Jagung kaya energi dan rendah dalam serat dan serta mineral. Jagung Bungkil Kelapa

7 Bahan Pakan Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya Tillman et al., 1998. Adapun bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Rumput Lapang Rumput lapang adalah campuran dari beberapa jenis rumput lokal yang umumnya tumbuh secara alami dengan daya produksi dan kualitas nutrien yang rendah. Rumput lapang banyak terdapat di sekitar sawah, pegunungan , tepi jalan, dan semak-semak. Wiradarya 1989 menyatakan bahwa rumput lapang mudah diperiksa, murah, dan pengelolaannya mudah. Pemberian rumput lapang segar sebagai pakan cukup baik dalam produksi maupun reproduksi selama pemeliharaan. Jagung Jagung adalah bahan makanan yang sangat baik untuk ternak. Jagung sangat disukai ternak dan pemakaiannya dalam ransum ternak tidak ada pembatasan, kecuali untuk ternak yang akan digunakan sebagai bibit. Dalam peternakan, jagung digunakan sebagai bahan utama pembuat konsentrat. Jagung digunakan sebagai bahan makanan sumber energi karena mengandung TDN sebesar 80,80 Sutardi,

1981. Jagung kaya energi dan rendah dalam serat dan serta mineral. Jagung

merupakan sumber energi tercerna yang unggul tetapi jagung rendah protein dan proteinnya berkualitas rendah defisien lisin, protein jagung sekitar 8,5 NRC,

1994. Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa merupakan hasil ikutan yang didapat dari ekstraksi daging buah kelapa segarkering SNI, 1996. Bungkil kelapa dapat digunakan untuk mensuplai sebagian protein yang diperlukan untuk ternak Pond et al., 1995. Tillman et al. 1998 menyatakan bungkil kelapa memiliki komposisi kimia yang bervariasi, akan tetapi kandungan zat makanan yang utama adalah protein kasar, yaitu sebanyak 21,6 sehingga bungkil kelapa termasuk sumber protein untuk ternak. Kandungan serat kasar dari bungkil kelapa cukup tinggi, yaitu sekitar 15 8 dan ini merupakan sifat dari bungkil kelapa atau ampas bahan makanan yang berasal dari tumbuhan. Onggok Onggok merupakan bahan pakan ternak berupa padatan hasil sampingan dari proses pengolahan singkong atau ubi kayu menjadi tepung tapioka. Sebanyak dua per tiga, singkong dikonsumsi oleh manusia dan sisanya digunakan untuk pakan ternak Nwokoro et al., 2002. Ketersediaan onggok pun terus meningkat sejalan dengan meningkatnya produksi ubi kayu Supriyati, 2003. Produksi singkong di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 21.756.991 BPS, 2009. Sebagai sumber energi, onggok lebih rendah dibandingkan dengan jagung dan ubi kayu akan tetapi lebih tinggi daripada dedak. Ditinjau dari komposisi zat makanannya, onggok merupakan pakan sumber energi dengan kandungan BETN 86,33, namun kandungan protein yang rendah 2,21 disertai dengan kandungan serat kasar yang tinggi 11,16 Lubis, et al., 2007. Molases Molases merupakan hasil sampingan pada industri pengolahan gula dengan wujud bentuk cair, atau dengan kata lain limbah utama dalam industri pemurnian gula Cheeke, 1999. Molases atau yang biasa dikenal dengan tetes dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak yang berenergi tinggi. Disamping rasanya manis, keuntungan penggunaan molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi 48-60 sebagai gula, kadar mineral cukup, dan rasanya disukai ternak. Kadar kalium molases yang tinggi dapat menyebabkan diare jika konsumsinya terlalu banyak Rangkuti et al., 1995. Urea Urea merupakan salah satu sumber nitrogen bukan protein NBP yang berbentuk kristal putih, bersifat mudah larut dalam air dan mengandung 45 nitrogen Parakkasi, 1995. Urea dalam proses fermentasi akan diuraikan kembali oleh enzim urease menjadi amonia dan karbondioksida dan selanjutnya amonia akan digunakan untuk menbentuk asam amino. Dalam penggunaannya, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi pada penambahan urea yaitu ketersediaan karbohidrat 9 yang mudah dicerna, harus