Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Keselamatan dan Rasa Aman

juga harus mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang merasaan beberapa ancaman keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru dan yang tidak dikenal. 3. Kebutuhan Dasar yang Mempengaruhi Keselamatan dan Rasa Aman Lingkungan yang aman adalah salah satu kebutuhan dasar yang terpenuhi, bahaya fisik akan berkurang, penyebaran organisme patogen akan berkurang, sanitasi akan dipertahankan, dan polusi daapat dikontrol. Kebutuhan dasar yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kebutuhan fisiologis yang mempengaruhi terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutiris, dan suhu yang optimum, akan mempengaruhi keamanan seseorang. Pemenuhan kebutuhan fisiologis manusia diperlukan untuk mencapai kebutuhan keamanan dan keselamatan Potter Perry, 2006. Kebutuhan fisiologis yang diperlukan untuk mencapai kebutuhan rasa aman diantaranya: a. Oksigen Perawat harus menyadari berbagai faktor yang ada di dalam linkungan klien yang dapat menurunkan jumlah oksigen yang tersedia. Bahaya umum yang ditemukan di rumah adalah sistem pemanasan yang tidak berfungsi dengan baik. Pembakaran yang tidak mempunyai pembuangan yang tepat akan menyebabkan penupukan karbon monoksida di dalam ruangan. Karbon monoksida adalah suatu gas beracun yang tidak berbau dan tidak berwarna yang dihasilkan dari pembakaran karbon atau bahan bakar organik. Karbon monoksida berikatan kuat dengan oksigen, sehingga mencegah terbentuknya oksihemoglobin dan akhirnya akan mengurangi persediaan oksigen yang diberikan keseluruh jaringan tubuh. Pemeriksaan terhadap sistem pemanas dan alat-alat listrik pada tiap musim harus dilakukan pada setiap rumah dan institusi. b. Kelembaban Kelembaban relatif udara dalam lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien. Kelembaban relatif adalah kandungan uap air di dalam udara dibandingkan dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara pada suhu yang sama. Angka kelembaban yang nyaan bagi setiap orang bervariasi, tetapi kebanyakan orang merasa nyaman pada kelembaban antara 60-70. Jika kelembabannya relatif tinggi, maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan lambat. Jadi, pada cuaca panas, lembab, orang akan merasa tidak nyaman pada lembab dan panas. Jika kelembaban relatifnya rendah, maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan cepat. Hal inilah sebabnya mengapa orang akan merasa lebih dingin dan lebih nyaman jika berada pada suhu 32,2 c dengan kelembaban relatif 30 daripada berada pada suhu 32,2 c dengan kelembaban relatif 85. Peningkatan kelembaban lingkungan dapat menghasilkan keuntungan terapeutik. Anak-anak dan orang dewasa yang menderita infeksi saluran pernaasan bagian atas biasanya mengalami peningkatan gejala bila alat pelembab udara diletakkan dalam ruangan saat mereka tidur. Alat pelembab udara meningkatkan kelembaban relatif udara yang dihirup, yang akan membantu mengencerkan sekret dan meningkatkan pernapasan. Penting untuk mengikuti petunjuk perusahaan tentang cara membersihkan alat pelembab udara di rumah untuk mengurangi kontaminasi air. c. Nutrisi Pemenuhan kebutuhan nutrisi secara adekuat dan aman memerlukan kontrol lingkungan dan pengetahuan. Kebutuhan nutrisi merupakan hal yang penting bagi pasien. Makanan harus dijaga kesegarannya dan jug adiperlukan air yang bersih untuk mencucinya, baik dlaam peralatan makan, agar kontaminasi makanan dengan bakteri. Menurut Williams 1994, dalam PotterPerry, 2006, makanan harus diolah, disiapkan, dan disimpan dengan cara yang benar karena pengolahan dan penyimpanan makanan yang salah dapat menyebabkan keracunan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan adalah dengan cara mencuci tangan sebelum mengolah makanan, cara memasak makanan yang benar dan matang, serta penyimpanan yang tepat. Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dengan yaitu menghidangkan makanan dengan menjelaskan jenis makanan dan lingkungan yang menyenangkan bagi pasien misalnya menyingkirkan segala sesuatu yang tidak menyenangkan misalnya baskom muntah, membantu pasien untuk mencuci tangan sebelum makan dan membantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman untuk makan. d. Suhu Suhu lingkungan yang nyaman berbeda-beda untuk setiap orang, tetapi suhu yang nyaman biasanya berkisar antara 18,3-23,9oC. Suhu dapat mempengaruhi kenyamanan dan keamanan seseorang. Pemaparan terhadap udara dingin dapat menyebabkan radang dingin Frosbite dan hipotermia. Radang panas terjadi saat daerah permukaan kulit membeku akibat paparan yang sangat dingin, sedangkan hipotermia terjadi pada saat suhu tubuh inti sama atau kurang dari 35Oc. Jika seseorang terkena hipotermia akan