapan P daun. Nilai P-tersedia tanah berpengaruh tidak nyata akibat terikatnya ion-ion fosfat menjadi fosfat tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman sehingga serapan P tanaman juga berpengaruh tidak nyata. Sesuai dengan literatur Hakim, (2005) yang menyatakan bahwa kandungan P sangat tergantung pada kontak akar dengan P dalam larutan tanah.

Cd Tersedia tanah metode Na-EDTA 0,05 M pH 7 (ppm)

Dari hasil sidik ragam Cd-tersedia tanah (Lampiran 20) diperoleh bahwa efek pemberian pupuk SP-36 terhadap Cd-tersedia tanah menaikkan Cd-tersedia tanah pada taraf SP-36 1,92 dan 2,4 g/6kg tanah yaitu sebesar 0,77 dan 0,78 ppm. Pada perlakuan P5 nilai Cd-tersedia tanah sebesar 0,78 ppm nyata lebih tinggi dengan Cd-tersedia tanah pada perlakuan P0 dan P1 dengan nilai masing-masing 0,48 ppm dan 0,56 ppm tetapi tidak berbeda nyata Cd-tersedia tanah pada perlakuan P2, P3 dan P4 yaitu 0,70 ppm, 0,66 ppm, dan 0,77 ppm. Perlakuan P0 nilai Cd-tersedia tanah sebesar 0,48 ppm nyata lebih rendah dengan Cd-tersedia pada perlakuan P2, P4 dan P5 dengan nilai masing-masing 0,70 ppm, 0,77 ppm dan 0,78 ppm tetapi tidak berbeda nyata Cd-tersedia tanah pada perlakuan P1 dan P3 sebesar 0,56 ppm dan 0,66 ppm Pada perlakuan P5 nilai Cd-tersedia tanah sebesar 0,78 ppm nyata lebih tinggi dengan Cd-tersedia tanah pada perlakuan P0 dan P1 dengan nilai masing-masing 0,48 ppm dan 0,56 ppm tetapi tidak berbeda


(39)

nyata Cd-tersedia tanah pada perlakuan P2, P3 dan P4 yaitu 0,70 ppm, 0,66 ppm, dan 0,77 ppm. Perlakuan P0 nilai Cd-tersedia tanah sebesar 0,48 ppm nyata lebih rendah dengan Cd-tersedia pada perlakuan P2, P4 dan P5 dengan nilai masing-masing 0,70 ppm, 0,77 ppm dan 0,78 ppm tetapi tidak berbeda nyata Cd-tersedia tanah pada perlakuan P1 dan P3 sebesar 0,56 ppm dan 0,66 ppm.

Dari penelitian ini dapat terlihat bahwa semakin tinggi taraf pemberian pupuk SP-36 dapat meningkatkan nilai Cd tersedia tanah. Pupuk SP-36 memiliki kandungan Cd sebesar 5,1 ppm. Oleh karena itu pemberian pupuk SP-36 meningkatkan nilai Cd tersedia di dalam tanah peningkatan nilai Cd tersedia di dalam tanah meningkat seiring dengan peningkatan dosis pupuk SP-36.

Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai Cd-tersedia tanah adalah pH tanah, kadar liat, kadar bahan organik, dan konsentrasi Cd pada tanah. Nilai pH tanah semakin menurun dengan semakin meningkatnya dosis pupuk SP-36 yang diberikan dimana pH tanah tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yakni 5,25 dan terendah pada perlakuan P5 dengan nilai 4,87. Semakin rendah pH tanah maka akan meningkatkan nilai Cd-tersedia tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Lindsay (2001) yang menyatakan kapasitas tanah meretensi, mengadsorpsi dan mengakumulasikan logam berat ditentukan oleh kadar liat,

kadar air, potensial redoks, pH, kadar bahan organik dan kapasitas tukar kation (KTK).

Kandungan Cd tanaman (mg/tanaman)

Dari hasil sidik ragam kandungan Cd tanaman (Lampiran 22) diperoleh bahwa efek pemberian pupuk SP-36 terhadap kandungan Cd tanaman menaikkan


(40)

kandungan Cd tanaman pada taraf SP-36 0,96, 1,92 dan 2,4 g/6kg tanah yaitu sebesar 5,29, 5,27 dan 5,61 mg/tanaman. Pada perlakuan P5 nilai kandungan Cd tanaman sebesar 5,61 mg/tanaman nyata lebih tinggi dengan kandungan Cd tanaman pada perlakuan P0 yaitu 3,10 mg/tanaman tetapi tidak berbeda nyata kandungan Cd tanaman pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4 dengan nilai masing-masing 3,91, 5,29, 4,64 dan 5,27 mg/tanaman. Perlakuan P0 nilai kandungan Cd tanaman sebesar 3,10 mg/tanaman nyata lebih rendah terhadap kandungan Cd tanaman pada perlakuan P2, P4 dan P5 dengan nilai masing-masing 5,29, 5,27 dan 5,61 mg/tanaman tetapi tidak berbeda nyata kandungan Cd tanaman pada perlakuan P1 dan P3 sebesar 3,91 dan 4,64 mg/tanaman.

Pada perlakuan P5 nilai kandungan Cd tanaman sebesar 5,61 mg/tanaman nyata lebih tinggi dengan kandungan Cd tanaman pada perlakuan P0 yaitu 3,10 mg/tanaman tetapi tidak berbeda nyata kandungan Cd tanaman pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4 dengan nilai masing-masing 3,91, 5,29, 4,64 dan 5,27 mg/tanaman. Perlakuan P0 nilai kandungan Cd tanaman sebesar 3,10 mg/tanaman nyata lebih rendah terhadap kandungan Cd tanaman pada perlakuan P2, P4 dan P5 dengan nilai masing-masing 5,29, 5,27 dan 5,61 mg/tanaman tetapi tidak berbeda nyata kandungan Cd tanaman pada perlakuan P1 dan P3 sebesar 3,91 dan 4,64 mg/tanaman.

Tanaman sawi ditanam sebagai tanaman indikator memperlihatkan pertumbuhan yang tidak normal. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan daun sawi yang menunjukkan gejala klorosis, nekrotis, dan daun menggulung ini diakibatkan karena sawi termasuk tanaman dikotil yang menyerap logam berat


(41)

Kabata- Pendias and Pendias (2001) yang menyatakan kapasitas tanaman dalam mengakumulasikan logam berat bergantung pada spesies, kultivar, bagian tanaman dan umur atau fase fisiologisnya. Sensitivitas tanaman terhadap logam berat juga ditentukan oleh jenis logam beratnya. Sebagian besar logam berat diakumulasikan tanaman di akar. Kandungan logam berat oleh tanaman dikotil umumnya lebih tinggi daripada monokotil.

Logam berat yang diserap oleh tanaman akan diakumulasikan di beberapa bagian tanaman seperti akar,batang, daun, dan buah. Akumulasi logam berat pada tubuh tanaman tersebut bila dikonsumsi oleh manusia dapat menimbulkan efek keracunan pada penggunaan yang lama.

Dari hasil uji korelasi (Lampiran 23) dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara nilai Cd-tersedia tanah dengan kandungan Cd tanaman. Korelasi Cd-tersedia tanah dengan kandungan Cd tanaman mempunyai nilai r = 0,98 dan nilai significant 0,023 yang mempunyai nilai sangat nyata. Semakin tinggi nilai Cd tersedia tanah maka kandungan Cd tanaman semakin tinggi pula


(42)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Akibat peningkatan dosis pupuk P mengakibatkan penurunan pH tanah, peningkatan Cd tersedia tanah dan Kandungan Cd tanaman.

Saran

Hasil penelitian masih memerlukan penelitian lebih lanjut pada tingkat aplikasi di lapangan mengingat pelaksanaan penelitian berada di rumah kasa sehingga tempat penelitian tersebut belum mencerminkan kondisi lapangan.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Adityah, B.R. Montazeri., H.M. Dewi dan I. Saidiqul. 2010.Cemaran Logam Berat Kadmium (Cd) Dalam Tanah dan Akibatnya Bagi Kesehatan Manusia. Universitas Lampung Mangkurat Banjar Baru, Banjar Baru. Anonim, 2002. Pupuk SP-36 Sebagai Hara Fosfor. PT. Petrokimia, Gresik.

Diakses tanggal 23 Januari 2011.

Anonim, 2007. Pupuk Fosfat Alam Ex. RRC .Home .indo. Net.id/antar/brosurrt/html. Diakses tanggal 15 november 2011.

Buckman, H. 0. dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah (terjemahan Soegiman). Bhratara Karya Aksara, Jakarta. 788 hal.

Cahyono, B. 2003. Tehnik Dan Strategi Budidaya Sawi Hijau (Pat-Tshai). Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. Hal 12-62.

Charlena. 2004. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) Dan Cadmium (Cd) Pada Sayur-sayuran. Bogor.

http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/charlena.pdf. Diakses tanggal 23 Februari 2010.

Hakim, N. 2005. Pengelolaan Kesuburan Tanah Masam dengan Teknologi Pengapuran Terpadu. Andalas University Press. Padang.Hal: 109-116. Hardjowigeno, S, 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapress. Bogor. Haryanto, E., T. Suhartini., E. Rahayu., H.H. Sunarjono. 2003.Sawi dan Salada.

Penebar Swadaya. Jakarta.Hal: 24-26.

Herandez, L.E., Garate, A. and Caroeba-Ruiz.R. 1997. Effect of cadmium on the uptake, distribution and assimilation of nitrate in Pisum sativum. Plant and Soil. 189, 97-106.

Heidari, M. and Sarani.S. 2011. Effects Of Lead And Cadmium On Seed Germination, Seedling Growth And Antioxidant Enzymes Activities Of Mustard.Iran MSC of agronomy, University of Zabol, Iran.

Jansson, G. 2002. Cadmium in arable crops, the influence of soil factors and liming. Doctoral thesis. Acta universitatis agriculturae Suecia, Agraria 341.

Kabata-Pendias, A, Pendias. H. 2001. Trace Elements in Soils and Plants. Ed ke-3. Lewis Press, Boca Raton.Hal: 143-154.


(44)

Kurnia U., H. Suganda, R. Saraswati dan Nurjaya. 2009. Teknologi Pengendalian Pencemaran Lahan Sawah.

Lahuddin. 2007. Apsek Unsur Mikro Dalam Kesuburan Tanah. Universitas Sumatera Utara, Medan.Hal: 11-12.

Lindsay, W. L. 2001. Chemical Equilibria in Soils. Blackburn Press, New Jersey. 448 hal.

Manivasagaperumal, R, P. Vijayarengan, S. Balamurugan, G. Thiyagarajan. 2011. Effect of Cooper on Growth, Dry Matter Yield, and Nutrient Content of Vigna radiata(L.) Wilczek. Annamalai University, India.

Mukhlis, Sarifuddin, dan Hanum. 2011. Kimia Tanah. USU Press, Medan. Hal: 193-194.

Napitupulu. 2008. Analisis Logam Berat, Seng, Kadmium dan Tembaga pada Berbagai Tingkat Kemiringan Tanah Hutan Tanaman Industri PT.Toba Pulp Lestari dengan Metode Spektrometri Serapan Atom (SSA). http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5865/1/08E00483.pdf. Nugroho, B. 2001. Ekologi Mikroba pada tanah Terkontaminasi Logam Berat

Dalam Makalah Falsafah Sains (PPs 702). Program Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor.

Pian, H. 2010. Efek Toksisitas Logam berat Timbal (pb), Merkuri,, kadmium.

Rukmana, R. 2007. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta. Hal:11-35. Sanchez, A.P. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB- Bandung.Hal:

223-312.

Sofyan, A., D. Nursyamsi, and I. Amien. 2002. Development of Soil Testing In Indonesia. Workshop Proceding, 21-24. January 2002. SMCRSP Technical Bulletin 2003-01.

Sudarmaji, J. Mukono dan Corie I.P. 2008. Limbah Logam Berat B3. Sumber: JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN. VOL. 2, NO.2 , Januari 14 2006:

129-(21 Februari 2009)


(45)

Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Hal: 177.

Sutriadi M.T., S. Rochayati, dan A. Rachman. 2010. Pemanfaatan Fofat Alam Ditinjau Dari Aspek Lingkungan.

Tisdale, S.L., W. L. Nelson., and J. D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. MacMillan Pub. Co, new York.

Yudatomo. 2009. Logam berat.

Widaningrum, Miskiyah dan Suismono. 2007. Bahaya Kontaminasi Logam Berat Dalam sayuran dan alternatif Pencegahan Pencemarannya. Buletin Teknologi Pasca Panen Pertanian Vol.3.2007. 16-27.

Widjaja-Adhi, I. P. G. dan M. Sudjadi. 1987. Status dan Kelakuan Fosfor Tanah-Tanah di Indonesia. Hal.223-242. Dalam Prosiding Lokakarya Nasional Penggunaan Pupuk Fosfor. Pusat Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.


(46)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Analisis Awal Tanah Andisol

No Parameter Hasil Analisis* Kriteria**

1 pH H2O 5,10 Masam

2 C- Organik (%) 3,20 Tinggi

3 P2O5 total (%) 7,46 Sangat Tinggi 4 Cd total (ppm) 2,11

5 Cd tersedia (ppm) 0,65

6 KTK (me/ 100 gr) 10,45 Rendah

7 BO 5.52

8 P tersedia tanah 41,7 Sangat tinggi

Lampiran 2. Data Analisis Pupuk SP-36

No Parameter Satuan Hasil Analisis*

1 Cd total ppm 6,1

*Dianalisis di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU dan di Laboratorium Baristand industri , Medan.


(47)

Lampiran 3. Kriteria Sifat Tanah

Sifat Tanah Satuan S. Rendah Rendah Sedang Tinggi S. Tinggi

C (Karbon) % <1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.00 N (Nitrogen) % <0.10 0.10-0.20 0.21-0.50 0.51-0.75 >0.75 C/N --- <5 5-10 11-15 16-25 >25 P2O5 Total % <0.03 0.03-0.06 0.06-0.079 0.08-0.10 >0.10

P2O5 eks-HCl % <0.021 0.021-0.039 0.040-0.060 0.061-0.10 >0.1

P-avl Bray II ppm <8.0 8.0-15 16-25 26-35 >35 P-avl troug ppm <20 20-39 40-60 61-80 >80 P-avl Olsen ppm <10 10-25 26-45 46-60 >60 K2O eks-HCl % <0.03 0.03-0.06 0.07-0.11 0.12-0.20 >20

CaO eks-HCl % <0.05 0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30 MgO eks-HCl % <0.05 0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30 MnO eks-HCl % <0.05 0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30 K-tukar me/100 <0.10 0.10-0.20 0.30-0.50 0.60-1.00 >1.00 Na-tukar me/100 <0.10 0.10-0.30 0.40-0.70 0.80-1.00 >1.00 Ca-tukar me/100 <2.0 2.0-5.0 6.0-10.0 11.0-20.0 >20.0 Mg-tukar me/100 <0.40 0.40-1.00 1.10-2.00 2.10-8.00 >8.00 KTK (CEC) me/100 <5 5-16 17-24 25-40 >40 Kejenuhan Basa % <20 20-35 36-50 51-70 >70 Kejenuhan Al % <10 10-20 21-30 31-60 >60 EC (Nedeco) mmhos --- --- 2.5 2.6-10 >10

Sangat Masam

Masam Agak Masam

Netral Agak Alkalis

Alkalis pH H2O <4.5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8.5 >8.5

pH KCL <2.5 2.5-4.0 --- 4.1-6.0 6.1-6.5 >6.5 (Sumber : Balai Penelitian Tanah, 2005).


(48)

Lampiran 4. Bagan Penelitian

Blok 1 Blok 2 Blok 3 U

S

Keterangan :

P0= tanpa kebutuhan pupuk fosfat berdasarkan KFS P1= 4 kali kebutuhan pupuk fosfat berdasarkan KFS P2= 8 kali kebutuhan pupuk fosfat berdasarkan KFS P3= 12 kali kebutuhan pupuk fosfat berdasarkan KFS P4= 16 kali kebutuhan pupuk fosfat berdasarkan KFS P5= 20 kali kebutuhan pupuk fosfat berdasarkan KFS

Keterangan:

1 polibag = 6 kg tanah

T2(1) T0(2) T4(3)

T4(1) T2(2) T5(3) T0(1) T1(2) T0(3) T3(1) T4(2) T3(3) T1(1) T5(2) T2(3) T5(1) T3(2) T1(3)


(49)

Lampiran 5. Penetapan Kebutuhan Fosfat Standar Metode Langmuir

Prosedur :

- Timbang masing-masing 3 g contoh tanah, tempatkan ke dalam 8 tabung sentrifusi.

- Tambahkan 30 ml larutan seri pengekstrak ke masing-masing tabung dan tetesi dengan Chloroform sebanyak 2 tetes.

- Guncang pada shaker selama 30 menit (pagi) dan 30 menit (sore) selama 6 hari berturut-turut.

- Sentrifusi selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

- Supernatan disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, tempatkan pada erlenmeyer.

- Ambil filtrat tersebut sebanyak 10 ml dan tempatkan pada tabung reaksi. - Tambahkan 1 ml pereaksi campuran B (Lampiran 1), kocok dan biarkan selama

15 menit sampai terjadi perkembangan warna.

- Ukur transmitan pada alat Spectronic pada panjang gelombang 694 nm.

- Lakukan juga pekerjaan No. 5 s/d 8 pada larutan standar. Kemudian dibuat kurva standar antara absorbence (sb. Y) dengan kadar P (sb. X).

- Interpolasikan hasil absorbence contoh ke kurva standar sehingga diperoleh kadar P pada larutan setimbang.

