ANALISIS OPTIMALISASI MODAL KERJA PADA PT. PG RAJAWALI I MALANG

(1)

ANALISIS OPTIMALISASI MODAL KERJA PADA PT. PG RAJAWALI I MALANG

SKRIPSI

Oleh:

NAMA : ERNAWATI NIM : 08.610.086

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

(3)

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah diteliti atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Malang, 3 Nopember 2012

ERNAWATI NIM: 08.610.086


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi yang berjudul “ANALISIS OPTIMALISASI MODAL KERJA PADA PT PG RAJAWALI I MALANG” disusun untuk memenuhi serta melengkapi syarat memperoleh gelar Kesarjanaan di bidang Ekonomi, program studi Manajemen pada Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis berusaha memberi sebaik mungkin namun demikian, penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman penulis. Sehingga masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, maka dari itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Nazaruddin Malik, SE, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Aniek Rumijati, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang.


(6)

3. Dra. Erna Retna Rahadjeng, M.M, AFP, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan petunjuk dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Drs. M Jihadi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang penuh kesabaran telah memberikan bimbingan serta petunjuk hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini baik materiil maupun spirituil.

Akhirnya segala amal baik yang telah mereka berikan kepada penulis semoga mendapat balasan dari Allah SWT. dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, Oktober 2012


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

KARTU KENDALI KONSULTASI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 6

B. Tinjauan Teori ... 7

1. Pengertian Modal Kerja ... 7

2. Jenis-Jenis Modal Kerja ... 9

3. Pentingnya Modal Kerja ... 10

4. Fungsi dan Peranan Modal Kerja ... 11

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja ... 12

6. Perputaran Modal Kerja ... 14

7. Elemen-Elemen Modal Kerja ... 15

8. Analisis Modal Kerja ... 21

9. Modal Kerja Optimal ... 23


(8)

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ... 28

B. Jenis Penelitian ... 28

C. Jenis dan Sumber Data ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Definisi Operasional Variabel ... 29

F. Metode Analisis Data ... 30

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

1. Profil Perusahaan ... 32

2. Lokasi dan Wilayah Kerja ... 34

3. Proses Produksi ... 34

B. Analisis Data ... 42

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 53

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Perbandingan Modal Kerja Dengan Hasil Penjualan ... 4

Tabel 4.1 Perhitungan Perputaran Kas Tahun 2009- 2011 ... 42

Tabel 4.2 Perhitungan Perputaran Kas Tahun 2008 -2011 ... 43

Tabel 4.3 Perhitungan Piutang Tahun 2008 – 2011 ... 44

Tabel 4.4 Perhitungan Piutang Tahun 2008 – 2011 ... 45

Tabel 4.5 Perhitungan Perputaran Persediaan Tahun 2009 -2011 ... 46

Tabel 4.6 Perhitungan Persediaan Tahun 2008 -2011 ... 47

Tabel 4.7 Perhitungan Keterikatan Dana dalam Kas, Piutang dan Persediaan Tahun 2008 dan 2011 ... 48

Tabel 4.8 Perhitungan Perputaran Modal Kerja Tahun 2008 sampai 2011 ... 49

Tabel 4.9 Perhitungan Perputaran Modal Kerja Tahun 2008 sampai 2011 ... 50

Tabel 4.10. Perhitungan pertumbuhan Penjualan ... 51


(10)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Neraca 2. Laba Rugi


(11)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal, 2005, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.

Barlian, Ridwan S, 2003, Manajemen Keuangan, Edisi Kelima, Cetakan Kedua, Penerbit: Literata Lintas Media.

Gitosudarmo, Indriyo dan Basri, 2002, Manajemen Keuangan, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta.

Indriantoro dan Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisinis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Martono & Harjito, Agus. 2003. Manajemen Keuangan, Yogyakarta: EKONOSIA.

Munawir,S, 2007. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Kesebelas, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, 2008, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Cetakan Ketujuh, BPFE, Yogyakarta.

Sartono, Agus, 2008, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, Cetakan Pertama,

Sarwoko, 2003, Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi, Cetakan Kedua, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.

Sutrisno, 2005, Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi, Cetakan Kedua, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.

Upload/journal struktur – kinerjaklusterindustri – gula)

Wahyudi , 2012, Analisis optimalisasi modal kerja (Studi Kasus Pada pada PT selecta Batu), Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang, Tidak Dipublikasikan.

Yunanto, 2005, Pengelolaan Modal Kerja (Studi Kasus Pada PR. Gandum Malang), Skripsi Universitas Negeri Brawijaya, Tidak Dipublikasikan.


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Industri gula di Indonesia telah berusia ratusan tahun, yaitu sejak tahun 1637, ketika pabrik gula (PG) pertama berdiri di Pulau Jawa. Pada tahun 1950 terdapat 30 PG dengan lahan yang ditanami tebu seluas 27.783 hektar dan produktivitas gulanya mencapai 9,4 ton/ha. Pada tahun 1956 jumlah PG meningkat menjadi 51 buah, meningkat lagi menjadi 67 buah pada tahun 1989 dan 68 buah PG pada tahun 1995. Kemudian meningkat lagi menjadi 70 buah pada tahun 1997, yaitu 57 unit PG di Pulau Jawa dan 13 unit di luar Pulau Jawa. Sejak 1997 - 2001, meskipun tercatat ada 70 PG, tetapi hanya 59 PG yang masih aktif giling pada tahun 2001. Kekurangan bahan baku (tebu) menjadi faktor utama tutupnya 10 PG di Jawa. Dari 60 yang masih aktif, setengahnya beroperasi di bawah kapasitas gilingannya (under capacity) sehingga tidak efisien. Pada saat ini jumlah pabrik gula di Indonesia sebanyak 70 buah, 59 PG aktif dan 11 lainnya tidak aktif. Dari jumlah tersebut, 57 PG berada di Jawa (47 aktif, 10 tutup), dan luar Jawa sebanyak 13 buah (12 aktif dan 1 tutup).

Permintaan gula nasional setiap tahunnya mengalami laju peningkatan yang cukup signifikan yaitu 2,96% per tahun. Meningkatnya permintaan gula nasional ternyata tidak diikuti dengan peningkatan total produksi dalam negeri, bahkan secara umum produksi gula nasional cenderung menurun dengan laju 3,03% per tahun. Dalam periode 1996-2004, produksi gula


(13)

2

nasional hanya mampu memenuhi 54,09% dari total konsumsi gula nasional. Bahkan pada periode 1998-2002, produksi gula mengalami penurunan dengan laju 6,14 persen per tahun.

Perusahaan yang berorientasi pada keuntungan selalu menginginkan agar perusahaannya dapat bekerja seefisien mungkin, pencapaian tujuan tersebut memaksa setiap pemimpin perusahaan untuk bekerja secara maksimal. Pemimpin perusahaan tidak jarang pula dalam pencapaian tujuannya mengalami beberapa tantangan dan kendala sehingga tidak mudah untuk mencapai tujuan yang direncanakan. Bagi perusahaan modal kerja mempunyai arti yang sangat penting, sebab setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk memenuhi kegiatan operasional sehari-hari, misalnya untuk membayar upah buruh, gaji pegawai dan lain sebagainya, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam kurun waktu yang pendek melalui hasil penjualan produknya.

Keberhasilan perusahaan dapat diukur dengan penggunaan modal kerja yang dimiliki perusahaan, kelebihan atau kekurangan modal kerja akan mengakibatkan kegiatan perusahaan terganggu dan akan mempengaruhi likuiditas dan rentabilitas perusahaan. Modal kerja sebagai salah satu sumber daya untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari, dirasakan semakin penting, khususnya oleh perusahaan–perusahaan berskala kecil sampai menengah. Pada sisi yang lain melalui penilaian atas efisiensi pengelolaan modal kerja tersebut maka dengan sendirinya dapat digunakan


(14)

3

sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam usaha untuk memberikan atau menciptakan suatu bentuk kebijakan yang tidak merugikan. Efisiensi atas pengelolaan modal kerja dapat digunakan sebagai ukuran atas kemampuan perusahaan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan terutama dikaitkan dengan upaya pencapaian tujuan.

PT. PG.Rajawali I Malang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi gula yang terdapat di Kabupaten Malang Jawa Timur. Mengingat produk yang dihasilkan perusahaan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat maka kelancaran atas aktivitas operasional perusahaan sangat mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan optimalisasi modal kerja perusahaan. Penggunaan modal kerja dikatakan optimal apabila perusahaan mampu memaksimalkan atas penggunaan modal kerja dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Pada sisi yang lain optimalisasi modal kerja dapat menunjukkan tingkat efektivitas operasional yang dilakukan sebagai upaya dalam pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Apabila dikaitkan dengan pengelolaan modal kerja menunjukkan bahwa modal kerja yang dimiliki oleh PT. PG.Rajawali I Malang menunjukkan adanya peningkatan, namun demikian peningkatan tersebut tidak diikuti dengan adanya peningkatan atas penjualan yang diperoleh perusahaan. Adapun untuk mengetahui perbandingan antara modal kerja yang


(15)

4

dimiliki perusahaan dengan penjualan yang dihasilkan secara lengkap dapat disajikan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

Perbandingan Modal Kerja Dengan Hasil Penjualan

Tahun Modal Kerja Penjualan

2009 Rp. 72.587.299 Rp. 353.580.911 2010 Rp. 107.125.574 Rp. 340.477.163 2011 Rp. 232.577.089 Rp. 372.309.505 Sumber: PT. PG.Rajawali I Malang

Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 sampai 2011 menunjukkan jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan cenderung mengalami peningkatan, namun demikian peningkatan tersebut tidak diikuti dengan adanya peningkatan penjualan. Kondisi tersebut dapat mengindikasikan bahwa pengelolaan modal kerja yang dilakukan oleh perusahaan belum mampu sepenuhnya dalam upaya untuk meningkatan penjualan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Optimalisasi Modal Kerja Pada PT. PG. Rajawali I Malang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah modal kerja pada PT. PG.Rajawali I Malang sudah optimal ?

C. Batasan Masalah

Untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian ini dibatasi pada analisis modal kerja pada periode penjualan tahun 2009 dan 2011.


(16)

5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui optimalisasi modal kerja pada PT. PG.Rajawali I Malang.

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi perusahaan, sebagai pertimbangan atau alternatif untuk pengambilan keputusan terkait penggunaan modal kerja guna mencapai optimalisasi modal kerja.

b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut dan juga sebagai referensi dalam meneliti dan mengkaji lebih dalam lagi untuk permasalahan yang sama.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Yunanto (2005), dalam skripsinya berjudul, pengelolaan modal kerja pada PR. Gandum Malang. Variabel penelitian ini menggunakan analisis modal kerja dan pengukuran modal kerja. Dari hasil analisis yaitu sumber dan penggunaan modal kerja bahwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan modal kerja. Hal ini disebabkan karena sumber-sumber modal kerja lebih besar dari penggunaannya. Dan pemenuhan kebutuhan modal kerja ditahun 2003 keterikatan dana sebelumnya adalah sebesar 255,63 hari, atau perputaran modal kerja secara keseluruhan adalah 306/255,63 hari = 1,408 kali. Dan ditahun 2004 keterikatan dan seluruhnya adalah sebesar 261,088 hari, atau perputaran modal kerja secara keseluruhan adalah 360/261,088 hari = 1,379 kali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengendalian atas modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan masuk dalam kategori sehat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2012) dengan judul Analisis Optimalisasi Modal Kerja Pada PT. Selecta Batu. Dari hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa PT. Selecta Batu mempunyai modal kerja optimal pada tahun 2011 sebesar Rp. 1.938.850.747,-. Selisih antara modal kerja optimal dengan modal kerja riil yaitu sebesar Rp. 108.036.592,- Batas toleransi yang ditetapkan perusahan


(18)

7

dalam pengelolaan modal kerja yaitu sebesar 2,5%. Sedangkan hasil perhitungan tingkat prosentase modal kerja optimal yaitu sebesar 5,572%. Berdasarkan perbandingan hasil prosentase modal kerja optimal maka dapat diketahui bahwa perusahaan belum mampu melakukan optimalisasi modal kerja.

B. Tinjauan Teori 1. Modal Kerja

Suatu perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari- hari, misalnya untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, membayar gaji pegawai dan lain sebagainya, di mana uang atau dana yang dikeluarkan diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Adanya modal kerja yang cukup sangat

penting bagi perusahaan untuk beroperasi se–ekonomis mungkin dan

perusahaan tidak mengalami kesulitan yang mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan keuangan, tetapi adanya modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi pihak perusahaan karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan.

Riyanto, (2008:62) Mengemukakan bahwa Modal kerja selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi selama perusahaan menjalankan perusahaan. Perputaran modal kerja dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam bentuk komponen atau unsurunsur modal kerja sampai


(19)

komponen-8

komponen modal kerja kembali menjadi kas. Semakin pendek periode tersebut berarti semakin cepat perputarannya atau semakin tinggi tingkat perputarannya. Lama periode perputaran modal kerjanya tergantung berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dalam modal kerja tersebut. Sartono (2008: 385) Pengertian modal kerja terbagi dua yaitu “Gross working capital adalah keseluruhan aktiva lancar, dan net working capital adalah keseluruhan aktiva lancar di atas utang lancar”.

Riyanto (2008:57-58) pengertian modal kerja di bagi menjadi tiga konsep, yaitu:

1.Konsep Kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur- unsur aktiva lancar.

2.Konsep Kualitatif

Pada konsep kualitatif, pengertian modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar.

3.Konsep Fungsional.

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan.

Dari beberapa pengertian dan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja adalah semua investasi dalam aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan bisa diubah menjadi kas dalam waktu paling lama satu tahun.


(20)

9

2. Jenis- Jenis Modal Kerja

Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu.

Gitosudarmo & Basri (2002:35), modal kerja suatu perusahaan dapat digolongkan sebagai berikut:

1 Modal kerja permanen ( Permanen Working Capital)

Sejumlah modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan agar dapat berfungsi dengan baik dalam satu periode akuntansi. Modal Kerja ini dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Modal Kerja Primer ( primary working capital)

Sejumlah modal kerja minimum yang ada pada perusahaan untuk menjamin kelangsungan kegiatan usahanya.

b. Modal Kerja normal (normal working capital)

Sejumlah modal kerja dipergunakan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan produksi pada kapasitas normal (fleksibel menurut kondisi perusahaan).

2. Modal kerja Variabel (Variabel working capital)

Modal kerja yang dibutuhkan saat- saat tertentu dengan jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode. Modal kerja ini dibedakan menjadi:


(21)

10

a. Modal kerja musiman (Seosonal working capital)

Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan musim.

b. Modal kerja siklis (Cyclical working capital)

Modal kerja siklis yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah- ubah disebabkan oleh perubahan permintaan produk.

c. Modal kerja darurat ( Emergency working capital)

Modal kerja yang besarnya berubah-ubah yang penyebabnya tidak diketahui sebelumnya.

Dengan demikian modal kerja permanen menunjukkan besarnya modal kerja yang harus ada agar operasional perusahaan berjalan dengan lancar sedangkan modal kerja variabel diadakan untuk mengantisipasi berbagai perubahan yang mungkin terjadi yang harus dapat mempengaruhi perusahaan.

3. Pentingnya Modal Kerja

Modal kerja selalu dibutuhkan oleh perusahaan untuk membiayai operasional perusahaan setiap hari. Artinya bahwa modal kerja harus cukup jumlahnya dan mampu membiayai pengeluaran dan kegiatan perusahaan yang lain karena dengan modal kerja yang cukup akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan serta membiayai operasionalnya.

Pentingnya modal kerja dapat dilihat dari pendapat Riyanto (2008:65) bahwa: Apabila perusahaan hanya menjalankan usaha satu kali maka kebutuhan modal kerja cukup sebesar modal kerja yang dikeluarkan selama


(22)

11

satu periode perputaran saja. Tetapi pada umumnya perusahaan didirikan tidak dimaksudkan untuk menjalankan usaha satu kali saja, melainkan untuk seterusnya di mana setiap hari ada aktifitas usaha. Dengan sendirinya kebutuhan modal kerja tidak hanya cukup sebesar apa yang diperlukan selama satu periode perputaran saja, melainkan sebesar jumlah selama pengeluaran setiap harinya dikalikan dengan periode perputarannya.

Riyanto (2008:57): “Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari-hari, dimana uang atau dana yang dikeluarkan itu diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya”.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa modal kerja selalu dalam keadaan tersedia untuk digunakan dalam operasi perusahaan. Tersedianya modal kerja tersebut harus cukup jumlahnya dalam arti bahwa mampu membiayai operasi perusahaan setiap hari.

4. Fungsi dan Peranan Modal Kerja

Modal kerja pada hakekatnya merupakan jumlah yang terus-menerus harus ada dalam menopang usaha perusahaan yang menjembatani antara pengeluaran untuk memperoleh barang atau jasa, dengan waktu penerimaan penjualan, atau pengeluaran yang bersifat bukan untuk harta tetap.

Munawir (2007:45) Fungsi dan peranan modal kerja adalah sebagai berikut:


(23)

12

1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.

2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajibam tepat

pada waktunya.

3. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup

untuk melayani konsumennya.

5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelangganya.

6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.

5. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja

Modal kerja yang tersedia dianggap cukup bagi suatu perusahaan tidak selalu cukup oleh perusahaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh jenis usaha yang berbeda-beda dari masing-masing perusahaan. Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan tergantung pada beberapa faktor.

Munawir (2007:44) Bahwa besar kecilnya kebutuhan modal kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:1) Sifat atau tipe perusahaan,2) Waktu


(24)

13

yang dibutuhkan untuk memproduksi barang,3) Syarat pembelian bahan baku atau barang dagangan,4) Syarat penjualan,5) Tingkat perputaran persediaan.

Adapun penjelasan dari uraian diatas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja adalah sebagai berikut:

a. Sifat atau tipe perusahaan

Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan manufaktur, karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Apabila dibandingkan dengan perusahaan industri, maka keadaannya sangat ekstrem karena perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan di dalam operasinya sehari-hari.

b. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau memperoleh

barang yang akan dijual serta harga per-satuan dari barang tersebut. Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.


(25)

14

Syarat pembelian bahan baku atau barang dagangan atau bahan dasar yang akan digunakan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan, Jika syarat kredit yang di terima pada waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang akan dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persedian semakin besar pula.

d. Syarat penjualan

Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang.

e. Tingkat perputaran persediaan.

Tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah.

Munawir (2007:119) “Disamping faktor- faktor tersebut masih banyak faktor- faktor lain yang akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja suatu perusahaan, misalnya faktor musiman, volume penjualan, tingkat perputaran piutang, dan jumlah rata-rata pengeluaran setiap harinya”.


(26)

15

Riyanto (2008:62) mendefinisikan sebagai berikut: perputaran modal kerja adalah perputaran uang tunai yang di investasikan dalam komponen – komponen modal kerja sampai saat kembali lagi menjadi uang tunai.

Sutrisno (2005:43): Masa perputaran modal kerja yakni sejak kas ditanamkan pada elemen-elemen modal kerja sehingga menjadi kas lagi, adalah kurang dari satu tahun atau berjangka pendek. Masa perputaran modal kerja ini menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja tersebut. Semakin cepat masa perputaran modal kerja semakin efisien penggunaan modal kerja,dan tentunya investasi pada modal kerja semakin kecil.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa perputaran modal kerja merupakan aliran dana yang dimulai dari saat kas diinvestasikan pada setiap elemen aktiva lancar untuk operasi perusahaan sampai pada kas tersebut diterima kembali.

7. Elemen-Elemen Modal Kerja

Elemen dari modal kerja semuanya bersifat lancar dan Riyanto (2008:69) elemen dari modal kerja adalah sebagai berikut:

1. Kas

Dalam perjalanan usahanya setiap perusahaan membutuhkan kas. Kas yang diperlukan baik untuk membiayai perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Kas dan surat berharga merupakan jenis aktiva yang paling likuid bagi perusahaan. Pengertian kas adalah seluruh uang tunai yang ada di tangan dan yang


(27)

16

disimpan di bank dalam berbagai bentuk seperti deposito dan rekening koran.

Makin tinggi perusahaan menahan kas berarti semakin tinggi tingkat likuiditasnya, yang berarti pula semakin siap perusahaan untuk membayar hutang jangka pendeknya. Namun demikian ini bukan berarti perusahaan harus menahan kas dalam jumlah yang berlebihan, karena akan membiarkan sejumlah kas menganggur (tidak produktif) akibatnya akan menekan produksi/ penjualan dan pencapaian profit.

Abdullah (2005:103) beberapa alasan perusahaan untuk menahan kas, yaitu meliputi:

a. Transaction Motive

Salah satu alasan utama penanaman kas adalah untuk memenuhi semua transaksi transaksi rutin sehari-hari dalam melakukan kegiatan operasional perusahaan. Tingkat kegiatan operasional perusahaan akan mempengaruhi tingkat modal kerja termasuk besarnya kas yang dibutuhkan.

b. Precautinary Motive

Menahan kas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang tak terduga semula. Apabila predikbilitas tinggi, cukup hanya sedikit kas untuk menghadapi keadaan darurat atau tak terduga.


(28)

17

Menahan kas agar supaya bisa menarik keuntungan dari perubahan harga surat berharga yang diperkirakan dan untuk motif spekulasi. Dalam dunia menahan kas ini jarang dijumpai.

2. Piutang

Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan untuk menyeleksi para pelanggan yang akan diberikan kredit berapa jumlah yang harus diberikan. Hal ini menyangkut kebiasaan langganan dalam membayar kembali, kemungkinan langganan tidak membayar kredit yang diberikan dan rata-rata jangka waktu pembiayaan para langganan. Jangka waktu pengumpulan piutang adalah jangka waktu dari saat terjadinya piutang tersebut. Semakin lama jangka waktu pengumpulan piutang semakin besar investasi pada piutang dan biaya yang timbul juga semakin besar.

Sundjaja & Barlian (2003:95) “Piutang adalah suatu perkiraan aktiva yang menunjukkan jumlah yang terutang pada perusahaan sebagai akibat penjualan barang dan jasa” hal ini muncul karena adanya penjualan kredit. “Piutang dagang (account receivable) merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan/pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan. (Martono, 2003:95) “Piutang dagang merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pihak lain yang membeli produk perusahaan”.

Kebijakan penjualan kredit yang akan menimbulkan piutang ini sebenarnya menimbulkan biaya bagi perusahaan. Biaya tersebut antara lain


(29)

18

adalah administrasi piutang, biaya modal atas dana yang tertanam dalam piutang, biaya penagihan dan biaya piutang yang mungkin tidak tertagih. Namun demikian, karena kebijakan kredit ini akan meningkatkan penjualan, maka biaya piutang tersebut akan diimbangi oleh meningkatnya penjualan perusahaan. Pengelolaan piutang merupakan suatu cara agar kebijakan kredit mencapai optimal, yaitu tercapainya keseimbangan antara biaya yang diakibatkan oleh kebijakan kredit dengan manfaat yang diperoleh dari kebijakan tersebut. (Martono, 2003:95).

Tujuan investasi dalam piutang adalah:

a. Untuk meningkatkan penjualan

Perusahaan yang menjual barangnya dengan kredit akan mampu menjual lebih banyak barang dibandingkan dengan perusahaan dengan menuntut pembayaran tunai.

b. Untuk meningkatkan laba profit

Investasi dalam piutang diharapkan akan meningkatkan penjualan yang lebih tinggi sehingga memberikan laba yang lebih besar bagi perusahaan.

c. Untuk memenuhi syarat persaingan.

Perusahaan harus mengambil kebijakan kredit agar langganan tidak melakukan pembelian pada perusahaan yang menentukan syarat-syarat pembayaran yang lebih ringan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang:


(30)

19

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya, berarti perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besar piutang berarti makin besar resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar profitabilitas.

b) Syarat pembayaran penjualan kredit

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas. Makin panjang batas pembayaran berarti makin besar jumlah investasi dalam piutang.

c) Ketentuan tentang pembatasan kredit

Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggannya. Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing pelanggan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Demikian pula ketentuan mengenai siapa yang dapat diberi kredit. Makin selektif para langganan yang diberi kredit akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Jadi, pembatasan kredit disini bersifat kuantitatif dan kualitatif.


(31)

20

Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluaran yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang dibandingkan dengan perusahaan yang menjalankan kebijaksanaannya secara pasif.

e) Kebiasaan membayar dari para pelanggan

Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar dengan menggunakan cash discount period, dan ada sebagian yang tidak menggunakan kesempatan tersebut. Kebiasaan para langganan ini akan mempunyai efek terhadap besarnya investasi dalam piutang. Apabila sebagian besar langganan membayar dalam waktu selama discount period, maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas yang berarti makin kecil investasi dalam piutang.

