Penetapan Kadar Kalsium Secara Spektrofotometri Serapan Atom dan Fosfor Secara Spektrofotometri Sinar Tampak pada Ikan Teri (Stolephorus spp.)

(1)

PENETAPAN KADAR KALSIUM

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN

FOSFOR SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

PADA IKAN TERI (Stolephorus spp.)

SKRIPSI

OLEH:

MAULIDA SARA REGAR

NIM 101501011

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENETAPAN KADAR KALSIUM

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN

FOSFOR SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

PADA IKAN TERI (Stolephorus spp.)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

MAULIDA SARA REGAR

NIM 101501011

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR KALSIUM SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN FOSFOR

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK PADA

IKAN TERI (Stolephorus spp.)

OLEH:

MAULIDA SARA REGAR

NIM 101501011

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 05 Februari 2015 Pembimbing I

Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt. NIP 195101311976031003

Pembimbing II

Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt. NIP 195006221980021001

 

Panitia Penguji,

Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. NIP 195201041980031002

Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt. NIP 195101311976031003

Dra. Sudarmi, M.Si., Apt. NIP 195409101983032001

Dra. Siti Nurbaya, M.Si., Apt. NIP 195008261974122001 Medan, Februari 2015

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara a.n Dekan,

Wakil Dekan I,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001 


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan berkat, rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, serta shalawat beriring salam untuk Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul Penetapan Kadar Kalsium Secara Spektrofotometri Serapan Atom dan Fosfor Secara Spektrofotometri Sinar Tampak pada Ikan Teri (Stolephorus spp.).

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan, yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Bapak Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt., dan Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran - saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Siti Nurbaya, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan dan Bapak Prof., Dr., Jansen Silalahi, M.App. Sc., Apt., selaku penasehat akademik yang selalu memberikan bimbingan, perhatian dan motivasi


(5)

kepada penulis selama masa perkuliahan. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., selaku kepala Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada Ayahanda Marwan Siregar dan Ibunda Maryam Lubis, yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, pengorbanan baik materi maupun motivasi beserta doa yang tulus yang tidak pernah berhenti. Abang dan kakak tercinta Rahmad Gandhi Siregar dan Fatihayana Regar serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat. Sahabat-sahabat terbaikku serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2015 Penulis,

Maulida Sara Regar NIM 101501011


(6)

PENETAPAN KADAR KALSIUM SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN FOSFOR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

SINAR TAMPAK PADA IKAN TERI (Stolephorus spp.) ABSTRAK

Ikan teri merupakan salah satu sumber kalsium dan fosfor yang baik selain susu, karena dikonsumsi bersama dengan tulangnya. Berbeda dengan ikan lain yang hanya dikonsumsi dagingnya saja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kalsium dan fosfor serta perbedaan kadar kalsium dan fosfor yang terdapat pada beberapa kelompok ikan teri.

Dalam penelitian ini dianalisis tiga kelompok ikan teri yaitu ikan teri tawar, teri nasi dan teri toge. Penetapan kadar kalsium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom menggunakan nyala asetilen-udara pada panjang gelombang 422,7 nm dan untuk fosfor dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 710 nm.

Hasil penetapan kadar kalsium untuk ikan teri tawar, teri nasi dan teri toge adalah (2556,6971 + 14,4363) mg/100g; (575,9832 + 5,6563) mg/100g; dan (551,6137 + 3,8413) mg/100g. Hasil penetapan kadar fosfor untuk ikan teri tawar, teri nasi dan teri toge adalah (1314,0248 + 12,3870) mg/100g; (371,6593 + 5,2116) mg/100g; dan (564,6504 + 8,1462) mg/100g.

Dari hasil analisis dapat dilihat perbedaan yang signifikan antara kadar kalsium dan fosfor pada beberapa kelompok ikan teri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar kalsium dan fosfor pada ikan teri tawar lebih tinggi daripada ikan teri nasi dan teri toge.

Kata kunci : Ikan teri (Stolephorus spp.), Kalsium, Fosfor, Spektrofotometri Serapan Atom, Spektrofotometri Sinar Tampak


(7)

DETERMINATION OF CALCIUM CONTENT BY ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY AND PHOSPHORUS BY VISIBLE SPECTROPHOTOMETRY IN ANCHOVY (Stolephorus spp.)

ABSTRACT

Anchovy is one good source of calcium and phosphorus beside milk, because consumed with bones, unlike other fish which is consumed meat only. The purpose of this study was to determine the levels of calcium and phosphorus as well as differences in the levels of calcium and phosphorus are found in some groups of anchovy.

This study analyze three groups of anchovy is teri tawar, teri nasi and teri toge. Determination of calcium performed by atomic absorption spectrophotometry using acetylene-air at wavelength of 422,7 nm and visible spectrophotometry at a wavelength of 710 nm for phosphorus.

The results of the determination of calcium for teri tawar, teri nasi and teri toge is (2556.6971 + 14.4363) mg/100g; (575.9832 + 5.6563) mg/100g; and (551.6137 + 3.8413) mg/100g . The results of the determination of phosphorus levels for teri tawar, teri nasi and teri toge is (1314.0248 + 12.3870) mg/100g; (371.6593 + 5.2116) mg/100g; and (564.6504 + 8.1462) mg/100g .

From the results of the analysis can be a significant difference between the levels of calcium and phosphorus in some groups of anchovy. Based on these results it can be concluded that the levels of calcium and phosphorus in teri tawar is higher than teri nasi and teri toge.

Key words : Anchovy (Stolephorus spp.), Calcium, Phosporus, Atomic Absorption Spectrophotometry, Visible Spectrophotometri


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 ... Latar Belakang ... 1

1.2 ... Perumusan Masalah ... 3

1.3 ... Hipotesis ... 3

1.4 ... Tujuan Penelitian ... 3

1.5 ... Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5


(9)

2.1.1 Klasifikasi ikan teri ... 5

2.1.2 Kandungan gizi ... 5

2.2 Mineral ... 6

2.2.1 Kalsium ... 6

2.2.2 Fosfor ... 7

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom ... 8

2.3.1 Instrumen spektrofotometri serapan atom ... 10

2.3.2 Gangguan-gangguan pada spektrofotometri serapan atom ... 12

2.4 Spektrofotometri Sinar Tampak dan Ultraviolet ... 13

2.5 Validasi Metode Analisis ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

3.2 Bahan-bahan ... 17

3.3.1 Sampel ... 17

3.3.2 Pereaksi ... 17

3.3 Alat-alat ... 17

3.4 Identifikasi Sampel ... 17

3.5 Pembuatan Pereaksi ... 18

3.5.1 Larutan asam nitrat (1:1) v/v ... 18

3.5.2 Larutan H2SO4 5N ... 18

3.5.3 Larutan ammonium molibdat 4% b/v ... 18

3.5.4 Larutan asam askorbat 0,1N ... 18


(10)

3.5.7 Larutan Pengembang warna fosfor ... 19

3.6 Prosedur Penelitian ... 19

3.6.1 Pengambilan Sampel ... 19

3.6.2 Penyiapan Sampel ... 19

3.6.3 Proses destruksi kering ... 19

3.6.4 Pembuatan larutan sampel ... 20

3.7 Analisis Kualitatif ... 20

3.7.1 Kalsium ... 20

3.7.1.1 Uji kristal kalsium dengan larutan asam sulfat 1N ... 20

3.7.2 Fosfor ... 20

3.7.2.1 Analisis dengan pereaksi ammonium molibdat ... 20

3.8 Analisis Kuantitatif ... 21

3.8.1 Kalsium ... 21

3.8.1.1 Pembuatan kurva kalibrasi kalsium ... 21

3.8.1.2 Penetapan kadar kalsium dalam sampel teri tawar ... 21

3.8.1.3 Penetapan kadar kalsium dalam sampel teri nasi ... 21

3.8.1.4 Penetapan kadar kalsium dalam sampel teri medan ... 22

3.8.2 Fosfor ... 22

3.8.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku KH2PO4 (LIB I) ... 22

3.8.2.2 Pembuatan kurva serapan larutan KH2PO4 ... 22


(11)

3.8.2.4 Pembuatan kurva kalibrasi fosfor ... 23

3.8.2.5 Penetapan kadar fosfor dalam sampel teri tawar ... 23

3.8.2.6 Penetapan kadar fosfor dalam sampel teri nasi ... 24

3.8.2.7 Penetapan kadar fosfor dalam sampel teri medan ... 24

3.9 Analisis Data Secara Statistik ... 24

3.9.1 Penolakan hasil pengamatan ... 24

3.10 Uji Validasi Metode ... 25

3.10.1 Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi .... 25

3.10.2 Uji perolehan kembali (recovery) ... 26

3.10.3 Simpangan baku relatif ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Identifikasi Sampel ... 28

4.2 Analisis Kualitatif ... 28

4.3 Analisis Kuantitatif ... 29

4.3.1 Penentuan panjang gelombang maksimum senyawa kompleks molibdenum ... 29

4.3.2 Penentuan waktu kerja kompleks molibdenum pada panjang gelombang maksimum 710 nm .... 29

4.3.3 Kurva kalibrasi kalsium secara spektrofotometri serapan atom ... 30

4.3.4 Kurva kalibrasi fosfor secara spektrofotometri sinar tampak ... 30

4.3.5 Analisis kadar kalsium secara spektrofotometri serapan atom ... 31 4.3.6 Analisis kadar fosfor secara spektrofotometri


(12)

4.3.7 Batas deteksi dan batas kuantitasi ... 33

4.4 Uji Validasi Metode ... 34

4.4.1 Uji perolehan kembali (recovery) ... 34

4.4.2 Simpangan baku relatif ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1 Kesimpulan ... 37

5.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Hasil analisis kualitatif pada sampel ikan teri tawar, teri

nasi dan teri toge yang telah di destruksi ... 28 Tabel 4.2 Hasil analisis kadar kalsium pada sampel ... 32 Tabel 4.3 Hasil analisis kadar fosfor pada sampel ... 33 Tabel 4.4 Batas deteksi dan batas kuantitasi mineral kalsium dan

fosfor ... 34 Tabel 4.5 Persen uji perolehan kembali (recovery) kadar kalsium . . 34 Tabel 4.6 Persen uji perolehan kembali (recovery) kadar fosfor ... 34 Tabel 4.7 Nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif

kalsium ... 35 Tabel 4.8 Nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif fosfor . 35


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Kurva serapan senyawa kompleks molibdenum

dengan konsentrasi 5,0 µg/ml ... 29 Gambar 4.2 Kurva kalibrasi kalsium ... 30 Gambar 4.3 Kurva kalibrasi fosfor ... 31


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel ... 40

Lampiran 2. Gambar sampel ... 41

Lampiran 3. Hasil analisis kualitatif mineral kalsium ... 42

Lampiran 4. Hasil analisis kualitatif mineral fosfor ... 43

Lampiran 5. Gambar alat spektrofotometer serapan atom, spektrofotometer uv-visible dan tanur ... 44

Lampiran 6. Bagan alir proses destruksi kering ... 46

Lampiran 7. Bagan alir proses pembuatan larutan sampel ... 47

Lampiran 8. Perhitungan Konsentrasi Larutan Induk Baku KH2PO4 ... 48

Lampiran 9. Data Penentuan Kerja pada Panjang Gelombang 710 nm ... 49

Lampiran 10. Data kalibrasi kalsium dengan spektrofotometer serapan atom, perhitungan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi (r) ... 51

Lampiran 11. Data kalibrasi fosfor dengan spektrofotometer sinar tampak, perhitungan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi (r) ... 52

Lampiran 12. Hasil analisis kadar kalsium pada sampel ... 53

Lampiran 13. Hasil analisis kadar fosfor pada sampel ... 54

Lampiran 14. Contoh perhitungan kadar kalsium dan fosfor pada sampel ... 55


(16)

Lampiran 15. Perhitungan statistik kadar kalsium pada sampel ... 57 Lampiran 16. Perhitungan statistik kadar fosfor pada sampel ... 63 Lampiran 17. Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi

kalsium dan fosfor ... 70 Lampiran 18. Hasil analisis kadar kalsium setelah penambahan

larutan baku pada masing-masing sampel ... 72 Lampiran 19. Contoh perhitungan uji perolehan kembali kadar

kalsium ... 73 Lampiran 20. Hasil analisis kadar fosfor setelah penambahan

larutan baku pada masing-masing sampel ... 76 Lampiran 21. Contoh perhitungan uji perolehan kembali kadar

fosfor ... 77 Lampiran 22. Perhitungan simpangan baku relatif (RSD) kadar

kalsium ... 80 Lampiran 23. Perhitungan simpangan baku relatif (RSD) kadar

fosfor ... 83 Lampiran 24. Tabel distribusi t ... 86


(17)

(18)

PENETAPAN KADAR KALSIUM SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN FOSFOR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

SINAR TAMPAK PADA IKAN TERI (Stolephorus spp.) ABSTRAK

Ikan teri merupakan salah satu sumber kalsium dan fosfor yang baik selain susu, karena dikonsumsi bersama dengan tulangnya. Berbeda dengan ikan lain yang hanya dikonsumsi dagingnya saja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kalsium dan fosfor serta perbedaan kadar kalsium dan fosfor yang terdapat pada beberapa kelompok ikan teri.

Dalam penelitian ini dianalisis tiga kelompok ikan teri yaitu ikan teri tawar, teri nasi dan teri toge. Penetapan kadar kalsium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom menggunakan nyala asetilen-udara pada panjang gelombang 422,7 nm dan untuk fosfor dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 710 nm.

Hasil penetapan kadar kalsium untuk ikan teri tawar, teri nasi dan teri toge adalah (2556,6971 + 14,4363) mg/100g; (575,9832 + 5,6563) mg/100g; dan (551,6137 + 3,8413) mg/100g. Hasil penetapan kadar fosfor untuk ikan teri tawar, teri nasi dan teri toge adalah (1314,0248 + 12,3870) mg/100g; (371,6593 + 5,2116) mg/100g; dan (564,6504 + 8,1462) mg/100g.

Dari hasil analisis dapat dilihat perbedaan yang signifikan antara kadar kalsium dan fosfor pada beberapa kelompok ikan teri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar kalsium dan fosfor pada ikan teri tawar lebih tinggi daripada ikan teri nasi dan teri toge.

Kata kunci : Ikan teri (Stolephorus spp.), Kalsium, Fosfor, Spektrofotometri Serapan Atom, Spektrofotometri Sinar Tampak


(19)

DETERMINATION OF CALCIUM CONTENT BY ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY AND PHOSPHORUS BY VISIBLE SPECTROPHOTOMETRY IN ANCHOVY (Stolephorus spp.)

ABSTRACT

Anchovy is one good source of calcium and phosphorus beside milk, because consumed with bones, unlike other fish which is consumed meat only. The purpose of this study was to determine the levels of calcium and phosphorus as well as differences in the levels of calcium and phosphorus are found in some groups of anchovy.

This study analyze three groups of anchovy is teri tawar, teri nasi and teri toge. Determination of calcium performed by atomic absorption spectrophotometry using acetylene-air at wavelength of 422,7 nm and visible spectrophotometry at a wavelength of 710 nm for phosphorus.

The results of the determination of calcium for teri tawar, teri nasi and teri toge is (2556.6971 + 14.4363) mg/100g; (575.9832 + 5.6563) mg/100g; and (551.6137 + 3.8413) mg/100g . The results of the determination of phosphorus levels for teri tawar, teri nasi and teri toge is (1314.0248 + 12.3870) mg/100g; (371.6593 + 5.2116) mg/100g; and (564.6504 + 8.1462) mg/100g .

From the results of the analysis can be a significant difference between the levels of calcium and phosphorus in some groups of anchovy. Based on these results it can be concluded that the levels of calcium and phosphorus in teri tawar is higher than teri nasi and teri toge.

Key words : Anchovy (Stolephorus spp.), Calcium, Phosporus, Atomic Absorption Spectrophotometry, Visible Spectrophotometri


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Ikan teri atau ikan bilis adalah sekelompok ikan laut kecil anggota keluarga Engraulidae. Nama ini mencakup berbagai ikan dengan warna tubuh perak kehijauan atau kebiruan. Walaupun anggota Engraulidae ada yang memiliki panjang maksimum 23 cm, nama ikan teri biasanya diberikan bagi ikan dengan panjang maksimum 5 cm. Moncongnya tumpul dengan gigi yang kecil dan tajam pada kedua-dua rahangnya (Anonimc, 2014).

Ikan teri (Stolephorus spp.) mempunyai ciri-ciri umum yaitu badan seperti cerutu, sedikit silindris, bagian perut membulat, tubuhnya ramping, panjang kurang dari 12 cm, kepala pendek, moncong nampak jelas dan meruncing, anal sirip dubur sedikit ke belakang, duri-duri lemah sirip punggung, warna pucat bila sisik terlepas, jenis pelagis pantai (Anonima, 2014).

Berdasarkan Nutry Survey Indonesia, kandungan kalsium dalam ikan teri lebih tinggi daripada susu. Kalsium dari ikan teri akan bermanfaat jika dikonsumsi secara langsung. Di dalam tubuh kalsium bekerja sama dengan laktosa dan vitamin D dalam pembentukan massa tulang, serta dengan kalium untuk menurunkan tekanan darah tinggi (Anonimb, 2014). Ikan teri yang dikonsumsi sekalian dengan tulangnya juga banyak mengandung fosfor yang berguna untuk kesehatan gigi dan tulang. Menurut Almatsier (2004), kadar kalsium dan fosfor pada 100 gram ikan teri kering adalah 1200 mg dan 1500 mg.

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg. Dari


(21)

jumlah ini, 99% berada di dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit [(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2]. Di dalam cairan ekstraselular

dan intraselular kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permeabilitas membran sel (Almatsier, 2004).

Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh, yaitu 1% dari berat badan. Kurang lebih 85% fosfor di dalam tubuh terdapat sebagai kalsium fosfat, yaitu bagian dari kristal hidroksiapatit di dalam tulang dan gigi yang tidak dapat larut. Hidroksiapatit memberi kekuatan dan kekakuan pada tulang. Fosfor di dalam tulang berada dalam perbandingan 1:2 dengan kalsium. Fosfor selebihnya terdapat di dalam semua sel tubuh, separuhnya di dalam otot dan di dalam cairan ekstraselular (Almatsier, 2004).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan teri kering (Stolephorus spp.) yang terbagi dalam tiga kelompok yaitu teri tawar, teri nasi dan teri toge. Teri tawar berwarna kuning dan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan teri nasi dan teri toge. Teri toge merupakan jenis teri yang berwarna putih, ukurannya lebih besar daripada teri nasi. Sedangkan teri nasi hampir mirip dengan teri toge namun berukuran lebih kecil.

