Optimalisasi Pertumbuhan dan Produktivitas Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Melalui Aplikasi Pemupukan.

i

OPTIMALISASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) MELALUI
APLIKASI PEMUPUKAN

TRIANNE NOVRISKA
A24070181

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

ii

RINGKASAN

TRIANNE NOVRISKA. Optimalisasi Pertumbuhan dan Produktivitas Jarak
Pagar (Jatropha curcas L.) Melalui Aplikasi Pemupukan. (Dibimbing oleh
MEMEN SURAHMAN dan ENDANG MURNIATI).

Penelitian ini dilaksanakan untuk

mengetahui pengaruh aplikasi

pemupukan (dosis dan waktu) terhadap pertumbuhan dan produktivitas jarak
pagar. Penelitian dilaksanakan di Desa Lulud, Citeureup, Kabupaten Bogor pada
bulan Oktober 2010 – Juli 2011.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) dua faktor. Faktor pertama dosis pupuk dan faktor kedua adalah waktu
pemupukan. Dosis pupuk yang digunakan terdiri atas lima taraf, antara lain : 0
g/tanaman, 24 g/tanaman, 36 g/tanaman, 48 g/tanaman, dan 60 g/tanaman. Faktor
yang kedua, yaitu waktu pemupukan dilakukan dua minggu setelah pindah tanam
dan empatbelas minggu setelah pindah tanam (14 MSP). Setiap perlakuan terdiri
atas 4 ulangan, sehingga perlakuan terdiri atas 40 satuan percobaan. Masingmasing satuan percobaan terdiri dari lima tanaman contoh.
Pengamatan dibagi menjadi dua tahap, yaitu fase vegetatif dan generatif.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan diolah menggunakan analisis ragam
(ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara
perlakuan dosis dan waktu pemupukan. Dosis pemupukan sebagian besar tidak
berpengaruh nyata terhadap peubah vegetatif dan generatif, kecuali terhadap
peubah jumlah cabang, jumlah buah, dan jumlah cabang produktif. Perlakuan

dosis pemupukan meningkatkan jumlah cabang primer, jumlah buah, dan jumlah
cabang produktif. Perlakuan dosis 48 dan 60 g/tanaman memiliki pengaruh yang
sama terhadap produktivitas tanaman, akan tetapi dosis 48 g/tanaman lebih efisien
diaplikasikan pada tanaman karena dapat mengurangi biaya produksi.
Perlakuan waktu pemupukan sebagian besar meningkatkan pertumbuhan
tanaman dan hasil. Pemupukan pada saat 14 MSP lebih efektif dilakukan karena
dapat memiliki hasil yang lebih tinggi.

Optimizing growth and productivity of Jatropha (Jatropha curcas
L.) with fertilizer application
Trianne Novriska1, Memen Surahman2, Endang Murniati2
Mahasiswa Departemen Agonomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
2
Staf Pengajar Departemen Agonomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
1

Abstract
The study was conducted to determine the effect of fertilizer application (dose and time)
on the growth and productivity of jatropha. Research conducted at PT. Indocement, Citeureup,
Bogor regency in October 2010 - July 2011. This research using randomized complete block

design (RCBD) two factors. The first factor is the dose of fertilizer, which consists of five levels,
namely 0, 24, 36, 48, and 60 g / plant. The second factor is the time of fertilization, namely 2 and
14 week after transplanting (WAT). Type of fertilizer used is NPK fertilizer, with a ratio of
15:15:15. Data obtained from observations processed using various analysis (ANOVA).
Observations made in the vegetative phase of growth (plant height, leaf number, number
of branches, and trunk diameter) and the generative phase (the number of productive branches,
number of panicles, number of fruits, fruit weight, seed number and seed dry weight). Most of the
dose of fertilization no significant effect on plant growth vegetative phase, except in the number of
primary branches in 12 WAT. Significantly affect the dose of fertilization treatment increased the
number of fruit and branches of productive. In general, from several observation variables (plant
height, stem diameter, number of fruit, and productive branch) 48g/tanaman dose treatment tended
to give better results. Fertilizer at 14 WAT is more effective, because it can have any number of
fruit, fruit weight, seed number and seed dry weights were markedly higher than the 2 WAT
treatment.
Keywords : growth, productivity, Jatropha curcas L., fertilizer application

OPTIMALISASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) MELALUI
APLIKASI PEMUPUKAN


Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

TRIANNE NOVRISKA
A24070181

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

i

Judul

: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN DAN
PRODUKTIVITAS

JARAK


PAGAR

(Jatropha

curcas L.) MELALUI APLIKASI PEMUPUKAN
Nama

: TRIANNE NOVRISKA

NIM

: A24070181

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II


Dr. Ir. Memen Surahman, MSc. Agr.

Dr. Ir. Endang Murniati, MS

NIP. 19630628 199002 1 002

NIP. 19471006 198003 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus:

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Rangkasbitung, Provinsi Banten pada tanggal 18
November 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari
pasangan Bambang Hermanto dan Oi Kartika.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Kejaksaan Rangkasbitung
pada tahun 1995-2001.

Kemudian melanjutkan sekolah ke SMPN

4

Rangkasbitung pada tahun 2001-2004. Tahun 2004 – 2007 penulis selanjutnya
mengenyam pendidikan di SMAN 10 Bogor. Pada bulan Agustus 2007 melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) penulis diterima sebagai
mahasiswi di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis pernah menjadi anggota
Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON) Institut
Pertanian Bogor dan bergabung dalam kepanitiaan beberapa acara di IPB.

iii


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Optimalisasi Pertumbuhan dan Produktivitas Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
Melalui Aplikasi Pemupukan. Penelitian ini dilakukan karena terdorong keinginan
mengetahui pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan dan produksi jarak
pagar.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Memen Surahman,
MSc. Agr. dan Dr. Ir. Endang Murniati, MS selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan saran dan arahan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Ahmad Junaedi, Msi. selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran kepada penulis
2. Mama, Papa, Teteh, Dwi, Ka Ape, dan keluarga besar yang selalu
memberikan semangat dan doa kepada penulis
3. Dr. Ir. Supijatno, MS selaku pembimbing akademik yang terus memberikan
arahan
4. Mas Misnen, Mba Fifin, Indah, Dini, dan teknisi yang telah membantu

penulis selama penelitian
5. Ayu, Lisa, Ninit, Leo, Uyunk, Tya, Neneng, Dika, Dita, dan Wiwid yang
telah memberikan dukungan baik langsung maupun tidak langsung
6. AGH 44 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Bogor, Juli 2012

Penulis

iv

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan .............................................................................................................. 3

Hipotesis .......................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4
Jarak Pagar ....................................................................................................... 4
Syarat Tumbuh Jarak Pagar .............................................................................. 5
Teknik Budidaya Jarak Pagar ........................................................................... 5
Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman ..................................... 6
BAHAN DAN METODE ..................................................................................... 9
Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................... 9
Bahan dan Alat ................................................................................................. 9
Metode Penelitian ............................................................................................. 9
Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 10
Pengamatan .................................................................................................... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 13
Kondisi Umum ............................................................................................... 13
Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman .................................. 15
Pengaruh Pemupukan terhadap Produksi Tanaman ......................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 28
LAMPIRAN ...................................................................................................... 31

vi


DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Dosis dan Waktu
Pemupukan terhadap Pertumbuhan pada Fase Vegetatif .............................. 16

2.