dicampur dengan baik dengan bahan pakan lain, diberikan pada waktu adaptasi dua sampai dengan tiga minggu, serta pemberiaanya disarankan disertai dengan penambahan mineral Parakkasi, 1995. Mineral Mix Menurut Parakkasi 1999, kebutuhan Ca dan P untuk ternak ruminansia menjadi unsur yang sangat penting diperhatikan pada hampir semua kondisi pemberian pakan. Dari beberapa mineral makro yang dibutuhkan ternak, hanya garam NaCl, kalsium Ca, phospor P, secara rutin ditambahkan ke ransum ternak. Garam merupakan salah satu bahan baku mikro yang dapat digunakan dalam ransum ternak. Garam paling umum terdapat dalam ransum, berasal dari satu sumber, tidak mahal dan relatif mudah diuji. Sifat fisik garam sebagai bahan uji adalah lebih padat, bentuk kubik dan lebih kecil dibanding partikel lain. Pengujian sampel yang mengandung garam dapat dilakukan dengan teknik pengujian Na+ atau Cl- . Garam dapur atau NaCl ini merupakan bahan alami yang di gunakan untuk melengkapi mineral-mineral lainnaya yang dibutuhkan oleh ternak. Dikalsium Fospat Dicalsium Phospate DCP merupakan bahan untuk melengkapi kebutuhan kalsium dan phosphate bagi ternak, DCP yang dibutuhkan adalah 1-2. Income Over Feed Cost Analisis ekonomi sangat penting dalam usaha penggemukan domba, karena tujuan akhir dari penggemukan adalah untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu perhitungan yang dapat digunakan adalah Income Over Feed Cost IOFC yaitu pendapatan dari pemeliharaan setelah dikurangi biaya pakan selama penggemukan. Faktor yang dapat berpengaruh penting dalam perhitungan IOFC adalah pertambahan bobot badan selain pemeliharaan, konsumsi pakan dan harga pakan Mulyaningsih, 2006. Pertumbuhan yang baik belum tentu menjamin keuntungan maksimum, tapi pertumbuhan yang baik dan diikuti dengan konversi pakan yang baik pada serta biaya pakan yang minimal akan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Sifat Reproduksi Domba Betina Reproduksi merupakan proses perkembangbiakan suatu makhluk hidup, dimulai sejak bersatunya sel telur makhluk hidup betina dengan sel mani dari jantan 10 menjadi makhluk hidup baru yang disebut zigot, disusul dengan kebuntingan dan diakhiri dengan kelahiran anak. Daya reproduksi kelompok ternak yang tinggi disertai dengan pengelolaan ternak yang baik akan menghasilkan efisiensi reproduksi yang tinggi pula Hardjopranjoto, 1995. Prinsip-prinsip reproduksi dan cara pengendaliannya, penyebab menurunnya efisiensi reproduksi, serta cara-cara untuk meningkatnya merupakan hal penting untuk meningkatkan efisiensi produksi dalam usaha peternakan Tomaszewska et al., 1991. Performans reproduksi ternak ruminansia pada daerah tropis umumnya ditentukan oleh empat faktor, yaitu genetik, lingkungan fisik, nutrisi dan manajemen Smith dan Akinbamijo, 2000. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam reproduksi adalah dewasa kelamin dan perkawinan pertama, masa dan tanda-tanda berahi serta siklus berahi, saat perkawinan yang tepat di waktu berahi, lama bunting, perkawinan kembali setelah beranak, cara perkawinan, dan kegagalan reproduksi serta penanggulangannya Ginting dan Sitepu, 1989. Pubertas Pubertas atau dewasa kelamin adalah umur atau waktu dimana organ-organ reproduksi mulai berfungsi, atau umur pada saat estrus pertama kali yang disertai ovulasi. Umur dewasa kelamin pada berbagai jenis ternak tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Umur Dewasa Kelamin pada Berbagai jenis ternak Jenis Ternak Umur Pubertas Variasi Sapi 12 bulan 6-24 bulan Kuda 18 bulan 10-24 bulan Domba 8 bulan 4-12 bulan Kambing 8 bulan 4-12 bulan Kerbau 24 bulan 12-40 bulan Babi 6 bulan 4-8 bulan Sumber : Partodihardjo 1980 Pubertas terjadi ketika gonadotropin dihasilkan oleh hypopysis anterior dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk menginisiasi folikel dan ovulasi. Pada hewan jantan pubertas ditadai dengan kemampuan hewan untuk berkopulasi dan menghasilkan sperma disamping perubahan-perubahan kelamin sekunder lain. 11 Sedangkan pada hewan betina ditandai dengan terjadinya estrus dan ovulasi Toelihere, 1993. Pubertas pada domba dapat dicapai pada umur bervariasi 6 – 12 bulan atau pada berat sekitar 55-60 dari berat badan dewasa Sutama et al., 1995. Beberapa faktor yang mempengaruhi pubertas antara lain faktor ternak itu sendiri dan lingkungan yaitu : a. Nutrisi Nutrisi sangat berpengaruh terhadap pubertas, dan merupakan faktor utama dari hewan yaitu bobot badan pada saat pencapaian pubertas. b. Musim Musim sangat mempengaruhi pada alat reproduksi hewan. Biasanya ternak birahi pada musim semi, karena untuk menjaga kesehatan serta ketersediaan pakan yang sudah tercukupi. c. Suhu Masa pubertas juga dipengaruhi oleh suhu. Suatu lingkungan dengan suhu ideal akan sangat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan suatu ternak terutama pada masa-masa pubertasnya. Suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas tidak normal akan mengganggu hal tersebut. d. Makanan Pakan yang diberikan atau makanan yang diperoleh oleh ternak baik itu jumlah maupun kualitasnya baik akan mempercepat pubertas. e. Musim Kawin Musim kawin juga mempengaruhi pubertas. Ketika musim kawin terjadi banyak ternak yang terangsang baik itu yang sudah dewasa maupun yang belum dewasa sekalipun. Sehingga kondisi tersebut dapat mempercepat pubertas pada ternak yang belum dewasa terutama dewasa kelaminnya. Faktor yang mempengaruhi musim kawin antara lain lamanya siang hari, mekanisme hormonal. f. Pengaruh Ternak Jantan Stimulasi pejantan melalui kontak suara, bau, dan fisik terjadi pada sistem hpotalamus dan menyebabkan terjadi sekresi LH dan ovulasi yang menyebabkan terjadinya birahi. Tomaszewska, 1991. 12 Pubertas yang lebih awal akan menguntungkan karena dapat mengurangi masa tidak produktif dan memperpanjang masa hidup produktif ternak. Selain itu dapat terjadi peningkatan genetik lebih cepat karena interval generasi berkurang bila dilakukan seleksi dengan baik dan program seleksi yang efektif Tomaszewska et al., 1991. Siklus birahi Hewan betina yang masih dara akan menunjukkan birahi pertama bila berat badannya telah mencapai 55-60 dari berat badan dewasa serta didukung dengan pemberian pakan yang cukup dan berkualitas baik. Tanda-tanda berahi yang paling penting adalah domba kelihatan tidak tenang, gelisah dan nafsu makan biasanya turun, vulva tampak bengkak, merah, hangat, dan keluar cairan seperti lendir mirip putih telur dari vagina, bulu dipangkal ekor rontok, dan akan diam bila dinaiki pejantan. Kadang-kadang tanda tersebut tidak jelas dan tipe berahi ini disebut “berahi tenang” atau silent heat birahi tersembunyi. Tanda- tanda berahi berakhir adalah keluar lendir berwarna kuning dan bercampur darah dari vagina Ginting dan Sitepu, 1989. Untuk memudahkan deteksi birahi dan efisiensi perkawinan dapat dilakukan dengan rangsangan birahi Direktur Jenderal Peternakan, 1991. Cara pendeteksian birahi di lapangan ada 2 dua cara, yaitu : Secara manual melihat langsung tanda- tanda birahi pada ternak betina yang dilakukan oleh peternak. Secara alami digunakan pejantan pengusik teaser, dengan cara memasukkan pejantan ke dalam kandang induk. Pejantan akan mendekati dan menaiki betina, betina yang sewaktu diam dinaiki dan menunjukkan tanda-tanda birahi maka domba betina tersebut sedang birahi. Siklus berahi merupakan jarak waktu berahi periode pertama dengan berahi periode berikutnya. Jarak berahi terjadi sekitar 11-19 hari dengan rata-rata 16,7 hari Toelihere, 1985, menurut Partodiharjo 1980 siklus birahi ternak bervarisai seperti yang tercantum pada tabel 3. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi siklus berahi ialah umur ternak, bangsa, perubahan panjang siang dan panjang malam hari, suhu lingkungan, kualitas makanan dan kehadiran pejantan Tomaszewska et al., 1991. Persentase kebuntingan yang tinggi dapat dicapai apabila dilakukan pada saat yang tepat. 13 Tabel 3. Panjang Siklus Birahi pada Berbagai Jenis Ternak Jenis Ternak Panjang Siklus Birahi Variasi Sapi 21 hari 18-24 hari Kuda 21 hari 19-21 hari Domba 16,5 hari 14-20 hari Kambing 18 hari 19-21 hari Babi 21 hari 18-24 hari Anjing - 6-12 bulan Sumber : Partodihardjo 1980 Siklus berahi terbagi menjadi empat fase yaitu fase proestrus, fase estrus, fase metestrus dan fase diestrus. Fase proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan berhentinya progesteron dan memperluas untuk memulai estrus. Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel yang sangat cepat. Akhir periode ini adalah efek estrogen pada sistem saluran dan gejala perilaku perkembangan estrus yang dapat diamati. Fase proestrus berlangsung sekitar 2-3 hari dan dicirikan dengan pertumbuhan folikel dan produksi estrogen. Fase estrus merupakan periode waktu ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan. Ovulasi berhubungan dengan fase estrus, yaitu setelah selesai fase estrus. Pada fase ini estrogen bertindak terhadap sistem saraf pusat. Fase metestrus diawali dengan penghentian fase estrus. Umumnya pada fase ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi selama fase ini. Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal. Pada domba hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron darah meningkat dapat dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum. Fase ini disebut juga fase persiapan uterus untuk kehamilan. Umur dan bobot kawin Pertama Hewan-hewan betina muda tidak boleh dikawinkan sampai pertumbuhan badannya memungkinkan untuk suatu kebuntingan dan kelahiran normal. Hal ini karena dewasa kelamin terjadi sebelum dewasa tubuh tercapai. Umur kawin pertama menjadi perhatian peternak dalam proses reproduksi ternak, karena umur yang terlalu 14 muda akan menghasilkan keturunan yang kurang baik, walaupun kematangan biologis sudah tercapai namun kematangan fisik belum mendukung karena masih berada pada fase pertumbuhan yang relatif cepat. Nutrisi sangat berpengaruh terhadap pubertas dan merupakan faktor utama dari hewan tersebut untuk masuk dalam periode pubertas. Meskipun berat badan hewan kurang memenuhi syarat untuk terjadinya birahi pertama kali, maka hewan tersebut walaupun umurnya sudah mencukupi tetap saja tidak akan mengalami masa pubertas. Kebutuhan Zat Makanan Domba Kebutuhan zat makanan ternak ruminansia terdiri atas kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Zat makanan yang diperlukan ternak dapat dipisahkan menjadi komponen utama antara lain energi, protein, mineral, dan vitamin. Kebutuhan bahan kering dihitung berdasarkan bobot badan, tingkat produksi susu, bulan laktasi, dan lingkungan NRC, 2001. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas ternak adalah bahan makanan yang meliputi jumlah dan kualitas pakan. Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan ternak bervariasi antar jenis dan umur fisiologis yang berbeda Sutardi, 1980. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi ternak adalah jenis kelamin, tingkat produksi, keadaan lingkungan dan aktivitas fisik ternak Haryanto, 1992. Kebutuhan nutrisi ternak dapat dikelompokkan menjadi komponen utama yaitu energi, protein, mineral, dan vitamin. Komponen-komponen utama tersebut diperoleh dari zat makanan yang masuk kedalam tubuh ternak. Pakan yang kurang pada jangka waktu yang lama pada domba betina dapat menghambat timbulnya dewasa kelamin, dan juga dapat menyebabkan siklus berahi yang tidak normal. Pakan dengan kualitas dan kuantitas rendah seperti kekurangan lemak dan karbohidrat dapat mempengaruhi aktivitas ovarium sehingga menekan pertumbuhan folikel dan mendorong timbulnya anestrus, kekurangan protein mendorong terjadinya hipofungsi ovarium disertai anestrus. Oleh karena itu kualitas dan kuantitas pakan sangat penting untuk proses perkawinan pada calon induk domba lokal. Peningkatan konsumsi energi dan protein bereran dalam peningkatan konsentrasi insulin dan insulin growth factor IGF dalam darah yang berpengaruh terhadap folikel yang hubungannya dengan hormone FSH dan LH Pulina, 2004. 