Walaupun dalam pendeformasian ini juga terjadi perpanjangan ke arah panjang dan lebar, tetapi tidak diperhitungkan. Karena tidak berpengaruh pada
titik ukur yaitu ketebalannya.
Selain itu juga spesimen yang digunakan cukup kecil, hal ini dilakukan agar mudah dideformasi, karena semakin lebar spesimen semakin sulit terjadi
deformasi. Hal ini sudah kami lakukan dengan spesifikasi volume spesimen yang lebih besar. Deformasi tidak terjadi pada saat dilakukan pengerolan. Tegangan
yang terjadi tidak mampu mendorong butir-butirnya untuk terjadinya deformasi pada spesimen. Maka digunakanlah spesifikasi volume spesimen yang telah
ditentukan pada bab sebelumnya agar deformasi dapat terjadi pada saat dilakukannya pengerolan.
3.5 Pengujian
Pengujian yang dilakukan terhadap baja AISI 1060 yang telah mengalami proses termomekanik meliputi uji kekerasan, uji tarik, dan metalografi.
3.5.1 Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan dilakukan di laboratorium metallurgi fakultas teknik USU.
Sebelum diuji kekerasannya, spesimen dibersihkan dan diratakan permukanya terlebih dahulu dengan mesin poles dan kertas pasir. Setelah itu
pengujian kekerasan dilakukan dengan alat brinell dengan pembebanan 1500 kgf dan diameter jejak diukur mengunakan mikroskop VB. Setiap benda uji dilakukan
Universitas Sumatera Utara
pengujian kekerasan sebanyak 5 kali kemudian diambil rata-ratanya sesuai skala Brinell. Adapun alat uji Brinell dapat dilihat pada gambar 3.6.
Gambar 3.6. Alat Uji Brinell
Spesifikasi alat uji brinell dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini. Tabel 3.3. Spesifikasi Alat Uji Brinell
Tipe : BH-3CF
Kapasitas Maximal : 3000 Kgf
Bola Indentasi : 3, 5 dan 10mm
3.5.2 Pengujian Tarik
Pada penelitian ini pengujian tarik dilakukan pada kondisi termomekanik yang mengalami deformasi 3 buah perlakuan yang paling maximum. Pada
pengujian tarik dicari tegangan luluh σ
y
, tengangan batas σ
u
dan regangan. Karena terjadi perbedaan kelunakan bahan akibat variasi suhu perlakuan panas
maka perlu dihitung kembali ketebalan bahan sebelum dilakukan pengujian. Pada penelitian ini pengujian tarik menggunakan alat uji tarik Torsee Type AMU-10
dengan kapasitas 10 ton seperti yang diperlihatkan oleh gambar 3.7.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.7. Alat Uji
Tarik Torsee Type AMU-10
Spesifikasi alat uji tarik dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4. Spesifikasi Alat Uji Tarik Tipe : AMU-10
Beban Maximum : 10 Ton Force Tahun : 1989
3.5.3 Pengujian Metalografi
Pengujian metalografi agar dapat diamati mikrostrukturnya, maka terlebih dahulu benda uji dipotong kemudian dimounting mengunakan resin dan hardener.
Setelah mounting siap dimulai proses pengamplasan dengan kertas pasir ukuran 120, 240, 400, 600, 800, 1000, 1200 dan 1500. Kemudian sampel dipoles dengan
Universitas Sumatera Utara
kain panel, air dan almunium dioksida bubuk alumina untuk didapat permukaan seperti cermin, kemudian sampel dietsa menggunakan nital 5 100ml alcohol +
5ml HNO
3
dan diamati mengunakan mikroskop optik agar didapat bentuk mikrostrukturnya serta diameter butir sesuai metode planimetri. Adapun
perbesaran yang dipergunakan adalah 200X. Karena keterbatasan alat yang mengalami kerusakan pada perbesaran 500X dan juga pada perbesaran 100X tidak
terlihat batas-batas butirnya. Alat mikroskop optik seperti terlihat pada gambar 3.8.
Gambar 3.8. Mikroskop Optic
Spesifikasi: Merk
: Rax Vision 3
Pembesaran Optik :
50X, 100X, 200X, 500X, dan 800X Pada penelitian ini yang digunakan yaitu perbesaran optik pada perbesaran
200X, karena pada perbesaran 100X belum terlihat batas-batas butirnya, dan lensa
Universitas Sumatera Utara
objektif pada perbesaran 500X rusak sehingga hanya pada perbesaran 200X yang digunakan.
3.6 Diagram Alir Penelitian