Analisis Kadar Unsur Besi (Fe), Nikel (Ni) Dan Magnesium (Mg) Pada Air Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

(1)

ANALISIS KADAR UNSUR BESI (Fe), NIKEL (Ni) DAN MAGNESIUM (Mg)

PADA AIR MUARA SUNGAI ASAHAN DI TANJUNG BALAI DENGAN

METODE SPEKTROFOTOMETRISERAPAN ATOM (SSA)

SKRIPSI

SRI RAHAYU 090822007

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

ANALISIS KADAR UNSUR BESI (Fe), NIKEL (Ni) DAN MAGNESIUM (Mg)

PADA AIR MUARA SUNGAI ASAHAN DI TANJUNG BALAI DENGAN

METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SRI RAHAYU 090822007

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS KADAR UNSUR BESI (Fe), NIKEL (Ni) DAN MAGNESIUM (Mg) PADA AIR MUARA SUNGAI ASAHAN DI

TANJUNG BALAI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

Kategori : SKRIPSI

Nama : SRI RAHAYU

Nomor IndukMahasiswa : 090822007

Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA EKSTENSI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2011

KomisiPembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Prof.Dr.Harry Agusnar,M.Sc.,M.Phill Prof.Dr. Zul Alfian,M.Sc NIP. 195308171983031002 NIP.195504051983031002

Diketahui/Disetujuioleh :

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

DR. Rumondang BulanNst, MS NIP. 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

ANALISIS KADAR UNSUR BESI (Fe), NIKEL (Ni) DAN MAGNESIUM (Mg) PADA AIR MUARA SUNGAI ASAHAN DI TANJUNG BALAIDENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan,Juli 2011

SRI RAHAYU 090822007


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya serta abangda tercinta yang telah memberikan dukungan moral dan material sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bapak Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phill selaku dosen pembimbing II serta Bapak Prof Dr. Harlem Marpaung yang dengan tulus, sabar dan penuh pengertian membimbing dan mengarahkan selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. Ketua dan Sekretaris Departemen Program Studi Kimia Ekstensi S1 yaitu Ibu DR. Rumondang Bulan Nst, MS dan Bapak Dr. Darwin Yunus Nst, MS yang turut memberikan pengarahan dan mensahkan skripsi ini. Seluruh staff pengajar jurusan Kimia dan seluruh pegawai FMIPA USU Medan yang telah membimbing dan membantu penulis selama menjadi mahasiswa. Bang Bobby Cahyadi, M.Si selaku staff Laboratorium Kimia Analitik yang telah banyak membantu penulis melakukan penelitian. Seluruh asisten Laboratorium Kimia Dasar khususnya Reni, Rivan, Eko, Novi, Deasy dan Yuki serta pegawai LIDA khususnya Kak Pepi, Putra, Pandi, Ridwan yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis dalam melakukan penelitian dan teman-teman kimia ekstensi khususnya Intan, Vordinan, Jatu dan Fauzi. Akhirnya, tidak terlupakan kepada ibu, bapak dan semua sanak-keluarga khususnya kak Ipeh yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan.Semoga Allah SWT akan membalasnya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini agar dapat bermanfaat bagi kita semua.


(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian untuk menganalisis kadar unsur besi (Fe), nikel (Ni) dan magnesium (Mg) pada air muara sungai Asahan di Tanjung Balai dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Sampel diambil dari tiga (3) stasiun yang berjarak 3 mil dari garis pantai dan setiap stasiun pengamatan masing-masing berjarak 1 mil. Hasil analisis menunjukkan kadar unsur besi (Fe) yaitu 0,1386 – 0,2141 mg/L, kadar unsur nikel (Ni) yaitu 0,0429– 0,0683 mg/L dan kadar unsur magnesium (Mg) yaitu 0,2555 - 0,3628 mg/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar unsur besi (Fe), nikel (Ni) dan magnesium (Mg) masih sesuai dengan PERMENKES No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.


(7)

ANALYSIS OF IRON (Fe), NICKEL (Ni) AND MAGNESIUM (Mg) IN WATER ESTUARY OF THE RIVER IN TANJUNG BALAI ASAHAN USING

ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETRY (AAS) ABSTRACT

Studies have been conducted to analyze the levels of the element iron (Fe), nickel (Ni) and magnesium (Mg) in water estuaries of the river in Tanjung Balai Asahan using Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS). Sample staken from three (3) station within 3 miles of shore line and each individual observation station within 1 mile. The results showed levels of the element iron (Fe) is 0,1386 to 0,2141 mg/L, levels of elements nickel (Ni) is 0,0429 to 0,0683 mg/L and levels of the element magnesium (Mg) is 0,2555 to 0,3628 mg/L. The results showed that levels of the element iron (Fe), nickel (Ni) and magnesium (Mg) corresponding with PERMENKES No.492/MENKES/PER/IV/2010 on Drinking Water Quality Requirements.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Pembatasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

1.6. Lokasi Penelitian 3

1.7. Metodologi Penelitian 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka 5

2.1. Air 5

2.1.1.Sifat-sifat Air 5

2.2. Logam Berat 6

2.2.1. Karakteristik Logam Berat 7

2.2.2. Pengaruh Logam Berat Terhadap Kesehatan Manusia 8

2.3. Besi (Fe) 8

2.3.1. Logam Besi Dalam Kehidupan Manusia 8

2.3.2. Manfaat Sebagai Mikroelemen Tubuh 9

2.3.3. Efek Toksik 9

2.4. Nikel (Ni) 9

2.4.1. Manfaat Sebagai Mikroelemen 10

2.4.2. Efek Toksik 10

2.5. Magnesium (Mg) 10

2.5.1. Manfaat 11

2.6. Spektrofotometri Serapan Atom 11

2.6.1. Prinsip dan Dasar Teori 11

2.6.2. Peralatan Spektrofotometri Serapan Atom 12

2.6.3. Keuntungan Penggunaan Metode SSA 14

Bab 3 Bahan dan Metode Penelitian 15


(9)

3.2. Alat –alat Penelitian 15

3.3. Prosedur Penelitian 16

3.3.1. Persiapan Sampel 16

3.3.2. Tahap Destruksi Sampel 16

3.3.3. Pembuatan Larutan Standa rLogam Besi (Fe) 17 3.3.3.1. Larutan Standar Logam Besi (Fe) 100 mg/L 17 3.3.3.2. Larutan Standar Logam Besi (Fe) 10 mg/L 17 3.3.3.3. Larutan Standar Logam Besi (Fe) 1 mg/L 17 3.3.3.4. Larutan Seri Standar Logam Besi (Fe) 0,0; 0,5; 1,0; 1,5;

2,0dan 2,5 mg/L 17

3.3.3.5. Pembuatan Kurva Standar Logam Besi (Fe) 18 3.3.4. Pembuatan Larutan Standar Logam Nikel (Ni) 18 3.3.4.1. Larutan Standar Logam Nikel (Ni) 100 mg/L 18 3.3.4.2. Larutan Standar Logam Nikel (Ni) 10 mg/L 18 3.3.4.3. Larutan Standar Logam Nikel (Ni) 1 mg/L 18 3.3.4.4. Larutan Seri Standar Logam Nikel (Ni) 0,00; 0,02; 0,04;

0,06; 0,08 dan 0,10 mg/L 19

3.3.4.5. Pembuatan Kurva Standar Logam Nikel (Ni) 19 3.3.5. Pembuatan Larutan Standar Logam Magnesium (Mg) 19 3.3.5.1. Larutan Standar Logam Magnesium (Mg) 100 mg/L 19 3.3.5.2. Larutan Standar Logam Magnesium (Mg) 10 mg/L 19 3.3.5.3. Larutan Standar Logam Magnesium (Mg) 1 mg/L 20 3.3.5.4. Larutan Seri Standar Logam Magnesium (Mg) 0,0; 0,1;

0,2; 0,3 dan 0,4 mg/L 20

3.3.5.5. Pembuatan Kurva Standar Logam Magnesium (Mg) 20

3.4. Bagan Penelitian 20

3.4.1. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Kurva Kalibrasi Logam

Besi (Fe) 21

3.4.2. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Kurva Kalibrasi Logam

Nikel (Ni) 22

3.4.3. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Kurva Kalibrasi Logam

Magnesium (Mg) 23

3.4.4. Preparasi Larutan Sampel 24

Bab 4 Hasil dan Pembahasan 25

4.1. HasilPenelitian 25

4.1.1. LogamBesi (Fe) 25

4.1.1.1. PenentuanKurvaStandarLogamBesi (Fe) 25 4.1.1.2. Penentuan Kadar LogamBesi (Fe) dariSampel Air

Muara Sungai Asahan di TanjungBalai 28

4.1.2. LogamNikel (Ni) 29

4.1.2.1. PenentuanKurvaStandarLogamNikel (Ni) 30 4.1.2.2. Penentuan Kadar LogamNikel (Ni) dariSampel Air

Muara Sungai Asahan di TanjungBalai 33

4.1.3. Logam Magnesium (Mg) 34

4.1.3.1. Penentuan Kurva Standar Logam Magnesium (Mg) 34 4.1.3.2. Penentuan Kadar Logam Magnesium (Mg) dari Sampel


(10)

4.2. Pembahasan 38

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 40

5.1. Kesimpulan 40

5.2. Saran 40

Daftar Pustaka Lampiran


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Kondisi Alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada Pengukuran

Konsentrasi Logam Besi (Fe) 25

Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Logam Besi (Fe) 26 Tabel 4.3. Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Besi (Fe) 26 Tabel 4.4. Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Logam Besi (Fe)

Pada Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai 28 Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Kadar Logam Besi (Fe) pada Sampel Air Muara

Sungai Asahan di Tanjung Balai 29

Tabel 4.6. Kondisi Alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada Pengukuran

Konsentrasi Logam Nikel (Ni) 29

Tabel 4.7. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Logam Nikel (Ni) 30 Tabel 4.8. Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Nikel (Ni) 30 Tabel 4.9. Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Logam Nikel (Ni)

Pada Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai 33 Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Kadar Logam Nikel (Ni) pada Sampel Air Muara

Tabel 4.11. Kondisi Alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada Pengukuran

Konsentrasi Logam Magnesium (Mg) 34

Tabel 4.12. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Logam Magnesium

(Mg) 34

Tabel 4.13. Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Magnesium (Mg) 35 Tabel 4.14. Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Logam Magnesium

(Mg) Pada Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai 37 Tabel 4.15. Hasil Perhitungan Kadar Logam Magnesium (Mg) pada Sampel Air


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Spektrofotometer Serapan Atom 12

Gambar 2. Kurva Standar Larutan Logam Besi (Fe) 27

Gambar 3. Kurva Standar Larutan Logam Nikel (Ni) 32


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Gambar 1. Peta Lokasi Muara Sungai Asahan 44

Gambar 2. Lokasi Stasiun Penelitian 45

Gambar 3. Alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Merek Shimadzu

AA 6300 46

Gambar 4. Persyaratan Kualitas Air Minum (PERMENKES No. 492/MENKES/


(14)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian untuk menganalisis kadar unsur besi (Fe), nikel (Ni) dan magnesium (Mg) pada air muara sungai Asahan di Tanjung Balai dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Sampel diambil dari tiga (3) stasiun yang berjarak 3 mil dari garis pantai dan setiap stasiun pengamatan masing-masing berjarak 1 mil. Hasil analisis menunjukkan kadar unsur besi (Fe) yaitu 0,1386 – 0,2141 mg/L, kadar unsur nikel (Ni) yaitu 0,0429– 0,0683 mg/L dan kadar unsur magnesium (Mg) yaitu 0,2555 - 0,3628 mg/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar unsur besi (Fe), nikel (Ni) dan magnesium (Mg) masih sesuai dengan PERMENKES No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.


(15)

ANALYSIS OF IRON (Fe), NICKEL (Ni) AND MAGNESIUM (Mg) IN WATER ESTUARY OF THE RIVER IN TANJUNG BALAI ASAHAN USING

ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETRY (AAS) ABSTRACT

Studies have been conducted to analyze the levels of the element iron (Fe), nickel (Ni) and magnesium (Mg) in water estuaries of the river in Tanjung Balai Asahan using Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS). Sample staken from three (3) station within 3 miles of shore line and each individual observation station within 1 mile. The results showed levels of the element iron (Fe) is 0,1386 to 0,2141 mg/L, levels of elements nickel (Ni) is 0,0429 to 0,0683 mg/L and levels of the element magnesium (Mg) is 0,2555 to 0,3628 mg/L. The results showed that levels of the element iron (Fe), nickel (Ni) and magnesium (Mg) corresponding with PERMENKES No.492/MENKES/PER/IV/2010 on Drinking Water Quality Requirements.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perairan Bagan Asahan yang terletak pada koordinat 030 01’ 00” LU dan 990 51’ 30” BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara.Selain terletak di bibir Selat Malaka.Bagan Asahan adalah kawasan muara Sungai Asahan, sungai yang berhulu dari Danau Toba.Sungai Asahan mengalir melewati Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Asahan dan Kota Tanjung Balai. Sejumlah sungai kecil bermuara ke Sungai Asahan, sehingga semakin mendekati muaranya, debit air Sungai Asahan makin besar. Lebar Sungai Asahan di kawasan muara sekitar 1 kilometer (PT. Pelabuhan Indonesia, 2010).

Sebagai ekosistem, banyak muara-muara sungai di bawah ancaman dari aktivitas manusia seperti polusi dan penangkapan ikan secara berlebihan. Karena kecocokan pemukiman manusia, muara biasanya menjadi titik berat tempat tinggal manusia, dari 32 kota terbesar di dunia, 22 diantaranya terletak di muara

Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai merupakan kawasan yang mendapat tekanan berat dari aktivitas didaratan (hulu) maupun hilir (laut). Penyebab dari pencemaran muara tidak saja berasal dari buangan limbah industri domestik dan limbah pertanian yang ada di sepanjang daerah aliran sungai, tetapi juga kurangnya kesadaran sebagian masyarakat yang membuang kotoran ke dalam sungai. Sebagian bahan kimia tersebut bersifat toksik dan sulit terurai di alam, menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan perairan yang sangat besar (Rahmansyah, 1997, dalam Jovita dkk, 2003).

Pencemaran logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia, tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh serta besarnya dosis paparan.Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu


(17)

metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen, atau karsinogen bagi manusia maupun hewan (Widowati, W, 2008).

Di sepanjang Sungai Asahan banyak terdapat aktivitas manusia antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Asahan, pariwisata, pemukiman, rumah sakit, pabrik es (cold storange), pabrik kapur, industri tapioka, gudang-gudang penyimpanan barang, gudang-gudang ikan, tambak udang dan lalu lintas kapal yang mempunyai potensi membuang limbah khususnya logam berat ke sungai Asahan sehingga dapat menyebabkan perairan muara Sungai Asahan tercemar logam berat. Logam berat yang sering terdapat dalam pencemaran air laut adalah Hg, Pb, Cd, Cr, Cu, Zn ,Ni, dan Fe.

Kehadiran unsur besi (Fe) dalam air bersih menyebabkan timbulnya rasa bau logam, menimbulkan warna koloid merah (karat) dalam air akibat oksidasi oleh oksigen terlarut dan dapat merupakan racun bagi manusia. Demikian juga kehadiran unsurnikel (Ni) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun bagi manusia sehingga perlu pembatasan yang ketat, sedangkan kehadiran unsur magnesium (Mg) merupakan mineral yang sangat penting dibutuhkan oleh tubuh dan magnesium bersifat tidak toksik bahkan menguntungkan bagi fungsi hati dan sistem saraf. Pemilihan lokasi pengambilan sampel di kawasan muara sungai Asahan di Tanjung Balai berdasarkan pengamatan visual yang dianggap rawan pencemaran yaitu daerah dekat dengan kawasan industri dimana air tersebut masih digunakan masyarakat sekitar untuk berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari seperti mencuci, mandi bahkan digunakan sebagai air minum.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui kadar dan sebaran logam berat pada air muara Sungai Asahan di Tanjung Balai dengan menggunakan Spetrofotometer Serapan Atom (SSA).

1.2. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kadar logam besi (Fe), Nikel (Ni) dan Magnesium (Mg) dalam air muara sungai Asahan di Tanjung Balai memenuhi PERMENKES No.492/MENKES/PER/IV/2010.


(18)

1.3. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada penentuan kadar unsur besi (Fe), nikel (Ni) dan magnesium (Mg) dengan menggunakan Spetrofotometer Serapa Atom (SSA) tipe nyala merek Shimadzu AA-6300 terhadap sampel air muara sungai Asahan di Tanjung Balai.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar logam besi (Fe), nikel (Ni) dan magnesium (Mg) dalam air muara sungai Asahan di Tanjung Balai apakah masih sesuai dengan Kualitas Air MinumPERMENKES No.492/MENKES/PER/IV/2010.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi bagi masyarakat sekitar apakah kualitas air sungai Asahan di Tanjung Balai masih dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari.

1.6 . Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar LIDA Universitas SumateraUtara dan Analisis Spektrofotometri Serapan Atom dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara dan pengambilan sampel dilakukan di Muara Sungai Asahan Tanjung Balai.

1.7. Metodologi Penelitian

1. Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium. 2. Penentuan pH dengan menggunakan pH meter.


(19)

3. Sampel yang di analisa adalah air yang diambil dari muara sungai Asahan di Tanjung Balai pada 3 (tiga) stasiun.

4. Pereaksi yang digunakan adalah asam nitrat pekat.

5. Penentuan kadar unsur besi (Fe), nikel (Ni) dan magnesium (Mg) dilakukan dengan metode SpektrofotometerSerapan Atom (SSA). Dimana atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang berdasarkan sifat unsur logam tersebut. Adapun panjang gelombang spesifik untuk logam Besi, Nikel dan Magnesium adalah sebagai berikut: λspesifik 248,3 nm untuk

logam besi (Fe), λspesifik 232,0 nm untuk logam nikel (Ni), dan λspesifik 285,2 nm untuk logam


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar.Beberapa bahan pencemar seperti bahan mikrobiologik (bakteri, virus, parasit), bahan organik (pestisida, deterjen) dan beberapa bahan inorganik (garam, asam, logam), serta beberapa bahan kimia lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan (Darmono, 2001).

Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya.Beberapa logam berat tersebut banyak digunakan dalam berbagai keperluan, oleh karena itu diproduksi secara rutin dalam skala industri.Penggunaan logam-logam berat tersebut dalam berbagai keperluan sehari-hari berarti telah secara langsung maupun tidak langsung, atau sengaja maupun tidak sengaja, telah mencemari lingkungan.Beberapa logam berat tersebut ternyata telah mencemari lingkungan melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan lingkungan (Fardiaz, S, 1992).

2.1.1. Sifat- sifat Air

Pada kisaran suhu yang sesuai kehidupan, yakni 0oC (32o F) – 100o C, air berwujud cair.Suhu 0o C merupakan titik beku (freezing point) dan pada suhu 100o C merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat di dalam jaringan tubuh makhluk hidup maupun air yang terdapat di laut, sungai , danau, dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas atau padatan , sehingga tidak akan mungkin terdapat kehidupan muka bumi ini, karena sekitar 60%-90% bagian sel makhluk hidup adalah air (Pecl, 1990).


(21)

Air merupakan pelarut yang baik.Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia.Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter (Tebbut, 1992).Sifat ini memungkinkan unsur hara (nutrien) terlarut diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan toksik yang masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini juga memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar (polutan) yang masuk ke badan air ( Effendi, H, 2003).

2.2. Logam Berat

Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 g/cm3, terletak di sudut kanan bawah pada sistem periodik unsur,mempunyai afinitas yang tinggi terhadap S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92, dari periode 4 sampai 7.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terpisah dari benda-benda yang bersifat logam.Benda ini kita gunakan sebagai alat perlengkapan rumah tangga seperti sendok, garpu, pisau dan lain-lain, sampai pada tingkat perhiasan mewah yang tidak dapat dimiliki oleh semua orang seperti emas, perak dan lain-lain.Secara gamblang, dalam konotasi keseharian kita beranggapan bahwa logam diidentikkan dengan besi.padat, keras, berat dan sulit dibentuk (Palar, 2008).

Logam berat jika sudah terserap kedalam tubuh maka tidak dapat dihancurkan tetapi akan tetap tinggal didalamnya hingga nantinya dibuang melalui proses ekskresi. Hal serupa juga terjadi apabila suatu lingkungan terutama perairan telah terkontaminasi logam berat maka proses pembersihannya akan sulit sekali dilakukan. Kontaminasi logam berat ini dapat berasal dari faktor alam seperti kegiatan gunung berapi dan kebakaran hutan atau faktor manusia seperti pembakaran minyak bumi, pertambangan, peleburan, proses industri, kegiatan pertanian, peternakan dan kehutanan, serta limbah buangan termasuk sampah rumah tangga. (Putra, J.A, 2006)

Menurut Fortner dan Porsi, faktor yang menyebabkan logam berat dikelompokkan ke dalam zat pencemar adalah:


(22)

1. Logam berat tidak dapat terurai melalui biodegradasi seperti pencemar organik.

2. Logam berat dapat terakumulasi dalam lingkungan terutama dalam sedimen sungai dan laut karena dapat terikat dengan senyawa organic dan anorganik melalui proses adsorpsi dan pembentukan senyawa kompleks (U.Fortsner,F Prosi, 1978).

2.2.1. Karakteristik Logam Berat

Berdasarkan daya hantar panas dan listrik, semua unsur kimia yang terdapat dalam susunan berkala unsur-unsur dapat dibagi atas dua golongan yaitu logam dan non logam.Golongan logam mempunyai daya hantar panas dan listrik yang tinggi,sedangkan golongan non logam mempunyai daya hantar listrik yang rendah.Berdasarkan densitasnya, golongan logam dibagi atas dua golongan, yaitu golongan logam ringan dan logam berat. Golongan logam ringan (light metals) mempunyai densitas <5, sedangkan logam berat (heavy metals) mempunyai densitas >5 (Hutagalung, dkk, 1995).

Sedangkan (Palar,2008 dalam Ernawati 2010) memberi karakteristik logam berat sebagai berikut:

1.Memiliki spesifikasi gravitasi yang sangat besar (>4)

2.Mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsur lantanida dan aktanida 3.Mempunyai respon biokimia yang spesifik pada organisme hidup.

Salah satu polutan yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat.WHO (World Health Organisation) dan FAO (Food Agriculture Organisation) merekomendasikan untuk tidak mengkonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat.

2.2.2. Pengaruh Logam Berat Terhadap Kesehatan Manusia

Logam yang dapat menyebabkan keracunan adalah jenis logam berat saja. Logam ini termasuk logam yang esensial seperti Cu,Zn,Se dan yang nonesensial seperti Pb,Hg,Cd dan As. Terjadinya keracunan logam paling sering disebabkan pengaruh pencemaran lingkungan oleh logam berat,


(23)

seperti penggunaan logam sebagai pembasmi hama (pestisida), pemupukan maupun karena pembuangan limbah pabrik yang menggunakan logam. Logam esensial seperti Cu dan Zn dalam dosis tertentu dibutuhkan sebagai unsur nutrisi pada hewan,tetapi logam nonesensial seperti Hg,Pb,Cd,dan As sama sekali belum diketahui kegunaannya walaupun dalam jumlah relatif sedikit dapat menyebabkan keracunan pada hewan(Darmono,2001).

2.3. Besi (Fe)

Besi dengan nomor atom 26 dan massa atom 55,85, dalam SPU terletak pada periode 4 golongan VIII B.Besi melebur pada suhu 15350C,titik didihnya 30000C,dan mempunyai densitas 7,87 g/cm3. Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak yang kukuh dan liat (Vogel 1994).

2.3.1. Logam Besi Dalam Kehidupan Manusia

Proses biokimia dalam tubuh makhluk selalu melibatkan unsur-unsur logam didalamnya. Pada suatu proses fisiologi yang normal, ion logam essensial sangat berperan aktifitasnya baik dalam ikatannya dengan protein, enzim maupun bentuk lainnya.Manusia yang sehat dalam jaringan tubuhnya selalu ditemukan ion logam yang normal.Sedang ion logam yang ditemukan terlalu rendah pada jaringan tertentu misalnya darah (Fe), hati (Cu), dapat digunakan untuk mendiagnosa adanya kelainan pada orang yang bersangkutan yang kemungkinan menderita defisiensi atau penyakit lainnya.

2.3.2. Manfaat Sebagai Mikroelemen Tubuh

Fe memiliki berbagai fungsi esensial dalam tubuh yaitu :

1. Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh. 2. Sebagai alat angkut elektron dalam sel.


(24)

Kadar Fe dalam tubuh manusia kira-kira 3-5 g. Sebanyak 2/3 bagian terikat oleh Hb, 10% diikat oleh mioglobin dan enzim mengandung Fe dan sisanya terikat dalam protein feritrin dan hemosiderin.

2.3.3. Efek Toksik

Kelebihan Fe jarang terjadi akibat konsumsi yang berasal dari makanan, tetapi oleh konsumsi suplemen Fe. Kerusakan-kerusakan jaringan karena akumulasi Fe disebut hemokromatosis. Hal itu terjadi karena hemosiderin sulit melepaskan Fe. Hemokromatosis adalah penyakit karena meningkatnya absorpsi Fe sehingga tidak mampu mengatur absorpsi Fe dari usus. Penderita hemokromatosis menunjukkan akumulasi Fe di hati, limpa, tulang sumsum, jantung dan jaringan-jaringan lainnya. Penderita hemokromatosis beresiko terserang kanker hati, penyakit jantung, dan berbagai penyakit lainnya (Widowati,W.2008).

Kadar Fe yang berlebihan selain dapat mengakibatkan timbulnya warna merah juga mengakibatkan karat pada peralatan yang terbuat dari logam, serta dapat memudarkan bahan celupan dan tekstil (Effendi,H.2003).

2.4. Nikel (Ni)

Nikel adalah logam putih perak yang keras.Nikel bersifat liat, dapat ditempah dan sangat kukuh, logam ini melebur pada 1455o C, dan bersifat sedikit magnetis (Vogel, 1994).Sumber masuk ketatanan lingkungan perairan dari aktifitas manusia berupa pencucian dinding kapal,buangan industri, dan lain sebagainya.Nikel dapat terdapat sebagai unsur bebas dan juga sebagai senyawa dimana nikel nantinya dalam bentuk ion dengan valensi 2 dan 3. Nikel dapat menyebabkan kanker walaupun dalam jumlah kecil (Agusnar, H. 2008).


(25)

Nikel merupakan zat gizi esensial yang berfungsi menstabilisasi struktur asam nukleat dan protein dan sebagai kofaktor berbagai enzim. Nikel juga berperan mengatur kadarlipid dalam jaringan dan dalam sintesis fosfolipid.Nikel juga merupakan nonspesifik aktifator enzim.

2.4.2. Efek Toksik

Tingginya kadar nikel dalam jaringan tubuh manusia bisa mengakibatkan munculnya berbagai efek samping yaitu akumulasi Ni pada kelenjar pituitari yang bisa mengakibatkan depresi sehingga mengurangi sekresi hormon prolaktin di bawah normal. Akumulasi Ni pada pankreas bisa menghambat sekresi hormon insulin. (Widowati, W, 2008)

2.5. Magnesium (Mg)

Magnesium adalah mineral yang sangat penting untuk banyak proses-proses biologi yang terjadi di dalam tubuh. Mineral esensial adalah mineral yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk proses fisiologis, dan di bagi ke dalam 2 kelompok yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar yang terdiri atas Ca, Cl, Mg, K, F, Na dan S. Mineral mikro dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, seperti Co, Cu, I, Fe, Mn, Se dan Zn (Arifin, Z, 2008).

Magnesium bersifat tidak toksik, bahkan menguntungkan bagi fungsi hati dan sistem saraf. Kadar magnesium pada perairan alami bervariasi antara 1-100 mg/L, pada perairan laut mencapai 1.000 mg/L, sedangkan pada brine mencapai 57.000 mg/L. Kadar maksimum yang diperkenankan untuk kepentingan air minum adalah 50 mg/L (McNeely et al, 1979; Peavy et al, 1985).

2.5.1. Manfaat

Sebagai sumber mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan menjaga kestabilan kadar darah di dalam tubuh, membantu tubuh menyerapkan kalsium dan juga memainkan peranan utama di dalam menguatkan dan membentuk tulang dan gigi, memelihara kesehatan jantung, membantu


(26)

menstabilkan ritme dari jantung dan membantu memelihara kesehatan level tekanan darah dan memelihara fungsi otot yang benar (Effendi, H. 2003).

2.6. Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri Serapan Atom adalah suatu metode pengukuran kuantitatif suatu unsur yang terdapat dalam suatu cuplikan berdasarkan penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu oleh atom-atom bentuk gas dalam keadaan dasar.

2.6.1. Prinsip dan Dasar Teori

Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi dilewatkan nyala yang mengandung atom-atom bersangkutan, maka sebagian cahaya itu akan diserap, dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala. Hal ini merupakan dasar penentuan kuantitatif logam-logam dengan menggunakan SSA (Walsh,A., 1955).

2.6.2 Peralatan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Komponen penting yang membentuk spektrofotometer serapan atom dapat diperlihatkan secara skematis pada gambar berikut:

- - - - - - - - - -

(Zul Alfian, 2004)

Gambar 1. Skema Spektrofotometer Serapan Atom

Sumber Radiasi Monokromator Detektor

Nebulizer Read Out Nyala


(27)

1. Sumber Radiasi

Suatu sumber radiasi yang digunakan harus memancarkan spektrum atom dari unsuryang ditentukan. Spektrum atom yang dipancarkan harus terdiri dari garis tajam yang mempunyai setengah lebar yang sama dengan garis serapan yang dibutuhkan oleh atom-atom dalam contoh.Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hallow chatode lamp) (Bassett dkk, 1994).

2. Nyala

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Untuk spektroskopi nyala suatu persyaratan yang penting adalah bahwa nyala yang dipakai hendaknya menghasilkan temperatur lebih dari 2000oK untuk memenuhi persyaratan ini digunakan suatu gas pembakar bersama-sama dengan suatu gas pengoksidasi / oksidator, seperti udara ataupun gas dinitrogen oksida (N2O) (Haswell,S.J, 1991).

3. Sistem Pembakar – Pengabut (Nebulizer)

Tujuan sistem pembakar – pengabut adalah untuk mengubah larutan uji menjadi atom-atom dalam bentuk gas.Fungsi pengabut adalah menghasilkan kabut atau aerosol larutan uji. Larutan yang akan dikabutkan ditarik ke dalam pipa kapiler oleh aksi semprotan udara yang ditiupkan melalui ujung kapiler, diperlukan aliran gas bertekanan tinggi untuk menghasilkan aerosol yang halus (Basset dkk, 1994).

4. Monokromator

Dalam spektroskopi serapan atom fungsi monokromator adalah untuk memisahkan garis resonansi dari semua garis yang tak diserap yang dipancarkan oleh sumber radiasi ( Braun, R.D, 1982).


(28)

5. Detektor

Detektor pada spektrofometer serapan atom berfungsi mengubah intensitas radiasi yang datang menjadi arus listrik. Pada spektrofotometer serapan atom yang umum dipakai sebagai detektor adalah tabung penggandaan foton (PMT = Photo Multiplier Tube Detector) (Mulja,M.,1997).

6. Read Out

Read out merupakan sistem pencatatan hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu rekorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Braun, R.D, 1982).

2.6.3 Keuntungan Penggunaan Metode SSA

Analisis dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dengan pertimbangan bahwa:

1. Metode analisis (SSA) dapat menentukan hampir keseluruhan unsur logam.

2. Metode analisis (SSA) dapat menentukan logam dalam skala kualitatif karena lampunya 1 (satu) untuk setiap 1 logam.

3. Analisis unsur logam langsung dapat ditentukan walau sampel dalam bentuk campuran. 4. Analisis unsur logam di dapat hasil kuantitatif.


(29)

BAB 3

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Bahan-bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: - Sampel air muara suangai Asahan

- HNO3(p) p.a E. Merck

- Larutan induk logam Fe 1000 mg/L p.a E. Merck - Larutan induk logam Ni 1000 mg/L p.a E. Merck - Larutan induk logam Mg 1000 mg/L p.a E. Merck - Akuades

3.2. Alat-alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

- Spektrofotometer Serapan Atom Shimadzu AA 6300

- Labu takar Pyrex

- Pipet volume Pyrex

- Gelas beaker Pyrex

- Kertas saring Whatman

- pH meter Walklab

- Hot Plate Cimarec

- Water Sampler Lamnot

- Botol alkohol - Botol akuades - Bola Karet - Corong


(30)

3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Persiapan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel air adalah “PurposiveComposite Sampling”.Di ambil pada 3 (tiga) stasiun pengamatan. Pada masing-masing stasiun dilakukan pengambilan sampel pada permukaan air dan pada kedalaman 9 meter kemudian kedua sampel digabungkan menjadi satu. Sampel diambil dengan menggunakan alat khusus yaitu water sampler. Alat tersebut diturunkan kedasar perairan kedalaman ± 9 m, dengan gigi-gigi katup yang dibiarkan terbuka. Setelah alat mencapai dasar, maka pemberat dilepaskan yang menyebabkan katup akan menutup rapat, sehingga sampel yang sudah terperangkap tidak akan terlepas lagi. Kemudian alat tersebut ditarik keatas permukaan. Sampel air yang diperoleh di tuang ke botol alkohol. Kemudian botol alkohol ditutup dan diberi label. Selanjutnya sampel dibawa ke Laboratorium USU Medan.

3.3.2. Tahap Destruksi Sampel

Tahap destruksi sampel yang digunakan berupa destruksi basah.Sebanyak 100 mL sampel dimasukkan ke dalam gelas beaker. Ditambahkan 5 mLHNO3(p) kemudian dipanaskan hingga

larutan hampir kering. Ditambahkan 50 mL akuades kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 mL melalui kertas saring, lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen. Kemudian ditentukan kadar unsur Fe, Ni dan Mg dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada masing- masing λspesifik 248,3 nm pada besi (Fe), λspesifik232,0 nm pada nikel (Ni), dan λspesifik 285,2 nm pada magnesium (Mg).

3.3.3. Pembuatan Larutan Standar Logam Besi (Fe) 3.3.3.1. Larutan Standar Logam Besi (Fe) 100 mg/ L

Sebanyak 10 mL larutan induk logam besi 1000 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.


(31)

Sebanyak 10 mL larutan standar logam besi 100 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.3.3. Larutan Standar Logam Besi (Fe) 1 mg/L

Sebanyak 10 mL larutan standar logam besi 10 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.3.4. Larutan Seri Standar Logam Besi (Fe) 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mg/L

Sebanyak 0,0; 25; 50; 75; 100; dan 125 mL larutan standar besi 1 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.3.5. Pembuatan Kurva Standar Besi (Fe)

Larutan blanko diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektofotometer Serapan Atom pada

λspesifik 248,3 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri

standar besi 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mg/L.

3.3.4. Pembuatan Larutan Standar Logam Nikel (Ni) 3.3.4.1. Larutan Standar Logam Nikel (Ni) 100 mg/ L

Sebanyak 10 mL larutan induk logam nikel 1000 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.


(32)

3.3.4.2. Larutan Standar Logam Nikel (Ni) 10 mg/L

Sebanyak 10 mL larutan standar logam nikel 100 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.4.3. Larutan Standar Logam Nikel (Ni) 1 mg/L

Sebanyak 10 mL larutan standar logam nikel 10 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.4.4. Larutan Seri Standar Logam Nikel (Ni) 0,00; 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; dan 0,10 mg/L

Sebanyak 0,0; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0 mL larutan standar nikel 1 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.4.5. Pembuatan Kurva Standar Nikel(Ni)

Larutan blanko diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektofotometer Serapan Atom pada

λspesifik232,0 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri

standar nikel 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; dan 0,10 mg/L.

3.3.5. Pembuatan Larutan Standar Logam Magnesium (Mg) 3.3.5.1. Larutan Standar Logam Magnesium (Mg) 100 mg/ L

Sebanyak 10 mL larutan induk logam magnesium 1000 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.


(33)

3.3.5.2. Larutan Standar Logam Magnesium (Mg) 10 mg/L

Sebanyak 10 mL larutan standar logam magnesium 100 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.5.3. Larutan Standar Logam Magnesium (Mg) 1 mg/L

Sebanyak 10 mL larutan standar logam magnesium 10 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.5.4. Larutan Seri Standar Logam Magnesium (Mg) 0,0; 0,1; 0,2; 0,3; dan 0,4 mg/L

Sebanyak 0,0; 5; 10; 15; dan 20 mL larutan standar magnesium 1 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis batas dan di aduk hingga homogen.

3.3.5.5. Pembuatan Kurva Standar Magnesium (Mg)

Larutan blanko diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektofotometer Serapan Atom pada

λspesifik285,2 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri


(34)

3.4. Bagan Penelitian

3.4.1. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Kurva Kalibrasi Logam Besi (Fe) (SNI 06-6989.4-2004)

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar besi Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar besi Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar besi Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Dipipet sebanyak 0,0; 25; 50; 75; 100; dan 125 mLlarutan standar besi

Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan

Atom pada λspesifik 248,3 nm

Larutan Standar Besi (Fe) 1000 mg/L

Larutan Standar Besi (Fe) 100 mg/L

Larutan Standar Besi (Fe) 10 mg/L

Hasil

Larutan Standar Besi (Fe) 1mg/L

Larutan Seri Standar Besi (Fe) 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mg/L


(35)

3.4.2. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Kurva Kalibrasi Logam Nikel (Ni) (SNI 06-6989.18-2004)

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar nikel Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar nikel Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar nikel Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Dipipet sebanyak 0,0; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0 mL larutan standar nikel

Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan

Atom pada λspesifik232,0 nm

Larutan Standar Nikel (Ni) 1000 mg/L

Larutan Standar Nikel (Ni) 100 mg/L

Larutan Standar Nikel (Ni) 10 mg/L

Hasil

Larutan Standar Nikel (Ni) 1mg/L

Larutan Seri Standar Nikel (Ni) 0,00; 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; dan 0,10 mg/L


(36)

3.4.3. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Kurva Kalibrasi Logam Magnesium (Mg) (SNI 06-6989.55-2005)

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar magnesium Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar magnesium Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar magnesium Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Dipipet sebanyak 0,0; 5; 10; 15; 20 mL larutan standar magnesium

Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer

Serapan Atom pada λspesifik285,2 nm

Larutan Standar Magnesium (Mg) 1000 mg/L

Larutan Standar Magnesium (Mg) 100 mg/L

Larutan Standar Magnesium (Mg) 10 mg/L

Larutan Standar Magnesium (Mg) 1mg/L

Larutan Seri Standar Magnesium (Mg) 0,0; 0,1; 0,2; 0,3, 0,4 mg/L


(37)

3.4.4 Preparasi Larutan Sampel

(SNI 06-6989.4-2004) pada besi (Fe), (SNI 06-6989.18-2004) pada nikel (Ni) dan (SNI 06-6989.55-2005) pada magnesium (Mg)

Diambil 100 mL

Ditambah 5 mL HNO3(p)

Dipanaskan hingga hampir kering Ditambahkan 50 mL akuades

Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL melalui kertas saring

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Di aduk sampai homogen

Ditentukan kadar unsur besi (Fe), Nikel (Ni) dan Magnesium (Mg) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada masing-masing λspesifik 248,3 nm pada besi (Fe), λspesifik232,0

nm pada nikel (Ni) dan λspesifik285,2 nm pada magnesium

(Mg) Sampel

Larutan Sampel


(38)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Logam Besi (Fe)

Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada pengukuran konsentrasi logam besi (Fe) dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Kondisi Alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) padaPengukuran Konsentrasi Logam Besi (Fe)

No. Parameter Logam Besi (Fe)

1. Panjang Gelombang (nm) 248,3

2. Tipe Nyala Udara – C2H2

3. Kesepatan Aliran Gas Pembakar (L/min) 2,2

4. Kecepatan Aliran Udara (L/min) 15,0

5. Lebar Celah (nm) 0,2

6. Ketinggian Tungku (nm) 9

4.1.1.1 Penentuan Kurva Standar Logam Besi (Fe)

Pembuatan kurva standar logam besi (Fe) dilakukan dengan larutan dengan berbagai konsentrasi larutan pengukuran yaitu 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mg/L, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 248,3 nm. Data hasil pengukuran absorbansi larutan besi (Fe) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(39)

Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Logam Besi (Fe) No Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-rata

1. 0,0000 0,0003

2. 0,5000 0,0421

3. 1,0000 0,0941

4. 1,5000 0,1377

5. 2,0000 0,1845

6. 2,5000 0,2260

Kurva larutan standar logam besi (Fe) dari pengukuran absorbansi larutan standar logam besi (Fe) terhadap konsentrasi larutan standar logam besi (Fe), selanjutnya linearitas kurva standar dihitung dengan menggunakan metode least square pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3. Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Besi (Fe)

No. X Y (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-Y)

1. 0,0000 0,0003 -1,2500 -0,1138 1,5625 0,0129 0,1423 2. 0,5000 0,0421 -0,7500 -0,0720 0,5625 0,0052 0,0540 3. 1,0000 0,0941 -0,2500 -0,0200 0,0625 0,0004 0,0050 4. 1,5000 0,1377 0,2500 0,0236 0,0625 0,0006 0,0059 5. 2,0000 0,1845 0,7500 0,0704 0,5625 0,0049 0,0528 6. 2,5000 0,2260 1,2500 0,1119 1,5625 0,0125 0,1398

∑ 7,5000 0,6847 0,0000 0,0000 4,3750 0,0366 0,3998 X = 7,5000 = 1,2500

6

Y = 0,6847 = 0,1142 6

a =

a = 0,3998 4,3750


(40)

a = 0,0914 b = Y – aX

b = 0,1142 – 0,0914(1,2500) b = -0,0001

dimana, a = slope

b = intersep

maka, persamaan garis regresinya adalah Y = 0,0914 X - 0,0001

Maka koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :

r =

r =

r = 0,9991

Gambar 2. Kurva Standar Larutan Logam Besi (Fe)

Dari hasil perhitungan kurva standar diperoleh persamaan garis regresi Y = 0,0914 X - 0,0001, dengan koefisien korelasi (r) 0,9991. Koefisien korelasi ini dapat diterima karena memenuhi syarat

y = 0.0914x - 0.0001 R² = 0.9991

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0

A b so rb a n si (A)

Konsentrasi Larutan Standar Logam Besi (mg/L)


(41)

yang ditetapkan ≥ 0,99 (Miller J.C, 1991). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara kadar dan absorbansi atau dengan kata lain meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat.

4.1.1.2 Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) dari Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai

Penentuan absorbansi logam besi (Fe) pada sampel dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 248,3 nm dan penetapan kadar sampel dilakukan dengan metode adisi standar. Hasil perhitungan kadar analisis statistik dari kadar logam besi (Fe) dapat dilihat pada tabel 4.3 sedangkan hasil penetapan kadar logam besi (Fe) pada sampel dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Analisis Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Logam Besi (Fe) pada Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai

No Xi (Xi-X) (Xi-X)2

1 0,2166 0,0025 0,0001

2 0,2112 -0,0029 0,0001

3 0,2144 0.0003 0,0001

n = 3 X = 0,2141 (Xi-X) = 0,0003

SD =

SD = = 0,0122

Kadar logam besi (Fe) dari stasiun 1 = X ± SD

= 0,2141 ± 0,0122 (mg/L) Data selengkapnya pada tabel 4.5.


(42)

Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Kadar Logam Besi (Fe) pada Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai.

No Stasiun Perulangan Absorbansi (Y)

Konsentrasi (X)

Kadar Unsur Besi (Fe)

1 ST1

U1 0,0197 0,2166

0,2141 ± 0,0122 (mg/L)

U2 0,0192 0,2112

U3 0,0195 0,2144

2 ST2

U1 0,0151 0,1663

0,1463 ± 0,0100 (mg/L)

U2 0,0140 0,1543

U3 0,0107 0,1182

3 ST3

U1 0,0126 0,1389

0,1386 ± 0,0100 (mg/L)

U2 0,0125 0,1379

U3 0,0126 0,1389

4.1.2 Logam Nikel (Ni)

Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada pengukuran konsentrasi Logam Nikel (Ni) dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6. Kondisi Alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada Pengukuran Konsentrasi Logam Nikel (Ni)

No. Parameter Logam Nikel (Ni)

1. Panjang Gelombang (nm) 232,0

2. Tipe Nyala Udara – C2H2

3. Kesepatan Aliran Gas Pembakar (L/min) 1,6

4. Kecepatan Aliran Udara (L/min) 15,0

5. Lebar Celah (nm) 0,2


(43)

4.1.2.1 Penentuan Kurva Standar Logam Nikel (Ni)

Pembuatan kurva standar logam Nikel (Ni) dilakukan dengan larutan dengan berbagai konsentrasi, larutan pengukuran yaitu 0,00; 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; dan 0,10 mg/L, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 232 ,0 nm. Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar Nikel (Ni) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.7. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Nikel (Ni) No Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-rata

1. 0,0000 0.0002

2. 0,0200 0,0136

3. 0,0400 0,0319

4. 0,0600 0,0490

5. 0,0800 0,0662

6. 0,1000 0,0817

Kurva standar larutan standar logam nikel (Ni) diperoleh dari pengukuran absorbansi larutan standar logam nikel (Ni) terhadap konsentrasi larutan standar logam nikel (Ni), selanjutnya linearitas kurva standar dihitung dengan menggunakan metode least square seperti data pada tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8. Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Nikel (Ni)

No. X Y (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-Y)

1. 0,0000 0,0002 -0,0500 -0,0402 0,0025 0,0016 0,0020 2. 0,0200 0,0136 -0,0300 -0,0268 0,0009 0,0007 0,0008 3. 0,0400 0,0319 -0,0100 -0,0085 0,0001 0.0001 0,0001 4. 0,0600 0,0490 0,0100 0,0086 0,0001 0,0001 0,0001 5. 0,0800 0,0662 0,0300 0,0258 0,0009 0,0007 0,0007 6. 0,1000 0,0817 0,0500 0,0413 0,0025 0,0017 0,0021


(44)

X = 0,3000 = 0,0500 6

Y = 0,2426 = 0,0404 6

a =

a = 0,0058 0,0070 a = 0,8286 b = Y – aX

b = 0,0404 – 0,8286(0,050) b = -0,0010

dimana, a = slope

b = intersep

maka, persamaan garis regresinya adalah Y = 0,8286 X - 0,0010

Maka koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :

r =

r =


(45)

Gambar 3. Kurva Standar Larutan Standar Logam Nikel (Ni)

Dari hasil perhitungan kurva standar diperoleh persamaan garis regresi Y = 0,8286X - 0,0010, dengan koefisien korelasi (r) 0,9898. Koefisien korelasi ini dapat diterima karena memenuhi syarat yang ditetapkan ≥ 0,99 (Miller J.C, 1991). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara kadar dan absorbansi atau dengan kata lain meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat.

4.1.2.2 Penentuan Kadar Logam Nikel (Ni) dari Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai

Penentuan absorbansi logam Nikel (Ni) pada sampel dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 232,0 nm dan penetapan kadarnya dilakukan dengan metode addisi standar. Hasil perhitungan kadar analisis statistik dari kadar logam Nikel (Ni) dapat dilihat pada tabel 4.8 sedangkan hasil penetapan kadar logam Nikel (Ni) pada sampel dapat dilihat pada tabel 4.9.

y = 0.8286x - 0.0010 R² = 0.9898

0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09

0,00 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10 0,12

A b so rb a n si (A)

Konsentrasi Larutan Standar Logam Nikel (mg/L)


(46)

Tabel 4.9. Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Unsur Nikel (Ni) pada Sampel Air

No Xi (Xi-X) (Xi-X)2

1 0,0706 0,0023 0,0001

2 0,0642 -0,0074 0,0001

3 0,0700 -0,0016 0,0000

n = 3 X = 0,0683 (Xi-X) = 0,0002

SD =

SD = = 0,0100

Kadar logam nikel (Ni) dari stasiun 1 = X ± SD

= 0,0683 ± 0,0100 (mg/L) Data selengkapnya pada tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Logam Nikel (Ni) Pada Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai

No Stasiun Perulangan Absorbansi (Y)

Konsentrasi (X)

Kadar Unsur Nikel (Ni)

1 ST1

U1 0,0575 0,0706

0,0683 ± 0,0100 (mg/L)

U2 0,0522 0,0642

U3 0.0570 0,0700

2 ST2

U1 0,0470 0,0580

0,0429 ± 0,0141

U2 0,0223 0,0281

U3 0,0342 0,0425

3 ST3

U1 0,0388 0,0480

0,0532 ± 0,0158 (mg/L)

U2 0,0577 0,0709


(47)

4.1.3 Logam Magnesium (Mg)

Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada pengukuran konsentrasi Logam Magnesium (Mg) dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11.Kondisi Alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada Pengukuran Konsentrasi Logam Magnesium (Mg)

No. Parameter Logam Magnesium (Mg)

1. Panjang Gelombang (nm) 285,2

2. Tipe Nyala Udara – C2H2

3. Kesepatan Aliran Gas Pembakar (L/min) 1,8

4. Kecepatan Aliran Udara (L/min) 15,0

5. Lebar Celah (nm) 0,7

6. Ketinggian Tungku (nm) 7

4.1.3.1 Penentuan Kurva Standar Logam Magnesium (Mg)

Pembuatan kurva standar logam magnesium (Mg) dilakukan dengan larutan dengan berbagai konsentrasi larutan pengukuran yaitu 0,0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 mg/L, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 285,2 nm. Data hasil pengukuran absorbansi larutan magnesium (Mg) dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.12. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Magnesium (Mg) No Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-rata

1. 0,0000 0,0001

2. 0,1000 0,1695

3. 0,2000 0,3517

4. 0,3000 0,5169


(48)

Kurva larutan standar Magnesium (Mg) dari pengukuran absorbansi larutan standar Magnesium (Mg) terhadap konsentrasi larutan standar Magnesium (Mg), selanjutnya linearitas kurva standar dihitung dengan menggunakan metode least square pada tabel 4.13.berikut :

Tabel 4.13. Perhitungan Persamaan Garis Regresi Logam Magnesium (Mg)

No. X Y (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-Y)

1. 0.0000 0,0001 -0,2000 -0,3422 0,0400 0,1171 0,0684 2. 0,1000 0,1696 -0,1000 -0,1727 0,0100 0,0298 0,0173 3. 0,2000 0,3517 0,0000 0,0094 0,0000 0,0001 0,0000 4. 0,3000 0,5169 0,1000 0,1746 0,0100 0,0305 0,0175 5. 0,4000 0,6732 0,2000 0,3309 0,0400 0,1095 0,0662

∑ 1,0000 1,7115 0,0000 0,0000 0,1000 0,2869 0,1694 X = 1,0000 = 0,2000

5

Y = 1,7115 = 0,3423 5

a =

a = 0,1694 0,1000 a = 1,6940 b = Y – aX

b = 0,3423 – 1,6940(0,2000) b = 0,0035

dimana, a = slope

b = intersep

maka, persamaan garis regresinya adalah Y = 1,6940 X + 0,0035


(49)

r =

r =

r = 0,9998

Gambar 4. Kurva Standar Larutan Logam Magnesium (Mg)

Dari hasil perhitungan kurva standar diperoleh persamaan garis regresi Y = 1,6940 X + 0,0035, dengan koefisien korelasi (r) 0,9998. Koefisien korelasi ini dapat diterima karena memenuhi syarat yang ditetapkan ≥ 0,99 (Miller J.C, 1991) Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara kadar dan absorbansi atau dengan kata lain meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat.

4.1.3.2 Penentuan Kadar Logam Magnesium (Mg) dari Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai

Penentuan absorbansi logam magnesium (Mg) pada sampel dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 285,2 nm dan penetapan kadar sampel dilakukan dengan metode addisi standar. Hasil perhitungan kadar analisis statistik dari kadar logam

y =1,6940x + 0.0035 R² = 0.9998

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45

A b so rb a n si (A)

Konsentrasi Larutan Standar Logam Magnesium (mg/L)


(50)

magnesium (Mg) dapat dilihat pada tabel 4.12. Sedangkan hasil penetapan kadar logam magnesium (Mg) pada sampel dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4.14. Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Logam Magnesium (Mg) pada Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai

No Xi Xi-X (Xi-X)2

1 0,3866 0,0238 0,0005

2 0,3462 -0,0166 0,0002

3 0,3557 -0,0070 0,0000

n = 3 X = 0,3628 (Xi-X) = 0,0007

SD =

SD = = 0,0187

Kadar logam magnesium (Mg) dari statiun 1 = X ± SD

= 0,3628 ± 0,0187 (mg/L) Data selengkapnya pada tabel 4.15.


(51)

Tabel 4.15. Hasil Perhitungan Kadar Logam Magnesium (Mg) pada Sampel Air Muara Sungai Asahan di Tanjung Balai.

No Station Perulangan Absorbansi (Y)

Konsentrasi (X)

Kadar Unsur Magnesium (Mg)

1 ST1

U1 0,6584 0,3866

0,3628 ± 0,0187 (mg/L)

U2 0,5899 0,3462

U3 0,6060 0,3557

2 ST2

U1 0,4429 0,2594

0,2555 ± 0,0100 (mg/L)

U2 0,4407 0,2581

U3 0,4325 0,2491

3 ST3

U1 0,4501 0,2636

0,2657 ± 0,0122 (mg/L)

U2 0,4556 0,2669

U3 0,4552 0,2667

4.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian di atas dapat di lihat bahwa kadar unsur Fe tertinggi pada stasiun 1 berada pada jarak yang terdekat dengan lokasi pabrik dan pemukiman sebesar 0,2141 mg/L. Kadar unsur Ni tertinggi pada stasiun 1 berada pada jarak yang terdekat dengan lokasi pabrik dan pemukiman sebesar 0,0683 mg/L dan kadar unsur Mg tertinggi pada stasiun 1 berada pada jarak yang terdekat dengan lokasi pabrik dan pemukiman sebesar 0,3628 mg/L.