15 Energi, protein, mineral, vitamin, dan air dibutuhkan untuk proses reproduksi secara normal sama halnya dengan kebutuhan nutrisi untuk metabolisme tubuh yang lain hidup pokok, pertumbuhan, dan produksi susu. Pada dasarnya ternak membutuhkan zat makanan atau energi untuk hidup pokok dan untuk energi cadangan yang akan disimpan dalam jaringan baru dan energi untuk proses-proses metabolism. Secara langsung, nutrisi menyediakan glukosa, asam amino, vitamin, dan elemen kimia esensial. Secara tidak langsung, nutrisi dapat memodifikasi fungsi hormonal, dimana dapat meningkatan kematangan sel telur, ovulasi atau terjadinya birahi, perkembangan embrio, pertumbuhan fetus, dan daya tahan anak yang lahir Freer dan Dove, 2002. Kebutuhan Energi Energi adalah suatu zat yang mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan dan berbagai bentuk kegiatan. Sutardi 1981 menyatakan bahwa energi merupakan hasil metabolisme zat makanan organik yang terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein. Karbohidrat pada pakan ruminansia merupakan zat makanan yang dominan dalam menyediakan bahan yang bersifat bulky yang berguna untuk memelihara kelancaran proses pencernaan . Energi didapatkan dari hasil metabolisme zat-zat makanan dalam tubuh ternak itu sendiri. Ternak membutuhkan energi untuk mempertahankan hidupnya dan berproduksi secara normal Kartadisastra, 1997. Kebutuhan energi ternak untuk hidup pokok adalah jumlah energi dalam pakan yang harus dikonsumsi setiap hari bukan untuk mendapat ataupun kehilangan energi tubuh, energi tersebut digunakan untuk memelihara dan mempertahankan keutuhan tubuhnya. Kebutuhan untuk produksi dan reproduksi adalah energi di atas kebutuhan hidup pokok yang dimanfaatkan untuk proses-proses produksi dan reproduksi NRC, 2006. Ensminger 1993 menyatakan bahwa kekurangan energi merupakan masalah defisiensi nutrisi yang umum terjadi pada domba, yang dapat disebabkan oleh kekurangan pakan atau mengkonsumsi pakan dengan kualitas yang rendah. Menurut Tillman et al., 1991 bahwa penggunaan energi tinggi akan merangsang estrus dan memiliki efek positif pada tingkat konsepsi, akan tetapi kekurangan energi akan menghambat pertumbuhan pada hewan muda dan kehilangan bobot badan pada hewan dewasa, serta pencapaian dewasa kelamin. 16 Berdasarkan NRC 2006 menyatakan bahwa kebutuhan energi pada ternak domba dipengaruhi oleh umur, ukuran tubuh, jenis kelamin, pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, dan produksi. Kondisi lingkungan seperti temperatur, kelembapan, dan cuaca juga berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Banyak sedikitnya jumlah energi dalam pakan kandungan bahan kering berpengaruh pada organ reproduksi dan aktivitas ovarium, bila terjadi ketidak seimbangan energi dalam pakan intake dengan energi untuk pertumbuhan akan menurunkan birahi pada ternak muda yang sedang tumbuh. Birahi pertama akan tertunda bila energi yang dikandung dalam pakan sebelum dan sesudah beranak rendah, hal tersebut akan mempengaruhi siklus birahi berikutnya dan akan memperpanjang selang beranak. Kebutuhan Protein Protein merupakan unsur penting dalam tubuh dan diperlukan terus-menerus untuk memperbaiki sel dalam proses sinteis NRC, 2001. Berdasarkan NRC 2001 pada saat pertumbuhan seekor ternak membutuhkan kadar protein yang tinggi untuk proses pembentukan jaringan tubuh. Ternak muda memerlukan protein lebih tinggi dibandingkan ternak dewasa karena untuk memaksimalkan pertumbuhannya. Kebutuhan protein untuk domba dipengaruhi antara lain oleh masa pertumbuhan, umur, fisiologis, ukuran dewasa, kebuntingan, laktasi, kondisi tubuh, dan rasio energi protein Ensminger, 1990. Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien dan tidak seperti bahan makronutrien lain seperti lemak dan karbohidrat, protein dapat berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sebagai sumber energi. Protein dapat juga dipakai sebagai bahan bakar jika kebutuhan energi tubuh terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Herman 2003 menyatakan bahwa kebutuhan protein dan pertumbuhan ternak mempunyai hubungan yang erat dengan kebutuhan energi, sehingga energi perlu diperhitungkan. Bila hewan diberi makan protein dan energi yang dihasilkan melebihi kebutuhan hidup pokoknya, maka hewan tersebut akan menggunakan kelebihan zat makanan tersebut untuk pertumbuhan dan produksi Tillman et al., 1998. 17 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kandang B Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Januari sampai dengan April 2011, dengan beberapa tahapan yaitu dua minggu pertama adaptasi ransum, dilanjutkan beberapa minggu kemudian pengambilan data. Materi Penelitian Ternak Percobaan Ternak yang digunakan sebanyak 12 ekor domba betina lepas sapih hasil persilangan domba betina dari UP3 Jonggol dengan pejantan Garut umur sekitar 2-3 bulan dengan bobot badan awal rata-rata 9,79±1,97 kg . Gambar 1. Domba Dara Penelitian Pakan Pakan yang digunakan selama penelitian terdiri atas rumput lapang dan konsentrat. Konsentrat terdiri dari jagung, onggok, bungkil kelapa, molases, crude palm oil CPO, kalsium karbonat CaCO 3 , premix, urea, garam, dan dikalsium fosfat DCP. Imbangan Hijauan : Konsentrat yang diberikan ialah 40:60 untuk P1 dan P2, serta 30:70 untuk P3, serta Air minum diberikan secara ad libitum atau tersedia sepanjang hari. Komposisi bahan pakan dan kandungan zat makanan terdapat dalam Tabel 4 dan 5. 18 Tabel 4 . Komposisi Bahan Pakan Ransum Perlakuan Keterangan P1 : Ransum TDN 65, PK 14 P2 : Ransum TDN 70, PK 14 P3 : Ransum TDN 75, PK 14 Berdasarkan Perhitungan Formulasi Ransum Tabel 5. Kandungan Ransum Perlakuan Hasil Analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, IPB. P1 = Ransum TDN 65, PK 14 ; P2 = Ransum TDN 70, PK 14; P3 = Ransum TDN 75, PK 14. Bahan Pakan Ransum Penelitian P1 P2 P3 --------------------------------------- Rumput Konsentrat Jagung 40 60 11 40 60 7,4 30 70 32 Onggok 14,1 15 12 Bk. Kelapa 31,1 31 21 Urea CPO Molases CaCO 3 DCP 0,4 2,9 1 2 2 1 0,2 1,1 2,2 1 0,2 0,3 Garam 0,3 0,2 0,1 Premix 0,2 0,2 0,1 Komposisi Nutrien Ransum P1 P2 P3 --------------------------------- Bahan Kering Abu 89,37 9,15 88,62 10,38 88,37 7,01 Lemak Kasar 8,42 10,43 7,36 Protein Kasar 14,60 17,90 16,32 Serat Kasar 13,44 13,86 11,35 Ca 1,29 0,85 0,65 P TDN 0,11 67 0,06 70 0,12 73 19 Jumlah pemberian ransum sebanyak 3-5 dari bobot badan, konsentrat diberikan terlebih dahulu, kemudian setelah habis baru diberi hijuan. Pencampuran ransum atau konsentrat dilakukan secara manual yaitu menggunakan tangan di bak plastik dan di lantai yang yang kering dan bersih menggunakan sekop untuk mengaduk ransum seperti terlihat di Gambar 2. Ransum yang diberikan mengandung kadar Total Digestible Nutrien TDN masing-masing sekitar 67, 70, 73 BK, dengan isoprotein sekitar 14-17 BK. Gambar 2. Pencampuran bahan baku pakan untuk dijadikan konsentrat Kandang dan Peralatan Domba dipelihara di dalam kandang individu yang berjumlah 12 buah yang berukuran 125x55x110 cm, beralaskan kayu dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum yang terlihat pada tampak luar kandang seperti pada Gambar 3a dan terdapat di dalam bangunan kandang yang terlihat seperti pada Gambar 3b. Gambar 3a Gambar 3b Gambar 3. Kandang domba penelitian 3a dan kandang individu 3b 20 Peralatan lain yang digunakan pada penelitian ini, antara lain tempat minum Gambar 