3. Persediaan

Persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Hal ini dipahami karena persedian merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Pengertian persediaan mencakup pengertian yang sangat luas, mencakup persediaan yang terdapat dalam perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur. Sifat dan wujud persediaan sangat bervariasi tergantung sifat, jenis, dan bidang usaha perusahaan. Persediaan bagi perusahaan yang satu mungkin bukan merupakan persediaan bagi perusahaan yang lain. Misalnya mobil, bagi


(32)

21

perusahaan dagang kendaraan bermotor merupakan persediaan tetapi bagi perusahaan lain mobil itu merupakan aktiva tetap.

Sartono (2001:443) “Persediaan adalah barang-barang atau bahan yang masih tersisa pada tanggal neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual, digunakan atau diproses dalam periode normal perusahaan”. (Sundjaja & Barlian, 2003:296) “Persediaan meliputi semua barang atau bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi yang menunggu untuk diproses lebih lanjut atau dijual”.

8. Analisis Modal Kerja

Dalam menjalankan aktivitas atau operasional perusahaan maka peranan aktiva sangat menentukan atas keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terbagi menjadi dua yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva yang dimiliki oleh perusahaan pada dasarnya merupakan manfaat ekonomis yang akan diterima pada masa mendatang, atau akan dikuasai oleh perusahaan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian. Aktiva merupakan sumber ekonomi yang akan dipakai perusahaan untuk menjalankan kegiatan.

Aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan dapat mencerminkan kemampuan perusahaan atas kondisi secara keuangan dalam upaya memenuhi kewajiban atau kebutuhan jangka pendek perusahaan. Komponen aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan yaitu mencakup


(33)

22

mengenai kas, piutang dan persediaan, atau disebut sebagai modal kerja perusahaan. Kas merupakan aktiva yang paling lancar yang dimiliki oleh perusahaan.

Mengenai piutang terjadi dikarenakan adanya kebijakan

perusahaan terkait dengan penjualan kredit yang akan menimbulkan piutang ini sebenarnya menimbulkan biaya bagi perusahaan. Biaya tersebut antara lain adalah administrasi piutang, biaya modal atas dana yang tertanam dalam piutang, biaya penagihan dan biaya piutang yang mungkin tidak tertagih. Namun demikian, karena kebijakan kredit ini akan meningkatkan penjualan, maka biaya piutang tersebut akan diimbangi oleh meningkatnya penjualan perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan piutang merupakan suatu cara agar kebijakan kredit mencapai optimal, yaitu tercapainya keseimbangan antara biaya yang diakibatkan oleh kebijakan kredit dengan manfaat yang diperoleh dari kebijakan tersebut. (Martono, 2003:95). Kondisi tersebut juga terkait dengan pengendalian persediaan yang dimiliki oleh perusahaan, melalui analisis terhadap persediaan maka tingkat efisiensi atas penggunaan modal kerja dapat terwujud. Kondisi tersebut dapat menunjukkan bahwa melalui analisis terhadap modal kerja maka upaya untuk memaksimalkan upaya pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Sutrisno (2003:53) metode analisis perputaran modal kerja dapat diuraian sebagai berikut:


(34)

23

1 Perputaran kas, merupakan perbandingan antara perjualan dengan

rata-rata kas yang dimiliki oleh perusahaan, dengan persamaan sebagai berikut:

Perputaran Kas =

Kas Rata -Rata

Penjualan

2. Perputaran piutang, merupakan perbandingan antara perjualan dengan

rata-rata piutang yang dimiliki oleh perusahaan, dengan persamaan sebagai berikut:

Perputaran piutang =

Piutang Rata

-Rata

Penjualan

3. Perputaran persediaan, merupakan perbandingan antara perjualan dengan rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan, dengan persamaan sebagai berikut:

Perputaran persediaan =

Persediaan Rata

-Rata

Penjualan

Setelah perputaran elemen modal kerja ditemukan kemudian dihitung periode terikatnya elemen modal kerja, dan hasilnya dijumlahkan menjadi periode terikatnya modal kerja, adapun persamaan yang digunakan yaiu sebagai berikut:

Perputaran Kas =

Kas Perputaran

360

Perputaran piutang =

Piutang Perputaran

360

Perputaran persediaan =

Persediaan Perputaran


(35)

24

9. Modal Kerja Optimal

Sarwoko (2003:79) mengemukakan bahwa analisis optimalisasi merupakan salah satu penentuan besarnya aktiva lancar dengan metode perputaran modal kerja yang didasarkan pada data historis, sehingga kondisi tahun mendatang diasumsikan sama dengan tahun sebelumnya. Dasar utama untuk menentukan besarnya estimasi modal kerja tahun mendatang adalah hasil estimasi nilai penjualan tahun mendatang. Metode ini didesain dengan menggunakan perputaran seluruh elemen aktiva lancar seperti kas, piutang, dan persediaan.

Berdasarkan hasil perhitungan elemen aktiva lancar dapat diketahui besarnya modal kerja. Estimasi nilai penjualan tahun mendatang dengan perputaran modal kerja ditemukan maka selanjutnya dapat dihitung nilai modal kerja optimal tahun mendatang,sebagai berikut:

Modal kerja optimal =

Kerja Modal Perputaran

datang akan yang Penjualan

Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana menganggur dan tidak digunakan secara optimal, sehingga profitabilitas perusahaan kecil. Modal kerja yang terlalu kecil akan menghambat atau mengganggu kalancaran proses produksi karena kekurangan dana.

Untuk dapat menganalisis laporan keuangan tersebut menentukan suatu ukuran-ukuran tertentu yang disebut “ratio” ini merupakan alat yang dinyatakan dalam arti relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan antara angka yang satu dengan yang lain. Alat analisa yang


(36)

25

selalu digunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan adalah analisa ratio mengadakan analisa terhadap modal kerja yang tercermin dalam laporan keuangan merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan terutama oleh pihak manajemen untuk mengetahui bagaimana keadaan dan tingkat efektifitas modal kerja adalah sangat diperlukan guna mengadakan analisis terhadap berbagai hubungan antara pos-pos dalam laporan keuangan.

Kriteria yang digunakan untuk mengetahui optimalisasi modal kerja yaitu sebagai berikut:

Jika MKR = MKO, maka kebutuhan modal kerja perusahaan sudah optimal

Jika MKR MKO, maka kebutuhan modal kerja perusahaan belum

optimal MKO > MKR perusahaan

Artinya bahwa modal kerja perlu ditambah, sedang penambah tergantung dari besarnya perhitungan MKO

MKO < MKR perusahaan

Artinya bahwa modal kerja perlu adanya pengurangan, sedangkan pengurangan tergantung dari besarnya perhitungan MKO

Keterangan:

MKR = modal kerja rill perusahaan

MKO = modal kerja optimal


(37)

26

Berdasarkan gambar 1 akan dilakukan analisis terhadap kinerja keuangan pada PT. PG.Rajawali I Malang, dasar pengukuran kinerja perusahaan yaitu dari laporan neraca dan laporan laba rugi. Melalui analisis terhadap laporan neraca dan laba rugi tersebut dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam melakukan pengelolaan sumber kinerja yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam penelitian ini difokuskan pengukuran kinerja perusahaan perusahaan yang dikaitkan dengan analisis pengelolaan modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Analisis modal kerja yang dilakukan berkaitan secara langsung dengan keterikatan dana yang mencakup mengenai perputaran kas, piutang dan persediaan. Melalui analisis keterikatan dana tersebut akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan pengelolaan modal kerja yang dilakukan oleh perusahaan dan pada akhirnya dapat diketahui tingkat optimalisasi modal kerja. Secara lengkap kerangka pikir dalam penelitian ini dapat disajikan pada gambar 1 berikut:


(38)

27

Gambar 1

Analisis Modal Kerja Pada PT. PG.Rajawali I Malang

Perusahaan

Laporan Keuangan:

 Neraca

 Laba rugi

Keterikatan dana

 Perputaran Kas

 Perputaran Piutang

 Perputaran Persediaan

Analisis modal Kerja Kerja

Modal Kerja Optimal Kebutuhan Modal

Kerja

 Jika MKR = MKO, modal kerja optimal

 Jika MKR ≠ MKO, modal kerja tidak optimal

Modal Kerja


(1)

mengenai kas, piutang dan persediaan, atau disebut sebagai modal kerja perusahaan. Kas merupakan aktiva yang paling lancar yang dimiliki oleh perusahaan.

Mengenai piutang terjadi dikarenakan adanya kebijakan perusahaan terkait dengan penjualan kredit yang akan menimbulkan piutang ini sebenarnya menimbulkan biaya bagi perusahaan. Biaya tersebut antara lain adalah administrasi piutang, biaya modal atas dana yang tertanam dalam piutang, biaya penagihan dan biaya piutang yang mungkin tidak tertagih. Namun demikian, karena kebijakan kredit ini akan meningkatkan penjualan, maka biaya piutang tersebut akan diimbangi oleh meningkatnya penjualan perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan piutang merupakan suatu cara agar kebijakan kredit mencapai optimal, yaitu tercapainya keseimbangan antara biaya yang diakibatkan oleh kebijakan kredit dengan manfaat yang diperoleh dari kebijakan tersebut. (Martono, 2003:95). Kondisi tersebut juga terkait dengan pengendalian persediaan yang dimiliki oleh perusahaan, melalui analisis terhadap persediaan maka tingkat efisiensi atas penggunaan modal kerja dapat terwujud. Kondisi tersebut dapat menunjukkan bahwa melalui analisis terhadap modal kerja maka upaya untuk memaksimalkan upaya pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Sutrisno (2003:53) metode analisis perputaran modal kerja dapat diuraian sebagai berikut:


(2)

1 Perputaran kas, merupakan perbandingan antara perjualan dengan rata-rata kas yang dimiliki oleh perusahaan, dengan persamaan sebagai berikut:

Perputaran Kas =

Kas Rata -Rata

Penjualan

2. Perputaran piutang, merupakan perbandingan antara perjualan dengan rata-rata piutang yang dimiliki oleh perusahaan, dengan persamaan sebagai berikut:

Perputaran piutang =

Piutang Rata

-Rata

Penjualan

3. Perputaran persediaan, merupakan perbandingan antara perjualan dengan rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan, dengan persamaan sebagai berikut:

Perputaran persediaan =

Persediaan Rata

-Rata

Penjualan

Setelah perputaran elemen modal kerja ditemukan kemudian dihitung periode terikatnya elemen modal kerja, dan hasilnya dijumlahkan menjadi periode terikatnya modal kerja, adapun persamaan yang digunakan yaiu sebagai berikut:

Perputaran Kas =

Kas Perputaran

360

Perputaran piutang =

Piutang Perputaran

360

Perputaran persediaan =

Persediaan Perputaran


(3)

9. Modal Kerja Optimal

Sarwoko (2003:79) mengemukakan bahwa analisis optimalisasi merupakan salah satu penentuan besarnya aktiva lancar dengan metode perputaran modal kerja yang didasarkan pada data historis, sehingga kondisi tahun mendatang diasumsikan sama dengan tahun sebelumnya. Dasar utama untuk menentukan besarnya estimasi modal kerja tahun mendatang adalah hasil estimasi nilai penjualan tahun mendatang. Metode ini didesain dengan menggunakan perputaran seluruh elemen aktiva lancar seperti kas, piutang, dan persediaan.

Berdasarkan hasil perhitungan elemen aktiva lancar dapat diketahui besarnya modal kerja. Estimasi nilai penjualan tahun mendatang dengan perputaran modal kerja ditemukan maka selanjutnya dapat dihitung nilai modal kerja optimal tahun mendatang,sebagai berikut:

Modal kerja optimal =

Kerja Modal Perputaran

datang akan yang Penjualan

Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana menganggur dan tidak digunakan secara optimal, sehingga profitabilitas perusahaan kecil. Modal kerja yang terlalu kecil akan menghambat atau mengganggu kalancaran proses produksi karena kekurangan dana.

Untuk dapat menganalisis laporan keuangan tersebut menentukan suatu ukuran-ukuran tertentu yang disebut “ratio” ini merupakan alat yang dinyatakan dalam arti relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan antara angka yang satu dengan yang lain. Alat analisa yang


(4)

selalu digunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan adalah analisa ratio mengadakan analisa terhadap modal kerja yang tercermin dalam laporan keuangan merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan terutama oleh pihak manajemen untuk mengetahui bagaimana keadaan dan tingkat efektifitas modal kerja adalah sangat diperlukan guna mengadakan analisis terhadap berbagai hubungan antara pos-pos dalam laporan keuangan.

Kriteria yang digunakan untuk mengetahui optimalisasi modal kerja yaitu sebagai berikut:

Jika MKR = MKO, maka kebutuhan modal kerja perusahaan sudah optimal

Jika MKR MKO, maka kebutuhan modal kerja perusahaan belum optimal

MKO > MKR perusahaan

Artinya bahwa modal kerja perlu ditambah, sedang penambah tergantung dari besarnya perhitungan MKO

MKO < MKR perusahaan

Artinya bahwa modal kerja perlu adanya pengurangan, sedangkan pengurangan tergantung dari besarnya perhitungan MKO

Keterangan:

MKR = modal kerja rill perusahaan MKO = modal kerja optimal


(5)

Berdasarkan gambar 1 akan dilakukan analisis terhadap kinerja keuangan pada PT. PG.Rajawali I Malang, dasar pengukuran kinerja perusahaan yaitu dari laporan neraca dan laporan laba rugi. Melalui analisis terhadap laporan neraca dan laba rugi tersebut dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam melakukan pengelolaan sumber kinerja yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam penelitian ini difokuskan pengukuran kinerja perusahaan perusahaan yang dikaitkan dengan analisis pengelolaan modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Analisis modal kerja yang dilakukan berkaitan secara langsung dengan keterikatan dana yang mencakup mengenai perputaran kas, piutang dan persediaan. Melalui analisis keterikatan dana tersebut akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan pengelolaan modal kerja yang dilakukan oleh perusahaan dan pada akhirnya dapat diketahui tingkat optimalisasi modal kerja. Secara lengkap kerangka pikir dalam penelitian ini dapat disajikan pada gambar 1 berikut:


(6)

Gambar 1

Analisis Modal Kerja Pada PT. PG.Rajawali I Malang

Perusahaan

Laporan Keuangan:

 Neraca

 Laba rugi

Keterikatan dana

 Perputaran Kas

 Perputaran Piutang

 Perputaran Persediaan Analisis modal Kerja

Kerja

Modal Kerja Optimal Kebutuhan Modal

Kerja

 Jika MKR = MKO, modal kerja optimal

 Jika MKR ≠ MKO, modal kerja tidak optimal Modal

Kerja Riil