Latar Belakang Perlindungan Hukum Terhadap Debitur/Nasabah Dalam Perjanjian Kredit Bank

BAB I PENDAHULUAN

H. Latar Belakang

Bank yang dengan fungsinya antra lain sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana surplus of fund dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana lock of funds serta melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sector perekonomian masyarakat. Dengan kondisi demikian, maka bank adalah lembaga yang mengandalkan kepercayaan masyarakat.Guna mengekalkan kepercayaan masyarakat terhadap bank pemerintah harus berusaha melindungi masyarakat dari tindakan lembaga ataupun oknum pegawai bank yang tidak bertanngunjawab dan merusak sendi kepercayaan masyarakat. 1 Fockema Andrea menyatakan yang dimaksud dengan bank ialah: suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. Berhubung dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada bankir sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga. 2 Sejak satu dasawarsa belakangan ini, industri perbankan merupakan industri yang paling mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana masyarakat maupun pemberian kredit. Hal ini 1 Muhammad Djumhanna, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya, Bandung, 2006, hal. 337. 2 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta , 2008, hal. 8. 1 Universitas Sumatera Utara sebagai akibat dari deregulasi dalam dunia perbankan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia sungguh sangat mempengaruhi pola dan strategi manajemen bank baik disisi pasiva maupun disisi aktiva bank. Situasi ini memaksa industri perbankan harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, industri perbankan dapat membuka hambatan yang sebelumnya menimbulkan represi sektor keuangan dan sistem keuangan negara, sehingga menyebabkan bisnis perbankan berkembang pesat dengan persaingan yang semakin ketat dan semarak. Dengan bertambahnya jumlah bank, persaingan untuk menarik dana dari masyarakat semakin meningkat. Semua berlomba untuk menarik dana masyarakat sebanyak-banyaknya dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan baik untuk tujuan produktif maupun konsumtif. Sektor perbankan memiliki peran yang sangat vital, antara lain sebagai pengatur urat nadi perekonomian nasional. Lancarnya aliran uang sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan ekonomi. Dengan demikian, kondisi sektor perbankan yang sehat dan kuat, penting menjadi sasaran akhir dari kebijakan disektor perbankan. Namun dengan melihat kondisi yang sekarang ini, tujuan akhir yang diharapkan dari sektor perbankan belum terlaksana secara optimal karena bisa terlihat dari belum stabilnya kondisi perekonomian nasional. Peran sektor perbankan perlu mendapat perhatian khusus agar mampu melaksanakan fungsi utamanya dalam menyalurkan dana masyarakat ke bidang-bidang produktif bagi pencapaian sasaran pembangunan. Universitas Sumatera Utara Dalam hal kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, pemerintah berusaha menyediakan fasilitas kredit melalui lembaga perbankan untuk membantu golongan ekonomi lemah dengan persyaratan ringan. Perkreditan ikut berperan dalam menentukan keberhasilan garis-garis kebijakan moneter dan perdagangan. Sebab pembahasan mengenai kredit berkaitan dengan masalah perbankan. Perkembangan perbankan sangat berpengaruh terhadap kebijakan moneter yang ada. Sehingga keberhasilan garis kebijakan moneter yang dapat terlihat dari pertumbuhan usaha perbankan. Fasilitas kredit yang diberikan oleh bank berperan menambah modal usaha nasabah penerima kredit. Sehingga dengan adanya tambahan modal usaha yang diperoleh dari fasilitas kredit bank dapat membantu meningkatkan usaha perdagangan dan perekonomian nasabah bank tersebut. Bank dalam pemberian kredit perlu melihat kriteria yang harus dipenuhi oleh penerima kredit dengan analisis 5C, yaitu: 1. Character watak Watak adalah kepribadian moral dan kejujuran pemohon kredit. Apakah ia dapat memenuhi kewajibannya dengan baik dari persetujuan kredit yang akan diadakan. Di dalam praktek perbankan hal ini menyangkut sampai sejauh mana kebenaran dari keterangan- keterangan yang diberikan pemohon tentang data-data yang dimintakan oleh bank. 2. Capacity kemampuan Kemampuan adalah mengendalikan, memimpin, menguasai bidang usahanya, kesungguhan dan melihat perspektif masa depan. Sehingga usaha pemohon berjalan dengan baik dan memberikan untung 3. Capital modal Pemohon diisyaratkan wajib memiliki modal sendiri. Kredit dari bank berfungsi sebagai tambahan. Adanya modal sendiri dari pemohon menunjukan bahwa pemohon adalah pengusaha yang untuk memperkembangkan usahanya itu perlu mendapat bantuan dari pihak bank. Data-data mengenai modal itu dapat dilihat dari neraca pemohon. Universitas Sumatera Utara 4. Collateral jaminan Jaminan disini berarti kekayaan yang dapat diikat sebagai jaminan guna kepastian pelunasan di belakang hari kalau penerima kredit tidak melunasi hutangnya. Jaminan itu dapat juga berupa orang yang menyediakan dirinya untuk menjamin pembayaran dari penerimaan kredit bargtocht. 5. Condition of economy kondisi ekonomi Kondisi ekonomi adalah situasi ekonomi pada waktu dan jangka waktu tertentu, dimana kredit itu diberikan oleh bank kepada pemohon. Apakah kondisi ekonomi tersebut memungkinkan pemohon mendapat keuntungan yang diperhitungkan dengan mempergunakan kredit tersebut. 3 Dalam lingkungan perbankan biasa terjadi dalam pembuatan perjanjian dilakukan secara sepihak tanpa melibatkan pihak nasabah. Perjanjian itu biasanya dalam bentuk formulir yang telah disiapkan oleh bank kemudian diserahkan kepada pihak nasabah dengan prinsip take it or leave it contract. Perjanjian semacam ini telah lazim digunakan dalam perjanjian baku atau perjanjian standart atau disebut juga perjanjian adhesi. Dalam perjanjian seperti ini, pihak kedua sama sekali tidak dapat mengajukan usul ataupun masukan dan keberatan terhadap format perjanjian dan klausula-klausula yang ada didalamnya. Klausula-klausula yang dapat dikatakan memberatkan nasabah dalam perjanjian kredit yang dilakukan oleh pihak bank dengan nasabah antara lain : 1. Kewenangan bank untuk sewaktu-waktu tanpa alasan apapun dan tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada nasabah, secara sepihak menghentikan izin tarik atas kredit yang diperjanjikan menurut pertimbangan dari Bank. 3 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan. Rajawali Pres. Jakarta, 2002, hal. 119. Universitas Sumatera Utara 2. Bank berwenang secara sepihak menentukan harga jual atas barang agunan yang dieksekusi karena kredit dari nasabah mengalami masalah. 3. Kewajiban dari nasabah debitur untuk tunduk kepada segala petunjuk dan peraturan bank yang telah ada dan yang baru akan ditetapkan kemudian oleh bank. 4. Pencantuman klausula eksemsi mengenai pembebasan bank dari tuntutan ganti kerugian oleh nasabah debitur atas terjadinya kerugian yang diderita olehnya sebagai akibat dari tuntutan yang dilakukan oleh pihak bank. 5. Pencantuman klausula eksemsi mengenai tidak adanya hak nasabah debitur untuk dapat menyatakan atas pembebanan bank terhadap rekeningnya sehubungan dengan biaya-biaya yang timbul dalam rangka pelaksanaan perjanjian kredit. Pencantuman klausula-klausula yang telah dibuat sepihak oleh pihak bank dalam bentuk perjanjian standart akan memberikan bank kewenangan yang tidak seimbang jika dibandingan dengan nasabah debitur. Hal ini dapat terjadi karena pihak bank merupakan pihak yang lebih unggul secara ekonomis dari pada nasabah yang membutuhkan dana, sehingga menimbulkan keadaan ketentuan yang diatur oleh bank dalam perjanjian kredit, mau tidak mau harus diterima pihak nasabah debitur agar dapat memperoleh kredit dari bank yang bersangkutan. Dengan kemajuan teknologi, Bank Indonesia berupaya untuk melindungi kepentingan bank dari pengaruh buruk calon nasabah. Untuk itu Bank Indonesia sudah membuat sistem on line yang mana semua bank umum dan BPR dapat mengakses untuk mengetahui keberadaan barang jaminan calon nasabah itu Universitas Sumatera Utara diagunkan di bank mana sebelum penandatanganan perjanjian kredit. Sistem on line tersebut dinamakan SIDBI Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia. Sehingga setiap bank tidak bisa dibohongi oleh calon nasabah kredit yang ingin mengajukan kredit lebih dari satu bank. Kondisi Perekonomian Indonesia yang kurang menggembirakan akibat dari dampak kenaikan BBM dan tingginya nilai inflasi mengakibatkan kecenderungan melemahnya konsumsi dan investasi. Hal ini merupakan tantangan bagi perbankan di Indonesia untuk berkompetisi dalam menarik dana masyarakat. Dengan banyaknya persaingan antara lembaga keuangan, Bank Mandiri Regional ISumatera I Persero Tbk., Medan selalu mengevaluasi perencanaan strategisnya untuk dapat mengetahui potensi-potensi yang ada di masyarakat yang bisa dikembangkan dengan melakukan perencanaan yang berdasar pada kondisi yang nyata, maka akan lebih mudah di dalam menyesuaikan pada lingkungan yang berubah. Dalam perkembangannya salah satu upaya yang dilakukan Bank Mandiri Regional ISumatera I Persero Tbk., Medan adalah dengan membangun citra Bank Mandiri Regional ISumatera I Persero Tbk., Medan di mata masyarakat. Persepsi masyarakat tentang perbankan yang sehat dan berperan aktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, adalah persepsi yang harus dibentuk baik melalui upaya pemasaran maupun kehumasan. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mengambil judul tentang: Perlindungan Hukum Terhadap DebiturNasabah Dalam Perjanjian Kredit Bank Studi Pada PT. Bank Mandiri Regional ISumatera I Persero Tbk., Medan. Universitas Sumatera Utara

I. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik beberapa permasalahan yang akan menjadi batasan pembahasan dari penelitian ini nantinya, antara lain: 1. Bagaimana proses terjadinya perjanjian kredit bank pada PT. Bank Mandiri Regional ISumatera I Persero Tbk., Medan? 2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap debiturnasabah dalam perjanjian kredit bank pada PT. Bank Mandiri Regional ISumatera I Persero Tbk., Medan? 3. Bagaimana penyelesaian sengketa dalam hubungan antara debiturnasabah dengan bank pada PT. Bank Mandiri Regional ISumatera I Persero Tbk., Medan?

J. Tujuan Penulisan