Pengaruh Faktor Tunggal Dosis dan Waktu Pemupukan
terhadapTinggi Tanaman Jarak Pagar .......................................................... 17

3.

Pengaruh Faktor Tunggal Dosis dan Waktu Pemupukan
terhadap Jumlah Daun Jarak Pagar .............................................................. 18

4.

Pengaruh Faktor Tunggal Dosis dan Waktu Pemupukan
terhadap Jumlah Cabang ............................................................................. 19

5.

Pengaruh Faktor Tunggal Dosis dan Waktu Pemupukan
terhadap Diameter Batang Tanaman ............................................................ 20

6.

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Dosis dan Waktu
Pemupukan Pada Fase Generatif ................................................................. 22

7.

Pengaruh Faktor Tunggal Dosis dan Waktu Pemupukan
terhadap Jumlah Malai, Jumlah Buah, Bobot Buah, dan Cabang
Produktif ..................................................................................................... 23

8.

Pengaruh Faktor Tunggal Dosis dan Waktu Pupuk terhadap
Jumlah Biji, Bobot Biji Kering .................................................................... 24

9.

Rekapitulasi Lima Taraf Dosis Pemupukan terhadap Peubah
Pengamatan pada Fase Vegetatif dan Generatif ........................................... 26

10. Rekapitulasi Dua Taraf Waktu Pemupukan terhadap Peubah

Pengamatan pada Fase Vegetatif dan Generatif ........................................... 26

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Curah Hujan Bulanan di PT. Indocement, Citeureup, Bogor .......................... 13
2. Suhu Bulanan di PT. Indocement, Citeureup, Bogor ...................................... 14
3. Hama yang Menyerang Jarak Pagar Selama Penelitian .................................. 14
4. Penyakit yang Menyerang Jarak Pagar Selama Penelitian. ............................. 15

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Hasil Analisis Tanah di Kebun Percobaan PT. Indocement,
Citeureup, Kabupaten Bogor, Bogor ..................................................... 32
2. Kandungan Hara Pupuk Kandang Sapi ................................................. 32
3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Dosis dan Waktu
Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman Jarak Pagar ............................... 33
4. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Dosis dan Waktu
Pemupukan terhadap Jumlah Daun Tanaman Jarak Pagar ..................... 34
5. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Dosis dan Waktu
Pemupukan terhadap Jumlah Cabang Primer Tanaman Jarak
Pagar .................................................................................................... 35
6. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Dosis dan Waktu
Pemupukan terhadap Diameter Batang Tanaman Jarak Pagar ............... 36
7. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Produksi ........................... 37
8. Kondisi Tanaman pada Akhir Pengamatan ........................................... 38

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, penggunaan bahan bakar
minyak akan semakin besar. Pertambahan jumlah penduduk berbanding terbalik
dengan ketersediaan minyak bumi yang terus menyusut. Menurut Hasnam (2008)
cadangan minyak bumi akan semakin menipis dan konsumsi bahan bakar minyak
semakin tinggi. Dengan demikian diperlukan alternatif energi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
akan bahan bakar adalah minyak nabati. Minyak nabati merupakan minyak yang
dihasilkan oleh tanaman. Minyak ini dapat dijadikan sebagai biodiesel untuk
energi dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya untuk menjadi
bahan bakar rumah tangga. Tanaman yang dapat menghasilkan minyak nabati,
diantaranya kelapa sawit, ubi kayu, jagung, dan jarak pagar (Ditjenbun, 2009).
Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang
dapat menjadi sumber energi alternatif. Jarak pagar pada mulanya hanya
digunakan sebagai pembatas (pagar). Sekarang ini jarak pagar mulai
dibudidayakan secara luas karena biji jarak pagar menghasilkan minyak yang
dapat dimanfaatkan sebagai biodiesel (Astuti, 2009). Nurcholis dan Sumarsih
(2007) menambahkan biji jarak pagar juga dapat digunakan untuk membuat sabun
dan pestisida. Bungkil biji (setelah diambil minyaknya) dapat digunakan sebagai
pupuk organik yang kaya unsur hara nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K).
Karakter minyak jarak tidak banyak berbeda dengan karakteristik minyak
diesel, kecuali memiliki kadar sulfur yang lebih rendah, serta nilai cetane yang
lebih tinggi, sehingga aman terhadap lingkungan (Pranowo et al., 2008). Selain itu
keuntungan minyak jarak pagar sebagai biodiesel antara lain adalah minyak jarak
pagar

tidak

termasuk

kategori

minyak

makan

(edible

oil)

sehingga

pemanfaatannya tidak mengganggu penyediaan kebutuhan minyak makan
(Ditjenbun, 2007).
Jarak pagar dapat dimanfaatkan untuk memulihkan lahan pertanian yang
sudah mengalami degradasi kesuburan akibat pertanian berpindah, pertambangan

2

dan kerusakan-kerusakan akibat berbagai aktivitas manusia. Di Luxor, Mesir,
jarak pagar juga digunakan untuk penghutanan kembali gurun pasir dengan
bantuan sedikit pengairan (Hasnam, 2008).
Teknik budidaya yang baik sangat diperlukan dalam budidaya tanaman,
khususnya jarak pagar untuk mendapatkan hasil yang maksimum. Salah satu
aspek penting dalam teknik budidaya ini adalah pemupukan. Pemupukan
merupakan kegiatan penambahan unsur hara pada tanah untuk memenuhi
kebutuhan hara tanaman. Menurut Pranowo (2008) untuk memperoleh
pertumbuhan dan produksi tanaman jarak pagar yang tinggi, penambahan pupuk
mutlak diperlukan.
Marsono dan Paulus (2001) menyatakan bahwa dosis pupuk adalah jumlah
pupuk yang harus diberikan atau yang dianjurkan per satuan tanaman atau per
satuan luas lahan. Pupuk jika diberikan berlebihan dapat mematikan tanaman,
sedangkan jika tanaman kekurangan hara maka pertumbuhan tidak akan
maksimal. Dosis pupuk yang tepat untuk memperoleh tanaman yang memiliki
produktivitas maksimum sangat diperlukan. Menurut Priyanto (2007) hingga saat
ini belum ada rekomendasi khusus untuk pemupukan tanaman jarak pagar. Waktu
pemupukan juga harus diperhatikan agar penggunaan pupuk dapat efektif.
Penelitian mengenai dosis pupuk yang optimum dan waktu pemupukan yang tepat
diperlukan agar produktivitas jarak pagar dapat maksimum.
Genotipe Bengkulu merupakan genotipe hasil seleksi sebelumnya.
Genotipe ini dapat menghasilkan 10 buah dalam satu malai. Menurut Afandi
(2009) keberhasilan reproduksi genotipe Bengkulu lebih besar bila dibandingkan
dengan genotipe Palembang, Kediri, dan Lampung. Upaya peningkatan
keberhasilan reproduksi perlu diarahkan pada peningkatan pembentukan buah,
misalnya dengan perbaikan teknik budidaya, seperti pemupukan, pemangkasan,
pengendalian hama dan penyakit serta meningkatkan penyerbukan dengan
meningkatkan jumlah serangga penyerbuk.
.