Metode penetapan kadar kalsium di dalam literatur antara lain kompleksometri (Rivai, 1995), gravimetri, permanganometri, dan spektrofotometri serapan atom (Gandjar dan Rohman, 2007). Penetapan kadar fosfor dapat dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak (Lim, 1991).

Adapun alasan untuk meneliti kalsium pada ikan teri dengan metode spektrofotometri serapan atom adalah karena analisisnya yang cepat, dapat


(22)

mengukur kadar logam dalam jumlah kecil dan spesifik untuk setiap logam tanpa dilakukan pemisahan (Khopkar, 1990). Sedangkan untuk meneliti fosfor pada ikan teri digunakan metode spektrofotometri sinar tampak karena metode ini lebih sederhana dan lebih sensitif (Lim, 1991).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui kadar kalsium secara spektrofotometri serapan atom dan fosfor secara spektrofotometri sinar tampak pada ikan teri (Stolephorus spp.).

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Berapakah kadar kalsium dan fosfor yang terdapat pada ikan teri tawar, teri nasi, dan teri toge?

2. Apakah terdapat perbedaan kadar kalsium dan fosfor antara ikan teri tawar, teri nasi, dan teri toge?

1.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ikan teri tawar, teri nasi dan teri toge memiliki kandungan kalsium dan fosfor pada kadar tertentu.

2. Terdapat perbedaan kadar kalsium dan fosfor antara ikan teri tawar, teri nasi dan teri toge.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kadar kalsium dan fosfor yang terdapat pada ikan teri tawar, teri nasi dan teri toge.


(23)

2. Untuk mengetahui perbedaan kadar kalsium dan kadar fosfor antara ikan teri tawar, teri nasi dan teri toge.

1.5 Manfaat Penelitian

Untuk mengetahui kadar kalsium dan fosfor pada ikan teri (Stolephorus spp.) agar dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan makanan yang dapat dipilih untuk asupan kalsium dan fosfor bagi tubuh.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Teri

2.1.1 Klasifikasi ikan teri

Menurut Anonimc (2014), klasifikasi ikan teri adalah sebagai berikut: Filum : Chordata

Sub-Filum : Vertebrae

Class : Actinopterygii

Ordo : Clupeiformes

Famili : Engraulidae Genus : Stolephorus Species : Stolephorus spp. 2.1.2 Kandungan gizi

Ikan teri yang selama ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat ternyata merupakan sumber kalsium yang sangat baik untuk mencegah osteoporosis. Kalsium pada ikan teri berasal dari bagian tulang yang ikut termakan bersama-sama bagian daging. Seperti halnya pada manusia, kalsium pada ikan juga terakumulasi pada bagian tulang. Karena tulang pada ikan teri relatif kecil dan lunak dibandingkan jenis ikan lainnya maka memungkinkan untuk ikut dikonsumsi (Wirakusumah, 2007).

Ikan teri (Stolephorus spp.) merupakan sumber kalsium yang tahan dan tidak mudah larut dalam air. Ikan teri (Stolephorus spp.) juga sebagai bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi dengan kandungan mineral, vitamin, lemak tak jenuh dan protein yang tersusun dalam asam-asam amino esensial yang


(25)

dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh dan kecerdasan manusia. Ikan teri merupakan salah satu sumber kalsium terbaik untuk mencegah pengeroposan tulang. Kandungan gizi dalam 100 gram teri segar meliputi energy 77 kkal; protein l6 gr; lemak 1.0 gr; kalsium 500 mg; phosfor 500 mg; besi 1.0 mg; Vit A RE 47; dan Vit B 0.1 mg (Anonima, 2014).

2.2 Mineral

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan pekerjaan enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu transfer ikatan-ikatan penting melalui membran sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap rangsangan (Almatsier, 2004).

2.2.1 Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg. Dari jumlah ini, 99% berada dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit [(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2]. Kalsium tulang berada dalam

keadaan seimbang dengan kalsium plasma konsentrasi kurang lebih 2,25-2,60 mmol/l (9-10,4 mg/100 ml). Densitas berbeda menurut umur, meningkat pada bagian pertama kehidupan dan menurun berangsur setelah dewasa. Selebihnya kalsium tersebar luas di dalam tubuh. Di dalam cairan ekstraselular dan intraselular kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel,


(26)

seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permeabilitas membran sel (Almatsier, 2004).

Kalsium mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh antara lain untuk pembentukan tulang dan gigi, mengatur pembekuan darah, sebagai katalisator reaksi-reaksi biologik dan berperan dalam kontraksi otot. Kalsium di dalam tulang mempunyai dua fungsi: (a) sebagai bagian dari struktur tulang; (b) sebagai tempat menyimpan kalsium. Beberapa fungsi kalsium lain adalah meningkatkan fungsi transpor membran sel, kemungkinan dengan bertindak sebagai stabilisator membran, dan transmisi ion melalui membran organel sel (Almatsier, 2004).

Angka kecukupan rata-rata sehari untuk kalsium bagi orang Indonesia ditetapkan oleh Widyakarya dan Gizi LIPI (1998) sebagai berikut, untuk bayi sebesar 300-400 mg, anak-anak 500 mg, remaja 600-700 mg, dewasa 500-800 mg, ibu hamil dan menyusui > 400 mg. Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu, seperti keju. Ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik. Serelia, kacang-kacangan dan hasil kacang-kacangan, tahu dan tempe, dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat (Almatsier, 2004).

2.2.2 Fosfor

Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh, yaitu 1% dari berat badan. Kurang lebih 85% fosfor di dalam tubuh terdapat sebagai kalsium fosfat, yaitu bagian dari kristal hidroksiapatit di dalam tulang dan gigi yang tidak dapat larut. Hidroksiapatit memberi kekuatan dan kekakuan pada tulang. Fosfor di dalam tulang berada dalam perbandingan 1:2 dengan kalsium. Fosfor selebihnya


(27)

terdapat di dalam semua sel tubuh, separuhnya di dalam otot dan di dalam cairan ekstraselular (Almatsier, 2004).

Selain untuk pertumbuhan tulang dan gigi, fosfor mempunyai peranan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai fosfolipid, fosfor merupakan komponen esensial bagi banyak sel dan merupakan alat transport asam lemak. Fosfor berperan pula dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa (Pudjiadi, 2000).

Pada umumnya bahan makanan yang mengandung banyak kalsium merupakan juga sumber fosfor, seperti susu, keju, daging, ikan, telur, dan saleria. Biasanya kira-kira 70% dari fosfor yang berada dalam makanan dapat diserap oleh tubuh. Penyerapan akan lebih baik bila fosfor dan kalsium dimakan dalam jumlah yang sama (Pudjiadi, 2000).

Kecukupan fosfor rata-rata sehari untuk Indonesia ditetapkan sebagai berikut (Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI 1993), untuk bayi sebesar 200-250 mg, anak-anak 250-400 mg, remaja dan dewasa 400-500 mg, ibu hamil dan menyusui >200->300 mg (Almatsier, 2004).

Kelebihan fosfor karena makanan jarang terjadi. Bila kadar fosfor darah terlalu tinggi, ion fosfat akan mengikat kalsium sehingga dapat menimbulkan kejang. Kekurangan fosfor karena makan juga jarang terjadi. Kekurangan fosfor bisa terjadi bila menggunakan obat antasida untuk menetralkan asam lambung seperti aluminium hidroksida. Aluminium hidroksida mengikat fosfor sehingga tidak dapat diabsorpsi. Kekurangan fosfor juga dapat terjadi pada penderita yang kehilangan banyak cairan melalui urin. Kekurangan fosfor menyebabkan rasa lelah, kurang nafsu makan dan kerusakan tulang (Almatsier, 2004).


(28)

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom

Pemanfaatan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun 1955 (Khopkar, 1990). Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar ultraviolet (Gandjar dan Rohman, 2007).

Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur - unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak bergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis kelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2007).

Metode spektrofotometri serapan atom mendasarkan pada prinsip absorbsi cahaya oleh atom. Atom - atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm, sedang kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom yang mana pada transisi elektronik suatu atom bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan ke tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya pun bermacam - macam. Misalkan, suatu unsur Na dengan nomor atom 11 mempunyai konfigurasi elektron 1s2, 2s2, 2p6 dan 3s1, tingkat dasar untuk elektron valensi 3s ini dapat mengalami eksitasi ke tingkat 3p dengan energi 2,2 eV atau ke


(29)

tingkat 4p dengan energi 3,6 eV, masing - masing sesuai dengan panjang gelombang 589 nm dan 330 nm (Khopkar, 1990).

2.3.1 Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom

Bagian instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut:

a. Sumber Sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri dari tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah. Bila antara anoda dan katoda diberi suatu selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memancarkan berkas - berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron - elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan dengan gas - gas mulia yang diisikan tadi (Gandjar dan Rohman, 2007).

Akibat dari tabrakan-tabrakan ini membuat unsur-unsur gas mulia akan kehilangan elektron dan menjadi ion bermuatan positif. Ion-ion gas mulia yang bermuatan positif ini selanjutnya akan bergerak ke katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi pula. Sebagaimana disebutkan di atas, pada katoda terdapat unsur-unsur yang akan dianalisis. Unsur-unsur ini akan ditabrak oleh ion-ion positif gas mulia. Akibat tabrakan ini, unsur-unsur akan terlempar ke luar dari permukaan katoda. Atom-atom unsur dari katoda ini kemudian akan mengalami eksitasi ke tingkat energi-energi elektron yang lebih tinggi dan akan memancarkan


(30)

spektrum pancaran dari unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis (Gandjar dan Rohman, 2007).

b. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom - atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom - atom yaitu: dengan nyala (flame) dan dengan tanpa nyala (flameless) (Gandjar dan Rohman, 2007).

- Nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen - udara suhunya sebesar 2200ºC dan gas asetilen - dinitrogen oksida (N2O) sebesar

3000ºC. Sumber nyala yang paling banyak digunakan adalah campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan udara sebagai bahan pengoksidasi (Gandjar dan Rohman, 2007).

- Tanpa nyala (Flame)

Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit seperti tungku yang dikembangkan oleh Masmann. Sejumlah sampel diambil sedikit, lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom - atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar (Gandjar dan Rohman, 2007).


(31)

c. Monokromator

Pada spektrofotometri serapan atom, monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian banyak panjang gelombang yang dihasilkan lampu katoda berongga (Gandjar dan Rohman, 2007).

d. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman (Gandjar dan Rohman, 2007).

e. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2007). 2.3.2 Gangguan-gangguan pada spektrofotometri serapan atom

Gangguan - gangguan (interference) pada spektrofotometri serapan atom adalah peristiwa - peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2007). Secara luas dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yakni interferensi spektral dan interferensi kimia (Khopkar, 1990).

Menurut Gandjar dan Rohman, (2007), gangguan - gangguan yang terjadi pada spektrofotometri serapan atom adalah:

1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala.


(32)

2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom yang terjadi di dalam nyala.

3. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang dianalisis, yakni absorbansi oleh molekul - molekul yang tidak terdisosiasi di dalam nyala. Adanya gangguan - gangguan di atas dapat diatasi dengan menggunakan cara - cara sebagai berikut:

a.Penggunaan nyala/suhu atomisasi yang lebih tinggi b.Penambahan senyawa penyangga

c.Pengekstraksian unsur yang akan dianalisis d.Pengekstraksian ion atau gugus pengganggu

4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik. Gangguan jenis ini berarti terjadinya penyerapan cahaya dari sumber sinar yang bukan berasal dari atom - atom yang akan dianalisis.

2.4 Spektrofotometri Sinar Tampak dan Sinar Ultraviolet

Spektrofotometer Ultraviolet dan Visibel adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrofotometer Ultraviolet dan Visibel biasanya digunakan untuk molekul dan ion organik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum Ultraviolet dan Visibel sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 400-800 nm (Dachriyanus, 2004).


(33)

Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih pendek (Gandjar dan Rohman, 2007).

Metode spektrofotometri langsung seperti analisis ultraviolet banyak digunakan di dalam analisis tetapi biasannya kurang selektif. Selektivitas atau kekhasan dapat ditingkatkan melalui pemisahan atau dengan mereaksikan gugus fungsional yang sesuai. Misalnya dengan menambahkan reagensia tertentu sehingga dihasilkan warna yang kemudian diukur pada daerah visibel (Gandjar dan Rohman, 2007).

Warna sinar tampak dapat dihubungkan dengan panjang gelombangnya. Sinar putih mengandung radiasi pada semua panjang gelombang di daerah sinar tampak. Sinar pada panjang gelombang tunggal (radiasi monokromatik) dapat dipilih dari sinar putih. Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm (Gandjar dan Rohman, 2007).

Alat spektrofotometri pada dasarnya terdiri atas sumber sinar, monokromator, tempat sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus, dan


(34)

alat ukur atau pencatat. Spektrofotometer dapat bekerja secara otomatik ataupun tidak, dan dapat mempunyai sistem sinar tunggal dan ganda (Ditjen POM, 1979).

Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu hidrogen atau deuterium untuk pengukuran UV dan lampu tungsten untuk pengukuran pada cahaya tampak. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisahan atau monokromator (Dachriyanus, 2004).

2.5 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut:

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu: metode simulasi (Spiked-placebo recovery) dan metode penambahan baku (standart addition method) (Harmita,2004).

Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya) (Harmita, 2004).


(35)

Metode penambahan baku (standart addition method) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004).

b. Keseksamaan (presisi)

Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi) (Harmita, 2004).

c. Batas deteksi (Limit of detection) dan batas kuantitasi (Limit of quantitation)

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan pada bulan September 2014- November 2014. 3.2 Bahan - Bahan

3.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan teri tawar, ikan teri nasi, dan ikan teri toge yang diperoleh secara purposif di Pusat Pasar, Medan. 3.2.2 Pereaksi

Bahan - bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis keluaran E. Merck yaitu asam nitrat 65% b/v, asam sulfat 96% b/v, etanol 96% v/v, larutan baku kalsium 1000 µg/ml, ammonium molibdat, asam askorbat, kalium dihidrogen fosfat, kalium antimonil tatrat, akuabides (PT. Ikapharmindo Putramas).

3.3 Alat- alat

Alat yang digunakan adalah alat - alat gelas (Pyrex dan Oberoi), blender, botol kaca, hot plate, oven, kertas saring Whatman No. 42, krus porselen, neraca analitik (AND GF-200), spatula, spektrofotometer serapan atom Hitachi Z-2000 lengkap dengan lampu katoda kalsium dengan nyala udara-asetilen, spektrofotometer UV-Visible (Hitachi U-1800), dan tanur (Stuart).

3.4 Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Selatan.


(37)

3.5 Pembuatan Pereaksi

3.5.1 Larutan asam nitrat (1:1) v/v

Sebanyak 500 ml larutan asam nitrat 65% diencerkan dengan 500 ml akuabides (Isacc, 1990).

3.5.2 Larutan H2SO4 5 N

Dipipet 70,0 ml H2SO4 96% v/v, dimasukkan perlahan-lahan melalui

dinding ke dalam labu tentukur 500 ml yang telah berisi air suling setengahnya. Dicukupkan volumenya dengan air hingga garis tanda (Lancashire, 2011).

3.5.3 Larutan ammonium molibdat 4%b/v

Ditimbang seksama 20,0 g ammonium molibdat. Kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 500 ml, ditambah dengan air suling dan dicukupkan volumenya dengan air suling hingga garis tanda (Lancashire, 2011).

3.5.4 Larutan asam askorbat 0,1 N

Ditimbang seksama 8,8 g asam askorbat dan dilarutkan dalam labu tentukur 500 ml dengan air suling dan dicukupkan volumenya dengan air suling hingga garis tanda (Lancashire, 2011).

3.5.5 Larutan kalium antimonil tatrat 0,274% b/v

Ditimbang seksama 0,274 g kalium antimonil tartat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml ditambah dengan air suling hingga garis tanda (Lancashire, 2011).

3.5.6 Larutan H2SO4 1 N

Sebanyak 3 ml larutan asam sulfat 96% diencerkan dengan akuabides hingga 100 ml (Ditjen POM, 1979).


(38)

3.5.7 Larutan pengembang warna fosfor

Dicampur 500 ml asam sulfat 5 N, 150 ml ammonium molibdat 4% b/v, 300 ml asam askorbat 0,1 N dan 50 ml kalium antimonil tatrat 0,274% b/v (Lancashire, 2011).

3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposive yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi (Budiarto, 2004).

3.6.2 Penyiapan sampel

Sebanyak 250 g masing-masing ikan teri toge, teri nasi, dan teri tawar dicuci bersih dengan air mengalir dan ditiriskan sampai air cuciannya kering. Sampel kemudian dihaluskan dengan blender. Dikeringkan dalam oven sampai kering seperti semula.

3.6.3 Proses destruksi kering

Sampel yang telah dihaluskan dan dikeringkan dalam oven ditimbang seksama sebanyak 5 g dalam krus porselen, diarangkan di atas hot plate, lalu diabukan dalam tanur dengan temperatur awal 100 dan perlahan - lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500 dengan interval 25 setiap 5 menit. Setelah dilakukan pengabuan selama 60 jam, suhu tanur diturunkan, pada

krus porselen dikeluarkan dan dibiarkan hingga dingin pada desikator. Abu ditambahkan 5 ml asam nitrat(1:1), kemudian diuapkan pada hot plate sampai kering. Krus porselen dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan temperatur


(39)

awal 100 dan perlahan - lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500 dengan interval 25 setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator (Isacc, 1990).

3.6.4 Pembuatan larutan sampel

Sampel hasil destruksi dilarutkan dalam 5 ml asam nitrat (1:1), lalu dipindahkan ke dalam labu tentukur 100 ml, dibilas krus porselen dengan 10 ml akuabides sebanyak tiga kali dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 42 dimana 5 ml filtrat pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung ke dalam botol (Isacc, 1990).

3.7 Analisis Kualitatif 3.7.1 Kalsium

3.7.1.1 Uji kristal kalsium dengan larutan asam sulfat 1N

Larutan sampel hasil destruksi sebanyak 1 - 2 tetes diteteskan pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam sulfat 1N dan etanol 96% v/v akan terbentuk endapan putih lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat kalsium akan terlihat kristal berbentuk jarum (Svehla, 1990).

3.7.2 Fosfor

3.7.2.1 Analisis dengan pereaksi ammonium molibdat

Kedalam tabung reaksi dimasukan 5,0 ml sampel, ditambah pereaksi ammonium molibdat 4% b/v ± 2 ml, dikocok lalu diamkan, maka akan terbentuk endapan kuning (Svehla, 1990).


(40)

3.8 Analisis Kuantitatif 3.8.1 Kalsium

3.8.1.1 Pembuatan kurva kalibrasi kalsium

Larutan baku kalsium (1000 µg/ml) sebanyak 0,5 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml lalu diencerkan dengan akuabides hingga garis tanda. Dari larutan tersebut (10 µg/ml) dipipet masing-masing 0,5 ml; 1,0 ml; 1,5 ml; 2,0 ml dan 2,5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan diencerkan dengan akuabides hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,2 µg/ml; 0,4 µg/ml; 0,6 µg/ml; 0,8 µg/ml dan 1,0 µg/ml, lalu dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.8.1.2 Penetapan kadar kalsium dalam sampel teri tawar

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda. Lalu dipipet 1 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml (Faktor pengenceran = 5000 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.8.1.3 Penetapan kadar kalsium dalam sampel teri nasi

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,2 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda (Faktor pengenceran = 500 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe


(41)

nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.8.1.4 Penetapan kadar kalsium dalam sampel teri toge

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,2 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda (Faktor pengenceran = 500 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.8.2 Fosfor

3.8.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku KH2PO4 (LIB I)

Ditimbang 0,44 g KH2PO4 yang telah dikeringkan di dalam oven dengan

suhu 1050C selama 1 jam, kemudian dimasukan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan 5,0 ml HNO3 5 N, dikocok hingga larut, dicukupkan volumenya

dengan akuabides hingga garis tanda. Diperoleh konsentrasi fosfor pada larutan induk baku (LIB I) adalah 1000 µg/ml.

3.8.2.2 Pembuatan kurva serapan larutan KH2PO4

Dipipet 0,5 ml dari LIB I, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan akuabidest sampai garis tanda (5 µg/ml). Di pipet 1 ml dari larutan (5 µg/ml) di masukan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 5 ml akuabides dan ditambahkan 1 ml larutan pengembang fosfor, kocok. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 400-800 nm.


(42)

3.8.2.3 Penentuan waktu kerja

Dipipet 0,5 ml dari LIB I, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan volumenya dengan akuabides hingga garis tanda (5 µg/ml). Dipipet 1 ml dari larutan tersebut, ditambahkan 5,0 ml akuabides dan 1,0 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok, dan kemudian didiamkan. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 710 nm mulai menit ke-10 hingga menit ke 60 dengan interval 1 menit.

3.8.2.4 Pembuatan kurva kalibrasi fosfor

Dipipet 0,1 ml; 0,2 ml; 0,3 ml; 0,4 ml; 0,5 ml dari LIB I, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, kemudian dicukupkan volumenya sampai garis tanda. Dipipet 1 ml larutan tersebut, ditambahkan 5,0 ml akuabides dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok dan diamkan selama 49 menit. Dengan konsentrasi larutan 0,1429 µg/ml; 0,2857 µg/ml; 0,4286 µg/ml; 0,5714 µg/ml; 0,7143 µg/ml. Kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 710 nm pada menit ke-49 menit dengan spektrofotometri sinar tampak.

3.8.2.5 Penetapan kadar fosfor dalam sampel teri tawar

Dipipet 0,2 ml larutan sampel, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan volume dengan akuabides hingga garis tanda. Dipipet 1,0 ml larutan tersebut, dimasukan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 5,0 ml akuabides dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok (Faktor Pengenceran = 3500 kali). Diamkan selama 49 menit. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 710 nm. Pengukuran harus dilakukan dalam rentang waktu kerja yang telah di peroleh.


(43)

3.8.2.6 Penetapan kadar fosfor dalam sampel teri nasi

Dipipet 0,8 ml larutan sampel, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan volume dengan akuabides hingga garis tanda. Dipipet 1,0 ml larutan tersebut, dimasukan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 5,0 ml akuabides dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok (Faktor Pengenceran = 875 kali). Diamkan selama 49 menit. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 710 nm. Pengukuran harus dilakukan dalam rentang waktu kerja yang telah di peroleh.

3.8.2.7 Penetapan kadar fosfor dalam sampel teri toge

Dipipet 0,4 ml larutan sampel, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan volume dengan akuabides hingga garis tanda. Dipipet 1,0 ml larutan tersebut, dimasukan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 5,0 ml akuabides dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok (Faktor Pengenceran = 1750 kali). Diamkan selama 49 menit. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 710 nm. Pengukuran harus dilakukan dalam rentang waktu kerja yang telah di peroleh.

Menurut Gandjar dan Rohman, (2007), kadar mineral dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

(g) Sampel Berat

n pengencera Faktor

x (ml) Volume x

(µg/ml) i

Konsentras (µg/g)

Logam

Kadar 

3.9 Analisis Data Secara Statistik 3.9.1 Penolakan hasil pengamatan

Kadar kalsium, dan fosfor yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis dengan metode standar deviasi. Menurut Sudjana (2005), rumus standar deviasi adalah:


(44)

SD =

1 -n

X

-Xi 2

Keterangan: Xi = Kadar sampel

X = Kadar rata-rata sampel n = Jumlah perlakuan Untuk mencari t hitung digunakan rumus:

t hitung =

n SD

X Xi

/

dan untuk menentukan kadar mineral di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99%, α = 0,01, dk = n-1, dapat digunakan rumus:

Kadar mineral : µ =

X

± (t(α/2, dk) x SD / √n ) Keterangan:

X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi

dk = Derajat kebebasan (dk = n-1) α = Interval kepercayaan

n = Jumlah perlakuan

Dari hasil pengujian dapat dilihat dengan jelas perbedaan kadar kalsium dan fosfor yang signifikan antar sampel. Oleh karena itu tidak dilakukan uji statistik lebih lanjut.

3.10 Uji Validasi Metode Analisis

3.10.1 Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi


(45)

merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Menurut Harmita (2004), batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Simpangan Baku ( X

SY ) =

2

2 

n Yi Y

Batas deteksi (LOD) =

slope X SY x 3

Batas kuantitasi (LOQ) =

slope X SY x 10

3.10.2 Uji perolehan kembali (recovery)

Menurut Harmita, (2004), uji perolehan kembali atau recovery dapat dilakukan dengan metode penambahan larutan standar (standard addition method). Larutan baku yang ditambahkan untuk kalsium yaitu 13 ml larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/ml) untuk teri tawar, 3 ml larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/ml) untuk teri nasi dan teri toge. Larutan baku yang ditambahkan untuk fosfor yaitu 7 ml larutan baku fosfor (konsentrasi 1000 µg/ml) untuk teri tawar, 2 ml larutan baku fosfor (konsentrasi 1000 µg/ml) untuk teri nasi, dan 3 ml larutan baku fosfor (konsentrasi 1000 µg/ml) untuk teri toge.

Sampel ikan teri yang telah dihaluskan ditimbang secara seksama sebanyak 5 g di dalam krus porselen, lalu ditambahkan 13 ml larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/ml) untuk teri tawar, 3 ml larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/ml) untuk teri nasi dan teri toge. Dan untuk fosfor ditambahkan larutan baku fosfor (konsentrasi 1000 µg/ml) 7 ml untuk teri tawar, 2


(46)

ml untuk teri nasi dan 3 ml untuk teri toge. Kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya.

Menurut Harmita, (2004), persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:

% Perolehan Kembali= CF- CA x 100%

Keterangan :

CA = Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku (mg/100g)

CF = Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku (mg/100g)

C*A = Kadar larutan baku yang ditambahkan (mg/100g)

3.10.3 Simpangan baku relatif

Menurut Harmita, (2004), keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan. Adapun rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah:

RSD = 100%

X SD

Keterangan :

X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi

RSD = Relative Standard Deviation C*A


(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi sampel yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Selatan terhadap ikan teri adalah jenis Stolephorus spp. suku Engraulidae. Hasil identifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 40.

4.2 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui ada atau tidaknya ion - ion kalsium, dan fosfor dalam sampel. Data dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Lampiran 3 dan 4 halaman 42 dan 43.

Tabel 4.1 Hasil analisis kualitatif pada sampel ikan teri tawar, teri nasi dan teri toge yang telah didestruksi

No. Ion yang

dianalisis Sampel Pereaksi Hasil reaksi Hasil

1. Ca Teri tawar

Asam sulfat

1 N Kristal jarum

+

Teri nasi +

Teri toge +

2. P Teri tawar

Ammonium molibdat 4%

Endapan kuning

+

Teri nasi +

Teri toge +

Keterangan : + : Mengandung ion

Hasil pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pengujian kualitatif ion kalsium dan fosfor terhadap sampel yang mengandung ion kalsium menghasilkan endapan putih kalsium sulfat berbentuk kristal jarum dengan penambahan larutan asam sulfat 1 N. Juga ion fosfor menghasilkan endapan kuning dengan penambahan larutan ammonium molibdat 4%. Berdasarkan hasil reaksi pengendapan maupun


(48)

reaksi kristal dari masing - masing kedua ion tersebut membuktikan larutan sampel mengandung ion kalsium, dan fosfor.

4.3 Analisis Kuantitatif

4.3.1 Penentuan panjang gelombang maksimum senyawa kompleks molibdenum

Penentuan panjang gelombang maksimum senyawa kompleks fosfor molibdat dilakukan dengan mengukur serapan dari larutan baku dengan konsentrasi 5 µg/ml pada rentang panjang gelombang maksimum 400-800 nm dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak.

Gambar 4.1 Kurva Serapan Senyawa Kompleks Molibdenum dengan Konsentrasi 5,0 µg/ml

Dari gambar 4.1 dapat dilihat hasil pengukuran serapan maksimum pada panjang gelombang 710 nm. Panjang gelombang yang diperoleh ini sesuai dengan literatur, yaitu pada rentang 610-750 nm yang merupakan rentang panjang gelombang untuk warna komplementer biru-hijau (Day dan Underwood, 1986). 4.3.2 Penentuan Waktu Kerja Kompleks Molibdenum pada Panjang

Gelombang Maksimum 710 nm


(49)

kerja dilakukan dengan mengukur serapan dari larutan baku dengan konsentrasi 5,0 µg/ml selama 60 menit pada panjang gelomabang 710 nm. Dari hasil penelitian diperoleh serapan bahwa serapan senyawa kompleks tersebut stabil pada menit ke-49 hingga menit ke-51. Data penentuan waktu kerja dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 49.

4.3.3 Kurva kalibrasi kalsium secara spektrofotometri serapan atom

Kurva kalibrasi kalsium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku kalsium pada panjang gelombang 422,7 nm. Kurva kalibrasi larutan baku kalsium dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Kurva kalibrasi kalsium

4.3.4 Kurva kalibrasi fosfor secara spektrofotometri sinar tampak

Kurva kalibrasi fosfor diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku pada panjang gelombang 710 nm. Kurva kalibrasi larutan baku fosfor dapat dilihat pada Gambar 4.3.


(50)

Gambar 4.3 Kurva kalibrasi fosfor

Hasil pengukuran kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y = 0,0622X + 0,0015 untuk kalsium dan Y = 0,6939X + 0,0062 untuk fosfor.

Berdasarkan gambar di atas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) kalsium sebesar 0,9990; dan fosfor sebesar 0,9997. Nilai r ≥ 0,95 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X (Konsentrasi) dan Y (Absorbansi) (Shargel dan Andrew, 1999). Data hasil pengukuran absorbansi larutan baku kalsium, dan fosfor dan perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11, halaman 51 dan 52.

4.3.5 Penetapan kadar kalsium secara spektrofotometri serapan atom

Penentuan kadar kalsium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom. Konsentrasi mineral kalsium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi larutan baku mineral. Agar konsentrasi mineral


(51)

kalsium dalam sampel berada pada rentang kurva kalibrasi maka masing-masing sampel diencerkan terlebih dahulu dengan faktor pengenceran yang berbeda - beda. Faktor pengenceran untuk penentuan kadar kalsium pada teri tawar adalah sebesar 5000 kali, pada teri nasi dan teri toge adalah sebesar 500 kali. Data dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 14, halaman 53 dan 55.

Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran). Hasil analisis kuantitatif mineral kalsium dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil analisis kadar kalsium pada sampel

No Sampel Kadar kalsium (mg/100g)

1. Teri tawar 2556,6971 + 14,4363

2. Teri nasi 575,9832 + 5,6563

3. Teri toge 551,6137 + 3,8413

Hasil pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa ikan teri tawar, teri nasi, dan teri toge memiliki kandungan mineral kalsium yang berbeda. Kadar kalsium dalam ikan teri tawar lebih tinggi dibandingkan kadar kalsium teri nasi dan teri toge.

Akibat kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Semua orang dewasa, terutama sesudah usia 50 tahun, kehilangan kalsium dari tulangnya. Tulang menjadi rapuh dan mudah patah yang dinamakan osteoporosis (Almatsier, 2004).

Spektrofotometri Serapan Atom dapat digunakan sampai 61 logam, non logam yang dapat dianalisis adalah fosfor dan boron. Sumber nyala yang dipakai adalah udara-asetilen dengan tempratur nyala 2200°C yang dapat mengatomisasi hampir semua elemen, tetapi logam alkali seperti Kalium dan Natrium paling baik


(52)

ditentukan dengan metode emisi secara fotometri nyala, dengan sumber nyala propana-udara (1700°C), serta Kalsium membutuhkan suhu yang lebih tinggi dalam proses atomisasi. Untuk menguraikan senyawa yang bersifat refraktori secara sempurna menggunakan sumber nyala N2O-asetilen (3000°C), atau dengan

penambahan senyawa penyangga seperti Sr dan La yang dapat mengikat gugus penggangu (Gandjar dan Rohman, 2007). Tetapi dalam hal ini diperhitungkan keterbatasan alat serta bahan yang ada.

4.3.6 Penetapan kadar fosfor secara spektrofotometri sinar tampak

Penetapan kadar fosfor dilakukan dengan menggunakan metode asam askorbat secara spektrofotometri sinar tampak. Sampel yang telah didestruksi kering berupa PO43- bereaksi dengan ammonium molibdat dan kalium antimonil

tartrat dalam suasana asam membentuk kompleks fosfomolibdat lalu direduksi dengan asam askorbat membentuk kompleks molibdenum yang bewarna biru dan stabil selama 2 menit, diukur pada menit ke-49 pada panjang gelombang 710 nm. Data dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 13 dan 14, halaman 54 dan 55.

Analisis kemudian dilanjutkan dengan perhitungan statistik dengan distribusi t pada tingkat kepercayaan 99% (α = 0,01). Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata kadar fosfor pada sampel dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Hasil analisis kadar fosfor pada sampel

No Sampel Kadar fosfor (mg/100g)

1. Teri tawar 1314,0248 + 12,3870

2. Teri nasi 371,6593 + 5,2116


(53)

Menurut Almatsier (2004), kadar kalsium dan fosfor pada ikan teri kering adalah 1200 mg/100 gram dan 1500 mg/100 gram. Dari hasil pengujian didapat bahwa kadar kalsium pada teri tawar adalah sebesar (2556,6971 + 14,4363) mg/ 100 gram, teri nasi (575,9832 + 5,6563) mg/ 100 gram, dan pada teri toge (551,6137 + 3,8413) mg/ 100 gram. Sedangkan kadar fosfor pada teri tawar adalah sebesar (1314,7563 + 12,3870 mg/100 gram, teri nasi (371,6593 + 5,2116) mg/100 gram, dan pada teri toge (564,6504 + 8,1462) mg/100 gram. Perbedaan kadar ini dapat dikarenakan perbedaan bentuk tulang dari ikan teri. Tulang ikan teri kecil lebih lunak dan halus dibandingkan dengan tulang ikan teri besar, sehingga mempengaruhi komposisi kalsium dan fosfor dari ikan teri.

4.3.7 Batas deteksi dan batas kuantitasi

Berdasarkan data kurva kalibrasi kalsium dan fosfor diperoleh batas deteksi dan batas kuantitasi untuk kedua mineral tersebut. Batas deteksi dan batas kuantitasi kalsium dan fosfor dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Batas deteksi dan batas kuantitasi mineral kalsium dan fosfor

No Mineral Batas Deteksi (µg/ml) Batas Kuantitasi (µg/ml)

1. Kalsium 0,0565 0,1885

2. Fosfor 0,0222 0,0741

Dari hasil perhitungan diperoleh batas deteksi untuk pengukuran kalsium dan fosfor masing-masing sebesar 0,0565 µg/ml dan 0,0222 µg/ml sedangkan batas kuantitasinya sebesar 0,1885 µg/ml dan 0,0741 µg/ml.

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa semua hasil yang diperoleh pada pengukuran sampel berada diatas batas deteksi dan batas kuantitasi. Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada Lampiran 17, halaman 70.


(54)

4.4 Uji Validasi Metode Analisis

4.4.1 Uji perolehan kembali (Recovery)

Hasil uji perolehan kembali (recovery) kadar kalsium dan fosfor setelah penambahan masing - masing larutan baku dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan 4.6 berikut ini.

Tabel 4.5 Persen uji perolehan kembali (recovery) kadar kalsium

No. Sampel Recovery (%) Syarat rentang persen recovery (%)

1. Teri tawar 98,49 80-120

2. Teri nasi 93,47 80-120

3. Teri toge 93,40 80-120

Tabel 4.6 Persen uji perolehan kembali (recovery) kadar fosfor

No. Sampel Recovery (%) Syarat rentang persen recovery (%)

1. Teri tawar 98,22 80-120

2. Teri nasi 91,23 80-120

3. Teri toge 101,67 80-120

Berdasarkan Tabel 4.5 dan 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa rata - rata hasil uji perolehan kembali (recovery) berturut - turut untuk mineral kalsium teri tawar 98,49%, teri nasi 93,47%, dan teri toge 93,40%. Sedangkan hasil uji perolehan kembali (recovery) berturut-turut untuk mineral fosfor teri tawar 98,22%, teri nasi 91,23%, dan teri toge 101,67%. Persen recovery tersebut menunjukkan kecermatan kerja yang memuaskan pada saat pemeriksaan kadar kalsium dan fosfor dalam sampel. Hasil uji perolehan kembali (recovery) ini memenuhi syarat akurasi yang telah ditetapkan, jika rata - rata hasil perolehan kembali (recovery) berada pada rentang 80 - 120% (Harmita, 2004). Hasil uji perolehan kembali (recovery) kadar kalsium dan fosfor setelah penambahan masing-masing larutan


(55)

baku dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 18 dan 20, halaman 72 dan 76.

4.4.2 Simpangan baku relatif

Nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif untuk kalsium dan fosfor pada sampel ikan teri dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan 4.8, sedangkan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 22 dan 23, halaman 80 dan 83. Tabel 4.7 Nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif kalsium

No Sampel Simpangan Baku Simpangan Baku Relatif

1. Teri tawar 0,83 0,84%

2. Teri nasi 1,54 1,65%

3. Teri toge 1,37 1,47%

Tabel 4.8 Nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif fosfor

No Sampel Simpangan Baku Simpangan Baku Relatif

1. Teri tawar 1,13 1,15%

2. Teri nasi 0,61 0,69%

3. Teri toge 1,62 1,59%

Berdasarkan Tabel 4.7 dan 4.8 di atas, dapat dilihat nilai simpangan baku (SD) untuk mineral kalsium pada teri tawar 0,83; teri nasi 1,54 dan teri toge 1,37 sedangkan untuk nilai simpangan baku relatif pada teri tawar 0,84%, teri nasi 1,65% dan teri toge 1,47%. Dan nilai simpangan baku (SD) untuk mineral fosfor pada teri tawar 1,13; teri nasi 0,61 dan teri toge 1,62 sedangkan untuk nilai simpangan baku relatif pada teri tawar 1,15%, teri nasi 0,69% dan teri toge 1,59%. Menurut Harmita, (2004), nilai simpangan baku relatif (RSD) untuk analit dengan kadar part per million (ppm) adalah tidak lebih dari 16% dan untuk analit dengan kadar part per billion (ppb) adalah tidak lebih dari 32%. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode yang dilakukan memiliki presisi yang baik.


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis mineral kalsium secara spektrofotometri serapan atom menunjukkan bahwa kadar kalsium pada ikan teri tawar, teri nasi, dan teri toge adalah (2556,6971 ± 14,4363) mg/100g, (575,9832 ± 5,6563) mg/100g, (551,6137 ± 3,8413) mg/100g. Sedangkan hasil analisis mineral fosfor secara spektrofotometri sinar tampak menunjukkan bahwa kadar fosfor pada ikan teri tawar, teri nasi, dan teri toge adalah (1314,0248 ± 12,3870) mg/100g, (371,6593 ± 5,2116) mg/100g, (564,6504 ± 8,1462) mg/100g.

2. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar kalsium dan fosfor antar sampel.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti mineral lain seperti besi dan magnesium pada ikan teri.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. (2014). Diversifikasi Ikan Teri (Stolephorus sp.) Menjadi Nugget Sebagai Usaha Meningkatkan Nilai Ekonomis. https://taraamila.wordpress.com/2013/12/31. Diakses tanggal 20 Desember 2014.

Anonimb. (2014). Mengenal Manfaat Ikan Teri. http://www.anneahira.com/ikan/ ikan-teri.htm. Diakses tanggal 4 Desember 2014.

Anonimc. (2014). Teri. http://id.wikipedia.org/wiki/Teri. Diakses tanggal 4 Desember 2014.

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal 228, 235-238, 241-246.

Budiarto, E. (2004). Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 46.

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektrofotometri. Cetakan I. Padang: CV. Trianda Anugrah Pratama. Hal 1-2.

Day, R. A., dan A. L. Underwood. (1998). Quantitative Analysis. Edisi keenam. Penerjemah: Sopyan, I. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal 384.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal 744.

Gandjar, I. G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 298, 305-312, 319-321.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1 (3). Hal 117-119, 121, 122, 127, 128, 130.

Isaac, R. A. (1990). Metal in Plants. Dalam: Herlich, K. (1990). Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemist. Edisi Kelimabelas. Virginia: Association of Official Analytical Chemist International. Hal 42.

Khopkar, S. M. (1985). Basic Concepts of Analytical Chemistry. Penerjemah: Saptoraharjo. A., dan Nurhadi, A. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. Hal 274-275, 283.


(58)

Lancashire, R. J. (2011). Experiment 36 - Colourimetric Determination of Phosphate. http://wwwchem.uwimona.edu.jm. Diakses tanggal 4 Desember 2014.

Lim, S. (2011). Determination of Phosphorus Concentration in Hydrophonics Solution. http://www.agilent.com/chem. Australia: Agilent Technologies Inc. Hal 1. Diakses tanggal 4 Desember 2014.

Pudjiadi, S. (2000). Ilmu Gizi Klinik pada Anak. Edisi keempat. Jakarta: Penerbit FK UI. Hal 421.

Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Cetakan I. Jakarta: UI-Press. Hal 249. Shargel, L., dan Andrew, B. C. (1985). Applied Biopharmaceutics and

Pharmacokinetics. Edisi kedua. Penerjemah: Sjamsiah, S. (2005). Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 15.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi keenam. Bandung: Tarsito. Hal 93. Svehla, G. (1990). Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic

Analysis. Edisi kelima. Bagian I dan II. Penerjemah: Setiono, L., dan Pudjaatmaka, H. (1990). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka. Hal 301-303, 378-379. Wirakusumah, E. S. (2007). Mencegah Osteoporosis. Jakarta: Penebar Swadaya.


(59)

(60)

Lampiran 2. Gambar sampel

Teri tawar Teri tawar yang sudah dihaluskan

Teri nasi Teri nasi yang sudah dihaluskan


(61)

Lampiran 3. Hasil analisis kualitatif mineral kalsium

Endapan kalsium sulfat

Keterangan : 1. Larutan sampel

2. Sampel + asam sulfat 1N

Kristal kalsium sulfat (perbesaran 10x10)


(62)

Lampiran 4. Hasil analisis kualitatif mineral fosfor

Endapan kuning amonium fosfomolibdat Keterangan :

1. Larutan sampel


(63)

Lampiran 5. Gambar alat spektrofotometer serapan atom, spektrofotometer uv-visible dan tanur

Atomic Absorption Spectrophotometer Hitachi Z-2000


(64)

Lampiran 5 (lanjutan)


(65)

Lampiran 6. Bagan alir proses destruksi kering

Ikan teri kering

Ditimbang sebanyak 5 gram di atas krus porselen

Diarangkan di atas hot plate

Diabukan dalam tanur dengan temperatur awal 100◦C dan perlahan - lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500◦C dengan interval 25◦C setiap 5 menit

Ditambahkan 5 ml asam nitrat(1:1) Diuapkan pada hot plate sampai kering

Hasil

Dilakukan selama 60 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator

Abu

Dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator

Dicuci bersih

Dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan temperatur awal 100˚C dan perlahan - lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500˚C dengan interval 25˚C setiap 5 menit.

Dihaluskan dengan blender Dikeringkan dalam oven 10-15 menit Sampel yang telah dihaluskan


(66)

Lampiran 7. Bagan alir pembuatan larutan sampel Sampel yang telah

didestruksi

Dilarutkan dalam 5 mlasam nitrat (1:1) Dipindahkan ke dalam labu tentukur 100 ml Dibilas krus porselen sebanyak tiga kali dengan 10 ml akuabides. Dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda

Dimasukkan ke dalam botol Larutan sampel

Disaring dengan kertas saring Whatman No.42

Filtrat

Dibuang 5 ml untuk menjenuhkan kertas saring

Dilakukan analisis kualitatif

Dilakukan analisis kuantitatif dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada λ 422,7 nm untuk kadar kalsium, dan analisis kuantitatif dengan Spektrofotometer Sinar Tampak pada λ 710 nm untuk kadar fosfor Hasil


(67)

Lampiran 8. Perhitungan Konsentrasi Larutan Induk Baku KH2PO4

BM KH2PO4 = 136,09

BM P = 30,9738


(68)

Lampiran 9. Data Penentuan Kerja pada Panjang Gelombang 710 nm

No Menit Ke- Absorbansi 1 11 0.4843 2 12 0.4855 3 13 0.4829 4 14 0.4826 5 15 0.4815 6 16 0.4817 7 17 0.4815 8 18 0.4812 9 19 0.4815

10 20 0.4827

11 21 0.4814

12 22 0.4808

13 23 0.4817

14 24 0.4816

15 25 0.4821

16 26 0.4818

17 27 0.4818

18 28 0.4820

19 29 0.4821

20 30 0.4822

21 31 0.4823

22 32 0.4825

23 33 0.4824

24 34 0.4820

25 35 0.4825

26 36 0.4825

27 37 0.4828

28 38 0.4827

29 39 0.4829

30 40 0.4828

31 41 0.4828

32 42 0.4829

33 43 0.4831

34 44 0.4828

35 45 0.4832

36 46 0.4830


(69)

Lampiran 9 (lanjutan)

39 49 0.4833

40 50 0.4833

41 51 0.4833

42 52 0.4836

43 53 0.4834

44 54 0.4834

45 55 0.4832

46 56 0.4833

47 57 0.4835

48 58 0.4835

49 59 0.4836

50 60 0.4837

Keterangan:


(70)

Lampiran 10. Data kalibrasi kalsium dengan spektrofotometer serapan atom, perhitungan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi (r).

No. Konsentrasi (µg/ml) (X)

Absorbansi (Y)

1. 0,0000 0,0000

2. 0,2000 0,0152

3. 0,4000 0,0273

4. 0,6000 0,0390

5. 0,8000 0,0506

6. 1,0000 0,0635

No. X Y XY X² Y²

1. 0,0000 0,0000 0,00000 0,0000 0,000000

2. 0,2000 0,0152 0,00304 0,0400 0,000231

3. 0,4000 0,0273 0,01092 0,1600 0,000745

4. 0,6000 0,0390 0,02340 0,3600 0,001521

5. 0,8000 0,0506 0,04048 0,6400 0,002560

6. 1,0000 0,0635 0,06350 1,0000 0,004032

∑ 3,0000 0,1956 0,14134 2,2000 0,009090

X̅ = 0,5000 Y̅=0,0326

a = X

X

n

n Y X XY / / 2 2

 

  =

3,0000

/6 2000 , 2 6 / ) 1956 , 0 ( 0000 , 3 14134 , 0 2  

= 0,0622

Y = a X+ b b = Y  aX

= 0,0326 – (0,0622)(0,5000)

= 0,0015

Maka persamaan garis regresinya adalah: Y = 0,0622X + 0,0015

=



2,2000 3,0000 /6

0,00909

0,1956

/6

6 / 1956 , 0 0000 , 3 14134 , 0 2 2   = 04358 , 0 04354 , 0

 

  n Y Y n X X n Y X XY r / ) ( )( / ) ( / 2 2 2 2


(71)

Lampiran 11. Data kalibrasi fosfor dengan spektrofotometer sinar tampak, perhitungan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi (r).