Tingginya kadar logam Fe, Ni dan Mg pada stasiun 1 dibandingkan dengan stasiun 2 dan stasiun 3 kemungkinan besar dari letak lokasi stasiun 1 yang lebih dekat dengan aktivitas manusia di sepanjang muara Sungai Asahan seperti pelabuhan kapal-kapal bongkar muat, kapal ikan, pabrik-pabrik galangan kapal serta pemukiman penduduk. Selain itu, di sepanjang hulu sungai juga terdapat banyak pabrik industri dan lahan pertanian, memungkinkan adanya limbah buangan air yang di buang ke sungai terbawa air sungai dan berakhir di muara sungai dan menjadi tempat berkumpulnya zat-zat cemaran yang dibawa oleh aliran sungai tersebut.


(52)

Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Rochyatun dan Rozak, (2007) penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya karena tidak dapat dihancurkan oleh organisme di lingkungan dan terakumulasi ke lingkungan terutama mengendap di perairan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara absorbsi dan kombinasi.

Sedangkan kadar unsur Ni dan Mg yang terendah, masing-masing terdapat pada stasiun 3 dimana lokasi ini berada 5 mil dari lepas pantai dan sudah mengarah ke laut. Hal ini di duga adanya pengaruh turbulen dan arus laut yang sangat mempengaruhi pemekatan, pengenceran dan penyebaran logam di perairan muara tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi adalah pasang surut air laut di mana pada saat pasang air masuk ke muara dan bergerak ke tepi sehingga logam banyak menuju ke arah tepi atau mendekati pantai, sedangkan pada saat surut pergerakan air laut banyak terdapat di tengah yang menyebabkan logam berat juga berada di tengah.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rohmimuhtarto, (2007) bahwa bahan cemaran setelah memasuki perairan pesisir dan laut, sifat dan kondisi bahan pencemar ditentukan oleh beberapa faktor dengan kemungkinan perjalanan bahan pencemar antara lain terencerkan dan tersebarkan oleh adukan atau turbulensi dan arus laut. Di muara, arus air sungai bertemu dengan arus pasang dan kondisi arus gelombang yang cukup tenang, sehingga logam tersebut mengalami pengenceran yang rendah. Berdasarkan hasil pengamatan, kadar unsur besi, nikel dan magnesium masih tergolong rendah, kualitas airnya masih tergolong baik karena tidak ditemukan adanya kadar logam berat yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) Persyaratan Kualitas Air Minum (PERMENKES No. 492/MENKES/PER/IV/2010).


(53)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa kadar besi (Fe) tertinggi pada stasiun I yaitu 0,2159 ± 0,0122 mg/L, kadar nikel (Ni) tertinggi pada stasiun I yaitu 0,0716 ± 0,0100 mg/L dan kadar magnesium (Mg) tertinggi pada stasiun I yaitu 0,3628 ± 0,0187 mg/L, dimana nilai konsentrasi ini masih memenuhi PERMENKES No.492/MENKES/PER/IV/2010

5.2 Saran

Disarankan adanya penelitian selanjutnya untuk menganalisis logam-logam Raksa (Hg), Plumbum (Pb), Cadmium (Cd) yang terkandung dalam air Sungai Asahan di Tanjung Balai tersebut.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Agusnar, H. 2008. Analisa Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan. Medan. USU Press.

Alfian Z. 2004. Analisis Kadar Fe dalam Minuman Ringan Kemasan Kaleng Dengan Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom. Jurnal Sains Kimia. Vol. 8. No. 1 ISSN: 0854-3054.

Arifin, Z. 2008. Beberapa Unsur Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi Dan Metode Analisisnya.

Badan Standardisasi Nasional. Cara Uji Besi (Fe) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-Nyala. SNI 06-6989.4-2004

Badan Standardisasi Nasional. Cara Uji Nikel (Ni) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-Nyala. SNI 06-6989.18-2004

Badan Standardisasi Nasional. Cara Uji Magnesium (Mg) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). SNI 06-6989.55-2005

Basset, J.,Denney, R.C., Jeffery, G.H dan Mendham, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi Keempat. Terjemahan Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: EGC. Braun, R.D. 1982. Introduction to Chemical Analysis. New York: Mc Graw – Hill Book Company. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa

Logam. Jakarta: UI Press.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: PT. Kanisius.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: PT. Kanisius.

Haswell, S.J. 1991. Atomic Absorbtion Spectrometry Theory. Design and Application, New York: Elserier.

Hutagalung, H.P. dan Rochyatun, E. 1995). Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, Cu Cr, Zn, Ni). Balitbang Lingkungan Laut, Puslitbang Oseanologi. LIPI. Jakarta.

Jovita, T.M. dan Y. Yennie (2003), Kandungan Logam Berat Pada Kerang Darah (Anadara Granosa), Air Laut dan Sedimen di Perairan Tanjung Balai dan Bagan Siapi-Api, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Volume 9 Nomor 5.


(55)

McNeely, R.N., et al. 1979. Water Quality Source Book, A guide to Water Quality Parameter. Inland Waters Directorate Water Quality Branch, Ottawa, Canada.

Miller, J.C. dan Miller J.N. 1991. Statistika Untuk Kimia Analitik. Edisi Kedua. Terjemahan Suroso. Bandung: ITB.

Mulja, M. 1997. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga Press.

Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Pecl, K. 1990. The Illustrated Guide to Fishes of Lakes and Rivers. London: Treasure Press.

Peraturaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/ MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

PT. Pelabuhan Indonesia

Putra, J.A. 2006. Bioremoval. Metode Alternatif Untuk Menanggulangi Pencemaran Logam Berat 2011.

Rohyatun, E dan Rozak, A. 2007, Pemantauan Kadar Logam Berat dalam Air dan Sedimen di Perairan Teluk Jakarta, Makara Sain, Vol. 11.

Romimohtarto. 2007. Kualitas Air dalam Budidaya Laut. (http/masantos,wordpress.com/2007/02/28/kualitas-air-dalam-budidaya-laut. Diakses tanggal 12 April, 2011.

Tebbutt, T.H.Y. 1992. Principles of Water Quality Control. Fourth edition. Pergamon Press, Oxford.

U.Forstner, F. Prosi. 1978. Proceddings of The Course Held at The Joint Research Centre of The Commission of Europian Communities. Pergamon Press. Oxford.

Vogel, A.I. 1994. Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi Kelima. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Walsh. A. 1955. Aplication of Atomic Absorption Spectrato Chemical Analysis Spectrochemica. Acta. Vol 7.

Widowati, W. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit Andi.


(56)

(57)

(58)

Stasiun 1 Stasiun 2

Stasiun 3


(59)

(60)

Tabel 1. Persyaratan Kualitas Air Minum

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR: 492/MENKES/PER/IV/2010 1. PARAMETER WAJIB

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan

1. Parameter yang berhubungan

Langsung dengan kesehatan a. Parameter Mikrobiologi

1) E. Coli Jumlah per

100 mL sampel

0

2) Total Bakteri Koliform Jumlah per

100 mL sampel

0 b. Kimia an-organik

1) Arsen mg/L 0,01

2) Fluorida mg/L 1,5

3)Total Kromium mg/L 0,05

4) Kadmium mg/L 0,003

5) Nitrit, (sebagai No2-) mg/L 3

6) Nitrat, (sebagai NO3-) mg/L 50

7) Sianida mg/L 0,07

8) Selenium mg/L 0,01

2. Parameter yang tidak langsung berhubungan

dengan kesehatan a. Parameter Fisik

1) Bau Tidak berbau

2) Warna TCU 15

3) Total zat padat terlarut (TDS) mg/L 500

4) Kekeruhan NTU 5

5) Rasa Tidak berasa

6) Suhu 0C Suhu udara ±3

b. Parameter Kimiawi

1) Aluminium mg/L 0,2

2) Besi mg/L 0,3

3) Kesadahan mg/L 500

4) Khlorida mg/L 250

5) Mangan mg/L 0,4

6) pH 6,5 – 8,5

7) Seng mg/L 3

8) Sulfat mg/L 250

9) Tembaga mg/L 2


(61)

II. PARAMETER TAMBAHAN

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan

1. KIMIAWI

a. Bahan Anorganik

Air Raksa mg/L 0,001

Antimon mg/L 0,02

Barium mg/L 0,7

Boron mg/L 0,5

Molybdenum mg/L 0,07

Nikel mg/L 0,07

Sodium mg/L 200

Timbal mg/L 0,01

Magnesium mg/L 50

Uranium mg/L 0,015

b. Bahan Organik

Zat Organik (KMnO4) mg/L 10

Deterjen mg/L 0,05

Chlorinated alkanes

Carbon tetrachloride mg/L 0,004

Dichloromethane mg/L 0,02

1,2-Dichloroethane mg/L 0,05

Chlorrinated ethenes

1,2-Dichloroethane mg/L 0,05

Trichloroethene mg/L 0,02

Tetrachloroethene mg/L 0,04

Aromatic hydrocarbons

Bemzene mg/L 0,01

Toluene mg/L 0,7

Xylenes mg/L 0,5

Ethylbenzene mg/L 0,3

Styrene mg/L 0,02

Chlorinated benzenes

1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCB) mg/L 1

1,4-Dichlorobenzene (1,4-DCB) mg/L 0,3

Lain-lain

Di(2-ethylhexyl)phthalate mg/L 0,008

Acrylamide mg/L 0,0005

Epichlorohydrin mg/L 0,0004

Hexachlorobutadine mg/L 0,0006

Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) mg/L 0,6

Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/L 0,2

c. Pestisida

Alachor mg/L 0,02

Aldicarb mg/L 0,01

Aldrin dan dieldrin mg/L 0,00003

Atrazine mg/L 0,002

Carbofuran mg/L 0,007


(62)

Chlorotoluron mg/L 0,03

DDT mg/L 0,001

1,2-Dibromo-3-chloropropane (DBCP) mg/L 0,001

2,4 Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) mg/L 0,03

1,2-Dichloropropane mg/L 0,04

Isoproturon mg/L 0,009

Lindane mg/L 0,002

MCPA mg/L 0,002

Methoxychlor mg/L 0,02

Metolachlor mg/L 0,01

Molinate mg/L 0,006

Pendimethalin mg/L 0,02

Pentachlorophenol (PCP) mg/L 0,009

Permethrin mg/L 0,3

Simazine mg/L 0,002

Trifluralin mg/L 0,02

Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4-DB mg/L 0,090

Dichlorprop mg/L 0,10

Fenoprop mg/L 0,009

Mecoprop mg/L 0,001

2,4,6-Trichlorophenoxyacetic acid mg/L 0,009

d. Desinfektan dan Hadil Sampingannya Desinfektan

Chlorine mg/L 5

Hasil Sampingan

Bromate mg/L 0,01

Chlorate mg/L 0,7

Chlorite mg/L 0,7

Chlorophenols

2,4,6-Trichlorophenol (2,4,6-TCP) mg/L 0,2

Bromoform mg/L 0,1

Dibromochloromethane (DBCM) mg/L 0,1

Bromodichloromethane (BDCM) mg/L 0,06

Clhoroform mg/L 0,3

Chlorinated acetic acids

Dichloroacetic acid mg/L 0,05

Trichloroacetic acid mg/L 0,02

Chloral hydrate

Haloganated acetonitrillies

Dichloroacetonitrile mg/L 0,02

Dibromoacetonitrile mg/L 0,07

Cyanogen chloride (sebagai CN) mg/L 0,07

2. RADIOAKTIFITAS

Gross alpha activity Bq/L 0,1


(1)

(2)

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3


(3)

(4)

Tabel 1. Persyaratan Kualitas Air Minum

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI

NOMOR: 492/MENKES/PER/IV/2010

1. PARAMETER WAJIB

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan 1. Parameter yang berhubungan

Langsung dengan kesehatan a. Parameter Mikrobiologi

1) E. Coli Jumlah per

100 mL sampel

0 2) Total Bakteri Koliform Jumlah per

100 mL sampel

0 b. Kimia an-organik

1) Arsen mg/L 0,01

2) Fluorida mg/L 1,5

3)Total Kromium mg/L 0,05

4) Kadmium mg/L 0,003

5) Nitrit, (sebagai No2-) mg/L 3

6) Nitrat, (sebagai NO3-) mg/L 50

7) Sianida mg/L 0,07

8) Selenium mg/L 0,01

2. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan

a. Parameter Fisik

1) Bau Tidak berbau

2) Warna TCU 15

3) Total zat padat terlarut (TDS) mg/L 500

4) Kekeruhan NTU 5

5) Rasa Tidak berasa

6) Suhu 0C Suhu udara ±3

b. Parameter Kimiawi

1) Aluminium mg/L 0,2

2) Besi mg/L 0,3

3) Kesadahan mg/L 500

4) Khlorida mg/L 250

5) Mangan mg/L 0,4

6) pH 6,5 – 8,5

7) Seng mg/L 3

8) Sulfat mg/L 250

9) Tembaga mg/L 2


(5)

II. PARAMETER TAMBAHAN

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan 1. KIMIAWI

a. Bahan Anorganik

Air Raksa mg/L 0,001

Antimon mg/L 0,02

Barium mg/L 0,7

Boron mg/L 0,5

Molybdenum mg/L 0,07

Nikel mg/L 0,07

Sodium mg/L 200

Timbal mg/L 0,01

Magnesium mg/L 50

Uranium mg/L 0,015

b. Bahan Organik

Zat Organik (KMnO4) mg/L 10

Deterjen mg/L 0,05

Chlorinated alkanes

Carbon tetrachloride mg/L 0,004

Dichloromethane mg/L 0,02

1,2-Dichloroethane mg/L 0,05

Chlorrinated ethenes

1,2-Dichloroethane mg/L 0,05

Trichloroethene mg/L 0,02

Tetrachloroethene mg/L 0,04

Aromatic hydrocarbons

Bemzene mg/L 0,01

Toluene mg/L 0,7

Xylenes mg/L 0,5

Ethylbenzene mg/L 0,3

Styrene mg/L 0,02

Chlorinated benzenes

1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCB) mg/L 1 1,4-Dichlorobenzene (1,4-DCB) mg/L 0,3 Lain-lain

Di(2-ethylhexyl)phthalate mg/L 0,008

Acrylamide mg/L 0,0005

Epichlorohydrin mg/L 0,0004

Hexachlorobutadine mg/L 0,0006

Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) mg/L 0,6 Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/L 0,2 c. Pestisida

Alachor mg/L 0,02

Aldicarb mg/L 0,01

Aldrin dan dieldrin mg/L 0,00003

Atrazine mg/L 0,002

Carbofuran mg/L 0,007


(6)

Chlorotoluron mg/L 0,03

DDT mg/L 0,001

1,2-Dibromo-3-chloropropane (DBCP) mg/L 0,001 2,4 Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) mg/L 0,03

1,2-Dichloropropane mg/L 0,04

Isoproturon mg/L 0,009

Lindane mg/L 0,002

MCPA mg/L 0,002

Methoxychlor mg/L 0,02

Metolachlor mg/L 0,01

Molinate mg/L 0,006

Pendimethalin mg/L 0,02

Pentachlorophenol (PCP) mg/L 0,009

Permethrin mg/L 0,3

Simazine mg/L 0,002

Trifluralin mg/L 0,02

Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4-DB mg/L 0,090

Dichlorprop mg/L 0,10

Fenoprop mg/L 0,009

Mecoprop mg/L 0,001

2,4,6-Trichlorophenoxyacetic acid mg/L 0,009 d. Desinfektan dan Hadil Sampingannya

Desinfektan

Chlorine mg/L 5

Hasil Sampingan

Bromate mg/L 0,01

Chlorate mg/L 0,7

Chlorite mg/L 0,7

Chlorophenols

2,4,6-Trichlorophenol (2,4,6-TCP) mg/L 0,2

Bromoform mg/L 0,1

Dibromochloromethane (DBCM) mg/L 0,1 Bromodichloromethane (BDCM) mg/L 0,06

Clhoroform mg/L 0,3

Chlorinated acetic acids

Dichloroacetic acid mg/L 0,05

Trichloroacetic acid mg/L 0,02

Chloral hydrate

Haloganated acetonitrillies

Dichloroacetonitrile mg/L 0,02

Dibromoacetonitrile mg/L 0,07

Cyanogen chloride (sebagai CN) mg/L 0,07 2. RADIOAKTIFITAS

Gross alpha activity Bq/L 0,1


Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Cu Pada Makanan Cokelat Secara Spektrofotometri Serapan Atom

3 123 42

Pemeriksaan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Pada Air Minum Isi Ulang Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

13 178 57

Penetapan Kadar Kalsium Secara Spektrofotometri Serapan Atom dan Fosfor Secara Spektrofotometri Sinar Tampak pada Ikan Teri (Stolephorus spp.)

25 151 105

Penentuan Kadar Ion Zinkum (Zn2+), Kadmium (Cd2+) Dan Natrium (Na+) Dari Air Muara Sungai Asahan Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

0 44 60

Analisis Kadar Kemurnian Gliserin Dengan Metode Natrium Meta Periodat Dan Kadar Unsur Besi ( Fe ) Dan Zinkum ( Zn ) Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)

28 154 58

Analisis Logam Berat Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Cromium (Cr), Ferrum (Fe), Nikel (Ni), Zinkum (Zn) Pada Sedimen Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 89 98

Penentuan Kadar Logam Cadmium(Cd), Tembaga (Cu), Crom (Cr), Besi (Fe), Nikel (Ni), dan Zinkum (Zn) dari beberapa Jenis Kerang Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA)

5 52 92

Analisa Kadar Logam Besi (Fe), Kalsium (Ca) Dan Magnesium (Mg) Dalam Limbah Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Serapan Atom

1 39 44

Analisis Kadar Logam Besi (Fe) Dari Minyak Nilam (Patchouly Oil) Yang Diperoleh Dari Penyulingan Dengan Menggunakan Wadah Kaca, Stainless Steel Dan Drum Bekas Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 38 4

Analisis Kadar Unsur Nikel (Ni), Kadmium (Cd) Dan Magnesium (Mg) Dalam Air Minum Kemasan Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 65 81