3

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis pupuk yang optimal
dan waktu pemupukan yang tepat agar tanaman jarak pagar genotipe terpilih
(Bengkulu) memiliki pertumbuhan dan produktivitas yang maksimum.

Hipotesis
Terdapat dosis pupuk optimum dan waktu pemupukan yang tepat bagi
pertumbuhan dan produktivitas jarak pagar Genotipe Bengkulu.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Jarak Pagar
Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman semak berkayu yang
banyak ditemukan di daerah tropis. Tanaman ini dikenal dengan berbagai nama di
Indonesia, seperti jarak kosta, jarak budeg (Sunda), jarak gundul, jarak pager
(Jawa), kalekhe paghar (Madura), jarak pager (Bali). Jarak pagar termasuk ke
dalam Famili Euphorbiaceae dan Genus Jatropha.
Jarak pagar merupakan salah satu tanaman penghasil minyak yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar. Keuntungan penggunaan jarak pagar antara lain
minyak jarak pagar tidak digunakan untuk minyak makan, dapat ditanam secara
tumpangsari, sebagai tanaman alternatif di lahan marjinal dan iklim kering, dapat
dimanfaatkan sebagai tanaman penghijauan, dapat berproduksi hingga lebih dari
30 tahun, sebagai sumber pendapatan tambahan bagi petani di lahan marjinal
(Syakir, 2009). Biji jarak pagar selain bijinya diambil untuk biodiesel, juga dapat
digunakan untuk membuat sabun dan pestisida. Bungkil biji (setelah diambil
minyaknya) dapat digunakan sebagai pupuk organik yang kaya unsur nitrogen,
fosfor, dan kalium (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).
Jarak pagar merupakan tanaman tahunan yang berbunga sepanjang tahun.
Jarak pagar adalah tanaman monoecious, berkelamin satu (uniseksual), jarang
yang biseksual. Bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk
berbentuk malai. Syakir (2009) menyatakan bahwa untuk pembungaan
dibutuhkan cuaca kering dengan sinar matahari penuh.
Prihandana dan Hendroko (2006) menyatakan bahwa buah jarak pagar
berbentuk oval, berupa buah kotak, berdiameter 2-4 cm. Berwarna hijau ketika
masih muda dan berwarna kuning jika sudah matang. Buah jarak pagar terbagi
menjadi tiga ruang yang biasanya terdiri atas tiga biji. Biji berbentuk bulat
lonjong, berwarna cokelat kehitaman. Martina (2010) menambahkan genotipe
Bengkulu memiliki bentuk buah bulat berwarna hijau (buah muda) dengan bentuk
biji lonjong berwarna hitam.

5

Syarat Tumbuh Jarak Pagar
Jarak Jarak pagar dapat tumbuh baik pada dataran rendah hingga
ketinggian 800 mdpl, dengan suhu yang mendukung berkisar 20-35oC (Nurcholis
dan Sumarsih, 2007). Syakir (2009) menambahkan, tanaman ini tumbuh baik di
daerah tropis maupun subtropis dengan curah hujan sekitar 500-1 500 mm. Tanah
yang sangat sesuai untuk tanaman ini adalah tanah geluh pasiran (sandy loam),
namun jarak pagar juga dapat tumbuh pada kondisi tanah lempung berat dengan
drainase yang baik. Herman et al. (2008) menyatakan bahwa jarak pagar dapat
toleran terhadap kondisi tanah-tanah masam atau alkalin (terbaik pada pH 5-6,5).
Jarak pagar dapat tumbuh di tanah yang berbatu, berpasir, dan tanah yang
bersifat basa, seperti tanah yang terbentuk di daerah kapur. Tanaman ini dapat
tumbuh secara liar pada kondisi tanah yang terbatas atau di tanah marginal.
Berdasarkan sifatnya, jarak pagar dapat digunakan sebagai tanaman pioner di
lahan kritis (Nurcholis dan Sumarsih, 2007). Tingkat produktivitas dapat
dipengaruhi oleh potensi genetik, kondisi lingkungan, dan teknologi atau
manajemen pengelolaan tanaman. Jarak pagar toleran terhadap lahan marjinal dan
iklim kering akan tetapi tetap membutuhkan air dan suplai hara optimal untuk
berproduksi maksimum (Syakir, 2009).

Teknik Budidaya Jarak Pagar
Jarak tanam yang biasanya digunakan untuk tanaman ini adalah 2x3 m
untuk populasi 1.600 tanaman/ha, 2x2 m dengan populasi 2.500 tanaman/ha, atau
1,5x2 m untuk populasi 3.300 tanaman/ha. Penanaman bibit jarak pagar sebaiknya
dilakukan pada awal atau selama musim hujan sehingga kebutuhan air untuk
tanaman tercukupi. Bibit biasanya dipindah tanam setelah berumur 2-3 bulan.
Pemeliharaan tanaman jarak pagar yang dilakukan diantaranya penyiangan
gulma, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan gulma
dilakukan pada saat tanaman masih muda, hal ini karena tanaman muda masih
belum cukup kuat untuk bersaing dengan gulma. Menurut Effendi et al. (2008)
gulma yang tumbuh pada awal pertumbuhan dan selama masa tanaman belum
menghasilkan (TBM) akan menentukan tingkat kesehatan dan produksi tanaman,