4c, tempat pakan Gambar 4d, timbangan digital dengan kapasitas 5 kg Gambar 4f, timbangan gantung dengan kapasitas 50 kg Gambar 4e. Gambar 4c Gambar 4d Gambar 4e Gambar 4f Gambar 4g Gambar 4. Peralatan yang digunakam antara lain tempat minum Gambar 4c, tempat pakan Gambar 4d, timbangan digital dengan kapasitas 5 kg Gambar 4f, timbangan gantung dengan kapasitas 50 kg Gambar 4e Metode Penelitian Prosedur Pemeliharaan Pemeliharaan domba dilakukan kurang lebih selama 16 minggu ± 4 bulan. Sebelum memulai pemeliharaan terlebih dahulu menyiapkan kandang, pembuatan konsentrat perlakuan, kemudian pemilihan domba. Pemilihan domba dilakukan 21 dengan mencari domba yang mempunyai bobot sama. Setelah domba terpilih, kemudian dimasukan ke dalam kandang individu yang sudah dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum. Selain itu, pada setiap kandang ditempel data profil domba dan perlakuan yang diberikan untuk memudahkan dalam pemberian pakan dan pencatattan. Setelah domba diletakan ke dalam kandang individu dengan masin-masing perlakuan, kemudian dilakukan adaptasi ransum perlakuan selama dua minggu yaitu masing- masing domba diberi ransum perlakuan sesuai dengan kebutuhan bahan kering sebanyak 3-5 bobot badan. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB dan sore hari sekitar pukul 14.00 WIB dengan pemberian konsentrat : hijauan secara terpisah. Konsentrat diberikan terlebih dahulu dan setelah habis baru diberikan hijauan masing-masing perlakuan. Pakan yang diberikan sebesar 3-5 bahan kering dari BB dengan rasio hijauan : konsentrat yaitu 40:60 untuk P1, P2, dan 30:70 untuk P3, serta air minum diberikan secara ad libitum setiap pagi dan sore hari. Sisa pakan dihitung keesokan harinya untuk mengetahui konsumsi harian ransum. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap dua minggu sekali, untuk mengetahui pertambahan bobot badan mingguanharian. Setelah mengetahui pertambahan bobot badan mingguan, kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui rata-rata pertambahan bobot badan harian. Deteksi Birahi dan Perkawinan Domba Setelah domba mencapai bobot badan yang sesuai yaitu sudah mencapai 60 dari berat badan dewasa atau yang telah memasuki umur 5-6 bulan dan setelah mencapai bobot badan sekitar 13-18 kg, kemudian dilakukan pendeteksian birahi dengan menggunakan cara teaser yaitu menggunakan domba pejantan pengusik. Pelepasan teaser di dalam kandang dilakukan setelah waktu pemberian pakan yaitu pagi hari dan sore hari. Berdasarkan deteksi dari teaser, maka domba betina dikeluarkan dari kandang individu untuk memastikan apakah domba betina tersebut birahi. Apabila domba betina itu diam saat dinaiki oleh teaser terjadi perkawinan, maka domba betina tersebut sudah dianggap birahi. Setelah terjadi perkawinan, lalu dicatat tanggal terjadinya perkawinan dan domba langsung ditimbang untuk mengetahui bobot badan saat kawin. Selain itu, 22 berdasarkan tanggal kawin dan tanggal lahir domba dapat diketahui umur saat kawin pertama. Analisa Sampel rumput dan konsentrat perlakuan di analisa di Laboratorium Pengetahuan Bahan Makanan Ternak untuk mengetahui kandungan zat makanan ransum perlakuan. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 3 perlakuan dengan 4 ulangan. Model matematik yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Y ij =  +  i +  j +  ij Keterangan : Y ij = Efek ulangan ke-i,  = Rataan umum  i = Efek ulangan ke-i  j = Efek utama perlakuan  ij = Error gallat ulangan ke-i dan perlakuan Perlakuan Perlakuan pakan yang diberikan memiliki tingkat kandungan energi yang berbeda dan isoprotein. Perlakuan yang diberikan sebagai berikut: P1 = Ransum dengan kandungan PK 14, TDN sekitar 65. P2 = Ransum dengan kandungan PK 14, TDN sekitar 70 P3 = Ransum dengan kandungan PK 14, TDN sekitar 75 Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah

1. Konsumsi BK Ransum gekorhari