No. Konsentrasi (µg/ml) (X)

Absorbansi (Y)

1. 0,0000 0,0000

2. 0,1429 0,1081

3. 0,2857 0,2115

4. 0,4286 0,3025

5. 0,5714 0,4028

6. 0,7143 0,4990

No. X Y XY X² Y²

1. 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

2. 0,1429 0,1081 0,0154 0,0204 0,0117

3. 0,2857 0,2115 0,0604 0,0816 0,0447

4. 0,4286 0,3025 0,1297 0,1837 0,0915

5. 0,5714 0,4028 0,2302 0,3265 0,1622

6. 0,7143 0,4990 0,3564 0,5102 0,2490

∑ 2,1429 1,5240 0,7921 1,1224 0,5592

X̅ = 0,3571 Y̅=0,2540

a = X

X

n

n Y X XY / / 2 2

 

  =

2,1429

/6 1224 , 1 6 / ) 5240 , 1 ( 1429 , 2 7921 , 0 2  

= 0,6939

Y = a X+ b b = Y  aX

= 0,2540 – (0,6939)(0,3571)

= 0,0062

Maka persamaan garis regresinya adalah: Y = 0,6939X + 0,0062

=



1,1224 2,1429 /6

0,5592

1,5240

/6

6 / 5240 , 1 1429 , 2 7921 , 0 2 2   = 24781 , 0 2478 , 0 = 0,9997

 

  n Y Y n X X n Y X XY r / ) ( )( / ) ( / 2 2 2 2


(72)

Lampiran 12. Hasil analisis kadar kalsium pada sampel 1. Hasil analisis kalsium pada teri tawar

No. Berat Sampel (g)

Absorbansi (A)

Konsentrasi (µg/ml)

Kadar (mg/100g)

1. 5,0148 0,0175 0,2572 2.564,7556

2. 5,0153 0,0174 0,2556 2.548,4718

3. 5,0149 0,0175 0,2572 2.564,7044

4. 5,0147 0,0174 0,2556 2.548,7767

5. 5,0146 0,0174 0,2556 2.548,8275

6. 5,0149 0,0173 0,2540 2.532,6456

2. Hasil analisis kalsium pada teri nasi No. Berat Sampel

(g)

Absorbansi (A)

Konsentrasi (µg/ ml)

Kadar (mg/100g)

1. 5,0006 0,0370 0,5707 570,6711

2. 5,0007 0,0372 0,5740 573,8746

3. 5,0009 0,0373 0,5756 575,4591

4. 5,0011 0,0374 0,5772 577,0435

5. 5,0014 0,0376 0,5804 580,2234

6. 5,0013 0,0375 0,5788 578,6277

3. Hasil analisis kalsium pada teri toge No. Berat Sampel

(g)

Absorbansi (A)

Konsentrasi (µg/ml)

Kadar (mg/100g)

1. 5,0009 0,0358 0,5514 551,3477

2. 5,0012 0,0359 0,5531 552,9220

3. 5,0005 0,0356 0,5482 548,1767

4. 5,0008 0,0357 0,5498 549,7513

5. 5,0016 0,0360 0,5547 554,4849


(73)

Lampiran 13. Hasil analisis kadar fosfor pada sampel 1. Hasil analisis kadar fosfor pada teri tawar

No. Berat Sampel (g)

Absorbansi (A)

Konsentrasi (µg/ml)

Kadar (mg/100g)

1. 5,0148 0,136 0,1871 1305,6604

2. 5,0153 0,138 0,1900 1325,6451

3. 5,0149 0,137 0,1885 1315,6926

4. 5,0147 0,136 0,1871 1305,6865

5. 5,0146 0,137 0,1885 1315,7713

6. 5,0149 0,137 0,1885 1315,6926

2. Hasil analisis kadar fosfor pada teri nasi

No. Berat Sampel (g)

Absorbansi (A)

Konsentrasi (µg/ml)

Kadar (mg/100g)

1. 5,0007 0,154 0,2130 372,6961

2. 5,0009 0,155 0,2144 375,2027

3. 5,0011 0,154 0,2130 372,6662

4. 5,0014 0,153 0,2116 370,1226

5. 5,0013 0,152 0,2101 367,6087

3. Hasil analisis kadar fosfor pada teri toge

No. Berat Sampel (g)

Absorbansi (A)

Konsentrasi (µg/ml)

Kadar (mg/100g)

1. 5,0009 0,119 0,1626 568,8941

2. 5,0012 0,117 0,1597 558,7361

3. 5,0005 0,117 0,1597 558,8143

4. 5,0008 0,118 0,1611 563,8239

5. 5,0016 0,119 0,1626 568,7761


(74)

Lampiran 14. Contoh perhitungan kadar kalsium dan fosfor pada sampel 1. Contoh perhitungan kadar kalsium

Berat sampel yang ditimbang = 5,0148 gram Absorbansi (Y) = 0,0175

Persamaan regresi: Y = 0,0622X + 0,0015

X =

0622 , 0

0015 , 0 0175 ,

0 

= 0,2572 µg/ml

Konsentrasi kalsium = 0,2572 µg/ml

(g) Sampel Berat

n pengencera Faktor

x (ml) Volume x

(µg/ml) i

Konsentras

(µg/g) kalsium

Kadar 

=

g 0148 , 5

5000 x ml 100 µg/ml

0,2572 x

= 25647,0846 µg/g = 2564,7085 mg/100g


(75)

Lampiran 14 (lanjutan)

2. Contoh perhitungan kadar fosfor

Berat sampel yang ditimbang = 5,0148 gram Absorbansi (Y) = 0,136

Persamaan regresi: Y = 0,6939X + 0,0062

X =

6939 , 0

0062 , 0 136 ,

0 

= 0,1871 µg/ml

Konsentrasi fosfor = 0,1871 µg/ml

(g) Sampel Berat

n pengencera Faktor

x (ml) Volume x

(mcg/ml) i

Konsentras

(mcg/g) fosfor

Kadar 

=

g 0148 , 5

3500 x ml 100 µg/ml

0,1871 x

= 13056,6043 µg/g = 1305,6604 mg/100g


(1)

2. Perhitungan simpangan baku relatif (RSD) kadar kalsium pada teri nasi No. % Perolehan Kembali

(Xi) (Xi-X̅ ) (Xi-X̅ )²

1. 92,56 -0,91 0,83

2. 95,24 1,77 3,13

3. 92,60 -0,87 0,76

∑ 280,40 4,72

X̅ 93,47

SD =

1 -n

X

-Xi 2

=

1 3 4,72

= 1,54

RSD = x

X SD

_ 100%

= 100%

93,47 1,54

x


(2)

Lampiran 22 (lanjutan)

3. Perhitungan simpangan baku relatif (RSD) kadar kalsium pada teri toge No. % Perolehan Kembali

(Xi) (Xi-X̅ ) (Xi-X̅ )²

1. 93,24 -0,16 0,03

2. 93,42 0,02 0,0004

3. 95,33 1,93 3,72

∑ 281,99 3,75

X̅ 93,40

SD =

1 -n

X

-Xi 2

=

1 3 3,75

= 1,37

RSD = x

X SD

_ 100%

= 100%

93,40 1,37

x


(3)

1. Perhitungan simpangan baku relatif (RSD) kadar fosfor pada teri tawar No. % Perolehan Kembali

(Xi) (Xi-X̅ ) (Xi-X̅ )²

1. 97,06 -1,16 1,35

2. 98,30 0,08 0,006

3. 99,31 1,09 1,19

∑ 294,67 2,55

X̅ 98,22

SD =

1 -n

X

-Xi 2

=

1 3 2,55

= 1,13

RSD = x

X SD

_ 100%

= 100%

98,22 1,13

x


(4)

Lampiran 23 (lanjutan)

2. Perhitungan simpangan baku relatif (RSD) kadar fosfor pada teri nasi No. % Perolehan Kembali

(Xi) (Xi-X̅ ) (Xi-X̅ )²

1. 90,74 -0,49 0,24

2. 91,03 -0,2 0,04

3. 91,91 0,68 0,46

∑ 273,68 0,74

X̅ 91,23

SD =

1 -n

X

-Xi 2

=

1 3 0,74

= 0,61

RSD = x

X SD

_ 100%

= 100%

91,23 0,61

x

= 0,69%


(5)

No. % Perolehan Kembali

(Xi) (Xi-X̅ ) (Xi-X̅ )²

1. 102,48 0,81 0,66

2. 102,73 1,06 1,12

3. 99,80 -1,87 3,50

∑ 305,01 5,28

X̅ 101,67

SD =

1 -n

X

-Xi 2

=

1 3 5,28

= 1,62

RSD = x

X SD

_ 100%

= 100%

101,67 1,62

x

= 1,59%


(6)