KESIMPULAN DAN SARAN 88 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PAHLAWAN NASIONAL MEDAN.

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 4 Tabel 2.1 Hubungan Aktivitas Belajar 15 Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem based learning 25 Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Observasi Aktivitas Belajar Siswa 44 Tabel 3.2 Pedoman Skor Kemampuan Pemecahan Masalah 50 Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Awal Siswa 57 Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah I 57 Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 58 Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 59 Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 59 Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Hasil Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 60 Tabel 4.7 Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 62 Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas siswa Siklus I 64 Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I 65 Tabel 4.10 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah II 74 Tabel 4.11 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 75 Tabel 4.12 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 75 Tabel 4.13 Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 76 Tabel 4.14 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Hasil Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 77 Tabel 4.15 Hasil observasi aktivitas siswa siklus II 78 Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I 80 Tabel 4.17 Nilai Rata-Rata Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Siklus I Dan II 82 Tabel 4.18 Persentase aktivitas siswa siklus I dan Siklus II 84 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Berdasarkan Alurnya 48 Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus I dan Siklus II 83 Gambar 4.2 Tingkat Jumlah Siswa Tuntas Belajar Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus I dan Siklus II 84 Gambar 4.3 Tingkat Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II 85 Gambar 4.4 Tingkat Persentase Aktivitas Siswa pada Siklus I 83 dan Siklus II DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I 92 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus I 96 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III Siklus II 100 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV Siklus II 104 Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I Siklus I 108 Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa II Siklus I 111 Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa III Siklus II 114 Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa IV Siklus II 117 Lampiran 9 Tes Kemampuan Awal 120 Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal 121 Lampiran 11 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I Siklus I 123 Lampiran 12 Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I Siklus I 124 Lampiran 13 Tes Kemampuan PemecahanMasalah I Siklus I 127 Lampiran 14 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan 128 Masalah Siklus I lampiran 15 Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah II Siklus II 132 Lampiran 16 Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I Siklus I 133 Lampiran 17 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II Siklus II 136 Lampiran 18 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II 137 Lampiran 19 penskoran aktivitas siswa 141 Lampiran 20 hasil aktivitas belajar siklus I pertemuan pertama 142 Lampiran 21 hasil aktivitas belajar siklus I pertemuan kedua 147 Lampiran 22 hasil aktivitas belajar siklus II pertemuan pertama 150 Lampiran 23 aktivitas belajar siklus II pertemuan kedua 153 Lampiran 24 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah 156 Lampiran 25 Hasil Tes Awal 157 Lampiran 26 Hasil TKPM I 159 Lampiran 27 Hasil TKPM II 161 Lampiran 28 Lembar Observasi Aktivitas Guru siklus I pert. 1 163 Lampiran 29 Lembar Observasi Aktivitas guru siklus I pert. 2 165 Lampiran 30 Lembar Observasi Aktivitas Guru siklus II per 3 167 Lampiran 31 Lembar Observasi Aktivitas Guru siklus II per 4 169 Dokumentasi Penelitian 171 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses atau usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan mengarahkan peserta didik dengan berbagai persoalan dan pertanyaan yang timbul dalam pelaksanaannya. Pendidikan adalah suatu proses, dimana hasil dalam pelaksanaaanya sangat memerlukan pengkajian yang mendalam dan komprehensif agar hasil yang dicapai dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai manusia mulia. Hubungan manusia dan pendidikan adalah hubungan antara subjek dan aktivitasnya. Fenomena masa modern ini, makin maju suatu masyarakat maka makin maju pula pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Artinya masyarakat akan relatif lebih maju apabila masyarakat itu aktif membina pendidikan atau suatu masyarakat akan lebih maju bila masyarakat itu menyelenggarakan pendidikan yang maju. Matematika merupakan ilmu Universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK.Oleh sebab itu, matematika dijadikan salah satu dasar yang sangat penting diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Dalam pembelajaran matematika dituntut untuk berpikir logis,sistematis,kritis, teliti mengola informasi,serta memecahkan suatu masalah sehingga berguna dalam kehidupan sehari-hari juga sebagai bahasa atau sebagai pengembangan sains dan teknologi. Peranan matematika yang sangat penting menjadi latar belakang perlunya untuk dipelajari. Melalui pelajaran matematika diharapkan siswa semakin mampu berhitung, menganalisa, berpikir kritis, serta menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak alasan perlunya siswa belajar matematika seperti pendapat Cornelius dalam Abdurrahman, 2009:253 mengemukakan bahwa perlunya matematika diajarkan kepada siswa karena: 1 selalu digunakan dalam segi kehidupan, 2 semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, 3 merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, 4 dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, 5 meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran, dan 6 memberikan kepuasan terhadapa usaha yang menantang. Namun banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling menakutkan bagi siswa. Mujis 2008:332 mengemukakan bahwa, ”Matematika biasanya dianggap sebagai pelajaran yang sulit oleh anak-anak maupun orang dewasa.” Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena setiap manusia akan menggunakan matematika di dalam kehidupanya, karena setiap ilmu dan pelajaran akan berhubungan dengan matematika. Selain itu matematika juga merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan matematika di Indonesia, belum pernah memberikan hal yang menggembirakan baik untuk skala nasional. Indonesia masih jauh tertinggal oleh negara-negara lain walaupun di kancah internasional secara individu siswa di Indonesia ada yang berprestasi namun hal itu bukan merupakan potret dari pendidikan di Indonesia. Bahkan saat ini belum ada sesuatu data atau fakta yang dapat dijadikan bukti bahwa hasil pembelajaran matematika di Indonesia sudah berhasil. Dapat diasumsikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah atau belum sesuai dengan yang diharapkan. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai paket program pendidikan sebagai implementasi penggunaan anggaran pendidikan 20 dari APBN. Upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan profesionalisme guru pendidik, menyediakan sarana dan prasarana serta melakukan pergantian kurikulum. Penyebab kualitas pendidikan rendah khususnya pada pembelajaran matematika tidak terlepas dari kemampuan guru memilih model ataupun metode pembelajaran yang tepat. Metode yang sering digunakan di sekolah adalah metode ceramah. Proses pembelajaran metode ceramah masih banyak dipakai oleh tenaga pendidik. Padahal metode ini kurang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Selain itu, metode pembelajaran yang dilakukan guru kurang menciptakan