- Buat kurva antara kadar P pada larutan setimbang (C) dan konsentrasi P (ppm) yang diberikan pada kertas grafik; dan kebutuhan fosfat standar (KFS) dapat

dihitung dengan interpolasi pada konsentrasi P larutan setimbang (C) = 0,2 ppm.


(50)

- Dari perhitungan tersebut dapat ditentukan kebutuhan pupuk per pot dengan perlakuan 0%, 50%, 100%, dan 150%.

Bahan Kimia 1. Asam Sulfat 5 N

Larutkan 70 ml H2SO4 pekat BD 1,84 dengan H2O hingga volume larutan menjadi 500 ml.

2. Amonium molibdat

Larutkan 12 g (NH4)6Mo7O24.4H2O dengan H2O hingga 250 ml.

3. Kalium Antimonit Tartarat

Larutkan 0,298 g KsbOC4H4O6 dalam 100 ml H2O.

4. Asam Ascobat.

5. Larutan CaCl2 0,1 M.

Larutkan 14,7 g CaCl2 dengan H2O menjadi 1 L.

6. Larutan CaCl2 0,01 M.

Encerkan 100 ml CaCl2 0,1 M menjadi 1 L.

7. Larutan standar 1000 ppm P.

Larutkan 4,391 g KH2PO4 dengan 1000 ml larutan CaCl2 0,01M

8. Larutan standar 10 ppm P

Pipet 5 ml larutan standar 1000 ppm P ke dalam labu ukur 500 ml dan penuhkan dengan larutan CaCl2 0,01 M.


(51)

9. larutan seri pengekstraksi 0-10-20-30-40-50-60-100 ppm P

pipet 0-5-10-15-20-25-30-50 ml larutan standar 1000 ppm P ke dalam labu ukur 500 ml dan penuhkan dengan larutan CaCl2 0,01 M.

10. Larutan seri standar 0-0,1-0,2-0,3-0,5-1,0-2,0 ppm P

Pipet 0-1-2-3-4-5-10-20 ml larutan standar 10 ppmP ke dalam labu ukur 100 ml dan penuhkan dengan larutan CaCl2 0,01 M.

11. Peraksi campuran A

Campurkan bahan No. 1,2, dan 3 dan jadikan 2 L dengan menambahkan H2O.

12. Pereaksi Campuran B


(52)

Lampiran 6. Dosis Pemupukan Kebutuhan Fosfat Standart 1. Larutan Standart

Sampel Transmitten Absorben

0 ppm P 100 0

0,1 ppm P 90 0,04

0,2 ppm P 85 0,07

0,3 ppm P 77 0,11

0,4 ppm P 72 0,14

0,5 ppm P 67 0,17

1,0 ppm P 50 0,30

2,0 ppm P 35 0,45

r = 0,982

y = 0,2226x + 0,0348 R² = 0,9664

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

0 0,5 1 1,5 2 2,5

A

ppm P


(53)

2. Larutan Seri Pengekstrak

Sampel Transmitten Absorben P. larutan

0 ppm P 88 0,055 0,09

10 ppm P 72 0,14 0,472

20 ppm P 50 0,30 1,191

30 ppm P 30 0,52 2,179

40 ppm P 25 0,60 2,539

50 ppm P 15 0,82 3,527

60 ppm P 9 1,04 4,515

100 ppm P 5 1,30 5,68

.

Dari persamaan y= 0.0634x , dapat diketahui berapa jumlah P yang harus ditambahkan untuk mendapatkan konsentrasi 0,2 ppm P pada larutan setimbang yaitu 3,174 mg P per kg tanah dan setara dengan satu KFS

y = 0,0634x + 0,182 R² = 0,959

0 1 2 3 4 5 6 7

0 20 40 60 80 100 120

P l a ru ta n s e ti mb a n g ( p p m)


(54)

3. Perhitungan Pupuk

Tanaman Sawi : - Urea = 50 kg/ 2 juta kg - KCl = 75 kg/ 2 juta kg

o urea = 45 % N

= 100 x BM (N2) x berat tanah x dosis* 45 2(N)

= 100 x 28 x 6 kg x 1,5x10-4 kg 45 28

= 1,99 x10-3 kg = 1,9 gr / 6 kg tanah *) Dosis : 50 kg = x kg

2x106 kg 6 kg 2x106. x = 50 x 6

x = 300 2x106 x = 1,5x10-4 kg o KCl = 60 % K2O

= 100 x BM (K2O) x berat tanah x dosis 60 2(K)

