Terapi pada Otitis Media Supuratif Akut

Tinjauan Pustaka

Terapi pada Otitis Media Supuratif Akut
Askaroellah Aboet
Departemen Telinga Hidung Tenggorok dan Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik, Medan

Abstrak: Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah dalam waktu singkat.
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia. Terapi pada
OMSA adalah terapi medikamentosa, yaitu pemberian antibiotika berdasarkan empirik atau dengan
kultur bakteri terhadap mikroorganisme penyebab selama 10-14 hari dan terapi bedah apabila terapi
medikamentosa gagal atau bila penyakit menuju ke mastoiditis koalesen.
Kata kunci: otitis media akut, antibiotika, pembedahan
Abstracts: Acute suppurative otitis media (ASOM) is an abrupt infection of the middle ear of short
duration. The disease is one of the most common diseases world-wide. Treatment of ASOM consists of
medical management, that is antibiotic based on empirical or bacterial culture for 10-14 days and
surgical management, if failure of antibiotic treatment or mastoiditis stage of coalescent occurs.
Keywords: acute suppurative otitis media, antibiotic treatment, surgical treatment

PENDAHULUAN
Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah

infeksi akut telinga tengah dalam waktu yang
singkat. Otitis media (OM) ini merupakan salah
satu penyakit yang sering dijumpai di seluruh
dunia dengan angka kejadian yang bervariasi
pada tiap-tiap negara.1 Senturia et al., (1980)
membagi otitis media berdasarkan durasi
penyakit atas akut (< 3minggu), subakut (3-12
minggu) dan kronis (>12 minggu).2 Sadé (1985);
Klein, Tos dan Hussl (1989) pada third dan
fourth International Symposium on otitis media
menganjurkan
membagi
otitis
media
berdasarkan gejala klinis atas 4 kelompok yaitu
miringitis, otitis media supuratif akut (OMSA),
otitis media sekretori (OMS) dan otitis media
supuratif kronis (OMSK).1 Pada makalah ini
akan dibicarakan terapi otitis media supuratif
akut.

Bakteri yang sering dijumpai pada OMSA
dapat diidentifikasi dengan jelas dari banyak
penelitian yang telah dilakukan. Streptokokus
pneumoni, Hemofilus influenza dan Moraksela
kataralis merupakan mikroorganisme utama.1-3
TERAPI
MEDIKAMENTOSA
PADA
OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT
Standar terapi terkini pada OMSA
mengharuskan
pasien
yang
didiagnosis
menderita suatu infeksi telinga tengah akut
harus mendapatkan terapi antimikroba selama
10-14 hari. Terapi dimulai berdasarkan empiris
356

dengan tujuan memberantas bakteri yang

dijumpai pada OMSA meskipun materi kultur
dari telinga tengah tidak tersedia.2
Sebelum tahun 1965, banyak antibiotika
yang efektif digunakan untuk otitis media.
Streptokokus pneumoni sensitif terhadap
penisilin sedangkan H. influenza dan M.
kataralis dapat diterapi dengan eritromisin,
aminopenisilin atau sulfonamide.3
Sejalan dengan penggunaan antibiotika
yang semakin luas, resistensi beberapa
mikroorganisme terhadap antibiotika semakin
berkembang. Mikroorganisme penghasil betalaktamase semakin sering dijumpai pada kultur
telinga tengah suatu OMSA. Resistensi terhadap
eritromisin juga meningkat di antara strain H.
influenza sehingga pilihan terapi beralih ke
sulfametoksazol-trimetoprim,
amoksisilinklavulanat (co-amoxiclav), dan sefalosporin
generasi kedua dan ketiga.2, 3
Terapi standar permulaan suatu OMSA
adalah amoksisilin, 40mg/kgBB dalam 24 jam

dibagi dalam 3 dosis, atau ampisilin 50100mg/kgBB dalam 24 jam dibagi dalam 4
dosis, minimal selama 10 hari. Pada individu
yang alergi terhadap penisilin, kombinasi
eritromisin 40mg/kgBB dalam 24 jam dan
sulfisoksazol 120mg/kgBB dalam 24 jam dibagi
dalam 4 dosis dapat digunakan dan sama
efektifnya dengan amoksisilin.1-3
Jika mikroorganisme penghasil betalaktamase diduga sebagai penyebab, pemberian
amoksisilin-klavulanat, 40mg/kgBB dalam 24

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006

jam dibagi dalam 3 dosis atau sulfametoksazoltrimetoprim, 8mg/kgBB trimetoprim dan
40mg/kgBB sulfametoksazol dalam 24 jam
dapat digunakan dalam 2 dosis terbagi.
Sefiksim, 8mg/kgBB dalam satu dosis atau
cefprozil 15mg/kgBB dalam 24 jam dalam 2
dosis terbagi juga dapat digunakan.2, 3
Kebanyakan pasien yang menerima terapi
antibiotika untuk OMSA akan menunjukan

perbaikan yang signifikan dalam waktu 48 jam.
Timpanosintesis untuk kultur bakteri dan
tindakan miringotomi dapat dilakukan pada
penderita yang tidak mengalami perbaikan
setelah 48 jam terapi antibiotika empiris.
Penderita sebaiknya diperiksa ulang selama
mendapatkan
terapi
untuk
memastikan
keefektifan pengobatan yang diberikan.2
Terapi tambahan seperti pemberian
analgetika, antipiretika dan dekongestan oral
dapat diberikan. Dekongestan topikal dan oral
dapat menghilangkan sumbatan hidung dan
memberikan aerasi tuba eustakius meskipun
efikasinya belum dapat dibuktikan.2, 3
PENATALAKSANAAN
OTITIS MEDIA AKUT


BEDAH

PADA

Miringotomi / Timpanosintesis
Miringotomi
atau
timpanosintesis
merupakan terapi bedah pada OMSA yang
populer pada tahun 1950-1960-an. Indikasinya
dalam pengobatan OMA dijelaskan oleh Astley
Cooper (1802). Schwartze, 50 tahun kemudian
mengatakan: “Tidak ada prosedur bedah lain
yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan
kehidupan
seseorang
selain
dengan

mengevakuasi pus secara bijaksana dari kavum

timpani melalui insisi pada membrana
timpani”.4
Ketika terapi antibiotika gagal dan pasien
tetap berada dalam sakit yang akut pada OMSA,
tindakan miringotomi ini dapat dilakukan.
Prosedur ini merupakan prosedur terapi yaitu
dengan menghilangkan tekanan udara di telinga
tengah, dan juga prosedur yang bertujuan untuk
diagnostik karena cairan yang didapat dari
tindakan miringotomi dapat dikirim untuk kultur
dan sensitivitas.5
Miringotomi dapat dilanjutkan dengan
pemasangan pipa ventilasi ke telinga tengah.
Teknik ini diusulkan oleh Politzer tetapi
dipopulerkan oleh Armstrong (1954). Sejak saat
itu cara ini menjadi teknik yang populer untuk
mempertahankan pembersihan cairan telinga
tengah, meminimalkan rekurensi episode OMSA
dan mengoptimalkan pendengaran selama masamasa perkembangan berbicara. Pemasangan
pipa ventilasi ini juga merupakan terapi pada

otitis media efusi.4, 5
Mastoidektomi
Sederhana
(Simple
Mastoidectomy)
Operasi mastoidektomi sederhana ini
pertama kali dilakukan pada awal abad 19 dan
Jean Petit adalah orang pertama yang
mengusulkan untuk melakukan operasi ini pada
raja Perancis, Charles II, yang pada waktu itu
mengalami telinga berair disertai demam dan
penurunan kesadaran.4, 6

Tabel 1.
Dosis antibiotik pada OMA2
Antibiotika
Amoksisilin
Ampisilin
Eritromisin-sulfisoksazol
Amoksisilin-klavulanat

Sulfametoksazol-trimetoprim
Sefiksim

Dosis/ 24 jam
40mg/kgBB dalam 3 dosis
50-100 mg/ kgBB dalam 4 dosis
40mg/kgBB (E) dan 120mg/kgBB (S) dalam 4 dosis
40mg/kgBB dalam 3 dosis
8mg (TMP) dan 40 mg (SMZ) dalam 2 dosis
8mg/kgBB dalam 1 dosis

Schwartze (1873) mengembangkan dan
menjelaskan teknik dan indikasi operasi untuk
membersihkan
korteks
mastoid
dan
membersihkan sistem sel udara yang terlibat
dalam
infeksi

sehingga
memungkinkan
terjadinya drainase yang baik dalam seluruh
ruang timpanomastoid yang saat ini dikenal
dengan
‘simple
mastoidectomy’
atau
“Schwartze’ operation”.4
Operasi ini diindikasikan untuk kasus-kasus
OMSA yang gagal dengan terapi antibiotika
atau mulai menuju ke mastoiditis koalesen.

Operasi ini selain bertujuan untuk mengevakuasi
abses koalesen dari mastoid pada OMSA juga
merupakan penatalaksanaan bedah untuk OMSK
tanpa kolesteatoma. Seiring dengan kemajuan
pengetahuan, teknik operasi ini tidak hanya
dilakukan untuk membersihkan penyakit pada
ruang mastoid tetapi juga untuk memberikan

akses ke struktur yang lebih dalam dari tulang
temporal seperti yang dikerjakan dalam operasi
implant koklear atau operasi untuk telinga
dalam.6

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006

357

Tinjauan Pustaka

KESIMPULAN
1. Standar terapi terkini pada OMSA adalah
pemberian antimikroba berdasarkan empiris
atau sesuai dengan kuman penyebab yang
dijumpai pada kultur selama 10-14 hari.
2. Antibiotika yang diberikan pada OMSA
adalah
golongan
amoksisilin
(40mg/kgBB/24jam), amoksisilin-klavulanat
(40mg/kgBB/24jam),
ampisilin
(50100mg/kgBB/24jam),
eritromisinsulfisoksazol (E: 40mg/kgBB/24jam –
120mg/kgBB/24jam),
sulfametoksazoltrimetoprim (T: 40mg/kgBB/24jam-SMZ:
120mg/kgBB/24jam)
dan
sefiksim
(8mg/kgBB/24jam).
3. Terapi bedah pada OMSA adalah
miringotomi/timpanosintesis
dan
mastoidektomi sederhana.

358

DAFTAR PUSTAKA
1. Canter RJ. Acute suppurative otitis media.
In : Kerr AG, ed. Scott Brown’s
Otolaryngology. Sixth edition. Vol. 3.
Butterworth-Heinemann, London, 1997,
3/9/1-7.
2.

Healy GB. Rosbe KW. Otitis Media and
Middle Ear Effusions. In: Ballenger’s
Otorhinolarygology Head and Neck
Surgery. Sixteenth edition. BC Decker Inc.
Ontario, 2003, 249-59.

3.

Bitnun A, Allen UD. Medical Therapy of
Otitis Media: Use, Abuse, Efficacy, and
Morbidity. The Journal of Otolaryngology;
1998; 27; 26-33.

4.

Friedberg J, Gordon D. Acute Otitis Media:
The Evolution of Surgical Management.
The Journal of Otolaryngology; 1998; 27,
2-6.

5.

Pransky SM. Surgical Strategies for Otitis
Media. The Journal of Otolaryngology;
1998; 27, 37-42.

6.

Johnson GD. Simple Mastoid Operation. In
: Glascock-Shambough. Surgery of the Ear.
Fifth edition. BC Decker Inc. Ontario, 2003,
487-9.

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006