menyebabkan denyut jantung melemah, pernapasan dangkal dan pelan, muka pucat dan dapat menyebabkan kematian. Sedangkan pemamparan terhadap suhu panas yang terlalu tinggi dan lama dapat menyebabkan sengatan terik matahari dan udara yang panas. Pemaparan terhadap panas yang ekstrem dapat menyebabkan heatstroke sengatan terik matahari atau exhaustion udara yang panas. Heat exhaustion menyebaban diaforesis yang berlebihan, hipotensi, perubahan status mental, kejang otot, dan mual. Heatstroke adalah salah satu kondisi yang mengancam kehidupan dengan perubahan status mental yang berat, termasuk antara lain koma, hiperpireksia dengan kulit kering yang panas, dan suhu rektal yang lebih dari 40,5oC. Klien yang menderita sakit kronik, lansia dan bayi merupakan populasi yang berisiko terbesar mengalami cedera akibat panas yang ekstrem. 4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Keselamatan dan Kemanan Keselamatan sering kali didefenisikan sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis, yang dimana keamanan harus dipenuhi. Lingkungan komunitas yang aman merupakan hal yang penting utnung kelangsungan hidup klien. Perawat harus mengkaji bahaya yang mengancam keamanan klien dan lingkungan, dan selanjutnya melakukan intervensi yang diperlukan. Beberapa faktor yang bisa kita lihat yang mempengaruhi mengenai keselamatan dan rasa aman bagi seseorang Potter Perry, 2006, diantaranya : a. Usia Bayi, todler, dan anak usia prasekolah sangat bergantung pada orang dewasa untuk melindung diri mereka dari cedera. Anak yang sedang tumbuh mempunyai rasa ingin tahu dan sepenuhnya percaya pada lingkungan mereka dan tidak merasa sedang berada dalam bahaya. Anak- anak belum mempunyai pengetahuan tentang bahaya yang ada di lingkungan sehingga resiko terjadinya cedera dan kecelakaan semakin tinggi. Anak-anak akan mendapatkan perlindungan dan terhindar dari resiko cedera jika anak-anak diajarkan oleh orang tuanya atau orang yang lebih dewasa darinya. Anak Usia Sekolah yang sedang mengalami peningkatan dalam mengeksplorasi lingkungan. Mereka memiliki teman di luar lingkungan rumah, dan menjadi lebih aktif dalam kegiatan sekolah, keagamaan, dam masyarakat. Anak usia sekolah memerlukan pengajaran spesifik tentang keamanan disekolah dan tempat bermain, orang tua memberikan arahan untuk menjaga keamanan anak. Usia remaja melibatkan banyak faktor yang ada di luar ingkungan rumah. Orang dewasa sebagai contoh peran bagi remaja dan pendidikan yang diberikan dapat membantu remaja untuk meminimalkan resiko terhadap keamanan mereka. Kelompok ini mempunyai angka kejadian bunuh diri yang tinggi yang disebabkan karena perasaan harga diri yang rendah dan keputusasaan. Dewasa, resiko yang dihadapi oleh orang dewasa muda dan usia baya biasanya disebabkan oleh faktor gaya hidup seperti keadaan stres yang tinggi, nutrisi yang tidak adekuat, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan penyalahgunaan obat-obatan, orang dewasa perlu diajarkan bhawa keamanan mereka terancam dan menyebabkan gaya hidup perlu dimodifikasi. Sedangkan pada lansia, lansia mempunyai potensi yang lebih besar untuk terjadinya cedera karena pada lansia mengalami penurunan sensorik perubhana pada ketajaman penglihatan, pendengaran, penurunan sstem saraf, penurunan fungsi tubuh akibat proses penuaan. b. Tingkat kesadaran Pasien koma akan mengalami penurunan tingkat kesadaran dan hal ini akan berpengaruh terhadap keamanan dan keselamatannya. Pasien koma akan terjadi penurunan respon terhadap rangsang, paralisis, dan disorientasi. Pada pasien-pasien yang mengalami sakau karena obatobat narkotik juga dapat membahayakan keselamatan dirinya Kozier,2008 c. Emosi Keadaan stres pada seseorang dapat memicu kurangnya konsentrasi dalam berpikir dan menyebabkan kecelakaan pada seseorang. Keadaan lain seperti kecemasan, marah, depresi, sedih, putus asa pada seorang individu juga akan mempengaruhi terhadap keamanan dirinya TarwotoWartonah, 2011 d. Status mobilisasi Keterbatasan aktifitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko injri atau gangguan integritas kulit. Orang- orang yang memiliki kelemahan otot, paralisis, ketidakseimbangan dalam koordinasi akan memudahkan terjadinya cedera Kozier, 2008 e. Gangguan persepsi sensori Persepsi sensori yang baik dan tepat merupakan hal yang penting demikeselamatan seseorang. Orang dengan gangguan sentuhan, penciuman, pendengaran, pengecapan, penglihatan akan mengalami resiko yang tinggi untuk terjadinya cedera Kozier, 2008. f. Informasi Komunikasi Pada seorang individu yang mempunyai gangguan dalam komunikasi seperti afasia, sulit menerima komunikasi, keterbatasan dalam berbahasa, dan tidak bisa membaca akan dapat menimbulkan cedera TarwotoWartonah, 2011. g. Keadaan imunitas Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang kurang sehingga mudah terserang penyakit. Saat imunitas seseorang mengalami penurunan, maka seseorang tersebut dapat dengan mudah terserang penyakit TarwotoWartonah, 2011 h. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit. Jika klien yang mengalami sakit kekurangan sel darah putih maka sistem imun untuk kekebalan akan berkurang dan beresiko masuknya berbagai penyakit lainnya, hingga membawa pengaruh bagi keamanan dalam dirinya. i. Status nutrisi Keadaaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan udah terserang penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi beresiko terhadap penyalkit tertentu. j. Tingkat pengetahuan Adanya informasi merupakan suatu hal yang penting dalam keselamatan. Pasien biasanya tidak kenal dengan lingkungan baru dan peralatan baru yang ada di rumah sakit sehingga pasien sangat membutuhkan adanya informasi yang spesifik demi keamanan dan keselamatannya Kozier, 2008. 5. Macam-Macam Bahaya Pada Pasien Banyak hal yang bisa membahayakan keselamatan dan rasa aman pada klien, baik dari diri sendiri, maupun dari keadaan diluar diri klien, yang bisa kita lihat bagaimana keamanannya di lingkungan pelayanan kesehatan yang harus diperhatikan baik oleh perawat Potter Perry,2006. diantaranya : a. Jatuh Jatuh merupakan 90 jenis kecelakaan yang sering terjadi di rumah sakit. Setiap orang di semua usia dapat mengalami jatuh, tetapi anak dan lansia memiliki resiko jatuh yang lebih besar dan dapat mengakibatkan luka yang serius. Perawat harus melakukan kontak dengan pasien dan keluarga pasien, menilai kemampuan fisik pasien, dan menjaga lingkungan di sekitar pasien agar dapat mencegah kejadian jatuh pada pasien, selain usia beberapa riwayat jatuh terdahulu, masalah pada sikap berjalan dan mobilisasi, hipotensi postural, perubahan sensorik, disfungsi saluran dan kandung kemih, dan beberapa kategori diagnosa medis tertentu seperti kanker, penyakit kardiovaskuler, neurologi, dan serebrovaskuler dapat meningkatkan resiko, penggunaan obat- obatan dan interaksi obat juga menyebabkan jatuh b. Kecelakaan yang disebabkan klien Kecelakaan yang disebabkan klien adalah kecelakaan sealin jatuh dimana klien menjadi faktor penyebab yang utama. Contoh kecelakaan yang disebabkan klien antara lain luka, cedera, dan luka bakar yang disebabkan oleh diri sendiri, menelan atau menyuntikkan substansi asing, memotong atau membakar diri, dan jari yang kejepit pada laci atau pintu. c. Kecelakaan yang disebabkan prosedur Kecelakaan yang disebabkan prosedur terjadi selama terapi. Hal ini meliputi kesalahan pemberian medikasi dan cairan, penggunaan peralatan eksternal yang tidak tepat, kecelakaan karena cara melaksanaka prosedur yang tiak tepat, seperti saat menggantikan balutan. Perawat dapat mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh prosedur. Contohnya, dengan mengikuti prosedur peberian obat secara tepat akan mencgah terjadinya kesalahan obat. Pemberian cairan intravena IV yang tepat akan mencegah terjadinya kelebihan atau defisit cairan. Potensial terjadinya infeksi akan berkurang bila teknik aseptik digunakan saat mengganti balutan steril atau saat melakukan prosedur invasif, seperti saat memasang kateter Foley. Akhirnya, penggunaan mekanika tubuh dan teknik pemindahan pasien yang benar akan mengurangi resiko cedera saat menggerakkan dan mengangkat klien. d. Kecelakaan yang disebabkan peralatan Kecelakaan yang disebabkan peralatan terjadi karena alat yang digunakan tida berfungsi, rusak, atau salah digunakan, atau disebabkan karena bahaya akibat listrik. Untuk menghindari terjdainya cedera, perawat tidak boleh enjalankan peralatan monitor atau terapi tanpa petunjuk. Sebuah daftar pemeriksaan harus digunakan untuk mengkaji bahaya listrik yang mungkin terjadi untuk mengurangi resiko kebakaran akibat listrik, kematian akibat tersengat listri, cedera akibat peralatan yang rusak. e. Kebakaran Rumah dan ruah sakit selalu berada dalam resiko terjadi kebakaran. Kebakaran dirumah biasanya disebabkan karena merokok ditempat tidur, mematikan rokok di tepat pembuangan sampah, kebakaran akibat minya, atau kebakaran akibat listrik yang disebabkan oleh kabel atau alat-alat listrik yang rusak. Kebakaran yang terjadi dalam lembaga biasanya disebabkan listrik atau anastesik. f. Keracunan Substansi yang mengganggu kesehatan atau menghancurkan kehidupan bila substansi tersebut tertelan, terhisap, atau terserap tubuh. Antidot atau tindakan yang spesifik telah tersedia untuk beberapa jenis racun. Kapasitan jaringan tubuh untuk pulih dari racun menentukan reversibilitas sistem pernafasan, sirkulasi, saraf pusat, hati, saluran cerna dan ginjal. Semua kelompok usia beresiko terkena keracunan. Pada anak-anak, menempatkan obat-obatan, cairan dan bubuk pembersih jauh dari jangkauan anak-anak, menempatkan bahan yang berpotensi mengandung racun di dalam botol aslinya, dan memindahkan tanaman beracun dalam rumah akan mencegah kecelakaan akibat menelan bahan beracun. Pada lansia, penurunan penglihatan dan perubahan memori menyebabkan terjadinya kecelakaan akibat menelan substansi beracun atau akibat overdosis obat yang diberikan dokter. g. Bahaya Akibat Listrik Semua alat listrik harus dipasang dengan benar. Peralatan listrik yang rusak seperti peralatan dengan kabel berjumbai menimbulkan bahaya sengatan listrik atau mungkin dapat menyalakan api. Misalnya sebuah percikan listrik di dekat gas anestesi tertentu atau konsentrasi tinggi oksigen dapat menyebabkan kebakaran yang serius. Tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mengurangi bahaya listrik yaitu melalui pengajaran perawat kepada pasien. 6. Pencegahan Kecelakaan di Rumah Sakit Pengurangan Bahaya Fisik, bahaya fisik yang ada di dalam komunitas dan tempat pelayanan kesehatan menyebabkan klien berisiko mengalami cedera. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh kecelakaan, kecelakaan bermotor menempati urutan pertama, yang diikuti oleh kecelakaan akibat jatuh, keracunan, tenggelam, kebakaran dan lua bakar. Jatuh merupakan penyebab utama kematian akibat kecelakaan pada klien yang berusia 75 tahun atau lebih Potter Perry, 2005. Banyak bahaya fisik, khususnya yang mengakibatkan jatuh dapat diminimkan melalui : a Menjamin pencahayaan yang adekuat Pencahayaan yang adekuat akan mengurangi bahaya fisik dengan cara menerangi tempat klien bergerak dan bekerja. Di luar rumah, harus ada pencahayaan yang adekuat di sepanjang trotoar. Pencahayaan di luar ruangan juga akan mebantu melindungi rumah dan lingkungan di sekitarnya dari kejahatan. Garasi, trotoar dan jalan masuk yang dilengkapi dengan pencahayaan yang baik, mencegah penyelundup masuk ke tempat tersebut atau mencegah orang bersebunyi dalam bayangan gelap. Pada lansia pencahayaan yang cukup akan mngurangi resiko jatuh begitu juga pada anak- anak. Pencahayaan buatan harus berupa cahaya yang lembut dan tidak menyilaukan mata, karena cahaya yang menyilaukan adalah salah satu asa,ah utama yang dihadapi oleh lansia. b Mengurangi penghalang fisik Cedera yang terjadi di rumah seringkali disebabkan oleh berbagai benda, termasuk keset yang ada di tangga dan lantai, noda basah di lantai, kain yang kusut di sasmping meja, lemari dinding, bagian atas kulkas, dan lemari buku. Resiko jatuh karena berbagai penghalang ini dapat dialami oleh seluruh kompok usia, tetapi resiko terbesar dialami oleh lanisa. Untuk mengurangi resiko cedera, seluruh penghalang fisik harus dipindahkan dar gang atau tempat lalu lalang lainnya. Benda-benda yang dibutuhkan, misalnya seperti jam, kacamata, tisu, atau obat-obatan harus tetap diletakkan di meja samping tempat tidur dalam jangkauan klien tidak dapat dijangkau anak-anak di rumah. Perawat juga harus dilakukan untuk memastikan bahwa ujung meja telah aman dan meja mempunyai kaki meja yang stabil dan lurus. Benda- benda yang tidak penting harus diletakkan dalam laci untuk mengeliminasi kekacauan. c Mengontrol bahaya yang ada di kamar mandi Kecelakaan seperti jatuh, kebakaran dan keracunan, seeringkali terjadi di dalam kamar mandi. Pegangan mudah terlihat dan aman serta perekat yang berwarna dan tidak licin yang ada di dasar bak mandi berguna untuk mengurangi resiko jatuh dalam bak mandi. Tempat duduk toilet yang tidak licin pada lantai depan toilet juga sangat berguna untuk mengurangi bahaya yang ada di kamar mandi. Perawatan harus dilakukan untuk menurunkan termostrat yang terpasang pada alat pemanas air untuk engurangi resiko terjadi luka bakar. Dalam lemari obat, harus diberikan tanda yang jelas dan diletakkan jauh dari jangkauan anak-anak dan yang tidak digunakan harus dibuang dengan cara membilas ke dalam toliet. d Mengamankan rumah Klien perlu melakukan tindakan pencegahan ntuk mengamankan ruahnya dari penyelundup. Saat perawat melakukan pengkajian terhadap keamanan rumah, maka klien haru smengevaluasi keberadaan dan kualitas kunci pintu dan jendela. Klien harus di dorong untuk bergabung ke dalam kelopok yang ada di lingkungan rumah dan bekerjasama dengan petugas keamanan untuk mengurangi kejahatan di lingkungan sekitar rumah. 7 Asuhan Keperawatan Keselamatan dan Rasa Aman. 1. Pengkajian Perawat memberikan perawatan kepada klien dan keluarga di dalam komunitas mereka dan tempat pelayanan kesehatan. Untuk memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang memberi penyediaan keamanan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan kesehatan, dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien dan lingkungan Potter Perry, 2006. Pengkajian yang dilakukan pada klien antara lain pengkajian terhadap riwayat dan peeriksaan fisik, pengkajian lingkungan termasuk rumah klien dan tempat pelayaan kesehatan, mencakup inspeksi pada fasilitas tersebut. Bagian pengkajian berikut ini mendiskusikan berbagai faktor resiko yang dihadapi dalam komunitas dan lembaga pelayanan kesehatan mengenai keamanan untuk klien. Pengkajian terhadap klien yang berisiko terhadap kecelakaan dancedera meliputi : menentukan indikator penting dalam riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik, menggunakan instrumen pengkajian resiko yang dikembangkan secara khusus, dan mengevaluasi lingkungan rumah klien Kozier, 2010. a. Riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik Riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik dapat mengungkap data penting mengenai praktik keamanan klien dan resiko klien terhadap cedera. Data yang perlu dikaji meliputi :  Usia dan tingkat perkembangan Bayi, Todler, dan Prasekolah Pada tahap ini kebanyakan cedera merupakan kejadian yang dianggap serius dan bisa menyebabkan kematian dan kecacatan, dengan sifat cedera yang dialami berhubungan dengan perilaku tumbuh dan kembangnya secara normal. Misalnya, bahaya keracunan cat mainan yang mengandung logam, peristiwa yang sering terjadi pada masa bayi akhir dan masa todler karena meningkatnya tingkat aktivitas oral dan keampuan mengeksplorasi lingkungan, dalam hal ini orang tua harus menyadari bahaya yang spesifik pada setiap pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia sekolah Pada tahap ini merupakan tahap dimana anak memasuki dunia luar, dengan lingkungan yang meluas, teman-teman sekolah, dan aktivitas sekolah. Peran orang tua, guru, dan perawat sangatlah penting untuk menjaga keselamatan anak, dengan selalu memberikan arahan kepada anak untuk mengikuti kegiatan sekolah atau bermain dengan cara yang aman. Selain itu, anak perlu mengetahui apa yang harus dilakukannya bila ia didekati oleh orang asing. Bia sanya lingkungan di sekitar rumah mempunyai “ rumah dalam blok” atau “rumah yang aman”. Pada rumah ini pemiliknya memastikan bahwa ada orang dewasa yang tinggal dirumah selama waktu yang diperlukan anak untuk pergi dan pulang dari sekolah. Jika ada orang asing yang mendekati anak, maka anak tersebut dapat lari ke rumah itu, dan orang dewasa yang ada di dalamnya akan melindungi anak tersebut dan meminta bantuan pada petugas yang tepat. Perawat dapat bekerja sama dengan pihak sekolah atau lingkungan rumah tersebut untuk melindungi anak. Remaja Ketika anak memasuki usia usia remaja mereka mepunyai kemandirian yang lebih besar dan mulai mengembangkan identitas dan nilai yang mereka miliki. Pada tahap ini masalah yang sering muncul adalah mengenai kebebasan berkendara tanpa menggunakan SIM, remaja dapat menggunakan mengemudi sebagai cara engalihkan stres, emnunjukan kebebesan. Ketika membuat batasan berkendara orang tua perlu mengkaji tinkat tanggung jawab remaja, akal sehat, dan kemampuan remaja untuk bertahan dari tekanan teman sebaya, kesiapan remaja untuk mengemban tanggung jawab ini tidak semata-mata di tentukan oleh usia remaja. Orang dewasa Ancaman terhadap keamanan orang dewasa biasanya berhubungan dengan kebiasaan gaya hidup. Contohnya , klien yang menggunakan alkohol secara berlebhan lebih besar beresiko mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Perokok jangka panjang lebih besar berisiko mengalami penyakit kardiovaskuler dan paru-paru akibat inhalasi ke dalam paru-paru dan efek nikotin pada sistem sirkulasi, dan kemungkinan mengalami kecelakaan juga penyakit lainnya. Lansia Perubahan fisiologis yang terjadi selama proses meningkatkan resiko klien untuk jatuh dan mengalami jenis kecelakaan lain seperti luka bakar dan kecelakaan mobil. Klien lansia mengalami kemungkinan jatuh didapur, kamar tidur lebih besar, kamar mandi , dan luar rumah yang disebabkan oleh trotoar yang tertutupi oleh es atau penghalang di kebun. Peristiwa jatuh paling sering terjadi saat pindah dari tempat tidur, bangku, dan toilet, ketika hendak masuk dan keluar dari bak mandi, tersandung pinggiran karpet atau pintu, terpeleset pada permukaan basah, dan turun tangga.  Status kesehatan umum Pengkajian yang bisa kita lakukan mengenai status kesehatan klien adakah klien mempunyai penyakit yang berhubungan dengan muskuloskletal, gangguan jiwa, osteoporosis, atau penyakit lainnya yang bisa mempengaruhi klien dalam menjaga keselamatan dan keamanannya.  Status mobilitas ; kekuatan dan fungsi otot menurun,sendi menjadi kurang dapat digerakan, postur berubah kemungkinan terjadi kifosis, san rentang gerak terbatas.  Ada tidaknya gangguan fisiologis atau defisit persepsi, seperti penciuman, pengelihatan, taktil, perasa, atau gangguan sensori lainnya; gangguan proses pikir atau gangguan kognitif lain atau gangguan kecakapan emosi; penyalagunaan zat; semua indikasi penganiaayaan atau pengabaian; serta riwayat kecelakaan dan cedera.  Riwayat mengenai keamanan juga harus meliputi kesadaran klien terhadap bahaya, pengetahuan mengenai tindakan kewaspadaan di rumah dan di tempat kerja, dan semua persepsi ancaman terhadap keamanan b. Instrumen pengkajian resiko Instrumen pengkajian resiko juga tersedia untuk menentukan klien yang beresiko terhadap beberapa cedera tertentu, seperti jatuh, atau untuk pengkajian umum yang penting untuk menjaga klien tetap aman di rumah mereka dan di tatanan layanan kesehatan. Pada umumnya, instrumen pengkajian ini dapat mengarahkan perawat untuk mengkaji faktor yang mempengaruhi keamanaan yang telah didiskusikan sebelumnya. Instrumen pengkajian tersebut merangkum data khusus yang terdapat dalam riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik klien. c. Pengkajian bahaya dalam rumah Bahaya dalam rumah merupakan penyebab utama jatuh, kebakaran, keracunan, supokasi, dan kecelakaan lain, misalnya akibat penggunaan peralatan dan perlengkapan rumah tangga serta alat masak yang tidak tepat. Beberapa data pengkajian yang bisa kita lihat untuk menilai keamanan bahaya di rumah, yaitu :  Eksterior rumah Apakah trotoar tidak rata ? Apakah anak tangga dalam kondisi baik ? Apakah anak tangga mempunyai pegangan tangan di pinggir tangganya ? Apakah pencahayaannya adekuat ? Apakah furnitur di luar ruangan kuat untuk diduduki ?  Interior rumah Apakah semua kamar, tangga dan gang mempunyai pencahayaan yang adekuat ? Apakah ada lampu yang dinyalakan pada malam hari ? Apakah suhu dan kelembaban berada dalam rentang nrmal ? Apakah pegangan tangga tersedia dan aman ?  Dapur Apakah tersedia fasilitas untuk mencuci tangan ? Apakah tempat penyimpanan dapat dijangkau dengan mudah ? Apaah cairan pemutih, pembersih, dll, berada di dalam botol yan asli dan disimpan dengan aman ? Apakah suhu air berada dalam rentang normal 46o-63Oc? Adakah tempat yang bersih untuk menyimpan dan menyiapkan makanan ?  Kamar mandi Apakah tersedia fasilitas untuk mencuci tangan ? Adakah alas atau permukaan yang tahan licin di dalam bak mandipancuran ? Apakah klien membutuhkan alat pegangan di dekat bak mandi atau toilet ? Apakah klien membutuhkan tempat duduk toilet yang ditinggikan ? Apakah nomor telepon pusat pengendalian racun terlihat dengan mudah dan ada di dekat telepon ? Apakah obat-obatan berada di luar jangkauan anak-anak ?  Kamar tidur Apakah tinggi tempat tidur memadai untuk dapat naik dan turun dari tempat tidur dengan mudah ? Apakah cahaya untuk siang hari dan malam hari sudah adekuat ? Apakah lantai tidak licin? Apakah klien mempunyai telepon di dekat tempat tidurnya ?  Bahaya akibat listrik dan kebakaran Apakah semua peralatan berfungsi dengan baik ? Apakah semua peralatan telah dipasang ke tanah ? Apakah kabel listrik berada dalam kondisi yang baik ? Apakah sambungan kabel hanya digunakan bila perlu ? Apakah alat-alat listrik yang disambungkanpada satu stop kontak terpasang dalam jumlah yang benar ? Apakah alat-alat listrik berada jauh dari tempat cuci, bak, atau pancuran ? Apakah alat pemanaspendingin diperiksa tiap tahun ? Apakah bahan-bahan hasil pembakaran dibuang dengan tepat ? Adakah alat pendeteksi asap, api, dan pendeteksi karbon monoksida di rumah? Adakah nomor kantor kepolisian dan departemen pemadam kebakaran terlihat di dekat telepon ? Apakah keluarga telah mendiskusikan dan melaksanakan rencana yang akan digunakan untuk melepaskan diri bila terjadi kebakaran ? 2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan untuk keselamatan dan keamanan menurut NANDA adalah : 1. Resiko cedera dan mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan ketidakmampuan mengontrol marah perubahan mobilisasi, penataan lingkungan fisik di rumah. 2. Resiko keracunan berhubungan dengan kontaminasi zat kimia pada makanan atau air,penyimpanan obat-obatan yang mudah dijangkau oleh anak-anak, penurunan penglihatan. 3. Resiko asfiksia berhubungan dengan penurunan kemampuan motorik, bantal yang terletak diatas tempat tidur bayi, ventilasi alat pemanas yang tidak tepat. 4. Resiko trauma berhubungan dengan kontak dengan udara dingin yang ekstrem, obstruksi jalan napas. 5. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, kesulitan tidur, efek samping obat. 6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan persepsi sensori. 7. Perubahan manajemen pemeliharan rumah berhubungan dengan keuangan yang tidak memadai, perubahan fungsi kognitif. 8. Defisit pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi, tidak terbiasa dengan tindakan pencgahan untuk anak-anak. 9. Resiko perubahan suhu tubuh berhubungan dengan paparan terhadap lingkungan panas atau dingin yang ekstrem, mekanisme kontrol suhu tubuh yang tidak matang. 3. Perencanaan Saat menyusun rencana asuhan keperawatan untuk mencegah kecelakaan dan cedera, perawat perlu mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi status keamanan klien, menyebutkan hasil yang diharapkan, dan memilih tindakan keperawatan untuk mencapai hasil ini. Tujuan utama bagi klien yang beresiko terhadap gangguan keamanan adalah mencegah kecelakaan dan cedera. Klien sering kali harus mengubah perilaku kesehatan mereka dan harus memodifikasi lingkungan untuk mencapai tujuan ini Kozier, 2010. Hasil yang diharapkan terkait pencegahaan cedera bergantung pada individu klien. Kendati ditetapkan pada fase perencanaan, contoh hasil yang diharapkan dapat dilihat pada bagian “Evaluasi”. Intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang diharapkan terutama ditunjukan membantu klien dan keluarga melakukan beberapa tindakan menjaga keselamatan dan keamanan sebagai berikut : Hari tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil NOC : Tujuan: setelah dilakukannya dalam 1 x 6 jam perawat mengharapkan klien bisa terjaga keselamatan dan rasa aman. Kriteria Hasil: 1. Bahaya yang dapat dimodifikasi dalam lingkungan rumah akan berkurang. 2. Klien akan menggunakan obat-oabatan dan peralatan dengan benar dan melakukan tindakan pengobatan. 3. Klien mengidentifikasi dan menghindari faktor resiko yang mungkin dialami dalam komunitas. Rencana Tindakan NIC Rasional 1. Identifikasi bahaya lingkungan yang terdapat dalam rumah dan dalam komunitas. 2. demonstrasikan tindakan keamanan yang sesuai di institusi perawatan kesehatan di rumah, komunitas, dan tempat kerja. 3. Kaji penurunan frekuensi dan keparahan cedera. 1. Lingkungan yang tidak aman menjadi resiko jatuh bagi kelompok usia, cthnya lansia. 2. Pengajaran meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya. 3. Mengkaji penyebab yang bisa membuat cedera. 4. Mendemonstrasikan praktik pengasuhan anak yang aman atau praktik gaya hidup sehat. 5. Minta klien melengkapi daftar keamanan d rumah untuk mengidentifikasi adanya potensi resiko terhadap keamanan. Menyediakan lingkungan yang tidak mengancam. 6. Peningkatan keamanan di lingkungan. 7. Menghindari penyebab situasi emosional yang dialami klien. 8. Mendengarkan ketakutan klien yang mepengaruhi rasa amannya. 4. Usia yang beresiko terancam keamanannya karena belum bisa menjaga keamanan diri sendiri harus diawasi orang dewasa. 5. Pemeriksaan yang menyeluruh terhadap bahaya dapat meningkatkan pencegahan resiko. 6. Lingkungan yang aman mengurangi resiko cedera atau gangguan keselamatan lainnya. 7. Saat tidak bisa mengontrol emosi maka akan membuat kita merusak lingkungan kita. 8. Stresor lingkungan yang berisiko, bisa mengancam keselamatan klien. 4. Implementasi Intervensi keperawatan ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan keamanan klien, karena sebagian besar tindakan keperawatan dapat diterapkan pada semua lingkungan, maka intervensi tersebut harus terdiri dari dua bagian, yaitu : pertimbangan tahap perkembangan dan perlindungan lingkungan. Kategori pertama dari intervensi mencakup intervensi yang spesifik untuk mengurangi resiko pada setiap kelompok pertimbangan usia. Intervensi lingkungan bertujuan untuk memodifikasi lingkungan sehingga dapat mengeliminasi atau meminimalkan bahaya yang ada berpotesnsial Potter Perry, 2006. 5. Evaluasi Rencana perawatan, yang dirancang untuk engurangi resiko cedera pada klien, dievaluasi dengan cara membandingkan kriteria hasil dengan tujuan yang ditetapkan selama tahap perencanaan. Jika tujuan telah tercapai, maka intervensi keperawatan dianggap efektif dan tepat. Jika tidak tercapai, maka perawat harus menetukan apakah ada risiko baru yang berkebang pada klien atau apakah resiko sebelumnya tetap ada Kozier,2010. Klien dan keluarga harus berpartisipasi untuk menentukan cara permanen untuk mengurangi resiko mengancam keamanan. Perawat mengkaji kebutuhan klien dan keluarga secara terus menerus untuk menetukan pelayanan dukungan tambahan seperti perawatan di rumah, terapi fisik, dan konseling, dan pendidikan lanjutan. Lingkungan yang aman berperan penting dalam meningkatkan, mempertahankan dan eulihkan kesehatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat mengkaji klien dan lingkungannya untuk menentukan faktor resiko cedera, mengelompokkan faktor-faktor resiko tersebut, membuat diagnosa keperawatan, dan merencenakan intervensi yang spesifik, termasuk pendidikan kesehatan klien. Hasil yang diharapkan meliputi lingkungan fisik yang aman, pengetahuan klein tentang faktor-faktor yang menunjang keamanan dan tindakan pencegahan, dan klein terbebas dari cedera.

B. Asuhan Keperawatan Kasus

1. PENGKAJIAN Berdasarkan penugasan dan sesuai dengan jadwal praktek mahasiswa di rumah sakit, pada tanggal 18 Mei 2015 mahasiswa melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Ny. R. Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang dilakukan dan secara lengkap terdapat di lampiran 1. Biodata Seorang perempuan Ny.R , berusia 32 tahun dan sudah menikah, agama Kristen Islam. Ny. R tidak bekerja dan pendidikan terakhir SMP, yang beralamat di Aek Gerger Sidodadi Kec. Ujung Pandang Simalungun. Pada tanggal 20 Mei 2014 dirawat di RSJ Prof. DR. M.Ildrem dan nomor rekam medik 03.40.11. Pasien tidak pernah dioperasi dan didiagnosa skizofrenia paranoid. 1. Keluhan Utama Ny. R ±8 tahun yang lalu bercerai dengan suaminya karena sering memukuli anaknya, tidurnya kurang, mau melukai diri sendiri, epilespi +, dan mendengarkan suara-suara yang mengatakan dia gila. 2. Riwayat Kesehatan Sekarang Halusinasi yang terjadi setiap harinya pada waktu maghrib, membuat klien menjadi amrah dan mau mencederai orang lain karena kekesalannya. 3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Klien tidak memiliki penyakit serius yang pernah dialaminya, hanya sakit ini saja dan tidak pernah dioperasi dan tidak memiliki riwayat alergi. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Orang tua klien masih hidup dan menurut data genogram tidak ada keluarga yang pernah sakit sama seperti klien.kakek dan nenek klien meninggal dikarenakan sakit tua dan saudara yang lain masih hidup. 5. Riwayat Obstetrik Tidak dinilai. 6. Riwayat Keadaan Psikososial Pasien kurang mengerti tentang penyakit yang dialaminya. Pasien mengatakan tidak menyukai bagian tubuhnya, dan memiliki kemauan untuk sembuh serta bisa bekerja kembali. Di keluarganya pasien berperan sebagai anak , seorang ibu , dan selama sakit sebagian besar aktivitas pasien tidak dibantu oleh perawat melainka dilakukan secara mandiri. Pasien juga merasa diperhatikan oleh perawat di ruangan. Keadaan emosi pasien saat ini labil. Orang yang berarti bagi pasien adalah kedua orangtuanya. Hubungan pasien dengan keluarganya tampaknya kurang baik, karena pasien tidak pernah dikunjungi oleh anggota keluarganya. Hubungan pasien dengan orang lain cukup baik dan tidak ada hambatan bagi pasien selama berhubungan dengan orang lain. Pasien menganut agama Islam dan mengaku sholat 2 kali dalam satu hari yaitu pada waktu maghrib dan Isha. 7. Status Mental Dari hasil pengkajian didapat tingkat kesadaran pasien bingung, penampilan tidak rapi, pembicaraan lambat, alam perasaan sedih lesu, afek datar, interaksi selama wawancara kontak mata pasien kurang, gangguan persepsi pendengaran, proses pikir blocking, isi pikir pikiran magis, gangguan memori jangka panjang. 8. Pemeriksaan Fisik Secara umum didapati pasien sadar, dan dapat berjalan sendiri, aktivitasnya tidak dibantu oleh perawat dengan suhu tubuh 36,5ºC, tekanan darah 132080 mmHg, nadi 80 kalimenit, pernafasan 20 kali menit, skala nyeri 3 1-10, tinggi badan 168 cm dan berat badan 65Kg. Dalam melakukan pengkajian dilakukan juga pemeriksaan Head to toe untuk memperoleh data

Dokumen yang terkait

Asuhan Keperawatan pada Ny.M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman Nyeri di RSUD dr. Pirngadi Medan

1 58 45

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Prioritas Masalah Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Diri di RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Prov. Sumatera Utara

0 14 51

Asuhan Keperawatan Pada Tn.H dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Harga Diri di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan

2 73 44

Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman Nyaman (Nyeri) di RSUD. dr Pirngadi Medan

0 83 49

Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Kebutuhan Dasar Kesetan dan Rasa Aman di RSJ Prof. DR. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan

0 0 21

Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Kebutuhan Dasar Kesetan dan Rasa Aman di RSJ Prof. DR. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan

0 0 7

Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Kebutuhan Dasar Kesetan dan Rasa Aman di RSJ Prof. DR. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan

0 0 6

Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Kebutuhan Dasar Kesetan dan Rasa Aman di RSJ Prof. DR. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan

0 0 3

Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Kebutuhan Dasar Kesetan dan Rasa Aman di RSJ Prof. DR. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan

0 0 1

Asuhan Keperawatan Pada Tn.H dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Harga Diri di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan

0 0 7