1. Kerangka Pemikiran
Kerangka konsep pemikiran tentang pengaruh profitability, tangibility, Growth Opportunity, Non Debt Tax Shield, Corporation Tax, dan Inflation Rate terhadap struktur
modal digambarkan seperti bagan berikut.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 1 Gambar Kerangka Pemikiran Penelitian
2. Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Profitability Terhadap Struktur Modal
- -
-
- +
+
Struktur Modal
Profitability
Tangibility
Growt Opportunity
NDT
Inflation Corporate
Tax
commit to users
Bersasarkan Pecking-Order Teory, Perusahaan dengan tingkat return yang tinggi memiliki korelasi negatif antara profitability dengan leverage. Perusahaan dengan
tingkat return tinggi cenderung menggunakan hutang yang lebih kecil Houston dan Brimingham, 2006. Rate of return yang tinggi akan memungkinkan perusahaan untuk
melakukan permodalan hanya dengan laba ditahan saja. Temuan dari peneliti yang mendukung pernyataan ini antara lain penelitian Datta Agarwal 2008 yang
meyatakan bahwa tidak hanya profit periode ini saja, tetapi dari periode sebelumnya profit juga signifikan determinan terhadap struktur modal. Dana internal masih
menjadi sumber daya penting untuk modal pendanaan di sektor corporate India periode 2003-2007. Peneliti lain yang sepakat dengan pernyataan dari Pecking-Order
Teory adalah Kesuma 2009, dalam penelitiannya menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang berlawanan terhadap struktur modal, berarti apabila
profitabilitas meningkat maka struktur modal leverage akan mengalami penurunan, dimana menurunnya struktur modal sebagai akibat dari berkurangnya hutang jangka
panjang yang diluansi dengan profit yang naik. Berdasarkan uraian tersebut maka disusun rumusan hipotesis sebagai berikut :
H
1
: Profitability berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan
manufaktur 2. Pengaruh
Tangibility Terhadap Struktur Modal
Variabel ini menunjukkan jumlah kekayaan asset yang dapat dijadikan jaminan tangible asset. Investor akan selalu memberikan pinjaman bila ada jaminan. Brigham
dan Gapensky 1996 mengatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan
commit to users
yang tidak memiliki jaminan terhadap hutang. Kecenderungan ini dikarenakan perusahaan yang memiliki tangible assets yang tinggi akan dapat membayar sebagian
kewajibannya dengan menggunakan asset tersebut, karena asset tersebut tidak akan hilang ketika perusahaan mengalami kebangkrutan. Begitu juga dengan Datta
Agarwal 2008 yang melakukan penelitian terhadap perusahaan yang terdaftar di India, terutama selama periode 2003-2007 menunjukan bahwa tangibility yng
diproxikan dengan rasio total fixed aset dengan rata-rata market capitalization of the firm menghasilkan korelasi positif antara tangibility dan struktur modal. Dinyatakan
bahwa perusahaan di sektor korporat india yang lebih besar dan memiliki lebih banyak tangibel assets lebih memiliki pilihan yang lebih besar untuk mengambil pendanaan
dari pinjaman sehingga memiliki leverage yang lebih tinggi juga. Penelitian Setyabudi 2008 dengan proxi leverage Long-debt to asset juga menunjukan bahwa tangibility
memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap struktur modal, karena jaminan yang semakin tinggi akan mendorong manajemen untuk meningkatkan hutangnya.
Berdasarkan uraian tersebut maka disusun rumusan hipotesis sebagai berikut :
H
2
: Tangibility berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan
manufaktur
3. Pengaruh Growth Opportunity Terhadap Struktur Modal