Hal ini sesuai pernyataan Hagen et al 1989 yang menyatakan bahwa diterima atau tidaknya suatu mangsa di samping masalah kekhususan mangsa, umur
predator yang bersangkutan dan ukuran tubuh mangsa tersebut dapat berpengaruh terhadap serangan predator tersebut.
2. Lama Memangsa jam
Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa stadia predator yang diaplikasikan sangat berpengaruh nyata terhadap lama memangsa jam. Hal ini
dapat dilihat dari Tabel 4 dan Lampiran 2. Tabel 4. Stadia predator terhadap lama memangsa jam
Perlakuan Rataan
P Kontrol
0.00b P
1
Nimfa 0.18b
P
2
Imago jantan 1.76a
P
3
Imago betina 1.91a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan data berbeda nyata pada taraf 5.
Tabel 4 menunjukkan bahwa lama memangsa R. fuscipes tertinggi terdapat pada perlakuan P
3
Imago betina yaitu 1,91 jam dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan P
2
Imago Jantan yaitu 1,76 jam, selanjutnya perlakuan P
1
Nimfa yaitu 0,18 jam dan terendah pada perlakuan P
Kontrol yaitu 0 jam. Perlakuan P
3
Imago betina memangsa lebih lama daripada perlakuan P
2
Imago Jantan dan perlakuan P1 Nimfa karena berukuran lebih besar sehingga membutuhkan
sumber makanan lebih besar, oleh karena itu setiap mendapatkan mangsa, predator tersebut menghisap cairan mangsanya sebanyak mungkin. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Hagen et al 1989 bahwa jumlah atau biomassa dari mangsa yang dibutuhkan untuk berjalannya fungsi pertahanan, pencarian mangsa,
pertumbuhan dan perkembangan predator tergantung pada ukuranbesarnya predator.
Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa stadia larva sangat berpengaruh nyata terhadap lama memangsa jam. Ini dapat dilihat dari tabel 5 dan lampiran 2.
Tabel 5. Stadia larva terhadap lama memangsa jam Perlakuan
Rataan L
1
E. thrax instar 2 0.45c
L
2
E. thrax instar 4 1.20b
L
3
S. litura instar 2 0.50c
L
4
S. litura instar 4 1.64a
L
5
E. thrax dan S. litura instar 2 0.45c
L
6
E. thrax dan S. litura instar 4 1.53a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan data berbeda nyata pada taraf 5 .
Tabel 5 menunjukkan bahwa lama pemangsaan terhadap larva yang tertinggi terdapat pada perlakuan L
4
S. litura instar 4 yaitu 1,64 jam tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan L
6
E. thrax dan S. litura instar 4 yaitu 1,53 jam, selanjutnya perlakuan L
2
E. thrax instar 4 yaitu 1,20 jam dan terendah terdapat pada perlakuan L
1
E. thrax instar 2 dan L
5
E. thrax dan S. litura instar 2 yaitu 0,45 jam yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan L
3
S. litura instar 2 yaitu 0,50 jam. Pada perlakuan L
4
, larva paling lama dimangsa oleh predator karena ukuran larva yang besar sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memangsa lebih
lama dibandingkan dengan larva instar 2, selain itu karena larva S. litura merupakan mangsa utama sehingga lebih disukai oleh R. fuscipes dibandingkan
dengan larva E. thrax yang merupakan mangsa alternatif. Sedangkan yang paling singkat waktu memangsanya pada larva E. thrax instar 2, selain karena ukurannya
yang lebih kecil, juga karena larva E. thrax merupakan mangsa alternatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wagiman 2006 dalam Yuliati 2009 bahwa
Banyaknya mangsa yang diperlukan predator ditentukan oleh ukuran tubuh predator, lamanya memburu mangsa, aktivitas lain dari predator, ukuran tubuh
mangsa, dan kualitas mangsa. Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa interaksi antara stadia predator
dengan stadia larva sangat berpengaruh nyata terhadap lama pemangsaan jam. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 6 dan Lampiran 2.
Tabel 6. Interaksi stadia predator dan stadia larva terhadap lama memangsa jam Perlakuan
Rataan P
L
1
Kontrol 0.00k
P L
2
Kontrol 0.00k
P L
3
Kontrol 0.00k
P L
4
Kontrol 0.00k
P L
5
Kontrol 0.00k
P L
6
Kontrol 0.00k
P
1
L
1
Nimfa terhadap E. thrax instar 2 0.32j
P
1
L
2
Nimfa terhadap E. thrax instar 4 0.00k
P
1
L
3
Nimfa terhadap S. litura instar 2 0.39i
P
1
L
4
Nimfa terhadap S. litura instar 4 0.00k
P
1
L
5
Nimfa terhadap E. thrax dan S. litura instar 2 0.40i
P
1
L
6
Nimfa terhadap E. thrax dan S. litura instar 4 0.00k
P
2
L
1
Imago jantan terhadap E. thrax instar 2 0.72g
P
2
L
2
Imago jantan terhadap E. thrax instar 4 2.36e
P
2
L
3
Imago jantan terhadap S. litura instar 2 0.73g
P
2
L
4
Imago jantan terhadap S. litura instar 4 3.23b
P
2
L
5
Imago jantan terhadap E. thrax dan S. litura instar 2 0.61h
P
2
L
6
Imago jantan terhadap E. thrax dan S. litura instar 4 2.89c
P
3
L
1
Imago betina terhadap E. thrax instar 2 0.78g
P
3
L
2
Imago betina terhadap E. thrax instar 4 2.45d
P
3
L
3
Imago betina terhadap S. litura instar 2 0.87f
P
3
L
4
Imago betina terhadap S. litura instar 4 3.33a
P
3
L
5
Imago betina terhadap E. thrax dan S. litura instar 2 0.79g
P
3
L
6
Imago betina terhadap E. thrax dan S. litura instar 4 3.24b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan data berbeda nyata pada taraf 5 .
Tabel 6 menunjukkan bahwa lama pemangsaan tertinggi dari interaksi antara stadia predator dengan stadia larva yaitu pada perlakuan P
3
L
4
Imago betina terhadap S. litura instar 4 yaitu 3,33 jam dan terendah pada perlakuan P
L
1
, P L
2
, P
L
3
, P L
4
, P L
5
, P L
6
Kontrol, P
1
L
2
, P
1
L
4
, P
1
L
6
Nimfa terhadap larva instar 4 yaitu 0 jam. Ini dikarenakan pada perlakuan P
3
L
4
, imago betina berukuran besar dan membutuhkan jumlah makanan yang besar pula, juga dikarenakan larva instar
4 memiliki ukuran yang lebih besar sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memangsanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Flinn et al 1985 bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menangkap dan mengkonsumsi adalah proporsional terhadap ukuran tubuh hama sebab predator
membutuhkan waktu lebih lama untuk memakan inang yang lebih besar.
3. Cara Memangsa