6

karena secara alami gulma telah beradaptasi dengan ekosistem lebih baik daripada
tanaman yang dibudidayakan.
Tanaman jarak pagar merupakan tanaman yang tahan terhadap hama dan
penyakit jika ditanam secara tumpangsari (Priyanto, 2007). Jika tanaman ini
ditanam secara luas dengan sistem monokultur, risiko terkena hama dan penyakit
semakin tinggi. Asbani et al. (2008) melaporkan beberapa jenis hama yang biasa
menyerang tanaman jarak pagar, antara lain tungau, Selenothrips rubrocinctus,
kutu putih, rayap, kepik, dan ulat pengorok daun. Hama yang biasanya menyerang
seperti kepik lembing dan kutu bertepung putih. Yulianti et al. (2008)
menambahkan beberapa jenis penyakit yang biasanya menyerang tanaman ini
adalah penyakit layu bakteri, busuk arang, busuk pucuk, busuk setek, layu
fusarium, hawar daun, antraknosa, dan powdery mildew.
Jarak pagar mulai berbunga setelah berumur 3-4 bulan dan pembentukan
buah terjadi saat berumur 4-5 bulan. Pemanenan dapat dilakukan ketika 75% buah
di tangkai telah mengering dan sisa buah lainnya berwarna kuning kehijauan.
Pemanenan dilakukan secara manual menggunakan tangan atau gunting. Menurut
Priyanto (2007) produktivitas jarak pagar dapat mencapai 3.5-4.5 kg biji per
pohon per tahun. Dengan tingkat populasi tanaman 2 500-3 300 tanaman per
hektar, tingkat produktivitas bisa mencapai 8-15 ton biji/ha. Jika rendemen
minyak sebesar 35%, setiap hektar lahan dapat diperoleh 2.5-5 ton minyak per
tahun.
Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman
Perbedaan kandungan hara tanah (media tanam) dan perbedaan kebutuhan
hara tanaman menyebabkan unsur hara yang diperlukan juga berbeda. Menurut
Agustina (1990) kebutuhan unsur hara dapat dibedakan menjadi unsur hara makro
dan mikro. Hara makro merupakan hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
besar, seperti N, P, K, Mg, S, Ca, C, H, dan O. Unsur hara mikro merupakan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, seperti Cl, Fe, Mn,
Cu, Zn, Bo, dan Mo.
Pemupukan merupakan kegiatan penambahan unsur hara yang diperlukan
tanaman untuk memperoleh produktivitas maksimum. Pranowo et al. (2008)

7

menyatakan bahwa untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi tanaman jarak
pagar yang tinggi, penambahan pupuk mutlak diperlukan. Pada lahan dengan
pemberian pupuk kandang 5 kg per pohon dapat meningkatkan produksi daun
sampai satu setengah kali dibandingkan dengan produksi daun pada tanaman jarak
pagar yang tidak dipupuk, sedangkan terhadap produksi dapat meningkat sampai
128 %.
Indranada (1989) menyatakan bahwa pemupukan yang efektif melibatkan
persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatifnya adalah dosis
pupuk, sedangkan persyaratan kualitatifnya meliputi empat hal, yaitu unsur hara
yang diberikan dalam pemupukan relevan dengan masalah nutrisi yang ada, waktu
pemupukan dan penempatan dosis yang tepat, unsur hara yang berada pada waktu
dan tempat yang tepat dapat diserap oleh tanaman, dan unsur hara yang diserap
digunakan oleh tanaman untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya.
Unsur hara dapat dikatakan esensial jika tumbuhan tidak dapat melengkapi
daur hidupnya (sampai menghasilkan biji yang dapat tumbuh) apabila unsur
tersebut tidak tersedia. Selain itu, unsur tersebut merupakan penyusun suatu
molekul atau bagian tumbuhan yang esensial bagi kelangsungan hidup tumbuhan
tersebut. Misalnya nitrogen merupakan komponen penyusun protein dan enzim,
fosfor yang berperan dalam fotosintesis, respirasi dan berbagai proses
metabolisme lainnya, dan kalium berperan sebagai aktivator berbagai enzim dan
mengatur proses membuka dan menutupnya stomata (Lakitan, 2008).
Dosis pupuk adalah jumlah pupuk yang harus diberikan atau yang
dianjurkan untuk per satuan tanaman atau per satuan luas lahan. Pupuk jika
berlebihan diberikan dapat mematikan tanaman, sedangkan jika tanaman
kekurangan hara maka pertumbuhan tidak akan maksimal. Jumlah pupuk yang
diaplikasikan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman agar penggunaan pupuk
dapat efisien (Marsono dan Paulus, 2001).
Menurut Romli et al. (2006) semakin tinggi dosis pupuk N yang diberikan
pada tanaman jarak maka produktivitas akan semakin tinggi. Peningkatan dosis
pupuk N dari 0 hingga 90 kg N/ha dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah
cabang, jumlah tandan, jumlah buah, berat 100 biji dan hasil biji sebesar 122.18
kg/ha pada panen pertama (tahun pertama).

8

Berdasarkan hasil penelitian Putri (2009) perlakuan dosis pemupukan tidak
mempengaruhi secara nyata terhadap jumlah buah, bobot basah buah, dan bobot
biji kering per tanaman serta bobot biji kering per hektar. Apabila dibandingkan
dengan dosis 80 g/tanaman, dosis pupuk 40 g/tanaman cenderung memberikan
hasil tertinggi, yaitu 15.50 buah/tanaman, 50.65 g bobot basah biji/tanaman, 30.72
bobot kering biji/tanaman dan 81.15 kg bobot kering biji/hektar, sedangkan hasil
terendah diperoleh pada perlakuan tanpa pupuk. Menurut Mahmud (2007)
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada jarak pagar di lahan kering berpasir adalah 200
kg/ha pupuk NPK dengan aplikasi pemupukan sebanyak 2x dengan selang waktu
4 bulan (Juni-Oktober).
Bagian dari tanaman jarak pagar yang dimanfaatkan untuk pembuatan
minyak nabati adalah biji. Pemberian pupuk dapat meningkatkan kandungan
minyak biji jarak, dari hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan minyak pada
perlakuan pemupukan dengan Pupuk N 150 kg/ha, P 50 kg/ha dan pemupukan K
dengan dosis 100 kg K tertinggi yaitu 34.63% sedang tanaman yang tidak
dilakukan pemupukan hanya 29.94% (Mahmud, 2007).

9

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2010 hingga Juli 2011.
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan PT. Indocement, Citeureup,
Kabupaten Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jarak pagar
genotipe Bengkulu, pupuk kandang, pupuk NPK, dan cendawan mikoriza. Alat
yang digunakan diantaranya adalah timbangan, jangka sorong dan alat-alat
pertanian pada umumnya.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan kelompok
lengkap teracak (RKLT). Perlakuan yang dilakukan terdiri atas dua faktor, yaitu
dosis dan waktu pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK dengan
perbandingan 15:15:15. Dosis pupuk yang digunakan terdiri atas lima taraf, antara
lain : 0, 24, 36, 48, dan 60 g/tanaman. Faktor yang kedua adalah

waktu

pemupukan, dilakukan pada saat dua dan empatbelas minggu setelah pindah
tanam (MSP). Setiap perlakuan terdiri atas 4 ulangan, sehingga perlakuan terdiri
atas 40 unit. Setiap unit percobaan terdiri atas 5 tanaman contoh. Model aditif
linear untuk rancangan yang digunakan adalah :
Yijk= µ + Pi + €k+ Wj + (PW)ij+ εijk
Keterangan :
Yijk

: nilai peubah yang diamati

µ

: rataan umum

Pi

: pengaruh dosis pemupukan ke-i

€k

: pengaruh ulangan ke-k

Wj

: pengaruh waktu aplikasi pemupukan ke-j

10

(PW)ij : pengaruh interaksi dosis pemupukan ke-i dan waktu aplikasi
pemupukan ke-j
εijk

: pengaruh galat karena pengaruh perlakuan dosis pemupukan ke-i
dengan waktu aplikasi pemupukan ke-j
Apabila hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, dilakukan

analisis uji lanjut dengan metode Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf
5%.
Pelaksanaan Penelitian
Bibit jarak pagar dilakukan pindah tanam ke lapang setelah berumur 3
bulan. Kedalaman lubang tanam yang digunakan adalah 30x30x30 cm dengan
jarak tanam 2x2 m. Pada saat pindah tanam setiap lubang tanam diberikan
furadan. Analisis tanah dilakukan sebelum aplikasi pemupukan. Tanah pada lahan
penelitian memiliki pH 7.8 dengan kesuburan tanah yang sangat rendah
(Lampiran 1).
Pupuk kandang sebagai pupuk dasar diberikan 2 minggu sebelum pindah
tanam sebanyak 2 kg/pohon. Aplikasi pupuk yang pertama dilakukan pada saat
dua minggu setelah pindah tanam (2MSP) sesuai dengan dosis perlakuan.
Aplikasi pupuk kedua dilakukan ketika 14 MSP. Setiap perlakuan pemupukan
diberikan mikoriza sebanyak 10 g/tanaman. Pemupukan dilakukan dengan cara
melingkari tanaman, kurang lebih 15 cm dari batang tanaman, kemudian ditutup
kembali dengan tanah agar tidak menguap dan tidak hanyut terbawa air.
Pemeliharaan yang dilakukan terdiri atas pengendalian gulma dan
pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan gulma dilakukan secara manual
maupun dengan melakukan penyemprotan menggunakan herbisida, selain itu juga
dilakukan pembumbunan di sekeliling tanaman. Pengendalian hama dan penyakit
dilakukan dengan melakukan penyemprotan menggunakan pestisida.
Pengamatan
Pengamatan mulai dilakukan ketika telah diaplikasikan perlakuan
pemupukan terhadap tanaman (2MSP) hingga berproduksi. Pengamatan terdiri
atas pengamatan pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif dan fase generatif.
a. Pengamatan fase vegetatif

11

Pengamatan mulai dilakukan pada 2 MSP sampai memasuki fase generatif
(14 MSP). Pengamatan ini terdiri atas beberapa peubah, diantaranya :
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga pucuk tertinggi.
Pengukuran dilakukan setiap dua minggu sekali.
2. Jumlah daun
Daun mulai dihitung jika daun telah berwarna hijau. Penghitungan jumlah
daun hanya dilakukan pada batang utama setiap dua minggu sekali.
3. Diameter batang
Diameter batang diukur menggunakan jangka sorong. Pengukuran mulai
dilakukan setelah pindah tanam setiap dua minggu sekali.
4. Jumlah cabang primer
Menghitung cabang primer tanaman setiap dua minggu sekali selama fase
vegetatif.
b. Pengamatan fase generatif
Pengamatan pada fase generatif dilakukan ketika tanaman telah berbunga.
Jika tanaman telah memasuki fase generatif, maka pengamatan vegetatif
dihentikan. Pengamatan generatif dilakukan sampai 38 MSP, terdiri atas beberapa
peubah pengamatan, diantaranya sebagai berikut :
1. Jumlah cabang produktif
Banyaknya cabang yang menghasilkan buah pada setiap tanaman.
Penghitungan dilakukan dua minggu sekali hingga panen.
2. Jumlah malai per tanaman
Banyaknya malai yang dihasilkan setiap tanaman. Penghitungan dilakukan
dua minggu sekali selama fase generatif.
3. Jumlah buah per tanaman
Menghitung total buah yang dihasilkan setiap tanaman hingga panen.
4. Bobot buah per tanaman
Bobot buah dihitung dari total buah yang dihasilkan dari setiap tanaman
yang telah dipanen.
5. Jumlah biji per tanaman

12

Jumlah biji per tanaman dihitung setelah buah dipanen. Buah kemudian
dibuka dan dihitung jumlah bijinya, lalu dijumlahkan total bijinya untuk
setiap tanaman.
6. Bobot biji kering per tanaman
Bobot biji kering per tanaman dihitung dari bobot biji total yang telah
dikeluarkan dari buahnya dan dikeringkan. Peubah ini diamati di akhir
pengamatan dengan menjumlahkan bobot biji kering untuk setiap tanaman.

13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Jarak Pagar Indocement yang
bertempat di Desa Lulud, Citeureup, Kabupaten Bogor. Lokasi berada pada
ketinggian 200 mdpl. Jarak pagar dapat tumbuh baik pada dataran rendah hingga
ketinggian 800 mdpl (Nurcholis dan Sumarsih, 2007). Berdasarkan hasil analisis
tanah yang dilakukan, tanah termasuk kedalam golongan loam (lempung) dengan
pH tanah sebesar 7.8. Menurut Herman et al. (2008) jarak pagar dapat toleran
terhadap kondisi tanah-tanah masam atau alkalin (terbaik pada pH 5-6.5).
Curah hujan selama penelitian (Oktober 2010-Juli 2011) berfluktuatif.
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November 2010 sebesar 376 mm dan
curah hujan terendah terjadi pada bulan Maret 2011 sebesar 122 mm (Gambar 1.).
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson selama penelitian terus
mengalami bulan basah. Rata-rata suhu pada saat penelitian adalah 26.8oC
(Gambar 2). Menurut Nurcholis dan Sumarsih (2007) suhu yang mendukung
pertumbuhan tanaman berkisar 20 – 35oC.
400
350
300
250
200
150
100
50
0

Curah Hujan (mm)

Gambar 1. Curah Hujan Bulanan di PT. Indocement, Citeureup, Bogor

14

27,60
27,40
27,20
27,00
26,80
26,60
26,40
26,20
26,00
25,80
25,60
25,40

Suhu (ᵒC)

Gambar 2. Suhu Bulanan di PT. Indocement, Citeureup, Bogor
Hama yang menyerang tanaman jarak pagar selama penelitian diantaranya
adalah kutu putih, tungau, dan thrips (Gambar 3.). Populasi thrips umumnya hidup
di permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun. Gejala yang
ditimbulkan adalah daun menjadi keriting, kuning, kemudian gugur. Serangan
hama ini lebih banyak terjadi pada fase vegetatif. Hama yang cukup mengganggu
pada fase generatif adalah serangan tungau. Serangan ini menyebabkan daun
menjadi berkerut dan terjadi penebalan. Asbani et al (2008) menyatakan daun
yang terserang tungau menjadi kaku dan terasa kasar, lebih tebal, dan tidak
berkembang normal yang akan mengakibatkan daun gugur dan terganggunya
pembungaan.

a

b

Keterangan: Hama kutu putih (a), tungau (b), thrips (c)
Gambar 3. Hama yang Menyerang Jarak Pagar Selama Penelitian

c

15

Penyakit yang menyerang tanaman diantaranya adalah antraknosa dan layu
bakteri (Gambar 4.). Layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia
solanacearum yang memiliki gejala awal daun menjadi layu kemudian kering dan
rontok. Biasanya serangan bakteri ini menyebabkan tanaman menjadi mati
(Yulianti, 2008). Pengendalian yang dilakukan adalah dengan mencabut tanaman
agar tidak menyerang tanaman yang lain.

a

b

Keterangan : Penyakit antraknosa (a), layu bakteri (b)
Gambar 4. Penyakit yang Menyerang Jarak Pagar Selama Penelitian.
Beberapa jenis gulma dominan yang banyak terdapat di lahan penelitian,
antara lain Mimosa pudica, Axonopus compresus, dan Ageratum conyzoides.
Pengendalian gulma dilakukan secara semi mekanik dan kimia. Pengendalian
secara semi mekanik dilakukan dengan menggunakan cangkul di piringan
tanaman, sedangkan gulma yang berada di luar piringan dikendalikan dengan
penyemprotan herbisida.
Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman
Berdasarkan data hasil pengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan
vegetatif (tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun ,dan diameter batang),
tidak ada interaksi yang nyata antara waktu pemupukan dan dosis pupuk yang
diberikan hingga akhir pengamatan pada fase ini (14 MSP). Perlakuan pemberian
dosis pupuk menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah cabang primer pada 14
MSP, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, dan
diameter batang. Perlakuan waktu pemupukan

menunjukkan pengaruh yang

sangat nyata untuk peubah tinggi tanaman pada 12 MSP dan berpengaruh nyata

16

pada peubah tinggi tanaman 6, 8, 10 dan 14 MSP, tetapi tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap peubah jumlah cabang dan diameter batang (Tabel 1.).
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Dosis dan Waktu
Pemupukan terhadap Pertumbuhan pada Fase Vegetatif
Peubah

Umur
Perlakuan
MSP
Dosis
Waktu
Dosis x Waktu
Tinggi tanaman
2
tn
tn
tn
4
tn
tn
tn
6
tn
*
tn
8
tn
*
tn
10
tn
*
tn
12
tn
**
tn
14
tn
*
tn
Jumlah daun
2
tn
tn
tn
4
tn
tn
tn
6
tn
tn
tn
8
tn
tn
tn
10
tn
tn
tn
12
tn
tn
tn
14
tn
tn
tn
Jumlah cabang
4
tn
tn
tn
6
tn
tn
tn
8
tn
tn
tn
10
tn
tn
tn
12
tn
tn
tn
14
*
tn
tn
Diameter batang
2
tn
tn
tn
4
tn
tn
tn
6
tn
tn
tn
8
tn
tn
tn
10
tn
tn
tn
12
tn
tn
tn
14
tn
tn
tn
Keterangan : tn = tidak nyata, * = nyata, ** = sangat nyata, MSP = minggu setelah
pindah tanam
Pemupukan merupakan proses penambahan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman untuk menghasilkan produktivitas maksimum. Berdasarkan hasil
penelitian, perlakuan dosis pupuk tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap sebagian besar peubah pengamatan vegetatif. Pada fase vegetatif
(Oktober 2010-Januari 2011), curah hujan per bulan rata-rata sebesar 240 mm

17

(termasuk ke dalam bulan basah). Walaupun jarak pagar toleran terhadap lahan
marjinal dan iklim kering tetapi tetap membutuhkan air dan suplai hara optimal
untuk berproduksi maksimum (Syakir, 2009).
Tinggi tanaman
Perlakuan dosis pemupukan tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman.
Berdasarkan hasil pengamatan, dosis pupuk yang paling baik untuk tinggi
tanaman adalah 48 g/tanaman yaitu sebesar 56.05 cm pada umur tanaman 14 MSP
(Tabel 2.). Menurut Sunarya dan Ruskandi (2008), tanaman jarak pagar
memerlukan pemupukan terutama pupuk N. Pemberian pupuk N 72 g/pohon akan
meningkatkan pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman dan jumlah cabang)
dibandingkan dengan pemberian pupuk N 33 g/pohon dan tanpa pemberian N,
dengan penambahan pupuk P dan K yang sama takarannya. Penelitian tersebut
menggunakan pupuk tunggal yang mengandung nitrogen 72 g/tanaman. Penelitian
pemupukan ini menggunakan pupuk dengan perbandingan NPK 15:15:15.
Dengan demikian perlakuan 60 g/tananam hanya mampu menyediakan sebanyak
9 g N, 9 g P, dan 9 g K. Jumlah tersebut diduga belum mampu mencukupi
kebutuhan hara tanaman karena kondisi lahan yang tidak subur.
Tabel 2. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis dan Waktu Pemupukan
terhadapTinggi Tanaman Jarak Pagar
Perlakuan

2

4

6

Umur (MSP)
8
10
cm
46.42
47.50
46.72
48.79
44.86
48.40
48.70
51.71
46.51
48.46

12

14

Dosis
d1 (0 g/tan)
41.72
42.71
44.08
48.98
50.38
d2 (24 g/tan) 39.38
40.46
43.48
50.49
52.73
d3 (36 g/tan) 40.48
41.26
43.23
47.98
47.61
d4 (48 g/tan) 40.56
41.73
45.70
53.99
56.05
d5 (60 g/tan) 40.65
41.20
43.48
49.86
50.88
Waktu
2 MSP
40.75
42.05
45.40a 48.19a 51.28a 52.98a 53.94a
14 MSP
40.36
40.92
42.70b 45.09b 46.67b 47.54b 49.13b
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT, MSP : minggu
setelah pindah tanam
Waktu pemupukan berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman.
Tanaman yang diberi perlakuan pemupukan pada 2 MSP memiliki tinggi yang

18

nyata berbeda dibandingkan perlakuan tanpa pupuk. Tanaman yang dipupuk pada
2 MSP (minggu setelah pindah tanam) memiliki hasil tertinggi, yaitu 53,94 cm.
Sedangkan aplikasi pupuk yang dilakukan pada 14 MSP memiliki hasil terendah,
yaitu 49,13 cm. Nitrogen dibutuhkan oleh tanaman pada awal penanaman untuk
meningkatkan pertumbuhan vegetatif (Jumin, 2008). Menurut Indranada (1989)
nitrogen diserap tanaman dalam bentuk NO3- dan NH4+ dan merupakan salah satu
unsur hara yang sangat sering membatasi hasil tanaman. Hanafiah (2005)
menambahkan nitrogen berfungsi sebagai penyusun semua protein (asam-asam
amino dan enzim) dan klorofil, dalam koenzim dan asam-asam nukleat, serta
hormon tumbuh seperti sitokinin dan auksin.
Jumlah daun
Perlakuan dosis maupun waktu pemupukan tidak berpengaruh nyata
terhadap peubah jumlah daun. Dosis 24 g/tanaman memiliki jumlah daun
terbanyak pada 14 MSP, yaitu sebanyak 12.5 daun dan waktu pemupukan 2 MSP
cenderung memberikan jumlah daun yang lebih banyak, yaitu 10.5 helai (Tabel
3.). Kedua perlakuan pemupukan ini tidak berpengaruh nyata diduga dikarenakan
pengamatan peubah jumlah daun dilakukan hanya pada batang utama.
Tabel 3. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis dan Waktu Pemupukan terhadap
Jumlah Daun Jarak Pagar
Perlakuan

2

4

6

Umur (MSP)
8
10

Dosis
7.7
12.7
13.8
12.2
d1 (0 g/tan)
7.7
13.3
13.1
13.3
d2 (24 g/tan)
7.6
11.8
12.7
11.3
d3 (36 g/tan)
7.6
13.6
13.8
14.0
d4 (48 g/tan)
7.3
12.4
12.1
12.3
d5 (60 g/tan)
Waktu
7.7
13.1
13.1
13.3
2 MSP
7.5
12.4
12.2
11.9
14 MSP
Keterangan : MSP = minggu setelah pindah tanam

12

14

9.2
10.0
9.2
11.0
10.8

8.0
12.6
8.1
9.9
9.7

9.0
12.5
8.3
10.1
8.6

10.7
9.4

10.7
8.6

10.5
8.9

Pengamatan jumlah daun dilakukan untuk melihat kapan tanaman mulai
memasuki fase generatif yang ditandai dengan penurunan jumlah daun. Pada 8

19

MSP terjadi penurunan jumlah daun, diduga tanaman mulai memasuki fase
generatif.
Jumlah cabang primer
Perlakuan dosis pemupukan dan waktu pemupukan tidak menunjukkan
adanya interaksi terhadap peubah jumlah cabang. Sebagian besar perlakuan dosis
pemupukan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah cabang yang
dihasilkan, kecuali pada 14 MSP. Perlakuan dosis 24 g/tanaman memiliki jumlah
cabang terbanyak yaitu 4.9 cabang, sedangkan kontrol memiliki jumlah cabang
terkecil yaitu 2.8 (Tabel 4.).
Tabel 4. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis dan Waktu Pemupukan terhadap
Jumlah Cabang Primer
Perlakuan

4

6

Umur (MSP)
8
10

12

14

Dosis
d1 (0 g/tan)
0.6
1.9
3.1
3.0
2.3
2.8b
d2 (24 g/tan)
0.5
3.7
5.1
4.9
3.9
4.9a
d3 (36 g/tan)
0.9
2.9
3.6
3.7
2.7
3.0b
d4 (48 g/tan)
0.8
3.0
4.5
5.2
3.3
3.5ab
d5 (60 g/tan)
0.5
2.8
3.6
4.3
2.8
3.6ab
Waktu
2 MSP
0.5
3.1
4.6
4.4
3.3
3.8
14 MSP
0.8
2.6
3.4
4.1
2.7
3.4
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT, MSP = minggu
setelah pindah tanam
Waktu pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang
primer, waktu pemupukan 2 MSP cenderung memberikan jumlah cabang lebih
banyak dibandingkan dengan 14 MSP, yaitu sebanyak 3.8 cabang. Secara statistik,
baik dosis maupun waktu pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
cabang primer yang dihasilkan, akan tetapi sebagian besar tanaman budidaya
membutuhkan hara yang cukup di awal pertanaman untuk membantu tanaman
agar tumbuh optimum. Hal ini dapat dilihat pada perlakuan kontrol saat 14 MSP
yang memiliki jumlah cabang primer lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman
yang diberi perlakuan pemupukan pada awal penanaman.

20

Jumlah cabang yang fluktuatif diduga disebabkan oleh beberapa bakal
calon cabang yang tidak tumbuh atau berkembang menjadi cabang. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Martina (2010) bahwa terjadi penurunan jumlah cabang
pada saat 10 MSP yang disebabkan tanaman jarak sudah mulai berbunga sehingga
fotosintat yang dihasilkan digunakan untuk pembentukan bunga dan buah.

Diameter Batang Tanaman
Dosis maupun waktu pemupukan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap peubah diameter. Dosis 48 g/tanaman memberikan hasil tertinggi
dibandingkan dosis yang lainnya yaitu sebesar 2.07 cm, sedangkan kontrol
memberikan hasil terendah yaitu 1.74 cm. Perlakuan waktu 2 MSP cenderung
memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan 14 MSP yaitu sebesar 1.97 cm
(Tabel 5.).
Tabel 5. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis dan Waktu Pemupukan terhadap
Diameter Batang Tanaman (cm)
Perlakuan

2

4

Umur (MSP)
8
cm
1.38
1.57
1.51
1.75
1.38
1.53
1.52
1.71
1.46
1.62
6

Dosis
d1 (0 g/tan)
1.06
1.23
d2 (24 g/tan)
1
1.33
d3 (36 g/tan)
1.07
1.28
d4 (48 g/tan)
1.05
1.3
d5 (60 g/tan)
1.07
1.27
Waktu
2 MSP
1.08
1.29
1.42
1.68
14 MSP
1.06
1.27
1.45
1.59
Keterangan : MSP = minggu setelah pindah tanam

10

12

14

1.67
1.91
1.68
1.91
1.72

1.7
1.93
1.76
1.99
1.83

1.74
2.02
1.81
2.07
1.95

1.85
1.71

1.91
1.77

1.97
1.86

Perlakuan 48 g/tanaman memiliki diameter yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan dosis 60 g/tanaman. Nitrogen jika tersedia dalam jumlah
yang

cukup

pada

awal penanaman dapat

memacu

pertumbuhan dan

mengakibatkan kemasakan yang terlalu dini. Tetapi adanya kelebihan nitrogen
selama musim pertumbuhan seringkali memperpanjang periode tumbuh. Jika
tanaman kelebihan nitrogen dapat mengakibatkan batang menjadi sukulen (rentan

21

terhadap kerusakan mekanis dan serangan penyakit), selain itu dapat menurunkan
kualitas dari tanaman (Foth, 1988).
Perlakuan dosis dan waktu pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap
diameter batang, tetapi tanaman yang diberi pupuk memiliki hasil yang lebih
tinggi dibandingkan tanpa pupuk (kontrol) (Tabel 5). Menurut Lakitan (2008)
unsur nitrogen, fosfor, dan kalium termasuk ke dalam unsur hara esensial. Jika
ketersediaan unsur hara esensial kurang dari jumlah yang dibutuhkan tanaman,
maka tanaman akan terganggu metabolismenya. Gejala kekurangan unsur hara ini
dapat berupa pertumbuhan akar, batang, atau daun yang terhambat (kerdil) dan
klorosis atau nekrosis pada berbagai organ tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian, tinggi tanaman dan diameter yang paling
tinggi terdapat pada perlakuan pemupukan dengan dosis 48 g/tanaman, sedangkan
tanaman yang memiliki jumlah daun dan cabang terbanyak terdapat pada dosis
pupuk 24 g/tanaman. Hal ini diduga karena waktu pembungaan yang tidak
seragam. Tanaman yang dipupuk dengan dosis 48 g/tanaman lebih cepat
mengalami pembungaan, sehingga hara yang tersedia bagi tanaman lebih
difokuskan terhadap pembentukan bunga, buah, dan pemasakan buah. Sedangkan
tanaman yang dipupuk dengan dosis 24 g/tanaman masih mengalami fase
vegetatif.
Pengaruh Pemupukan terhadap Komponen Produksi Tanaman
Berdasarkan hasil pengamatan, tidak terdapat interaksi yang nyata antara
dosis dengan waktu pemupukan terhadap peubah pengamatan pada fase generatif.
Perlakuan dosis pupuk menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peubah
jumlah buah dan cabang produktif, tetapi tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap peubah pengamatan yang lain. Waktu pemupukan memberikan pengaruh
yang sangat nyata terhadap peubah jumlah biji dan bobot biji kering. Selain itu
perlakuan waktu pemupukan juga memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah
buah dan bobot buah, tetapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah
malai dan cabang produktif (Tabel 6).
Produksi suatu tanaman ditentukan oleh kegiatan yang berlangsung dalam
sel dan jaringan tanaman. Bahan kering adalah penumpukan fotosintat pada sel

22

dan jaringan. Fotosintat atau hasil bersih fotosintesis adalah hasil dari produksi
energi yang dapat berupa buah, biji, daun dan batang (Jumin, 2008).
Pada fase generatif, curah hujan cukup tinggi. Rata-rata curah hujan pada
fase generatif (Januari-Juli 2011) adalah 231 mm per bulan dengan suhu rata-rata
27oC. Syakir (2009) menyatakan bahwa untuk pembungaan dibutuhkan cuaca
kering dengan sinar matahari penuh. Nurcholis dan Sumarsih (2007)
menambahkan pada musim kering dan suhu tinggi serta penyinaran penuh, akan
memacu munculnya banyak bunga sehingga produksi biji tinggi. Pada musim
hujan, produksi lebih rendah.
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Dosis dan Waktu
Pemupukan Pada Fase Generatif
Perlakuan
Dosis
Waktu
Dosis x Waktu
Jumlah malai
tn
tn
tn
Jumlah buah
*
*
tn
Bobot buah
tn
*
tn
Jumlah biji
tn
**
tn
Cabang produktif
*
tn
tn
Bobot biji kering
tn
**
tn
Keterangan : tn = tidak nyata, * = nyata, ** = sangat nyata
Peubah

Perlakuan dosis dan waktu tidak berbeda nyata terhadap jumlah malai
yang dihasilkan. Dosis 48 g/tanaman memiliki jumlah malai terbanyak yaitu 6.42
malai dan jumlah malai terkecil dihasilkan oleh perlakuan kontrol yaitu sebesar 4
malai per tanaman. Walaupun tidak berbeda nyata, perlakuan 2 MSP cenderung
memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan 14 MSP, yaitu sebesar 5.84
malai per tanaman (Tabel 7.).
Perlakuan dosis berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman.
Dosis 48 g/tanaman tidak berbeda nyata dengan dosis 36 g/tanaman dan 60
g/tanaman, tetapi pupuk yang diberikan sebanyak 48 g/tanaman memiliki hasil
terbesar dibandingkan dosis yang lainnya yaitu sebanyak 15.19 buah per tanaman.
Hasil penelitian Putri (2009) menunjukkan bahwa perlakuan dosis pemupukan
tidak mempengaruhi secara nyata terhadap jumlah buah, bobot basah buah, dan
bobot biji kering per tanaman serta bobot biji kering per hektar. Apabila

23

dibandingkan dengan dosis 80 g/tanaman, dosis pupuk 40 g/tanaman cenderung
memberikan hasil tertinggi, yaitu 15.50 buah/tanaman, 50.65 g BB biji/tanaman,
30.72 BK biji/tanaman dan 81.15 kg BK biji/hektar, sedangkan hasil terendah
diperoleh pada perlakuan tanpa pupuk.
Tabel 7. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis dan Waktu Pemupukan terhadap
Jumlah Malai, Jumlah Buah, Bobot Buah, dan Cabang Produktif
per Tanaman
Perlakuan

∑ Malai

Peubah pengamatan
∑ Buah
Bobot buah (g)

Cabang produktif

Dosis
d1 (0 g/tan)
4
7.81b
25.45
2.00b
d2 (24 g/tan)
5.91
8.33b
35.26
2.25b
d3 (36 g/tan)
6.34
13.66a
57.15
2.08b
d4 (48 g/tan)
6.42
15.19a
52.94
2.71ab
d5 (60 g/tan)
5.85
12.23ab
50.84
3.55a
Waktu
2 MSP
5.84
9.97b
34.62b
2.31
14 MSP
5.75
13.50a
57.21a
2.85
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
Perlakuan waktu pemupukan berpengaruh nyata terhadap jumlah buah
yang dihasilkan. Waktu pemupukan 14 MSP memiliki hasil yang nyata lebih
tinggi, yaitu 13.50 buah per tanaman. Fosfor merupakan bagian yang esensial dari
berbagai gula fosfat yang berperan dalam reaksi-reaksi pada fase gelap
fotosintesis, respirasi, dan berbagai proses metabolisme lainnya. Fosfor juga
merupakan bagian dari nukleotida (dalam RNA dan DNA) dan fosfolipida
penyusun membran (Lakitan, 2008). Jumin (1988) menambahkan manfaat
pemupukan fosfat yaitu memperbaiki pembungaan, mempercepat pemasakan
buah, dan mengurangi kerontokan buah.
Perlakuan dosis pemupukan memberikan pengaruh nyata terhadap cabang
produktif (Tabel 7.). Perlakuan dosis yang memiliki jumlah cabang produktif
tertinggi adalah perlakuan 60 g/tanaman, sedangkan yang memiliki jumlah cabang
terendah adalah perlakuan kontrol (0 g/tanaman). Perlakuan waktu tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang produktif. Namun, perlakuan 14 MSP
cenderung memiliki jumlah cabang yang lebih banyak, yaitu 2.85 cabang.

24

Perlakuan dosis tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah biji
dan bobot biji kering. Dosis pupuk 60 g/tanaman cenderung memiliki hasil
tertinggi pada kedua peubah ini di