54
BAB III GAMBARAN DATA
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan
Landasan Hukum Berlakunya Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotan adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. b.
Peraturan Bersama Menteri Keuangan Dan Menteri Dalam Negeri Nomor 15PMK.072014 Dan Nomor 10 Tahun 2014 tentang Tahapan Persiapan
Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61PJ2010 tentang Tata Cara
Persiapan Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah. d.
Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
B. Pendataan dan Penetapan Pajak
Pengelolaan Pajak Bumi dan Banguan, khususnya sektor perdesaan dan perkotaan diwujudkan dalam sistem dan prosedur sisdur yang meliputi:
Universitas Sumatera Utara
1. Pendataan
Pendataan merupakan kunci penting karena memberi informasi tentang lokasi dan karakteristik objek, serta subjek PBB Perdesaan dan Perkotaan.. Pendataan
bersifat dinamis dan harus selalu dilakukan penyesuaian karena perubahan karakteristik objek dan subjek pajak yang antara lain berupa perubahan fungsi,
kepemilikan, pemecahan, warisan, hibah dan lain sebagainya. Dalam pendataan, lokasi objek pajak diwujudkan dalam peta dan setiap objek diberi identifikasi berupa
nomor objek PBB Perdesaan dan Perkotaan. Peta ditata dan diadministrasi mulai dari yang paling luas, yakni kabupatenkota, kecamatan, kelurahandesa, dukuh, dan blok.
Di luar basis data peta, juga dibangun basis data karakteristik objek pajak dan subjek pajak, yang antara lain meliputi alamat, luas, fungsi objek, nama pemilik dan lain
sebagainya. Nomor identifikasi objek pajak yang menjadi pengait antar basis data. Pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP. SPOP adalah Surat
Pemberitahuan Objek Pajak yaitu surat yang digunakan Wajib Pajak PBB Perdesaan dan Perkotaan untuk mengisi data objek pajak per keadaan 1 Januari. SPOP harus
diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan kepada Kepala Daerah selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari setelah tanggal diterimanya
SPOP oleh subjek pajak. Yang harus didaftarkan dalam SPOP adalah:
a. Semua tanah yang dimiliki dengan suatu hak danatau dimanfaatkannya.
b. Semua bangunan yang dimiliki danatau dikuasai atau dimanfaatkannya.
Universitas Sumatera Utara
2. Penilaian
Penilaian Berkaitan dengan memperkirakan NJOP untuk setiap objek Pajak Bumi dan Bangunan, yakni bumi dan atau bangunan. Pada umumnya penilaian
dilakukan secara masal mass appraisal, meski ada beberapa objek yang dinilai secara secara individual. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 memungkinkan
penilaian dengan pendekatan harga pasar, biaya, dan kapitalisasi. Sekarang ini biasanya penilaian untuk bumi menggunakan pendekatan harga pasar, untuk
bangunan menggunakan pendekatan biaya, dan untuk objek yang tidak ada data pembandingnya, seperti hotel mewah, menggunakan pendekatan kapitalisasi. Hasil
penilaian merupakan Nilai Indikasi Rata-rata NIR yang kemudian diimasukkan ke dalam basis data penilaian, yakni Zona Nilai Tanah ZNT. Undang-Undang
mengamanatkan untuk melakukan penilaian setidaknya tiga tahun sekali, dan untuk daerah yang memiliki perkembangan harga tanah yang tinggi, penilaian dapat
dilakukan setahun sekali. Basis data ZNT yang dikaitkan dengan basis data peta, basis data objek dan subjek memberikan informasi NJOP masing-masing objek PBB.
NJOP ini kemudian harus ditetapkan oleh bupatiwalikota dalam peraturan bupatiwalikota.
3. Penetapan
Penetapan PBB Perdesaan dan Perkotaan terhutang dilakukan dengan mengkalikan tarif PBB dengan NJOP objek yang bersangkutan. Dalam penetapan
inilah Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang SPPT dicetak untuk disampaikan kepada wajib pajak.
Universitas Sumatera Utara
C. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan
Pajak yang terutang berdasarkan SPPT sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat 1 harus dilunasi paling lama 30 tiga puluh hari kerja saat terutangnya pajak
dan paling lama 6 enam bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. SPPT, SKPD, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan
Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama
1 satu bulan sejak tanggal diterbitkan. pada saat jatuh tempo pembayarannya, apabila pajak yang terutang tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 dua
puluh empat bulan. Serta Bupati atas permohonan wajib pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2 dua persen setiap bulan. Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan
berdasarkan Undang-Undang.
D. Keberatan dan Banding