17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Umum Deposito Mudhorobah
Definisi umum mudhorobah secara fikih, menurut Sadr adalah kontrak khusus antara pemilik modal dan pengusaha dalam rangka mengembangkan
usaha yang modalnya berasal dari pihak pertama dan kerja dari pihak kedua, mereka bersatu dalam keuntungan dengan pembagian berdasarkan persentase.
Jika proyek usaha mendatangkan keuntungan, maka laba dibagi berdua berdasarkan kesepakatan yang terjalin antara keduanya, jika modal tidak
mempunyai kelebihan atau kekurangan, maka tidak ada bagi pemilik modal selain modal pokok tersebut, begitu pula dengan pengusaha tidak mendapatkan apa-apa.
Jika proyek rugi yang mengakibatkan hilangnya modal pokok maka kerugian itu sedikit ataupun banyak ditanggung oleh pemodal
1
. Sementara makna mudhorobah dalam sistem perekonomian modern,
menjadi berkembang. Pihak yang terlibat dalam kerjasama ini ada tiga
2
: 1 pihak yang menyimpan dana depositor, 2 pihak yang membutuhkan dana atau
pengusaha debitur, 3 pihak yang mempertemukan antara keduanya bank.
1
Kazim Sadr, The Role of Musharakah Financing in the Agricultural Bank of Iran. 1996. Hlm. 25
2
Kazim Sadr, Hlm. 26
18
Pihak pertama, depositor inilah yang seharusnya menjadi shahibul maal sebab dia yang memiliki dana yang secara sadar akan digunakan untuk kepentingan usaha.
Sementara pihak kedua, debitur, adalah mudharib-nya depositor karena dia yang menggunakan dana depositor untuk digunakan sebagai modal usaha. Sedangkan
pihak ketiga, bank, adalah pihak yang menjembatani keinginan keduanya.
B. Deposito pada Bank Syariah
1. Ketentuan Umum Deposito Mudharobah Adapun ketentuan umum Deposito Mudharobah antara lain:
a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, Bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
pengembangannya, termasuk didalamnya Mudharobah dengan pihak lain. c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai bukan
piutang. d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukuan rekening. e. Bank sebagai mudhorib menutup biaya operasional deposito dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
19
f. Bank tidak diperkenankan untuk mengutangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
3
2. Pertimbangan Dewan Syariah Nasional Menetapkan Deposito Mudharobah
4
a. Keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan dalam bidang investasi, pada masa kini memerlukan jasa perbankan di bidang
penghimpunan dana dari masyarakat adalah deposito, yaitu simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. b. Kegiatan deposito tidak semuanya dapat dibenarkan hukum Islam
syariah. Deposito yang mengandung unsur riba tidak dibenarkan Islam. Islam membenarkan deposito dengan sistem bagi hasil.
c. DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang bentuk-bentuk Muamalah Syari’ah untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan deposito
pada Bank Syari’ah. Dasar penetapan deposito tersebut didasarkan pada:
QS. An-Nisa 4; 29
3
Muktar Alshodiq penyunting, Briefecase Books Edukasi Profesional Syari’ah Fatwa- fatwa Ekonomi Syari’ah Kontemporer, Jakarta Renasian, 2005 M, h. 45
4
Fatwa DSN MUI No.3 tahun 2000 tentang Deposito
20
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
QS. Al-Baqoroh 2: 283
⌧ ⌧
⌦
⌧ ☺
☺
☺ ⌦
☺ ☺
21
Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secara tunai sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya hutangnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu para saksi Menyembunyikan persaksian. dan
Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Secara teknis pemakaian prinsip akad mudharabah ke dalam produk deposito sebagai instrumen penghimpunan dana dari masyarakat pada Bank
Syariah telah di atur dalam pasal 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 746PBI2005 tentag akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi Bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau deposito
berdasarkan mudharabah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut: a. Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai
pemilik dana; b. Dana disetor penuh kepada Bank dan dinyatakan dalam jumlah
nominal; c. Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana investasi dinyatakan
dalam bentuk nisbah; d. Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan nasabah.
22
e. Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam prundang-undangan yang berlaku.
C. Teori Bagi Hasil