5.5. Pembahasan
Usaha tambak polikultur kepiting-nila semakin banyak diminati saat ini karena dalam usaha ini petambak mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Melihat
cerahnya bisnis ini, maka petambak tidak menutup kemungkinan tetap menjalankan usaha polikultur kepiting soka-ikan nila sebagai pencaharian yang
dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Dengan keuntungan dan peminat yang besar, usaha polikultur kepiting soka – ikan
nila telah menarik perhatian konsumen dan pemodal. Dimana, utamanya usaha tambak polikultur kepiting-nila ini membutuhkan waktu yang cukup cepat untuk
dapat dihasilkan meskipun dengan modal yang sangat besar. Usaha tambak polikultur ini membutuhkan waktu 1 bulan untuk siap jual untuk kepiting
sedangkan untuk ikan nila dapat dipanen dalam waktu 3-4 bulan, hingga mendapatkan nilai ekonomi yang tinggi dan juga merupakan bisnis yang
menciptakan investasi berharga dimasa depan. Keuntungan usaha atau pendapatan usaha tambak polikultur kepiting-ikan nila di
daerah penelitian sangat berpengaruh terhadap ekspektasi petani tambak, karena keuntungan akan menjadi insentif bagi petambak dalam menjalankan usaha
polikultur tambak kepiting-ikan nila ke depan nya, pada penelitian ini pendapatan usaha polikultur dilihat dari hasil pengurangan penerimaan usaha dengan biaya
yang di keluarkan pada usaha ini, sesuai dengan pernyataan Sunaryo 2001 yang menyatakan bahwa Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan TR dan
total biaya TC, pada daerah penelitian, rata-rata total pendapatan usaha tambak polikultur kepiting-nila di daerah penelitian selama 1 tahun adalah sebesar Rp
248.681.177petani. Pendapatan petambak dari usaha tambak polikultur kepiting-
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
nila dapat dikatakan tinggi karena dilihat dari rata-rata pendapatan kepiting per tahun per petani yaitu sebesar Rp. 239,265,186 atau sebesar Rp. 23.926.518 per
periode yaitu lebih besar dari pendapatan usaha tambak kepiting daerah lain sebesar Rp. 17.175.000 per periode. Sedangkan untuk pendapatan ikan nila yaitu
sebesar Rp. 9,415,990 per tahun atau sebesar Rp. 4.707.995 per periode yaitu lebih besar dari pendapatan ikan nila daerah lain sebesar Rp. 3.584.400 per
periode, Sehingga total pendapatan usaha tambak polikultur kepiting ikan nila pada daerah penelitian dapat dikatakan tinggi karena lebih besar dari pendapatan
daerah lain maka hipotesis kedua yang menyatakan pendapatan usaha polikultur tambak kepiting-ikan nila di daerah penelitian adalah tinggi dapat diterima.
Dari ke 21 sampel di daerah penelitian keuntungan yang paling tinggi adalah sebesar Rp 466.687.333 per petani dan per ha sebesar Rp 1.960.502.000 dalam
satu tahun 10 periode Lampiran 10a dan 10b. Tinggi rendahnya pendapatan petani tergantung pada jumlah produksi, harga jual dan jumlah biaya yang
dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan usaha tambak polikultur kepiting-nila di daerah penelitian.
Kelayakan usaha tambak polikultur kepiting-nila di daerah penelitian juga sangat berperan dalam menentukan peluang pengembangan usaha polikultur kepiting
soka–ikan nila di masa yang akan datang, yaitu dengan menganalisis apakah layak atau tidak untuk dijalankan atau dikembangkan di daerah penelitian. Menurut
Soekartawi 1995, Kelayakan usaha tambak polikultur kepiting-nila ini juga dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis RC, yaitu perbandingan
antara nilai penerimaan dengan total biaya produksi, tinggi rendahnya penerimaan dipengaruhi oleh kualitas, harga jual dan jumlah produksi. Semakin mahal harga
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
jual produksi tambak polikultur kepiting-nila dan semakin banyak jumlah produksi dan semakin baik kualitasnya maka semakin besar pula penerimaan
usaha yang diperoleh petambak, begitu juga sebaliknya. Semakin banyaknya petani yang membudidayakan kepiting soka dan ikan nila di daerah penelitian,
maka usaha tambak polikultur kepiting-nila layak untuk dikembangkan, dapat dilihat dari nilai rata-rata RC seluruh sampel adalah sebesar 1,81petani dan
1,83ha. Nilai ini memiliki arti setiap penggunaan biaya yang dikeluarkan usahatani sebesar Rp 1,00 maka usaha tambak polikultur kepiting-nila akan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,8. Selain itu menurut Butar-butar 2010, kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari
sisi produktivitas tenaga kerja. Kelayakan usaha polikultur kepiting-ikan nila dianalisis dengan metode analisis produktivitas tenaga kerja, yaitu melihat
perbandingan antar penerimaan dengan curahan tenaga kerja. Dilihat dari besarnya penerimaan yang diperoleh oleh petambak dibandingkan dengan curahan
tenaga kerja yaitu sebesar Rp 663.664HKO per petani dan Rp 663.616HKO per ha dimana nilai tersebut lebih besar dari tingkat upah yang berlaku yaitu sebesar
Rp 50.000 per HKO sehingga usaha tambak ini merupakan usaha yang layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Melihat besarnya hasil perbandingan maka
dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan usaha tambak polikultur kepiting-nila adalah layak untuk diusahakan di daerah penelitian, dapat diterima.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Sistem pengelolaan usaha polikultur tambak kepiting-ikan nila didaerah
penelitian yaitu menggunakan sistem semi intensif dengan metode campur jenis yang menggunakan kolam tambak sebagai wadah budidaya, dimana
meliputi beberapa kegiatan diantaranya: Persiapan Tambak, Penebaran Bibit, Teknik Produksi Kepiting soka kepiting cangkang lunak,
Pemberian Pakan, Pemeliharaan air, dan Pengendalian Hama dan Penyakit 2.
Pendapatan usaha polikultur tambak kepiting-ikan nila di daerah penelitian adalah tinggi. Hal ini dapat dilihat dari besar nya pendapatan berdasarkan
hasil pengurangan total pendapatan dengan total biaya dari masing-masing komoditi, dimana pendapatan usaha di daerah penelitian yang diperoleh
lebih besar pendapatan usaha tambak di daerah lain dari yaitu sebesar Rp 248.681.177petani dan Rp 1,628,782,889ha per tahun atau sebesar Rp.
24.868.118petani dan Rp. 162.878.289ha 8 kolam tambak per periode 1 bulan.
3. Usaha tambak polikultur kepiting-ikan nila selama 1 tahun adalah layak
untuk dijalankan dan dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari: -
Nilai rata-rata RC seluruh sampel sebesar 1,8, yaitu lebih besar dari 1. -
Berdasarkan analisis produktivitas tenaga kerja bahwa nilai rata-rata produktivitas tenaga kerja per petani adalah Rp 663.664HKO dan Rp
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara