21
P
nl
merupakan suplai daya lima phasa pada keadaan tanpa beban, maka besar reaktansi tanpa beban
X
nl
= �Z
nl 2
− R
nl 2
2.19
sewaktu pengujian beban nol, maka rangkaian ekivalen motor induksi seperti gambar 2.8 berikut :
Gambar 2.8 Rangkaian ekivalen motor induksi pada percobaan beban nol
2.8.2 Pengujian Tahanan Stator DC Test
Untuk menentukan besarnya tahanan stator R1 dilakukan dengan test DC. Pada dasarnya tegangan DC diberikan pada belitan stator motor induksi. Karena arus yang
disuplai adalah arus DC, maka tidak terdapat tegangan yang diinduksikan pada rangkaian rotor sehingga tidak ada arus yang mengalir pada rotor. Dalam keadaan
demikian, reaktansi dari motor juga bernilai nol, oleh karena itu, yang membatasi arus pada motor hanya tahanan stator.
Untuk melakukan pengujian ini, arus pada belitan stator diatur pada nilai rated, yang mana hal ini bertujuan untuk memanaskan belitan stator pada temperatur yang
sama selama operasi normal. Apabila tahanan stator dihubung Y, maka besar tahanan
Universitas Sumatera Utara
22
stator phasa adalah : �
1
=
�
��
2 �
��
2.20 Bila stator dihubung delta, maka besar tahanan stator.
�
1
=
3 �
��
2 �
��
2.21 Dengan diketahuinya nilai dari R
1
, rugi–rugi tembaga stator pada beban nol dapat ditentukan, dan rugi–rugi rotasional dapat ditentukan sebagai selisih dari daya input
pada beban nol dan rugi–rugi tembaga stator. Gambar 2.9 menunjukkan salah satu bentuk pengujian DC pada stator motor induksi yang terhubung Y.
Gambar 2.9 Rangkaian pengukuran untuk DC test
2.8.3 Pengujian Rotor Tertahan Block Rotor Test
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan parameter – parameter motor induksi, dan biasa juga disebut dengan locked rotor test. Pada pengujian ini rotor
dikunci ditahan sehingga tidak berputar. Untuk melakukan pengujian ini, tegangan AC disuplai ke stator dan arus
yang mengalir diatur mendekati beban penuh. Ketika arus telah menunjukkan nilai beban penuhnya, maka tegangan, arus, dan daya yang mengalir ke motor diukur.
Universitas Sumatera Utara
23
Saat pengujian ini berlangsung s = 1 dan tahanan rotor R
2
s = R
2
. Karena nilai R
2
dan X
2
begitu kecil, maka arus input akan seluruhnya mengalir melalui tahanan dan reaktansi tersebut. Oleh karena itu, kondisi sirkit pada saat ini terlihat seperti
kombinasi seri X
1
, R
1
, X
2
, dan R
2
. Sesudah tegangan dan frekuensi diatur, arus yang mengalir pada motor diatur dengan cepat, sehingga tidak timbul kenaikan temperatur
pada rotor dengan cepat. Daya input yang diberikan kepada motor adalah : �
��
= 4.25 �
�
�
�
2.22 Dimana :
V
T
= tegangan line pada saat pengujian berlansung I
L
= arus line pada saat pengujian berlangsung
�
��
= �
�
4.25 �
�
2.23 Dimana :
Z
BR
= impedansi hubung singkat �
��
= �
��
+ ��
��
= �
��
cos � + ��
��
sin � 2.24
Tahanan block rotor : �
��
= �
1
+ �
2
2.25 Sedangkan reaktansi block rotor X’
BR
= X
1
’ + X
2
’ X
1
’ + X
2
’ adalah reaktansi stator dan rotor pada frekuensi pengujian �
2
= �
��
− �
1
2.26
Universitas Sumatera Utara
24
Nilai dari R
1
ditentukan dari test DC. Karena reaktansi berbanding langsung dengan frekuensi, maka reaktansi ekivalen total X
BR
pada saat frekuensi operasi normal
�
��
= �
�����
�
����
� �
�� ′
= �
1
+ �
2
2.27
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang