13 b.
Luas Daun cm
2
, luas daun yang dihitung adalah daun ke-4 yang telah membuka sempurna. Pengukuran pada umur 0-2 BSP menggunakan rumus
LD
= P x L x k , dimana :
LD = Luas daun cm
2
P = Panjang daun cm
L = Lebar daun terlebar cm
K = Nilai koreksi untuk pengukuran luas daun yaitu 0.55
Hardon et al.1969. c.
Jumlah Daun helai, jumlah daun dilakukan dengan menghitung semua daun yang telah membuka sempurna dan masih segar.
d. Diameter Batang cm, diukur dengan menggunakan Caliper jangka sorong
pada ketinggian 1 cm dari pangkal batang. e.
Bobot Basah Tajuk g. Tajuk dan akar bibit dipisahkan, kemudian tajuk bibit dibersihkan dengan air, dikeringanginkan, dan ditimbang.
f. Bobot Basah Akar g. Akar bibit dibersihkan dari tanah dengan air,
kemudian dikeringanginkan dan ditimbang. g.
Bobot Kering Akar g. Bobot kering akar ditimbang setelah dikeringkan dalam oven selama 72 jam dengan suhu 80
o
C. h.
Bobot Kering Tajuk g. Bobot kering tajuk ditimbang setelah dikeringkan dalam oven selama 72 jam dengan suhu 80
o
C.
2. Respon Fisiologi Tanaman
a. Kandungan Klorofil. Kandungan klorofil daun diukur dengan menggunakan
alat SPAD-502 Plus chlorophyll meter. Alat ini secara digital mencatat tingkat kehijauan dan jumlah relatif molekul klorofil yang ada dalam daun dalam satu
nilai berdasarkan jumlah cahaya yang ditransmisikan oleh daun Konika Minolta 1989. Pengukuran dilakukan pada umur 3-8 BSP. Sampel daun yang
diukur adalah daun ke-4 dengan cara meletakkan daun pada titik alat pembaca, kemudian tombol pembaca ditekan. Penghitungan dilakukan pada tiga titik
pangkal, tengah dan ujung yang berjarak ± 0.5 cm dari tepi leaflet . Nilai real kadar klorofi daun untuk kelapa sawit dihitung dengan menggunakan
rumus Y = 0.0007x
– 0.0059, dimana: Y = kandungan klorofil dan x = nilai hasil pengukuran SPAD-502 Amir 1999; Farhana 2007.
b. Kerapatan Stomata. Kerapatan stomata diamati dan dihitung dengan
menggunakan mikroskop. Sampel daun yang diamati adalah daun ke-4 yang dihitung dari atas daun paling muda. Pengukuran dilakukan pada umur 3 BSP
dan 8 BSP. Adapun tahapan cara kerja sebagai berikut :
1. Sampel daun dioles dengan menggunakan selulosa asetat cat kuku bening
pada bagian atas dan bawah daun ± 1.5 cm x 0.5 cm.
2. Plester bening dipotong dengan ukuran ± 2 cm x 1.2 cm yang berguna
untuk mencetak pola stomata.
3. Plester kemudian ditempelkan pada daun yang telah kering setelah dioles
selulosa asetat kemudian plester dibuka dari sampel daun dan dipindahkan ke objek kaca yang selanjutnya diamati di bawah mikroskop dengan
pembesaran 40 x 10.
4.
Menghitung jumlah stomata dengan menggunakan rumus :
KS = n
Luas bidang pandang =
x 1
��
2
14 dimana :
KS = Kerapatan stomata mm
2
n = jumlah stomata Apabila :
Diameter bidang pandang = 5 x 10
-1
= 0.5 mm. Luas bidang pandang
= ¼ x η x d
2
= ¼ x 3.14 x 0.52 = 0.19625 mm
2
c. Analisis Kadar Hara Ca dan Mg dalam Jaringan Akar, Pelepah,
Leaflet . Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian 8 BSP. Sampel tanaman yang dihitung adalah dari perlakuan optimum. Jaringan tanaman
dipisahkan masing-masing akar, pelepah dan leaflet. Untuk pengitungan kadar hara pelepah dan leaflet sampel diambil dari pelepah dan leaflet ke-5.
Selanjutnya semua sampel dibawa ke laboratorium untuk di analisis. Analisis hara dilakukan dengan cara mengikuti prosedur baku. Contoh daun
dibersihkan dengan 1 deterjen dan dibilas dengan air bebas ion, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 65
o
C selama 48 jam. Contoh komposit daun yang telah dikeringkan kemudian digiling dan diayak dengan ayakan
berdiameter 1 mm. Contoh daun kemudian dianalisis secara pengabuan basah dengan HNO
3
65, HClO
4
70, H
2
SO
4
98, katalisator campuran selena dengan Na
2
SO
4
500g Na
2
SO
4
+ 5 g Selenium; kemudian ditetapkan kadar hara Ca dan Mg. Unsur Ca dan Mg ditetapkan secara Spectrofotometer
molibdenum biru dengan panjang gelombang 639 nm. d.
Gradasi Warna Daun. Warna daun kelapa sawit diukur dengan color reader.
Alat ini mempunyai sistem notasi warna hunter system warna L, a, dan b. L menyatakan parameter kecerahan brigthness dengan nilai 0 hitam sampai
100 putih. a dan b merupakan koordinat-koordinat kromatisitas, a menyatakan warna kromatik campuran merah hijau dengan nilai +a dari 0
sampai +60 untuk warna merah dan
–a dari 0 sampai -60 untuk warna hijau. Nilai b menyatakan warna kromatik campuran kuning biru dengan nilai +b
dari 0 sampai +60 untuk warna kuning dan nilai –b dari 0 sampai -60 untuk
warna biru. Sampel daun yang diamati adalah daun ke-5 yang dihitung dari atas daun paling muda. Penghitungan dilakukan pada tiga titik pangkal,
tengah dan ujung yang berjarak ± 0.5 cm dari tepi leaflet.
e. Kandungan klorofil. Analisis kandungan klorofil dilakukan berdasarkan
metode Sims dan Gamon 2002. Sampel daun yang diambil adalah daun ke-5 yang dihitung dari atas daun paling muda. Sampel daun ditimbang dengan
berat ± 0,02 g. Daun tersebut dihaluskan dan ditambahkan asetris sebanyak 1 ml. Daun yang sudah halus dimasukkan ke dalam microtube 2 ml, mortar
dibilas dengan asetris sampai microtube penuh 2 ml. Setelah itu disentrifugasi dengan kecepatan 14 000 rpm selama 10 detik. Supernatan diambil 1 ml
kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan asetris 3 ml ke dalam tabung reaksi dan ditutup dengan kelereng kemudian divortex.
Absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 470 nm, 537 nm, 647 nm dan 663 nm.
Klorofil a = 0.018173A
663
– 0.000897A
537
- 0.003406A
647
Klorofil b = 0.02405A
647
– 0.004305A
537
- 0.005507A
663