Analisis Kadar Besi (Fe) Dalam Air Minum Kemasan Dengan Metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

ANALISIS KADAR BESI (Fe) DALAM AIR MINUM KEMASAN
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM
(SSA)

KARYA ILMIAH

RANA MANDASARY
062401050

PROGRAM DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

ANALISIS KADAR BESI (Fe)DALAM AIR MINUM KEMASAN
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM
(SSA)

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

RANA MANDASARY
062401050

PROGRAM DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

PERSETUJUAN

Judul

Kategori
Nama
Nomor Induk Mahasiswa
Program Studi

Departemen
Fakultas

: ANALISIS KADAR BESI (Fe) DALAM AIR
MINUM DALAM KEMASAN DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (SSA)
: KARYA ILMIAH
: RANA MANDASARY
: 062401050
: DIPLOMA-3 KIMIA ANALISA
: KIMIA
: MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA

Disetujui di
Medan, Juni 2009

Diketahui
Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua,

Dr.Rumondang Bulan, M.Sc
NIP. 131 459 466

Pembimbing,

Prof.Dr.H.Harry Agusnar,M.Sc.M.Phill
NIP. 131 273 466

PERNYATAAN

ANALISIS KADAR BESI (Fe) DALAM AIR
MINUM DALAM KEMASAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER
SERAPAN ATOM (SSA)

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.


Medan,

Juni 2009

RANA MANDASARY
062401050

PENGHARGAAN

Puji syukur pada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.
Penulisan karya ilmiah ini merupakan hasil pelaksanaan dari praktek kerja
lapangan (PKL) di BARISTAND, yang merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan program Diploma-3 Kimia Analis FMIPA USU. Dan dalam karya
ilmiah ini penulis mengambil judul : “ANALISIS KADAR BESI (Fe) DALAM AIR
MINUM DALAM KEMASAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER
SERAPAN ATOM (SSA)”.
Dalam penulisan karya ilmuah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Dan dengan segala kerendahan hati penulis ingin mempersembahkan

karya ilmiah ini kepada Ayahanda Sartono dan Ibunda Hj.Nurzaini,serta kedua adik
penulis tercinta Devi Lara Sati dan Tri Mawarni yang merupakan penyemangat
terbesar dalam hidup penulis.
Terimakasih kepada ibu Dr.Rumondang Bulan,MS selaku Ketua Departemen
Kimia, serta terima kasih kepada bapak Prof.Dr.H.Harry Agusnar,M.Sc. M.Phill yang
telah bersedia membimbing penulis dengan sabar dan bijaksana. Terimakasih kepada
bapak Ir.Harianto, bapak Martias dan staf-staf serta pegawai di BARISTAND untuk
semua bantuan dan bimbinganya.
Dan tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabat tercinta
Rahmiani, Nurhalisah Harahap, Buhari Burhani, Heri Juanda serta semua temanteman Kimia Analis stambuk 2006 atas doa dan dukungannya.Akhir kata semoga
karya ilmiah ini dapat menambah perbendaharaan ilmu dan berguna bagi pembaca.

INTISARI

Air Minum Dalam Kemasan harus memenuhi standart kualitas air minum yang
telah ditetapkan.Adanya unsur besi (Fe) berguna bagi metabolisme tubuh maupun
dalam pembentukan sel darah merah. Tetapi apabila kadar besi (Fe) dalam air minum
melebihi 0,3 ppm dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Oleh karena itu, perlu
diadakan pemeriksaan terhadap kadar besi (Fe) dalam air minum sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan RI nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat untuk

pengawasan Kualitas Air Minum.Untuk mengetahui kadar besi (Fe) pada suatu
sampel air, dapat dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom
(SSA) pada λ 248,3 nm.

ANALYSIS OF IRON (Fe) IN DRINK WATER TREATMENT BY USING
ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETRY (AAS)

ABSTRACT

Drink Water Treatment must with the water quality standart which have been
standart. In presents of iron (Fe) good for body metabolism and also forming of
eritrosit. But if iron (Fe) in drink water more than 0,3 ppm can result trouble at liver.
Therefore, need to analysis for iron (Fe) in Drink Water Treatment in accordance to
Regulation of Minister of Health Republic Indonesia No.907/MENKES/SK/VII/2002
about qualification of Drink Water.The concentration of iron (Fe) was contained in
water sample had been determined by using Atomic Absorption Spectrofotometry
(AAS) at λ 248,3 nm.

DAFTAR ISI


Persetujuan
Pernyataan
Penghargaan
Intisari
Abstract
Daftar isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar

Halaman
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

1
1
2
3
3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
2.2 Sumber Air Tawar
2.2.1 Air Permukaan
2.2.2 Air Tanah
2.3 Perubahan Eko-Sistem Air dan Perkiraan Keadaan
2.4 Syarat-syarat Air Minum
2.5 Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia
2.6 Logam Besi (Fe)

2.7 Pengaruh Logam Besi (Fe) Terhadap Manusia
2.8 Spektrofotometer Serapan Atom
2.8.1 Prinsip dan Dasar Teori
2.8.2 Pengujian Sampel Dengan Spektrofotometer Serapan Atom
2.8.3 Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom
2.8.4 Gangguan-Gangguan Dalam Spektrofotometer Atom
2.8.5 Kelebihan Spektrofotometer Atom

4
4
4
5
6
7
9
10
11
12
13
13

14
15
18
19

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Prinsip Percobaan
3.2 Alat dan BAhan
3.2.1 Alat-alat
3.2.2 Bahan-bahan
3.2.3 Persiapan Pereaksi
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Pembuatan Larutan Standart
3.3.2 Preparasi Sampel
3.3.3 Analisa Kadar Besi (Fe) Dengan SpektrofotometerSerapan Atom

20
20
20
20

20
21
21
21
22
22

3.3.4 Instruksi Kerja Alat SpektrofotometerSerapan Atom

23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
4.1.1 Data Percobaan
4.1.2 Perhitungan
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Dengan SSA
4.2.2 Konsentrasi Besi (Fe)

25
25
25
26
26
26
27

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

28
28
29

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

30

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1.1

25

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.8.3

16

INTISARI

Air Minum Dalam Kemasan harus memenuhi standart kualitas air minum yang
telah ditetapkan.Adanya unsur besi (Fe) berguna bagi metabolisme tubuh maupun
dalam pembentukan sel darah merah. Tetapi apabila kadar besi (Fe) dalam air minum
melebihi 0,3 ppm dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Oleh karena itu, perlu
diadakan pemeriksaan terhadap kadar besi (Fe) dalam air minum sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan RI nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat untuk
pengawasan Kualitas Air Minum.Untuk mengetahui kadar besi (Fe) pada suatu
sampel air, dapat dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom
(SSA) pada λ 248,3 nm.

ANALYSIS OF IRON (Fe) IN DRINK WATER TREATMENT BY USING
ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETRY (AAS)

ABSTRACT

Drink Water Treatment must with the water quality standart which have been
standart. In presents of iron (Fe) good for body metabolism and also forming of
eritrosit. But if iron (Fe) in drink water more than 0,3 ppm can result trouble at liver.
Therefore, need to analysis for iron (Fe) in Drink Water Treatment in accordance to
Regulation of Minister of Health Republic Indonesia No.907/MENKES/SK/VII/2002
about qualification of Drink Water.The concentration of iron (Fe) was contained in
water sample had been determined by using Atomic Absorption Spectrofotometry
(AAS) at λ 248,3 nm.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan adanya perkembangan teknologi dewasa ini, dan semakin bertambahnya
jumlah penduduk di dunia, maka dengan sendirinya akan menambah aktifitas dan
kebutuhan manusia untuk berbagai keperluan , apalagi menyangkut kebutuhan yang
sangat mendasar sifatnya, seperti air yang penggunaanya dapat digunakan sebagai
bahan minum, membersihkan, pemadam kebakaran, pemanas dan pendingin, dan
pemeliharaan tanaman. Seiring dengan perkembangan tadi maka pada saat ini air yang
benar-benar bersih sebagai bahan air minuman semakin banyak dibutuhkan dan
sumbernya semakin sukar diperoleh, karena semakin bertambahnya pencemaran yang
terjadi terutama tentang air tersebut.

Dengan adanya pencemaran-pencemaran air tidak mustahil umumnya kotakota besar didalam kebutuhan air minumnya,(perusahaan-perusahaan air minum
kotamadya ) menggunakan air kali karena kesulitan sumber air. Air kali mana dewasa
ini justru lebih banyak mengalami pencemaran. Baik dengan bahan-bahan yang masih
dapat dihilangkan melalui cara-cara tehnologi modern maupun yang tidak dapat
dieliminir sama sekali secara tekhnologis karena pertimbangan biaya mahal untuk
prosesnya maupun lain-lain.
Akhir-akhir ini banyak produk air minum dalam kemasan yang beredar
dipasaran dan dikonsumsi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Karena itu

perlu dilakukan pemeriksaan terhadap kualitas produk-produk air minum tersebut,
terutama menganalisa kadar logam yang terdapat didalam produk air minum dalam
kemasan tersebut yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

Sekalipun besi dibutuhkan dalam metabolisme tubuh, tetapi dalam konsentrasi
tinggi dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati. Untuk itu perlu dilakukan analisa
terhadap kadar Besi di dalam Air Minum Dalam Kemasan yang sesuai dengan kualitas
air minum yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dan Perindustrian
Republik Indonesia.

Dari hal diatas tadi penulis tertarik untuk melakukan studi kualitas air minum
dalam kemasan yang banyak beredar dipasaran. Dari beberapa parameter terhadap
analisa kualitas air minum dalam kemasan penulis memilih judul Analisis Kadar
Besi (Fe) Dalam Air Minum Dalam Kemasan Dengan Metode Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) yang dilakukan di BARISTAND (Balai Riset dan Standardisasi
Industri Medan).

1.2 Permasalahan

Banyak Air Minum Dalam Kemasan yang beredar dipasaran dan dikonsumsi
masyarakat yang dikhawatirkan tidak sesuai dengan kualitas air minum yang telah
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dan Perindustrian Republik Indonesia.Untuk
memudahkan pemecahan masalah maka penulis membatasi masalah pada analisa
kadar logam besi dalam air minum dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah :
1. Untuk mengetahui kadar Fe yang terkandung dalam beberapa produk air minum
dalam kemasan yang beredar dipasaran.
2. Untuk mengetahui apakah kadar Fe dalam produk-produk Air Minum Dalam
Kemasan yang dianalisa sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat untuk pengawasan Kualitas Air
Minum.

1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan
informasi kepada pembaca tentang pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan akibat
adanya logam Fe dalam air minum, terutama terhadap mutu air minum dalam
kemasan dan memberikan informasi tentang pemakaian alat Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA) dalam menganalisa kadar Fe dalam air minum.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air adalah materi essential didalam kehidupan. Tidak ada satupun makhluk
hidup yang yang berada di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Didalam sel
hidup, baik pada tumbuh-tumbuhan ataupun pada hewan (termasuk didalamnya pada
manusia ) akan terkandung sejumlah air, yaitu lebih dari 75% kandungan sel tumbuhtumbuhan atau lebih dari 67% kandungan sel hewan, terdiri dari air.Jika kandungan
tersebut berkurang, misalnya dehidrasi pada manusia yang diakibatkan muntaber,
kalau tidak cepat ditanggulangi akan mengakibatkan kematian.Tanaman yang lupa
tidak disiram pun akan layu dan kalau dibiarkan akan mati.

Kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari dilingkungan rumah
tangga, ternyata berbeda untuk tiap tempat, tiap linhkungan kehidupan atau untuk tiap
bangsa dan Negara. Semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat pula
kebutuhan manusia terhadap air (Suriawiria, 1996).

2.2 Sumber Air Tawar

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat dialam secara
berlimpah-limpah. Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan

manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Air tawar yang dapat
dikonsumsi tersebar secara tidak merata karena adanya perbedaan curah hujan
(presipitasi tahunan).Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan dan air
tanah

2.2.1

Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa dan
badan air lain yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah.Perairan permukaan
diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama yaitu badan air tergenang dan badan air
mengalir.

a. Perairan tergenang
Perairan tergenang meliputi danau,kolam waduk, rawa, dan sebagainya.
Perairan tergenang, khususnya danau, biasanya mengalami statifikasi secara vertical
akibat perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu pada kolom air yang terjadi
secara vertikal.

b. Perairan mengalir
Salah satu contoh perairan mengalir adalah sungai. Sungai dicirikan oleh arus
yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0 m/detik,
serta sangat dipengaruhi oleh waku, iklim, dan pola drainase.Pada perairan sungai,
biasanya terjadi percampuran massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk
satisfikasi vertical kolom air seperti pada perairan tergenang. (Effendi,2003)

2.2.2

Air Tanah

Air tanah merupakan air yang berada dibawah permukaan tanah. Karakteristik
utama yang membedakan air tanah dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat
lambat dan waktu tinggal yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan
tahun. Karena pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut
air tanah sangat sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran.

Pada dasarnya air tanah dapat berasal dari air hujan, baik melalui proses
infiltrasi secara langsung ataupun secara tak langsung dari air sungai, danau, rawa,
dan genangan air lainnya. Air yang terdapat dirawa-rawa sering kali dikategorikan
sebagai peralihan antara air permukaan dan air tanah.

Air tanah biasanya memiliki kandungan besi relative tinggi. Jika air tanah
mengalami kontak dengan udara dan mengalami oksigenasi , ion feri pada
ferihidroksida [ Fe (OH)3] yang banyak terdapat dalam air tanah akan teroksidasi
menjadi ion ferro, dan segera mengalami presipitasi (pengendapan) serta membentuk
warna kemerahan pada air. Oleh karena itu, sebelum digunakan untuk berbagai
peruntukan, sebaiknya air tanah yang baru disedot didiamkan terlebih dahulu selama
beberapa saat untuk mengendapkan besi. Selain itu, perlakuan ini juga bertujuan untuk
menurunkan kadar karbondioksida dan menaikkan kadar oksigen terlarut. (Effendi,
2003)

2.3 Perubahan Eko-Sistem Air dan Perkiraan Keadaan

Ada beberapa prinsip-prinsip yang minimal dapat dengan mudah digunakan
diperusahaan-perusahaan air minum dengan jalan apa saja yang disebut “Drink Water
Treatment”. Karenanya untuk mempertahankan persyaratan kualitas air, sebelum
diproses oleh perusahaan air minum perlu dilakukan pemeriksaan air bakunya. Dinas
Kesehatan Amerika Serikat membedakan 4 group “air baku” beserta prinsip-prinsip
pembersihannya.

Group I,
Adalah untuk kualitas air yang disebut “Water Requiring No Treatment “.
Merupakan kandungan air baku yang berasal dari air tanah yang diperkirakan bebas
sama sekali dari kemungkinan kontaminasi.Air ini cukup disampaikan kepada para
konsumen dengan dianjurkan untuk dimasak terlebih dahulu sebelum diminum.

Group II,
Merupakan

air

yang

berkualitas

sebagai

“Water

Requiring

Simple

Chlorination, or its Aequivalent”. Termasuk golongan kualitas air ini adalah air baku
yang berasal dari air tanah atau air permukaan. Namun kedua kualitas air ini nyatanyatanya masih mengandung sedikit kontaminasi sekalipun angka kumannya
(coliform) masih tidak melebihi 50 per 100 ml setiap bulannya.

Group III,
Air dengan kualitas ini disebut sebagai “Water Requiring Complete, Rapidsang Filtration Treatment or its Aequivalent”. Pada jenis kualitas ini pengelolaan air

harus menggunakan persyaratan “treatment” kekeruhan dan warnanya, klorinasi
berkala dan pembebasan bahan-bahan organik dan faecals. Pada pemeriksaannya
masih mengandung 5000 Coliform per 100 ml setiap bulannya.

Group IV,
Adalah “Water Requiring Auxiliary Treatment in Addition to Complete
Filtration and Postchlorination”. Angka kumannya adalah 5000 per 10 ml. karena
umumnya air yang digunakan oleh Perusahaan-perusahaan Penyaringan Air itu
menggunakan air kotor maka bagi perusahaan-perusahaaan tersebut harus melakukan
“water treatment”.

Pada prinsipnya tujuan pengolahan tersebut untuk mendapatkan air yang
“safe” dari segi bakteriologis/physis maupun chemis.bahkan pencemaran radioaktif
kini perlu juga diteliti karena kecenderungan penggunaanya yang sudah makin
meluas.

Air murni yang ada didalam ala mini sebenarnya berasal dari kondensasi uap
air atmosfir yang dikenal sebagai air hujan. Air ini kemudian tidak terlepas juga akan
membawa debu-debu, gas-gas CO2 dan O 2 dari atmosfir serta bakteri-bakteri diudara.
Ketika sampai dipermukaan daratan justru lebih dicemarkan lagi dengan bahan-bahan
organik. Sebagian air akan terabsorbsi kedalam tanah dan sebagian tergenang atau
dialirkan pada permukaan bumi melalui aliran-aliran air, antara lain sungai-sungai dan
sebagainya.
Selama dalam dataran tanah, baik sebagai air permukaan atau sebagai air tanah
terus menerus mempunyai kecenderungan menjadi air kotor. Lebih-lebih didaerah
industri yang banyak dibuang “air limbah”.

Selama dalam tanah air ini lebih dikotorkan dengan berbagai bahan “pencemar”
sebagai berikut :
- Gas-gas yang larut dalam air, seperti gas CO2, H2 S,Metan, O2 dan Nitrogen.
- “Dissolved Mineral”, seperti Ca, Mg, Na, Fe, Mn, Karbonat-karbonat, sulfat,
fluoride, silikat maupun lain-lain mineral atau persenyawaan baha-bahan yang
dibebaskan oleh industri-industri (waste product).(Ryadi,1986)

2.4 Syarat Air Minum

Pada saat ini telah tersusun syarat-syarat air yang dipandang baik, yang secara
umum dibedakan atas tiga hal, yakni :

1. Syarat Fisik
Air yang sebaiknya digunakan untuk minuman ialah air yang tidak berwarna,
tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya suhu dibawah udara
sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman. Syarat fisik ini adalah syarat
yang sederhana sekali, karena dalam prakter sehari-hari, sering ditemui air yang
memenuhi semua syarat diatas, tetapi jika ditinjau dari segi kesehatannya tidak
memenuhi syarat karena mengandung bibit penyakit.

2. Syarat Bakteriologis
Secara teoritis semua air minum hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan
kontaminasi dengan bakteri.terutama yang bersifat pathogen. Namun dalam kehidupan
sehari-hari, amat sukar untuk menentukan apakah air tersebut benar-benar bebas dari

bakteri atau tidak. Untuk itulah, untuk mengukur apakah iar minum bebas bakteri atau
tidak, pegangan yang dipakai adalah E.Coli.

3. Syarat Kimia
Air minum yang baiki ialah air yang tidak tercemar secara belebihan oleh zatzat kimia ataupun mineral, terutama oleh zat-zat ataupun mineral yang berbahaya bagi
kesehatan. Selanjutnya diharapkan pula zat ataupun bahan kimia yang terdapat dalam
air minum, tidak sampai menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air,
sebaliknya zat ataupun bahan kimia atau mineral yang dibutuhkan oleh tubuh,
hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam air minum
tersebut.(Sutrisno,1991)

2.5 Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia

Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira-kira 60-70% dari berat badannya.
Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang jumlahnya
antara alin tergantung berat badan.

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan,
metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan
suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan. Apabila tubuh kehilangan
banyak air, maka akan mengakibatkan kematian. Sebagai contoh penderita penyakit
kolera.

Keadaan yang membahayakan bagi penderita kolera adalah dehidrasi, artinya
kehilangan banyak air. Maka pertolongan pertama dan yang utama bagi penderita
kolera adalah pemberian cairan kedalam tubuh penderita kolera tersebut dengan
menggunakan garam oralit.

Untuk menjaga kebersihan tubuh, diperlukan juga air. Mandi dengan
menggunakan air bersih, diharapkan orang akan bebas dari penyakit seperti kudis,
dermatitis dan penyakit-penyakit yang disebabkan karena fungi.(Sutrisno,1991).

2.6 Logam Besi

Besi adalah logam yang melimpah yang terdapat dilapisan kulit bumi, yang
jumlahnya kira-kira 5%. Unsur besi jarang ditemukan tunggal, tetapi ditemukan
sebagai ion besi Fe 2+ dan Fe3+ yang bergabung dengan oksigen dan sulfur membentuk
oksida, hidroksida, karbonat dan sulfida. Besi paling banyak ditemukan dalam bentuk
oksida.

Keadaan :

nilai :

Titik lebur

1535 oC

Densitas

7,86 pada 25 oC

Secara organoleptis, besi (sebagai Fe2+) yang konsentrasinya 40 µ g/ liter dapat
dideteksi dengan langsung mencicipi air suling. Dalam air demineralisasi yang
mengandung total zat padatan terlarut 500 mg/liter, nilai ambang batasnya adalah 0,12
mg/liter. Pada air yang baik, konsentrasi besi kira-kira 0,3 mg/liter sudah

dikarakteristikkan sebagai suatu peringatan, dimana pada kadar besi 0,3-3 mg/liter, air
tersebut dinyatakan tidak layak dikonsumsi.(WHO,1966)

2.7 Pengaruh Logam Besi (Fe) Terhadap Manusia

Adanya unsur-unsur besi (Fe) dalam air diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tubuh akan unsur tersebut. Besi (Fe) merupakan suatu unsur yang penting
dan berguna untuk metabolisme tubuh. Untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7-3,5
mg per hari, yang tidak hanya diperoleh dari air. Besi dalam tubuh makhluk hidup
berperan penting dalam sel darah merah dimana besi berikatan dengan Hemoglobin
(Hb) dimana Hb mengandung besi 3,4 gr/kg. Karena itu, kekurangan logam ini dapat
menyebabkan anemia. Disisi lain besi juga dapat memberikan pengaruh negatif bagi
kehidupan manusia jika konsentrasi unsur ini melebihi ± 2 mg/l, seperti menyebabkan
gangguan fungsi hati karena kelebihan Fe yang diendapkan sebagai hemosiderin
terutama dalam hati.

Besi yang terlarut berbentuk Fe2+ dari bahan-bahan organik dalam air bersih
dapat menimbulkan berbagai pengaruh negatif seperti :
1. menyebabkan bau dan rasa logam yang amis
2. menimbulkan penyumbatan pada pipa
3. menimbulkan noda berwarna kuning atau coklat kekuningan pada pakaian
4. menimbulkan warna merah karat dalam air (Sutrisno,2001).

2.8 Spektrofotometer Serapan Atom
2.8.1

Prinsip dan Dasar Teori

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah
garis-garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip
serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di
tahun

1955.

Sebelumnya

ahli

kimia

banyak

tergantung

pada

cara-cara

spektrofotometrik atau analisis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan
memakan waktu, kemudian segera digantikan dengan spektroskopi serapan atom atau
atomic absorption spectroscopy (AAS). Metode ini sangat tepat untuk analisis zat
pada konsentrasi rendah.

Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom
menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya. Misalkan Fe menyerap pada λ = 248,3 nm. Cahaya pada panjang
gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu
atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpi energy, berarti
memperoleh lebih banyak energy, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat
energinya ketingkat eksitasi.

Keberhasilan analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan cara memperoleh
garis resonansi yang tepat. Temperatur nyala harus sangat tinggi. Ini dapat diterapkan
dari persamaan distriusi Boltzman :
Nj = Pj exp - ( Ej )
No Po
KT

Jika Nj dan No masing-masing jumlah atom tereksitasi dan atom pada keadaan
dasar ,K tetapan Bolztman (1,38 x 10-16 erg/K), T temperature absolute (K), Ej
perbedaan energi tingkat eksitasi dan tingkat dasar. Pj dan Po faktor statistik yang
ditentukan oleh banyaknya tingkat yang mempunyai energi setara pada masingmasing tingkat kuantum. Pada umumnya fraksi atom tereksitasi yang berada pada gas
yang menyala, kecil sekali.(Khopkar, 2003).

2.8.2

Pengujian Sampel Dengan Spektrofotometri Serapan Atom

Untuk pengujian sampel dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Baik larutan standart maupun sampel yang digunakan, pH nya harus diatur
berkisar antara 2,5 – 4, karena larutan yang bersifat basa akan mengendapkan
sampel (umumnya logam). Untuk mengasamkan larutan biasanya digunakan
asam nitrat karena pada umumnya asam ini tidak mengendapkan logam.
2. Larutan diusahakan jernih atau bening (tidak boleh mengandung partikelpartikel) karena ini akan mengandung aliran sampel atau standart terutama
pada pipa kapiler. Bila mana sampel mengandung endapan ataupun suspensi
diusahakan menyaring dengan kertas saring whatman sehingga diperoleh
filtrate yang jernih atau bening.
3. Untuk melarutkan sampel padat dikenal berbagai jenis prosedur dan setiap
prosedur dibedakan atas dasar jenis sampel , misalnya : bahan logam atau
alloid, bagan geologi, bahan metal dan keramik, tanaman dan bahan-bahan
makanan. Prosedur ini selalu disediakan dan dimiliki oleh industri yang
bersangkutan.

4. Larutan standart untuk analit biasanya biasanya dibuat dari bahan yang paling
murni, misalnya larutan standart Fe2+, dibuat dari besi murni. Bila mana bahan
yang paling murni tidak tersedia maka bahan yang digunakan adalah
persenyawaan yang stabil dari analit itu, misalnya : kalsium murni tidak
tersedia dipasar maka untuk pembuatan larutan standart Ca2+ digunakan kapur
tohor.
5. Konsentrasi larutan standart dibuat menaik secara regular, misalnya
konsentrasi Fe2+, mulai dari 2,4,6,8,10 ppm. Untuk tujuan pembuatan kurva
standart pada pengukuran adsorbansi disiapkan suatu table.
6. Langkah selanjutnya adalah pembuatan kurva standar atau kurva kalibrasi, hal
ini dilakukan dengan mengolah data yang diperoleh dengan metode kwadrat
terkecil (least square method) untuk memperoleh persamaan garis linier :
Y = aX + b
Dimana :

a = slope (kemiringan)
b = intercept (titik potong dengan sumbu y)
Y = absorbansi dari larutan sampel
X = konsentrasi dari larutan sampel

2.8.3

Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom

Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada gambar berikut ini;

Sumber sinar

nyala

monokromator

detektor

A = 0,121

tempat sampel

read out

Gambar 2.8.3 Bagan alat Spektrofotometer Serapan Atom
1. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow
cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu
katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam
atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (Neon
atau argon) dengan tekanan rendah ( 10-15 torr).

Salah satu kelemahan penggunaan lampu katoda berongga adalah satu lampu
digunakan untuk satu unsure, akan tetapi saat ini telah banyak dijumpai suatu lampu
katoda berongga kombinasi ; yakni satu lampu dilapisi dengan beberapa unsur
sehingga dapat digunakan untuk analisis beberapa unsur sekaligus.

2. Nyala

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan
menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Suhu yang dapat
dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang digunakan.

Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang digunakan,
misalkan untuk gas batu bara-udara, suhunya kira-kira sebesar 1800° C; gas alamudara 1700° C ; asetilen-udara 2200° C ; dan gas asetilen- dinitrogen oksida (NO2 )
sebesar 3000° C. Sumber nyala yang paling banyak digunakan adalah campuran
asetilen sebagai pembakar dan udara sebagai pengoksidasi.

3. Monokromator

Pada SSA, monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih
panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Disamping sistim optic, dalam
monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi
resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper.

4. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang memalalui tempat
pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton (photomultiplier tube).
Ada dua cara yang dapat digunakan dalam system deteksi yaitu ; (a) yang memberikan
respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu; dan (b) yang hanya
memberikan respon terhadap radiasi resonansi.

Pada cara pertama, out put yang dihasilkan dari radiasi resonan dan radiasi
kontinyu disalurkan pada system galvanometer dan setian perubahan yang disebabkan
oleh radiasi resonan akan menyebabkan perubahan out put. Pada cara kedua, out put
berasal dari dan radioasi kontinyu yang dipisahkan. Dalam hal ini system penguat
harus cukup selektif untuk dapat membedakan radiasi. Cara terbaik adalah dengan
menggunakan detektor yang hanya peka terhadap radiasi resonan yang termodulasi.

5. Read Out

Read out merupakan suatu alat petunjuk atau dapat juga diartikan sebagai system
pencatat hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi
untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka
atau berupa kurva dari suatu recorder

yang menggambarkan absorbansi atau

intensitas emisi. (Rohman, 2007)

2.8.4

Gangguan-gangguan Dalam Spektrofotometer Serapan Atom

Gangguan-ganguan yang dapat terjadi dalam spektrofotometer serapan atom
adalah sebagai berikut :
1. gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi
banyaknya sampel yang mencapai nyala.
2. gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah/ banyaknya atom yang
terjadi didalam nyala.

3. gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang
dianalisis; yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi
didalam nyala.
4. gangguan oleh penyerapan non-atomik (non-atomic absorption).

2.8.5

Kelebihan Spektrofotometri Serapan Atom

Teknik Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) menjadi alat yang canggih
dalam analisis. Ini disebabkan oleh kecepatan analisisnya, ketelitiannya sampai
tingkat runut, tidak memerlukan pemisahan pendahuluan. Kelebihan kedua adalah
kemungkinannya untuk menentukan konsentrasi semua unsur pada konsentrasi renik
(trace). Ketiga, sebelum pengukuran tidak selalu perlu memisahkan unsur yang
ditentukan karena penentuan suatu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan
asalkan lampu katoda berongga yang diperlukan tersedia. Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA) dapat digunakan untuk pengukuran hampir semua logam. Bahkan non
logam seperti fosfor dan boron dapat ditentukan dengan Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA).(Khopkar,2003).

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1.

Prinsip Percobaan
Analisis cemaran logam besi (Fe) dengan Spektrofotometer Serapan Atom

pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berbeda-beda pada
tingkat tenaga dasar.

3.2.

Alat dan Bahan

3.2.1

Alat-alat
- Labu ukur 50 ml, 100 ml, 1000 ml terkalibrasi
- Pipet volume 1 ml; 2 ml; 5 ml; 10 ml terkalibrasi
- Buret 10 ml dengan ketelitian 0,01 ml terkalibrasi
- Spektrofotometer serapan atom
- Kertas saring Whatman no.42
- Penangas air

3.2.2

Bahan-bahan
- Larutan baku logam besi (Fe) 1000 ppm
- HNO3 pekat
- Aquadest
- Sampel Amoz
- Sampel Fren’O

- Sampel Onasis
- Sampel Clean Q
- Sampel Anda

3.2.3

Persiapan Pereaksi

a. HNO3 (P)
b. Aquadest yang mengandung nitrat (pH = 2)
Terbuat dari 1 liter aquadest yang mengandung1,5 ml HNO3 (p)
c. Larutan Baku logam besi (Fe) 1000 ppm
d. Blanko terbuat dari aquadest yang mengandung nitrat

3.3

Prosedur Percobaan

3.3.1

Pembuatan Larutan Standart

- Pembuatan larutan standart Fe 1000 ppm
Larutan standart baku besi (Fe) 1000 ppm sudah tersedia
- Pembuatan larutan standart Fe 100 ppm
Dipipet 10 ml dari larutan standart Fe 1000 ppm, dimasukkan kedalam labu
ukur 100 ml, diencerkan dengan air suling yang mengandung nitrat hingga
garis tanda, dikocok.
- Pembuatan larutan seri standart Fe 10 ppm
Dipipet 10 ml dari larutan standart 100 ppm, dimasukkan kedalam labu ukur
100 ml, diencerkan dengan air suling yang mengandung nitrat hingga garis
tanda, kocok.
- Pembuatan larutan seri standart Fe 0,2 ppm; 0,4 ppm; 0,6 ppm; 0,8 ppm; 1 ppm.

Dari larutan standart 10 ppm dipipet 2;4;6;8;10 ml, masing-masing dimasukkan
kedalam labu ukur 100 ml, diencerkan dengan air suling yang mengandung
nitrat hingga garis tanda, dikocok.

3.3.2

-

Preparasi Sampel

dipipet masing-masing 100 ml sampel Air Minum Dalam Kemasan
(Amoz,Fren’O,Onasis,Clean Q,Anda) kedalam beaker glass 250 ml

-

ditambahkan 1 ml HNO3 (P) kedalam masing-masing sampel

-

diuapkan dengan water bath hingga ¼ volume awal

-

disaring dengan kertas saring wathman no 42

-

filtrat masing-masing sampel dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml dan
diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda,dikocok.

3.3.3

-

Analisa Kadar Besi (Fe) Dengan Spektrofotometer Serapan Atom

Disiapkan alat Spektrofotometer serapan atom, digunakan aquadest yang
mengandung nitrat sebagai blanko untuk memperoleh nilai absorbansi nol.

-

Kemudian dikalibrasi dengan larutan standart 0,2 ppm; 0,4 ppm, 0,6 ppm; 0,8
ppm dan 1 ppm untuk memperoleh kurva kalibrasi dari larutan tersebut.

-

Diambil sampel yang telah dipreparasi dan diinjeksikan kedalam alat
spektrofotometer serapan atom pada λ = 248,3 nm.

3.3.4

Instruksi kerja alat Spektrofotometer Serapan Atom

1. Pastikan bahwa power switch dalam posisi off
2. Hubungkan steker Voltage Regulator dan Kompresor ke stop kontak 220 volt
3. Hidupkan Voltage Regulator, komputer dan Exhaust System
4. Buka kran gas Asetilen / Nitrous Oxyde (sesuai keperluan) dan hidupkan alat
Spektrometer Serapan atom.
5. klik program kerja AAS GBC pada layar monitor, sehingga terbuka lembaran
kerja.
6. Setelah itu, klik “ methode” dan pilih unsur yang akan dianalisa, catat deretan
larutan standart yang digunakan sesuai dengan unsur yang dipilih.
7. Klik “samples” dan tuliskan sampel yang akan dianalisa pada label sampel.
8. Klik “analysis” untuk menentukian pemilihan metoda dan sampel yang sesuai.
9. klik “ instrument”, klik “properti” pastikan posisi lampu sudah benar, kemudian
klik “hardware set-up”, sesuaikan model, asesoris, setting dan communication,
kembali close.
10. Klik “report “ pilih apa saja yang diperlukan untuk pelaporan misalnya grafik dan
sebagainya
11. klik “result”, dan “gas flows optimatisation” pad sudut kanan atas layar monitor.
12. Pastikan alat sudah dalam keadaan “instrument redy” pada sebelah bawah layar
monitor.
13. Hidupkan flame dengan mengklik “ignite flame” pada gas flow optimatitation
atau memencet tombol warna kuning pada alat.

14. Lakukan optimatisasi absorban dari salah satu larutan standart, dengan menaikkan
atau menurunkan “fuel flow”, pada gas floes optimatitation, setelah itu klik
“perform instrument zero”.
15. Buka lembaran “result”.Lakukan analisa dengan mengklik “start” pada monitor,
maka alat akan bekerja secara otomatis dan yang pertama dilakukan adalah
mengkalibrasi larutan standart, kemudian analisa sampel.
16. Hasil kalibrasi larutan standart serta hasil analisa sampel dapat dibaca pada layar
monitor.
17. Setelah analisa berakhir matikan flame dengan menekan tombol kuning pada alat,
tutup kran gas asetilen / nitrous oxyde.
18. Klik kembali “gas flows optimatitation”, keluarkan sisa gas yang masih ada pada
alat dengan mengklik “bleed lines” berulang kali sehinggasisa gas dianggap sudah
habis.
19. hidupkan printer dan cetak laporan hasil analisa sesuai keperluan.
20. Matikan alat, komputer dan kompresor serta voltage regulator dan cabut steker
dari stop kontak.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan
4.1.1 Data Percobaan
Dari analisa yang dilakukan terhadap beberapa produk Air Minum Dalam
Kemasan selama Praktek Kerja Lapangan di BARISTAND (Balai Riset dan
Standardisasi Industri ) Medan diperoleh hasil sebagai berikut ;

Tabel 4.1.1 Data hasil analisa konsentrasi besi (Fe) dengan AAS

No.

Sampel

Konsentrasi Fe dengan
Pembacaan AAS (mg/l)

1.

Amoz

0,1066

2.

Fren’O

0,1008

3.

Onasis

0,1095

4.

Clean Q

0,0951

5.

Anda

0,0806

Setelah dilakukan pengukuran konsentrasi dengan Spektrofotometer Serapan Atom
kemudian dilakukan perhitungan dengan rasio pengenceran sebagai konsentrasi
sebenarnya.

4.1.2

Perhitungan

Konsentrasi Besi (Fe) = Konsentrasi Fe pembacaan AAS x volume pengenceran
Volume sampel

Konsentrasi Besi (Fe) dalam sampel adalah :
Amoz

= 0,1066 mg/l x 50 ml = 0,0533 mg/l
100 ml

Fren’O

= 0,1008 mg/l x 50 ml = 0,0504 mg/l
100 ml

Onasis

= 0,1095 mg/l x 50 ml = 0,0547 mg/l
100 ml

Clean-Q

= 0,0951 mg/l x 50 ml = 0,0475 mg/l
100 ml

Anda

= 0,0806 mg/l x 50 ml = 0,0403 mg/l
100 ml

4.2 Pembahasan

Dari hasil analisa yang dilakukan dapat diketahui bahwa konsentrasi logam
besi (Fe) dari beberapa produk Air Minum Dalam Kemasan masih memenuhi
persyaratan mutu air minum dalam kemasan

yang telah ditetapkan oleh Badan

Standardisasi Nasional Republik Indonesia yaitu maksimum 0,1 mg/l melalui
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syaratsyarat untuk pengawasan Kualitas Air Minum. (lihat lampiran).

Konsentrasi Fe yang melebihi ambang batas dapat mengganggu kesehatan
manusia diantaranya jika konsentrasi unsur besi melebihi ± 2 mg/l, dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati karena kelebihan Fe akan diendapkan sebagai

hemosiderin terutama dalam hati.Untuk itu perlu dilakukan pengawasan terhadap
produk-produk Air Minum Dalam Kemasan yang banyak beredar dipasaran.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Dari analisa yang dilakukan diperoleh onsentrasi Besi (Fe) dalam beberapa produk
Air Minum Dalam Kemasan adalah :

-

Amoz

= 0,0533 mg/l

Fren’O

= 0,0504 mg/l

Onasis

= 0,0547 mg/l

Clean-Q

= 0,0475 mg/l

Anda

= 0,0403 mg/l

Dari hasil analisa yang dilakukan dapat diketahui bahwa konsentrasi logam besi

(Fe) dari produk- produk Air Minum Dalam Kemasan yaitu Amoz, Fren’O, Onasis,
Clean-Q, dan Anda masih memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat untuk pengawasan Kualitas Air
Minum yaitu kadar logam Besi (Fe) maksimum 0,1 mg/l

