Cara pengujian: 1.
Sampel ditimbang massanya m
k
. 2.
Sampel direndam dalam air selama 24 jam. 3.
Sampel diangkat dari rendaman, setelah permukaan sampel kering ditimbang massanya m
b
.
3.3.2.2 Pengukuran densitas
Pengukuran densitas terhadap sampel batako ini dilakukan setelah batako dikeringkan selama 28 hari. Pengukuran densitas menggunakan sampel batako
berbentuk silinder. Jumlah sampel batako yang diukur terdiri dari: 3 buah sampel batako tanpa abu ampas tebu 20 semen dengan 80 pasir, 3 buah sampel batako
dengan campuran 10 abu ampas tebu, 3 buah sampel batako dengan campuran 20 abu ampas tebu, 3 buah sampel batako dengan campuran 30 abu ampas tebu, 3 buah
sampel batako dengan campuran 40 abu ampas tebu, dan 3 buah sampel batako dengan campuran 50 abu ampas tebu, yang massanya masing-masing diambil dari
massa pasir dengan cara mengurangi massa pasir sebesar komposisi abu ampas tebu tersebut, sehingga komposisi abu ampas tebu menjadi 8, 16, 24, 32 dan 40.
Perhitungannya dapat ditentukan menggunakan persamaan 2.2.
Cara Pengujian: Sampel diukur diameternya d dan tebalnya t, kemudian ditimbang massanya m.
3.3.2.3 Pengujian kuat tekan
Pengujian kuat tekan terhadap sampel batako dilakukan setelah batako dikeringkan selama 28 hari. Pengujian kuat tekan menggunakan benda uji berbentuk
silinder. Pengujian kuat tekan dilakukan dengan menggunakan alat Universal Testing Machine kapasitas 5000 kg gambar alat terlampir. Jumlah sampel batako yang diuji
Universitas Sumatera Utara
terdiri dari: 3 buah sampel batako tanpa abu ampas tebu 20 semen dengan 80 pasir, 3 buah sampel batako dengan campuran 10 abu ampas tebu, 3 buah sampel
batako dengan campuran 20 abu ampas tebu, 3 buah sampel batako dengan campuran 30 abu ampas tebu, 3 buah sampel batako dengan campuran 40 abu
ampas tebu, dan 3 buah sampel batako dengan campuran 50 abu ampas tebu, yang massanya masing-masing diambil dari massa pasir dengan cara mengurangi massa
pasir sebesar komposisi abu ampas tebu tersebut, sehingga komposisi abu ampas tebu menjadi 8, 16, 24, 32 dan 40. Perhitungannya dapat ditentukan
menggunakan persamaan 2.3.
Cara pengujian: 1.
Sampel yang akan diuji diukur diameternya d. 2.
Sampel diletakkan di atas bentangan penumpu dan tepat berada di tengah di bawah penekan.
3. Jarum penunjuk pada alat UTM tersebut diatur sehingga menunjukkan angka
nol. 4.
Alat dihidupkan, kemudian setelah sampel hancur, dicatat angka yang ditunjukkan pada alat sebagai nilai P.
3.3.2.4 Pengujian kekerasan
Pengujian kekerasan terhadap sampel batako dilakukan setelah batako dikeringkan selama 28 hari. Pengujian kekerasan menggunakan benda uji berbentuk
silinder. Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan alat Equotip hardness tester zurich switzerland SN 716-0915 gambar alat terlampir. Jumlah sampel batako
yang diuji terdiri dari: 3 buah sampel batako normal 20 semen dengan 80 pasir, 3 buah sampel batako dengan campuran 10 abu ampas tebu, 3 buah sampel batako
dengan campuran 20 abu ampas tebu, 3 buah sampel batako dengan campuran 30 abu ampas tebu, 3 buah sampel batako dengan campuran 40 abu ampas tebu, dan 3
buah sampel batako dengan campuran 50 abu ampas tebu, yang massanya masing- masing diambil dari massa pasir dengan cara mengurangi massa pasir sebesar
komposisi abu ampas tebu tersebut, sehingga komposisi abu ampas tebu menjadi 8, 16, 24, 32 dan 40
Universitas Sumatera Utara
Cara pengujian: Pengukuran kekerasan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Brinell, dimana
hasil pengujian langsung tertera dimonitor alat, dalam satuan HB Hardness Brinell.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian
4.1.1 Pengukuran penyerapan air
Hasil pengukuran penyerapan air pada pembuatan batako yang terdiri dari campuran semen, abu ampas tebu dan pasir setelah pengeringan 28 hari diperlihatkan pada tabel
4.1.
Perhitungan menentukan penyerapan air sampel batako berdasarkan persamaan 2.1 dengan data lampiran D.
Diketahui: •
Massa kering m
k
= 92,5 gr •
Massa basah m
b
= 103,5 gr •
Maka, penyerapan air =
100 x
m m
m
k k
b
−
= 100
5 ,
92 5
, 92
5 ,
103 x
−
= 11,9
Untuk perhitungan penyerapan air rata-rata: Penyerapan air rata-rata
=
3 7
, 10
2 ,
10 9
, 11
+ +
= 10,9
Hal yang sama dilakukan perhitungan untuk komposisi 2 sampai komposisi 6 dengan tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara