Dampak Aplikasi Etika Bsinis Islam dalam Persaingan Usaha Asuransi Syari’ah Latar Belakang Masalah

ix

C. Dampak Aplikasi Etika Bsinis Islam dalam Persaingan Usaha Asuransi Syari’ah

PT. Mubarakah 1. Dampak Positif dan ………………………………………………………78 2. Negatif .......................................................................................................78 BAB V SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan ...........................................................................................................82 B. Saran .....................................................................................................................84 Daftar Pustaka Sementara ...........................................................................................85 Lampiran - lampiran

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan atau dinamika pasar asuransi Indonesia sangat kompleks. Pada dekade terakhir ini perkembangan industri asuransi umum Indonesia diwarnai hal-hal, yang menyebabkan pasar semakin kompetitif dan persaingan semakin ketat. Fenomena asuransi dinegeri ini semakin menarik untuk dicermati, dengan masuknya perusahan-perusahan multinasional semakin menambah ketatnya persaingan memperebutkan pasar. Sebagai salah satu negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia, jumlah penduduk Indonesia saat ini, yaitu 203,4 juta jiwa sensus penduduk tahun 2000 yang diproyeksikan meningkat menjadi 220 juta jiwa pada tahun 2006 dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,25 BPS 2003 www.Menkokesra.go.id . Tentu saja Indonesia menjadi pasar yang potensial bagi perkembangan bisnis asuransi. 1 Kajian Biro Riset Info Bank menunjukkan persaingan industri asuransi di Indonesia, baik asuransi jiwa maupun asuransi umum selama 2005 dan semester pertama 2006 semakin ketat. Hal ini disampaikan Eko B.Supriyanto dalam acara pengumuman mengenai rating 130 asuransi versi Info Bank di Jakarta, hari ini. Perusahaan asuransi jiwa yang tergolong besar semakin menfokuskan diri membidik 1 Setiawan Assegaff, “Profesionalisme Agen Asuransi Indonesia”, 30 Oktober 2009 diakses dari www.mediakonsumen.co.idsuara-konsumen-2006.html pasar menengah ke atas. “Pasar menengah ke bawah semakin menciut karena menurunnya ekonomi, ditambah dengan kenaikan bahan bakar minyak sebesar 126 persen Oktober tahun lalu”, ujar Eko. Sementara itu, untuk asuransi umum, sektor korporasi masih belum pulih. “Baik asuransi umum besar dan kecil semuanya berebut pasar ritel”. Akibatnya, terjadi perang dengan menawarkan harga serendah- rendahnya. Kondisi ini dalam jangka panjang bisa memastikan industri asuransi. 2 Jumlah perusahaan asuransi yang semakin banyak ini tidak diimbangi jumlah tenaga profesional asuransi yang memadai, sehingga tingkat profesionalisme menjadi rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya persaingan yang semakin ketat dan munculnya praktik-praktik tidak terpuji di pasar asuransi persaingan yang tidak sehat monopoly rent yang menjadikan situasi pasar tidak kondusif 3 , hal tersebut menimbulkan kasus-kasus pada perusahaan asuransi. Jumlah pengaduan kasus-kasus asuransi berdasarkan data dari Departemen Keuangan per Agustus 2003 adalah 243 kasus. Yang sudah terselesaikan 115 kasus dan belum terselesaikan 128 kasus. Diindikasikan banyak masalah asuransi yang dihadapi oleh masyarakat tertanggung yang tidak dilaporkan resmi ke Departemen Keuangan karena alasan alasan tertentu. 4 Diungkapkan Muhaimin Iqbal, Perkembangan asuransi syariah ternyata cukup menjanjikan. Tahun 2005 ini saja, asuransi syariah diperkirakan tumbuh hingga 80 . 2 Biro Riset Info Bank Eko B.Supriyanto dalam acara pengumuman mengenai rating 130 asuransi versi InfoBank di Jakarta. Artikel diakses 2 November 2009 dari http:www.AAUI.comnewsfilesArtikel_ 3 Herris B Simandjuntak, “Pasar Asuransi Indonesia Semakin Kompetitif 2000”, artikel diakses pada tanggal 30 Oktober 2009 dari www.kompas.com 4 Kapler A Marpaung, “Kepercayaan Publik dan Kasus dalam Perasuransian”, artikel diakses pada tanggal 15 November 2008 dari http:www.sinarharapan.comberita030113eko05.html Angka tersebut berarti lebih baik dari angka asuransi konvensional yang hanya tumbuh 15 pertumbuhannya masih tinggi tahun ini saja mencapai 80 ”, nilai premi asuransi syariah saat ini masih sangat rendah. Namun pertumbuhan dan perkembangannya masih akan tinggi dan bahkan diprediksi tahun depan dapat mencapai 80-100 , Info Bank, Jakarta, usai pembukaan kursus internasional Islamic Insurance and Takaful Jakart a, 21 November 2005. Pertumbuhannya tahun depan minimal sama dengan tahun sekarang. Mungkin tahun depan bisa mencapai 80-100 ,. Premi yang dikumpulkan oleh asuransi syariah umumnya sebagian besar ditanamkan di bank syariah dan reksa dana syariah. Namun penyalurannya harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah Mengenai persaingan asuransi syariah dan konvensional memang ada, namun jumlahnya sangat tidak signifikan. Di Indonesia, perkembangan asuransi syariah dimulai tahun 1994 yang dipelopori oleh Takaful Indonesia yang menjadi dasar perkembangan asuransi syariah Indonesia, walaupun telah terdapat banyak pada saat ini persaingan-persaingan pada dunia asuransi. Hingga kini asuransi syariah di seluruh dunia mulai berkembang pesat, karena memiliki keunggulan dari sisi sosial dan ekonomi, dan keduanya berjalan seimbang, akad yang digunakan yaitu akad takafuli atau ta’awuni yang berarti tolong menolong yang juga merupakan azas pelaksanaan operasional asuransi syariah. Secara filosopi tidak ada yang berbeda dengan asuransi konvensional, yaitu merupakan usaha untuk menanggung risiko namun secara teknis asuransi syariah merupakan bentuk saling tanggung-menanggung di antara sesama peserta risk sharing bukan peralihan resiko risk transfer yang biasa digunakan oleh Asuransi konvensional. Dalam pelaksanaan operasional-nya selain memiliki peran perencanaan perlindungan kerugian bagi masyarakat, asuransi syariah juga memiliki peran yang sangat penting yaitu pengelolaan dana masyarakat dalam bentuk kegiatan investasi, oleh karena itu asuransi juga memiliki tanggung jawab ekonomi, karena dana yang disetorkan nasabah merupakan amanah yang harus dilaksanakan dan di kelola dengan baik, termasuk dalam hal keputusan investasi, sehingga diperlukan analisa yang tepat mengacu pada studi kelayakan bisnis. Seiring dengan perkembangannya, asuransi syari’ah tidak luput dari pemahaman tentang etika bisnis Islam dalam persaingan usaha, yang dapat membekali para masyarakat luas umumnya sekaigus menjadi peserta asuransi, dan bagi para karyawan perusahaan khususnya menjadi sebuah pengetahuan tersendiri dan pandangan bahwa ia merupakan hal yang vital dalam perjalanan sebuah aktivitas bisnis professional. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Syahata, bahwa EBI dalam persaingan usahabisnis mempunyai fungsi subtansial yang membekali para pelaku bisnis beberapa hal sebagai berikut ini: 1. Membangun kode etik Islam yang mengatur, mengembangkan, dan menancapkan metode bersaing dalam berbisnis dalam kerangka ajaran agama, 2. Kode etik ini juga menjadi simbol arahan agar melindungi pelaku bisnis dari risiko, 3. Kode etik ini dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggung jawab pelaku bisnis, terutama bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis, masyarakat, dan di atas segalanya adalah tanggung jawab di hadapan Allah SWT, 4. Kode etik ini dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan persoalan yang muncul, dari pada harus diserahkan kepada pihak peradilan, 5. Kode etik ini dapat memberikan kontribusi dalam penyelesaian banyak persoalan yang terjadi antara sesama pelaku bisnis, antara pelaku bisnis dan masyarakat tempat mereka bekerja. Sebuah hal yang dapat membangun persaudaraan fraternity dan kerja sama cooperation antara mereka semua, 6. Kode etik ini juga dapat membantu mengembangkan kurikulum pendidikan, pelatihan, dan seminar yang diperuntukkan bagi pelaku bisnis yang harus menggabungkan nilai-nilai, moral, dan perilaku dalam bersaing di dalam dunia bisnis baik dengan prinsip-prinsip bisnis kontemporer, 7. Kode etik ini dapat mempresentasikan bentuk aturan Islam yang konkrit dan bersifat kultural sehingga dapat mendeskripsikan comprehensiveness universalitas dan orisinalitas ajaran Islam yang dapat diterapkan di setiap zaman dan tempat, tanpa harus bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi. 5 Upaya atau usaha menjamin agar setiap orang yang berusaha di Indonesia berada dalam situasi persaingan yang sehat dan wajar adalah untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan posisi dominan oleh pelaku ekonomi tertentu, 5 Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2007, h. 23-24 spesifikasinya dalam bisnis asuransi syari’ah. Kesempatan berusaha yang terjaga akan membuka lebar kesempatan konsumen untuk mendapatkan pilihan produk asuransi syari’ah yang tak terbatas, yang memang menjadi hak mereka. Berjalannya kehidupan ekonomi yang menjamin keseimbangan antara kepentingan pelaku usahabisnis asuransi syari’ah dan kepentingan umum ini pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena masyarakat umum menghendaki segala hal yang menyangkut bidang perekonomian di Indonesia ini yang dapat mewujudkan dan menjadikan aktivitas yang terdapat dalam perekonomian di Negara kita ini lebih dipandang oleh mata dunia khususnya dalam dunia perasuransian syari’ah, dan agar nantinya tercipta apresiasi masyarakat Indonesia sendiri terhadap kompetensi pemerintah yang dapat mewujudkannya. Demikian pula Ibnu Abidin 6 mensinyalir bahwa:”seorang professional ataupun industriawan tidak dibenarkan untuk melarang pihak lain yang ingin memasuki dunia professional atau industri tertentu, jalan harus dibuka bagi pihak mana pun yang hendak belajar untuk dunia tersebut, tanpa terkecuali dan tidak dihalalkan untuk menghalanginya”. Di lain pihak, dalam konteks yang sama yang lebih umum al-Satibi menegaskan dalam bukunya “al-Muwaafaqaat fii Ushuulil Ahkaam” bahwa setiap aktivitas yang akan membawa kepada maslahat, tidak dibenarkan untuk melarangnya, selama kemaslahatan tersebut memang tercipta dari aktivitas tersebut.. 7 Jelas sekali keduanya sepakat bahwa pembatasan pada aktivitas 6 Ibid, h. 97 7 Ibid, h. 98 produksi oleh pihak-pihak tertentu tak terkecuali pemerintah untuk tujuan memonopoli adalah inti dari pemahaman modern akan monopoli itu sendiri, apalagi jika hal tersebut ditujukan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu. Lembaga-lembaga keuangan syari’ah asuransi syari’ah yang dalam melaksanakan aktivitas perusahaan memerlukan adanya arah pandang yang jelas, sehingga apa yang menjadi tujuannya dalam bersaing di dunia bisnis dapat dirumuskan dengan seksama dan pencapaiannya dapat direncanakan dengan tepat dan terinci optimal. Adapun arah pandang lembaga-lembaga keuangan syari’ah asuransi syari’ah tersebut kemudian dirumuskan atau terkonsep dalam suatu visi dan misi yang menjadi tujuan dan bekal prospek yang akan datang. Peraturan-peraturan yang berhubungan dengan industri, usaha atau juga bisnis asuransi di Indonesia, baru dapat diikuti dengan baik jika setelah mengikuti kebijakan-kebijakan, norma-norma atau etika bisnisusaha yang telah ditetapkan oleh lembaga pengawas agar tidak melampaui batasan-batasan kode etik usaha. Pada dasarnya, peraturan-peraturan yang dikeluarkan instansi pemerintah, merupakan peraturan yang bersifat public administrative, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur tentang mekanisme pasar, dalam rangka mengatur dan memberi perlindungan kepada masyarakat luas. Peraturan-peraturan yang dimaksud dapat pula meliputi peraturan tentang perizinan dan atau pengawasan terhadap industri. Mengingat permasalahan yang ada pada dunia bisnis, maka dari itu setiap perusahaan asuransi syari’ah yang ada di Indonesia itu harus benar-benar memahami bahkan mampu mengimplementasikan konsep-konsep atau sistem berbisnis yang selalu memperhatikan etika Islam dalam berkompetisi. Tidak jarang para pakar atau juga alim Ulama Indonesia MUI memberikan fatwa-fatwanya dalam menuntun dan juga mengarahkan perusahaan-perusahaan asuransi syari’ah di Indoneisa yang terbentuk dalam bagian perusahaan yaitu sebagai Dewan Pengawas Syari’ah DPS. Dalam persoalan inilah yang kemudian penulis angkat dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Persaingan Usaha Asuransi Syari’ah Pada PT. Asuransi Syari’ah Mubarakah ”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah