Keadaan politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebelum terjadinya peristiwa G 30 S PKI

pasukannya semakin kuat dana kembali melakukan pemberontakan. Akhirnya pemerintah bertindak tegas dengan menumpas habis gerakan ini pada tahun 1959.

c. Di Sulawesi Selatan

Kahar Muzakar memulai gerakannya pada tahun 1951 dan menamakan gerakannya dengan Komando Gerakan Gerilya Sulawesi Selatan. Ia menuntut supaya pasukannya dimasukkan ke dalam APRIS dengana nama brigade Hasanudin.Namun tuntutan ini ditolak pemerintah, tetapi pemerintah memberikan wadah bagi pasukan kahar Muzakar dengan nama Korps Cadangan Nasional. Awalnya Kahar Muzakar menerima tawaran pemerintah ini. Pada saat pasukan ini akan dilantik, Kahar Muzakar dan kelompoknya melarikan diri ke hutan dengan membawa seluruh peralatan militer yanag akan digunakan untuk pelantikan. Penipuan Kahar Muzakar ini dibalas pemerintah dengan melakukan operasi besar besaran dari Divisi Diponegoro. Pada bulan Pebruari 1965 Kahar Muzakar tertembak mati.

d. Di Aceh

Kekecewaan Tengku Daud Beureuh kepada pemerintah, karena hilangnya kedudukan militer dan turunnya status Aceh dari sebuah dari istimewa menjadi karesidenan, menyebabkan Daud Beureuh menyatakan diri bergabung dengan Negara Islam Indonesia 21 September 1953 Pemerintah berusaha mengatasi pemberontakan ini dengan mendatangkan pasukan dari Sumatera Utara dan tengah. Karena terus terdesak pasukan Daud Beureuh melakukan pemberontakan dari hutan-hutan, di pegunungan Bukit Barisan. Selain tindakan represif, pemerintah juga melakukan tindakan persuasif dengan mengadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aaceh, atas prakarsa Kolonel M. Yasin Panglima Kodam I Iskandar Muda. Musyawarah ini membawa hasil yang sangat positif, karena Daud Beureuh akhirnya bersedia kembali ke tengah tengah masyarakat Aceh dan menerima Amnesti dari pemerintah.\

D. Keadaan politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebelum terjadinya peristiwa G 30 S PKI

1. Perubahan Taktik PKI Setelah Kegagalan Tahun 1926 dan 1948

Peristiwa pemberontakan partai Komunis Indonesia yang terjadi pada tahun 1926 di Jawa barat dan Sumatera barat, serta tahun 1948 di Madiun merupakan indikasi kuat akan adanya keinginan mendirikan negara komunis, tetapi gagal. Kegagalan ini menyebabkan D.N. Aidit dan H.M. Lukman yang baru datang dari luar negeri pada bulan Juli 1950 menata kembali partainya. Mereka mengubah bentuk perjuangannya menjadi MKTBP Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan , yaitu : 1. perjuangan gerilya di desa yang teridiri dari kaum buruh tani dan tani miskin 2. perjuangan revolusioner kaum buruh di kota-kota, terutama kaum buruh angkutan 3. bekerja secara intensif di kalangan musuh, terutama di kalangan angkatan bersenjata Dalam rangka memperlancar MKTBP dibentuk Biro Khusus yang bertugas : 1. mengembangkan pengaruh dan ideologi PKI ke dalam tubuh TNI guna menyusun potensi dan kekuatan bersenjata 2. mengusahakan agar setiap anggota TNI yang bersedia menjadi anggota dapat membina anggota TNI yang lain. 3. mencatat anggota TNI yang telah dibina agar sewaktu waktu dapat dimanfaatkan bagi kepentingannya. Kondisi sosial ekonomi dan politik Indonesia yang carut marut pada tahun 1950 an ikut menentukan perkembangan pengaruh PKI, sehingga dapat tumbuh subur. Posisi PKI semakin mantap setelah terbukti dapat meraih posisi 4 besar dalam Pemilu I tahun 1955. Adanya konsep NASAKOM dan terbentuknya Kabinet Dwikora pada tanggal 27 Agustus 1964 sangat menguntungkan PKI, karena di dalam kabinet ini terdapat orang-orang yang telah terpengaruh ideologi PKI dan mempunyai posisi yang strategis, seperti Dr. Soebandrio Waperdam I dan Dr. Chaerul saleh Waperdam II. PKI juga berhasil mempengaruhi Kolonel Untung Sutopo, komandan pasukan pengawal presiden dari resimen Cakra Birawa untuk masuk dalam kelompoknya. Kepercayaan dan kekuatan yang dimiliki PKI tahun 1965 semakin mantap, sehingga mereka berani mengusulkan dibentuknya Angkatan ke 5, yaitu Buruh dan Tani yang dipersenjatai. Namun usulan ini mendapat tantangan keras dari musuh utama PKI, yaitu Angkatan Darat. Permusuhan PKI dengan Angkatan Darat semakin meruncing, dengan muncul isu Dewan Jenderal yang akan menggulingkan kekuasaan Presiden Soekarno. Isu ini bermula dari ditemukannya dokumen di rumah peristirahatan Duta Besar Amerika Serikat, Bill Palmer Konon dokumen ini ditulis oleh Sir Andrew Gilchrist Dubes Inggris untuk Dubes AS, sehingga dikenal dengan nama ”Dokumen Gilchrist” yang isinya menyebutkan adanya persekongkolan para perwira tinggi Angkatan darat yang tergabung dalam Dewan Jenderal yang dipimpin oleh Jenderal Abdul Haris Nasution untuk menggulingkan kekuasaan Presiden Soekarno. catatan : sampai sekarang kebenaran dokumen ini masih diragukan. Munculnya isu ini menimbulkan perasaan curiga dan saling tuduh antara PKI dengan Angkatan Darat. Situasi semakin memanas, dan menimbulkan rencana PKI untuk menyingkirkan para perwira tinggi Angkatan Darat yang tidak dapat dipengaruhi oleh ideologi PKI.

2. Konfrontasi Dengan Malaysia

Latar belakang peristiwa : Tahun 1961 Inggris merencanakan untuk memberi kemerdekaan kepada Federasi Malaya, yang wilayahnya meliputi : Semenanjung Melayu, Brunei, Singapura, Sabah dan Serawak. Rencana ini ditentang oleh Indonesia dan Philipina. Presiden Soekarno menganggap berdirinya Federasi Malaya sebagai bentuk dari Neo Kolonialisme Inggris yang sangat membahayakan revolusi Indonesia yang belum selesai. Sedangkan Philipina menentang karena wilayah Sabah dahulu merupakan wilayah kasultanan Sulu di Philipina Selatan. Untuk menengahi perselisihan tiga anegara tersebut, diadakanlah Konferensi Maphilindo KTT Manila pada bulan Juli-Agustus 1963, yang menghasilkan kesepakatan ”bahwa ketiga negara sepakat untuk meminta Sekjend PBB U Than menyelidiki keinginan rakyat-rakyat di daerah yang akan menjadi anggota federasi”. Atas kesepakatan tersebut, PBB mengirim diplomat Michelmoore untuk melakukan penyelidikan, namun belum selesai penyelidikan dilakukan, P.M. Tengku Abdurrahman sudah mengumumkan berdirinya Federasi Malaya pada tanggal 16 September 1963, dengan wilayah : Semenanjung Melayu, Singapura, Sabah dan Serawak. Tanggal 17 September pemerintah RI mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan Inggris. Kedutaan Malaysia dan Inggris di jakarta di demonstrasi oleh ribuan massa pada tanggal 18 September 1963. Konfrontasi mencapai puncaknya ketika Prersiden Soekarno mengumumkan Dwikora tanggal 3 Mei 1964 yang isinya : 1. Perhebat ketahanan revolusi Indonesia 2. Bantu perjuangan rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunei untuk menggagalkan negara boneka Federasi malaya bentukan Inggris. Untuk memperlancar operasi, dibentuk Brigade Sukarelawan Bantuan Tempur Dwikora pimpinan Kolonel Sobirin Mochtar. Konfrontasi ini terus berlangsung sampai dengan awal masa orde baru.

3. NEFO dan OLDEFO

Berawal dari KTT Non Blok 1964 di Kairo Mesir, Presiden Saoekarno memperkenalkan konsep tentang The New Emerging Forces NEFO yang anggotanya terdiri dari negara-negara berkembang dan anti nimperialisme. Gerakan ini dimaksudkan untuk melawan kelompok yang oleh Soekarno disebut OLDEFO Old Establising Frorces yaitu kelompok negara negara imperialis pimpinan Amerika Serikat. Namun usaha ini ditentang oleh Anggota Gerakan Non Blok. Karena kegagalan usaha ini Presiden Soekarno menjalankan politik diplomasi dengan tujuan: 1. usaha menarik negara-negara Afrika dan timur Tengah untuk mendukung rencana Indonesia mengadakan CONEFO Konferensi Negara NEFO dengan didahului oleh GANEFO Games of New Emerging Forces di Jakarta 2. pembentukan poros Jakarta – Pnom Penh – Peking – Pyong Yang sebagai poros anti imperialis dan kolonialis 3. Politik Indonesia ini semakin membuat Indonesia terkucil dari pergaulan internasional. 4. Keluar dari PBB 7 januari 1965 Alasan Indonesia keluar dari PBB pada tanggal 7 Januari 1965 adalah : 1. kegagalan dalam menghadapi terbentuknya federasi sehingga Indonesia menjalankan politik konfrontasi 2. kegagalan menentang masuknya Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Kegagalan-kegagalan ini menjadi pukulan berat bagi pemerintahan Presiden Soekarno, sehingga memutuskan diri untuk keluar dari keanggotaan PBB. Keadaan ini semakin mengisolasi pemerintahan Republik Indonesia dari pergaulan internasional.

E. Peristiwa G 30 S PKI dan cara penanggulangannya