= 100 x 94 x 6 kg x 2,25x 10-4 kg 60 78

= 2,7 x10-3 kg

= 2,7 gr/ 6 kg tanah

*) Dosis : 75 kg = x kg 2x106 kg 6 kg 2x106. x = 75 x 6


(55)

2x106

x = 2,25x10-4 kg

o SP- 36 = 36 % P2O5

= 100 x BM (P2O5) x berat tanah x dosis KFS 36 2(P)

= 100 x 142 x 6 kg x 3,174 mg/ 6 kg tanah 36 62

= 120,80 mg


(56)

Lampiran 7. Data Analisis pH Tanah

Perlakuan

Blok

Total Rataan I

Nilai

II III

P0

5,29 5,26 5,00 15,55 5,18

P1

5,10 5,40 5,26 15,76 5,25

P2

4,90 5,00 5,20 15,10 5,03

P3

5,00 5,10 5,00 15,10 5,03

P4

5,00 4,97 4,90 14,87 4,96

P5

4,74 4,90 4,96 14,60 4,87

Rataan 5,00 5,10 5,05 15,15 5,05

Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam pH Tanah

SK db JK KT Fhit F5% F1%

Blok 2 0,030 0,015 0,998 4,1 7,56

Perlakuan 5 0,306 0,061 4,065* 3,33 5,64 Linear 1 0,262 0,262 17,433** 4,96 10,04 Kuadratik 1 0,002 0,002 0,122 4,96 10,04

Kubik 1 0,004 0,004 0,270 4,96 10,04

Kuartik 1 0,021 0,021 1,421 4,96 10,04

Kuintic 1 0,016 0,016 1,077 4,96 10,04

Galat 10 0,150 0,015

Total 17 0,486

**

= sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK = 0,40


(57)

Lampiran 9. Data P- Tersedia Tanah (ppm)

Perlakuan

Blok

Total Rataan I

Nilai

II III

P0

18,80 11,30 14,00 44,10 14,70

P1

14,00 26,30 11,30 51,60 17,20

P2

6,90 14,00 14,00 34,90 11,63

P3

14,00 14,00 4,50 32,50 10,83

P4

4,50 4,50 6,90 15,90 5,30

P5

4,50 4,50 6,90 15,90 5,30

Rataan 10,45 12,43 9,6 32,48 10,83

Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam P- Tersedia Tanah

SK db JK KT F hit F 5%

Blok 2 25,37 12,68 0,54 4,1

Perlakuan 5 352,08 70,42 3,02tn 3,33

Galat 10 232,81 23,28

Total 17 610,26

**

= sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK= 44,50


(58)

Lampiran 11. Data Bobot Kering Akar Tanaman (g)

Perlakuan

Blok

Total Rataan I

Nilai

II III

P0 1,00 1,10 0,90 3,00 1,00

P1 0,90 1,30 1,20 3,40 1,13

P2 0,94 0,80 1,20 2,94 0,98

P3 1,20 0,80 0,70 2,70 0,90

P4 0,80 0,70 1,10 2,60 0,87

P5 0,70 1,20 0,80 2,70 0,90

Rataan 0,92 0,98 0,98 2,88 0,96

Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman (g)

SK db JK KT F hit F 5%

Blok 2 0,01 0,01 0,13 4,1

Perlakuan 5 0,14 0,03 0,53tn 3,33

Galat 10 0,54 0,05

Total 17 0,70

**

= sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK= 24,14


(59)

Lampiran 13. Data Bobot Kering Tajuk Tanaman (g)

Perlakuan

Blok

Total Rataan I

Nilai

II III

P0 0,90 1,30 0,70 2,90 0,97

P1 0,80 1,20 0,90 2,90 0,97

P2 0,84 0,80 1,00 2,64 0,88

P3 1,10 0,90 0,50 2,50 0,83

P4 0,80 0,70 0,90 2,40 0,80

P5 0,50 1,00 0,70 2,20 0,73

Rataan 0,82 0,98 0,78 2,58 0,86

Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman (g)

SK db JK KT F hit F 5%

Blok 2 0,014 0,007 0,292887 4,1

Perlakuan 5 0,238 0,0476 1,991632tn 3,33

Galat 10 0,239 0,0239

Total 17 0,491

**

= sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK= 25,77


(60)

Lampiran 15. Data Bobot Kering Total Tanaman (g)

Perlakuan

Blok

Total Rataan I

Nilai

II III

P0 1,90 2,40 1,60 5,90 1,97

P1 1,70 2,50 2,10 6,30 2,10

P2 1,78 1,60 2,20 5,58 1,86

P3 2,30 1,70 1,20 5,20 1,73

P4 1,60 1,40 2,00 5,00 1,67

P5 1,20 2,20 1,50 4,90 1,63

Rataan 1,74 1,96 1,76 5,43 1,83

Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Total Tanaman (g)

SK db JK KT F hit F 5%

Blok 2 0,18 0,09 0,45 4,1

Perlakuan 5 0,50 0,10 0,51tn 3,33

Galat 10 1,98 0,20

Total 17 2,66

**

= sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK= 24,35


(61)

Lampiran 17. Data Kandungan P Tanaman (mg/ tanaman)

Perlakuan

Blok

Total Rataan I

Nilai

II III

P0 0,22 0,19 0,18 0,59 0,20

P1 0,23 0,26 0,25 0,73 0,24

P2 0,23 0,12 0,35 0,70 0,23

P3 0,21 0,18 0,16 0,54 0,18

P4 0,20 0,17 0,17 0,53 0,18

P5 0,09 0,19 0,20 0,49 0,16

Rataan 0,20 0,18 0,22 0,60 0,20

Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Kandungan P Tanaman (mg/ tanaman)

SK db JK KT F hit F 5%

Blok 2 0,004 0,002 0,538 4,1

Perlakuan 5 0,016 0,003 0,939tn 3,33

Galat 10 0,034 0,003

Total 17 0,053

**

= sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK= 29,25


(62)

Lampiran 19. Data Cd Tersedia Tanah Metode Na-EDTA 0,05 M pH 7 (ppm)

Perlakuan

Blok

Total Rataan I

Nilai

II III

P0 0,41 0,53 0,50 1,44 0,48

P1 0,58 0,41 0,70 1,69 0,56

P2 0,68 0,66 0,75 2,09 0,70

P3 0,44 0,77 0,77 1,98 0,66

P4 0,74 0,78 0,80 2,32 0,77

P5 0,87 0,74 0,72 2,33 0,78

Rataan 0,62 0,64 0,70 1,96 0,66

Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Cd Tersedia tanah metode Na-EDTA 0,05 M pH 7 (ppm)

SK db JK KT Fhit F5% F1%

Blok 2 0,023 0,012 0,984 4,1 7,56

Perlakuan 5 0,209 0,042 3,505* 3,33 5,64

Linear 1 0,185 0,185 15,527** 4,96 10,04

Kuadratik 1 0,008 0,008 0,691 4,96 10,04

Kubik 1 0,000 0,000 0,036 4,96 10,04

Kuartik 1 0,000 0,000 0,014 4,96 10,04

Kuintic 1 0,015 0,015 1,255 4,96 10,04

Galat 10 0,119 0,012

Total 17 0,351

**

= sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK= 16,57


(63)

Lampiran 21. Data Kandungan Cd Tanaman (mg/tanaman)

Perlakuan

Blok

Total Rataan I

Nilai

II III

P0 3,38 3,02 2,88 9,29 3,10

P1 3,62 4,40 3,70 11,72 3,91

P2 5,07 5,44 5,35 15,86 5,29

P3 5,73 4,76 3,42 13,91 4,64

P4 5,44 4,76 5,60 15,80 5,27

P5 4,15 7,48 5,19 16,82 5,61

Rataan 4,56 4,97 4,35 13,88 4,63

Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Kandungan Cd Tanaman (mg/tanaman)

SK db JK KT Fhit F5% F1%

Blok 2 1,195 0,597 0,722 4,1 7,56

Perlakuan 5 14,025 2,805 3,390* 3,33 5,64 Linear 1 10,967 10,967 13,253** 4,96 10,04

Kuadratik 1 1,029 1,029 1,243 4,96 10,04

Kubik 1 0,531 0,531 0,642 4,96 10,04

Kuartik 1 0,113 0,113 0,136 4,96 10,04

Kuintic 1 1,385 1,385 1,674 4,96 10,04

Galat 10 8,275 0,827

Total 17 23,494

**

= sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK= 19,62


(64)

Lampiran 23. Uji Korelasi

pH tanah Cd-tersedia tanah

Kandunga Cd tanaman

pH tanah 1 -0,910* -0,873*

Cd-tersedia tanah 1 0,980**

Kandunga Cd tanaman 1


(65)

Lampiran 24. Gambar Setelah Panen

(1) (2)

(3) (4)


(1)

Lampiran 15. Data Bobot Kering Total Tanaman (g)