5.2 Saran

-

Perlu juga dilakukan penyelidikan yang serupa pada produk – produk Air
Minum Dalam Kemasan yang lain

-

Karena air minum sangat dibutuhkan maka mengkonsumsinya harus
diperhatikan

-

Sumber-sumber air bersih harus dijaga kelestariannya agar tidak menyulitkan
kita dalam memperoleh air bersih.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi,H.2003.Telaah Kualitas Air.Penerbit Kanisius.Yogyakarta.
Khopkar,S.M.2003.Konsep Dasar Kimia Analitik.U-I Press.Jakarta.
Rohman,A.2007.Kimia Farmasi Analisis.Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Ryadi,S.1986, Pengantar Kesehatan Lingkungan.Dimensi dan Tinjauan
Konsepsual.Penerbit Karya Anda.Surabaya.
Suriawiria,U.1996. Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan Yang Sehat.
Penerbit Alumni.Bandung.
Sutrisno.1991.Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta.Jakarta.
WHO.1996.Guidelines For Drinking-Water Quality.2 th edition.
Geneva.New York.

LAMPIRAN DATA

Larutan Standart besi (Fe)
Konsentrasi Fe (µ g/ml)
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1

Absorbansi λ 248,3
nm
0.0004
0.0078
0.0146
0.0215
0.0283
0.0353

Konsentrasi Beberapa Sampel AMDK
Sampel
Indodes
Fren'O
Onasis
Amoz
Anda

Absorbansi
0.0043
0.0041
0.0044
0.0039
0.0034

Konsentrasi
(µ g/ml)
0.106628242
0.100864553
0.109510086
0.095100865
0.080691643

SNI 01-3553-2006
Persyaratan mutu air minum dalam kemasan
No

Criteria Uji

1.
1.1
1.2
1.3
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Keadaan
Bau
Rasa
Warna
pH
Kekeruhan
Zat yang terlarut
Zat organic (angka KMnO 4)
Total organic karbon
Nitrat(sebagai NO3)
Nitrit (sebagai NO2 )
Amonium (NH4)
Sulfat (SO4 )
Klorida (Cl)
Fluorida (F)
Sianida(CN)
Besi (Fe)
MAngan (Mn)
Klor Bebas (CL2)
Kromium (Cr)
Barium (Ba)
Boron (B)
Selenium (Se)

21.
21.1
21.2
21.3
21.4
21.5
21.6

Cemaran Logam
Timbal (Pb)
Tembaga (Cu)
Kadnium (Cd)
Raksa (Hg)
Perak (Ag)
Kobalt(Co)

22
23
23.1
23.2
23.3
23.4
23.5

Cemaran Arsen
Cemaran mikroba :
Angka lempeng total awal *)
Angka lempeng total akhir **)
Bakteri bentuk koli
Salmonella
Pseudomonas aeruginosa

Keterangan :

* ) Dipabrik
** ) Dipasaran

Satuan

Persyaratan
Air Mineral
Air Demineral

Tidak berbau
Normal
maks.5
6,0-8,5
maks 1,5
maks. 500
maks.1,0
maks.45
maks.0,005
maks.0,15
maks.200
maks.250
maks.1
maks.0,05
maks.0,1
maks.0,05
maks.0,1
maks.0,05
maks.0,7
maks.0,3
maks.0,01

Tidak Berbau
Normal
Maks. 5
5,0-7,5
maks 1,5
maks 10
maks.0,5
-

mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

maks.0,005
maks.0,5
maks.0,003
maks.0,001
-

maks.0,005
maks.0,5
maks.0,003
maks.0,001
maks.0,025
maks.0,01

mg/l

maks.0,01

maks.0,01

maks.1,0x102
maks.1,0x105
< 2
Negatif/100ml
Nol

maks. 1,0x10 2
maks. 1,0x10 5
< 2
Nagatif/100ml
Nol

Unit Pt-Co
NTU
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

koloni/ml
koloni/ml
APM/100ml
koloni/ml

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Cu Pada Makanan Cokelat Secara Spektrofotometri Serapan Atom

3 123 42

Pemeriksaan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Pada Air Minum Isi Ulang Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

13 178 57

Penetapan Kadar Kalsium Secara Spektrofotometri Serapan Atom dan Fosfor Secara Spektrofotometri Sinar Tampak pada Ikan Teri (Stolephorus spp.)

25 151 105

Analisis Kadar Unsur Besi (Fe), Nikel (Ni) Dan Magnesium (Mg) Pada Air Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

6 87 62

Analisis Kadar Kemurnian Gliserin Dengan Metode Natrium Meta Periodat Dan Kadar Unsur Besi ( Fe ) Dan Zinkum ( Zn ) Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)

28 154 58

Analisis Kuantitatif Besi (Fe), Seng (Zn) dan Mangan (Mn) Dalam Air Sumur Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

12 143 50

Analisis Kadar Logam Besi (Fe) Dari Minyak Nilam (Patchouly Oil) Yang Diperoleh Dari Penyulingan Dengan Menggunakan Wadah Kaca, Stainless Steel Dan Drum Bekas Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 38 4

Analisa Kadar Ion Besi, Kadmium Dan Kalsium Dalam Air Minum Kemasan Galon Dan Air Minum Kemasan Galon Isi Ulang Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

11 73 76

Analisis Kadar Unsur Nikel (Ni), Kadmium (Cd) Dan Magnesium (Mg) Dalam Air Minum Kemasan Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 65 81

Analisa Kadar Ion Cu2+ Pada Glyserol Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (Ssa)

1 87 3