55
5. Manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial sebagai tampak dalam interaksi mereka yang menurut bahasa Setiono disebut sebagai
hukum yang ada dalam benak manusia. Pada penelitian ini, penulis mendasarkan pada konsep hukum yang ke-5,
yang menurut Soetandyo Wignjosoebroto dalam Setiono, 2005 : 4, hukum dalam hal ini dikonsepsikan sebagai manifestasi makna-makna simbolik para
pelaku sosial sebagai tampak dalam interaksi mereka hukum yang ada dalam benak manusia.
Sehubungan dengan beberapa hal yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini membatasi permasalahan pada Kebijakan Kepolisian Resor
Boyolali dalam penangguhan penahanan terhadap pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh anak. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui dasar
kebijakan dikabulkan atau tidak dikabulkannya sebuah pengajuan penahanan pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh anak. Selanjutnya dikaji dengan
Undang-Undang, Peraturan, dan teori hukum yang ada.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian atau sumber pencarian data berasal dari berbagai instansi lembaga organisasi pusat-pusat informasi dan dokumentasi lain yang
memiliki kapasitas untuk menyediakan bahan-bahan tersebut, yaitu : 1. Kantor Kepolisian Resor Boyolali.
2. Kejaksaan Negeri Boyolali. 3. Pengadilan Negeri Boyolali.
56
4. Perpusatakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Perpustakaan Daerah Boyolali.
C. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini termasuk penelitian hukum yang sosiologis empiris atau non doktrinal. Penelitian hukum sosiologis empiris atau non doktrinal
membutuhkan data-data yang lengkap untuk mengidentifikasi suatu hal secara empiris dan data sekunder sebagai dasar kekuatan mengikat ke dalam HB.
Soetopo, 1992 : 2. Untuk memperoleh kedua jenis data tersebut maka sumber yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Jenis data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. Terkait dengan problematika penelitian, maka data dimaksud adalah
wawancara yang diperoleh dari kalangan Pejabat Polres Boyolali dan Penyidik.
2. Jenis data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan Ronny Hanitjo Soemitro, 1984: 52. Bahan-bahan dokumen, laporan,
hasil penelitian terdahulu, peraturan perundang-undangan, dan buku-buku ilmiah.
Bahan-bahan berupa bahan hukum, baik bahan hukum primer primary sources or authorities, maupun bahan hukum sekunder secondary sources or
authorities dan dilengkapi dengan bahan hukum tersier yang diperoleh dari penelitian kepustakaan yang merupakan data sekunder.
57
1. Bahan hukum primer : a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana. b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
d. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. e. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
f. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga. g. Peraturan perundang-undangan dan asas-asas yang berkaitan dengan
proses penangguhan penahanan. 2. Bahan hukum sekunder : merupakan bahan hukum yang erat hubungannya
dengan bahan hukum primer berupa bahan pustaka seperti buku, majalah, hasil penelitian, makalah dan lainnya.
3. Bahan hukum tersier, meliputi bahan yang memberikan kelengkapan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
D. Teknik Pengumpulan Data