Pembahasan Larutan Glukosa 1. Hasil

commit to user 29 10 20 30 40 50 10 15 20 25 30 35 40 K o n st a nta Ve rde t r a d T .m Konsentrasi Larutan Glukosa Gambar 4.5. Grafik hubungan konstanta Verdet dengan konsentrasi larutan glukosa pada panjang larutan d= 1cm

4.3.2. Pembahasan

Glukosa C 6 H 12 6 merupakan bahan yang memiliki sifat optik aktif yang dapat memutar bidang polarisasi ke kanan Risvan Kuswurj, 1998. Penentuan sudut putar polarisasi pada glukosa ini menggunakan larutan glukosa dengan panjang larutan 1 cm pada konsentrasi 10 sampai dengan 50 . Larutan glukosa ini harus dijadikan larutan yang homogen yaitu dengan cara serbuk glukosa dilarutkan pada aquades kemudian dipanaskan sampai larutan glukosa terlihat bening dan mendidih. Larutan glukosa dijadikan larutan yang homogen bertujuan agar cahaya dari sinar laser dapat menembus larutan. Langkah-langkah dalam penentuan sudut putar polarisasi pada glukosa yaitu meletakkan larutan glukosa diantara dua kutub kumparan pada sumber elektromagnetik yang dialiri arus listrik dan dirangkai paralel untuk memperoleh medan magnet yang kuat sehingga dapat memutar bidang polarisasi. Cahaya dari sinar laser He-Ne dengan panjang gelombang 632,8 nm dilewatkan pada larutan glukosa dan sudut pada analisator diputar sampai terlihat commit to user 30 pola gelap dan terang pada layar sehingga dapat diketahui terjadinya peristiwa efek Faraday yaitu nilai perputaran sudut polarisasi β. Arus listrik yang dialirkan pada kumparan divariasi antara 1A sampai dengan 4A, karena batas maksimum arus yang tercantum pada pada kumparan adalah 4A sehingga jika arus yang melewati kumparan lebih dari 4A maka terjadi kelebihan beban atau kapasitas pada rangkaian elektromagnetik sehingga menyebabkan kumparan menjadi panas dan terjadi kerusakan. Nilai-nilai perputaran sudut pada larutan glukosa untuk masing-masing konsentrasi ditunjukkan pada Gambar 4.4. Prinsip Efek Faraday yaitu apabila suatu bahan optik aktif ditempatkan pada suatu medan magnet kuat kemudian ditransmisikan cahaya pada arah medan tersebut sehingga arah polarisasinya diputar dengan sudut β. Sudut rotasi sebanding dengan medan magnet B dan panjang d dari medium yang dilalui dimana cahaya ditransmisikan dan suatu tetapan yang disebut konstanta verdet. Nilai dari perputaran sudut, besar medan magnet dan panjang larutan digunakan untuk menghitung konstanta verdet menggunakan persamaan 2.1. Gambar 4.4. menunjukkan bahwa pada konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 nilai perputaran sudutnya semakin besar bila rata-rata medan magnet yang diberikan semakin besar. Nilai perputaran sudut paling besar pada konsentrasi glukosa 50 dan nilai perputaran sudut paling kecil pada konsentrasi glukosa 10. Nilai perputaran sudut paling besar tersebut dikarenakan pada konsentrasi glukosa 50 larutan terlihat pekat sehingga cahaya yang melewati larutan terpolarisasi maksimal yaitu cahaya yang diteruskan lebih banyak daripada cahaya yang dipantulkan setelah cahaya melewati larutan, sedangkan pada konsentrasi glukosa 10 larutan terlihat encer sehingga cahaya yang melewati larutan tidak terpolarisasi maksimal yaitu cahaya yang melewati larutan lebih sedikit daripada cahaya yang dipantulkan setelah cahaya melewati larutan. Nilai perputaran sudut merupakan selisih antara sudut gelap pada larutan glukosa dan sudut gelap pada larutan aquades. Gambar 4.5. menunjukkan hubungan antara konstanta Verdet dengan masing- masing konsentrasi larutan glukosa. Nilai konstanta Verdet pada masing-masing commit to user 31 konsentrasi glukosa berbeda yaitu semakin besar konsentrasi glukosa nilai konstanta Verdet juga semakin besar. Nilai konstanta Verdet pada masing-masing konsentrasi sesuai dengan prinsip Efek Faraday. Nilai konstanta Verdet pada masing-masing 23,00 radT.m, konsentrasi 30 sebesar 29,58 radT.m, konsentrasi 40 sebesar 35,27 radT.m dan konsentrasi 50 sebesar 38,72 radT.m. 4.4. Larutan Gula Pasir 4.4.1. Hasil