Perlakuan

Blok

Total Rataan I

Nilai

II III

P0 1,90 2,40 1,60 5,90 1,97

P1 1,70 2,50 2,10 6,30 2,10

P2 1,78 1,60 2,20 5,58 1,86

P3 2,30 1,70 1,20 5,20 1,73

P4 1,60 1,40 2,00 5,00 1,67

P5 1,20 2,20 1,50 4,90 1,63

Rataan 1,74 1,96 1,76 5,43 1,83

Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Total Tanaman (g)

SK db JK KT F hit F 5%

Blok 2 0,18 0,09 0,45 4,1

Perlakuan 5 0,50 0,10 0,51tn 3,33

Galat 10 1,98 0,20

Total 17 2,66

**

= sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK= 24,35


(2)

Lampiran 17. Data Kandungan P Tanaman (mg/ tanaman)

Perlakuan

Blok

Total Rataan I

Nilai

II III

P0 0,22 0,19 0,18 0,59 0,20

P1 0,23 0,26 0,25 0,73 0,24

P2 0,23 0,12 0,35 0,70 0,23

P3 0,21 0,18 0,16 0,54 0,18

P4 0,20 0,17 0,17 0,53 0,18

P5 0,09 0,19 0,20 0,49 0,16

Rataan 0,20 0,18 0,22 0,60 0,20

Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Kandungan P Tanaman (mg/ tanaman)

SK db JK KT F hit F 5%

Blok 2 0,004 0,002 0,538 4,1

Perlakuan 5 0,016 0,003 0,939tn 3,33

Galat 10 0,034 0,003

Total 17 0,053

**

= sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK= 29,25


(3)

Lampiran 19. Data Cd Tersedia Tanah Metode Na-EDTA 0,05 M pH 7 (ppm)

Perlakuan

Blok

Total Rataan I

Nilai

II III

P0 0,41 0,53 0,50 1,44 0,48

P1 0,58 0,41 0,70 1,69 0,56

P2 0,68 0,66 0,75 2,09 0,70

P3 0,44 0,77 0,77 1,98 0,66

P4 0,74 0,78 0,80 2,32 0,77

P5 0,87 0,74 0,72 2,33 0,78

Rataan 0,62 0,64 0,70 1,96 0,66

Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Cd Tersedia tanah metode Na-EDTA 0,05 M pH 7 (ppm)

SK db JK KT Fhit F5% F1%

Blok 2 0,023 0,012 0,984 4,1 7,56

Perlakuan 5 0,209 0,042 3,505* 3,33 5,64

Linear 1 0,185 0,185 15,527** 4,96 10,04

Kuadratik 1 0,008 0,008 0,691 4,96 10,04

Kubik 1 0,000 0,000 0,036 4,96 10,04

Kuartik 1 0,000 0,000 0,014 4,96 10,04

Kuintic 1 0,015 0,015 1,255 4,96 10,04

Galat 10 0,119 0,012

Total 17 0,351

**

= sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK= 16,57


(4)

Lampiran 21. Data Kandungan Cd Tanaman (mg/tanaman)

Perlakuan

Blok

Total Rataan I

Nilai

II III

P0 3,38 3,02 2,88 9,29 3,10

P1 3,62 4,40 3,70 11,72 3,91

P2 5,07 5,44 5,35 15,86 5,29

P3 5,73 4,76 3,42 13,91 4,64

P4 5,44 4,76 5,60 15,80 5,27

P5 4,15 7,48 5,19 16,82 5,61

Rataan 4,56 4,97 4,35 13,88 4,63

Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Kandungan Cd Tanaman (mg/tanaman)

SK db JK KT Fhit F5% F1%

Blok 2 1,195 0,597 0,722 4,1 7,56

Perlakuan 5 14,025 2,805 3,390* 3,33 5,64

Linear 1 10,967 10,967 13,253** 4,96 10,04

Kuadratik 1 1,029 1,029 1,243 4,96 10,04

Kubik 1 0,531 0,531 0,642 4,96 10,04

Kuartik 1 0,113 0,113 0,136 4,96 10,04

Kuintic 1 1,385 1,385 1,674 4,96 10,04

Galat 10 8,275 0,827

Total 17 23,494

**

= sangat nyata, * = nyata, tn = tidak nyata KK= 19,62


(5)

Lampiran 23. Uji Korelasi

pH tanah Cd-tersedia tanah

Kandunga Cd tanaman

pH tanah 1 -0,910* -0,873*

Cd-tersedia tanah 1 0,980**

Kandunga Cd tanaman 1


(6)

Lampiran 24. Gambar Setelah Panen

(1) (2)

(3) (4)