20
2.3.1 Pengertian Cognitive Radio
Istilah Cognitive Radio pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan asal swedia, Joseph Mitola III, yang mana Cognitive Radio disebut sebagai sistem radio
yang dapat memahami konteks keberadaan dalam suatu lingkungan komunikasi, yang mampu mengatur parameternya secara optimal untuk melakukan proses
komunikasi. Karena kemampuan performansi dalam akses spektrum tersebut, sehingga Cognitive Radio disebut dapat sebagai solusi untuk masalah keterbatasan
spektrum frekuensi[4]. Cognitive Radio didefenisikan sebagai sebuah model pola teknologi
komunikasi wireless dimana pengguna lain secondary user dapat bekerja pada kanal komunikasi milik pengguna utama primary user disaat tidak sedang aktif.
Untuk meningkatkan efisiensi kerjanya secondary user berubah melalui parameter- parameter transmisinya secara sendiri tanpa mengalami interferensi dengan
primary user. Primery User PU merupakan pemilik spektrum utama licensed user yang ditugaskan pada saluran frekuensi tertentu. Sedangkan Secondary User
SU merupakan pengguna yang tidak berijin unlicensed user yang dapat menggunakan spektrum frekuensi hanya ketika primery user sedang tidak
menggunakan spektrum frekuensinya, dengan kata lain spektrumnya sedang kosong[3]. Pengertian ini menjadikan Cognitive Radio harus mampu untuk
mendeteksi spektrum frekuensi radio secara baik untuk mencapai operasi jaringan secara optimal sesuai kebutuhannya. Sistem komunikasi saat ini yang
menggunakan radio dapat berlaku adaptif di beberapa hal. Sebagai contoh teknologi komunikasi 3G memiliki kemampuan yang dinamis mengatur level daya pancarnya
sesuai kondisi lingkungan, yang tidak mempengaruhi kualitas layanan. Sistem WiMAX dapat menyesuaikan karakteristik sinyal yang dikirimkan dalam stabilitas
Universitas Sumatera Utara
21
link dan throughput. Hal tersebut tidak terlihat secara nyata oleh user, padahal kenyataannya sistem komunikasi saat ini mampu berlaku adaftif dalam menjaga
kestabilan konektivitas dalam berbagai kondisi. Pada sistem WiMAX, sifat adaftif tersebut diterapkan. Pada sistem
komunikasi, modulasi merupakan proses pengalokasian data pada gelombang radio untuk ditransmisikan. Modulasi dengan skema berordo tinggi menawarkan data rate
yang lebih tinggi, namun butuh kondisi sinyal yang baik agar optimal bekerja. Sedangkan, modulasi dengan skema berordo rendah menawarkan data rate yang
lebih rendah, namun tidak terlalu membutuhkan kondisi optimal sinyal dalam bekerja. Sinyal diterima biasanya berkualitas didekat base station sehingga skema
modulasi berordo tinggi dapat digunakan. Sedangkan untuk area disekitar batas jangkauan maksimum base station, level sinyal diterima dalam kondisi kurang baik
sehingga sistem akan menggunakan modulasi skema ordo yang lebih rendah digunakan untuk menjaga kualitas konektivitas agar tetap stabil.
Sistem Cognitive Radio memiliki sifat adaptif, bahkan lebih kompleks dari yang diterapkan saat ini. Dimana pada sistem ini, bahwa level adaftifitas yang lebih
tinggi diaplikasikan ke berbagai parameter kerja seperti frekuensi kerja, level daya, skema modulasi, pola beam antena, penggunaan baterai, penggunaan prosesor, dll.
Cognitive Radio memiliki empat jenis masukan input, yaitu kondisi lingkungan, kondisi sistem itu sendiri, kebijakan regulasi yang berlaku, dan tuntutan
telekomunikasi. Sistem ini harus mengenal posisi dan lingkungan area kerjanya. Keempat masukan itu adalah tolak ukur dari persiapan membangun sistem
Cognitive Radio sehingga dalam penerapannya tidak akan menimbulkan permasalahan seperti interferensi karena ke tidak aturan dalam merancang sistem
tersebut[4].
Universitas Sumatera Utara
22
2.3.2 Konfigurasi Cognitive Radio