Pengelolaan Proses Produksi dan Pasca Panen Selada (Lactuca sativa L.) Secara Aeroponik dan Hidroponik Deep Flow Technique di Amazing Farm, Lembang, Bandung.

(1)

PENGELOLAAN PROSES PRODUKSI DAN PASCA PANEN

SELADA (

Lactuca sativa

L.) SECARA AEROPONIK DAN

HIDROPONIK

DEEP FLOW TECHNIQUE

DI AMAZING FARM, LEMBANG, BANDUNG

BENNY RAHARDIAN PRAWOTO

A24070191

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(2)

THE PRODUCTION PROCESS AND POST HARVEST MANAGEMENT OF AEROPONIC AND HYDROPONIC DEEP FLOW TECHNIQUE

LETTUCE (Lactuca sativa L.) IN AMAZING FARM LEMBANG BANDUNG

Benny Rahardian Prawoto dan Juang Gema Kartika

Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga, Bogor, West Java Indonesia

Phone: +62 8211 734 8580

ABSTRACT

Vegetables are needed by human being as their consumption to fulfill their daily nutrition, that’s why the opportunity of vegetables production is widely opened to be developed. This opportunity drives people to use the suitable technique to gain optimum production as well as the quality, quantity and continuity, such as using aeroponic and hydroponic system. The internship was implemented in Amazing Farm, Field Cikahuripan 1, Lembang, Bandung. Amazing farm is one of the leading companies in horticultural products. The purposes of the internship were to get working experience and practical knowledge about production of aeroponic and hydroponic lettuce (green curly, lollorossa and romaine), discover the difference between aeroponic and hydroponic system, get management and post harvest experience and also help the company to solve problems in cultivation technique. Aeroponic system can produce lettuce crop better than hydroponic does. The post harvest observation of

aeroponic and hydroponic lettuce didn’t show significant diference. The business analysis of lettuce production shows that aeroponic lettuce is more promising than hydroponic, although it needs large amount of capital for the investment.


(3)

RINGKASAN

BENNY RAHARDIAN PRAWOTO. Pengelolaan Proses Produksi dan Pasca Panen Selada (Lactuca sativa L.) Secara Aeroponik dan Hidroponik Deep Flow Technique di Amazing Farm, Lembang, Bandung. Dibimbing oleh JUANG GEMA KARTIKA.

Sayuran memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan, sehingga memacu berbagai pihak untuk menggunakan teknik budidaya yang paling sesuai untuk mencapai produksi yang optimal. Salah satu cara untuk mencapai produksi yang optimal adalah teknik budidaya sayuran secara hidroponik. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan kegiatan magang di Amazing Farm. Amazing Farm adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang hortikultura terutama budidaya sayuran secara hidroponik. Amazing Farm menggunakan sistem hidroponik berupa sistem aeroponik dan hidroponik DFT (Deep Flow Technique). Tujuan dari kegiatan magang adalah untuk mendapatkan pengalaman kerja dan pengetahuan praktis tentang aspek produksi budidaya sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik DFT, mengetahui perbedaan antara teknik budidaya aeroponik dan hidroponik DFT dan membantu memecahkan masalah ataupun mencari solusi atas permasalahan yang ada di perusahaan. Kegiatan magang dilaksanakan selam empat bulan, yaitu pada bulan Maret sampai Juli 2011.

Kegiatan yang dilakukan selama magang meliputi kegiatan lapang yang terdiri atas seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Amazing Farm yang berhubungan dengan aspek budidaya tiga jenis selada yaitu: selada keriting,

lollorossa, dan romaine; melakukan pengamatan, analisis usaha tani dan juga mengamati saluran pemasaran. Data primer dan sekunder diolah menggunakan análisis kuantitif (uji T-student) dan deskriptif.

Amazing Farm Kebun Cikahuripan memiliki luas lahan 2.5 ha dengan luas produktif seluas 1.8 ha. Kebun ini khusus membudidayakan sayuran daun seperti selada keriting, lollorossa, romaine dan sayuran daun lainnya. Teknik budidaya yang digunakan adalah aeroponik dan hidroponik DFT.


(4)

Aspek teknis kegiatan magang dilaksanakan mulai dari kegiatan budidaya, pasca panen hingga pemasaran. Aspek manajerial dilakukan dengan cara menjadi karyawan harian lepas, asisten supervisor produksi, asisten supervisor panen dan juga sebagai asisten manajer kebun

Kegiatan persemaian yang dilakukan oleh Amazing Farm menggunakan

rockwool. Media rockwool merupakan pilihan yang baik. Tindakan pencelupan

rockwool yang sudah terdapat benih diatasnya ke dalam air tidak baik, sebab dapat menghanyutkan benih. Penggunaan styrofoam yang rusak dapat mengurangi area tanam dan juga aerasi larutan nutrisi pada budidaya hidroponik DFT, selain juga dapat memacu tumbuhnya ganggang yang dapat menyumbat nozzle pada budidaya aeroponik. Permasalahan pada budidaya selada keriting aeroponik adalah tinggi tanaman yang bervariasi. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara mengganjal selang yang mengalirkan nutrisi di dalam bak tanam dengan menggunakan potongan styrofoam bekas. Perlakuan ini dilakukan agar posisi selang menjadi lebih tinggi sehingga semprotan nutrisi mampu mencapai akar tanaman di atasnya. Pertumbuhan selada keriting, lollorossa dan romaine yang dibudidayakan secara aeroponik menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan sayuran pada budidaya hidroponik DFT. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan di lapangan dan didukung dengan data produktivitas yang dimiliki oleh Amazing Farm. Secara umum perlakuan pasca panen pada sayuran aeroponik dan hidroponik DFT tidak menunjukkan perbedaan. Kehilangan hasil akibat perlakuan pasca panen terbesar diakibatkan oleh perompesan daun akibat daun tua atau kerusakan mekanis, yang diakibatkan oleh kerusakan saat pengangkutaan di dalam kontainer atau saat pengangkutan ke packing house, disamping kerusakan produk akibat hama dan juga penyakit.

Analisis usaha tani budidaya selada keriting secara aeroponik menunjukkan bahwa biaya investasi yang diperlukan lebih mahal daripada budidaya selada hidroponik DFT. Akan tetapi, berdasarkan dari hasil analisis usaha tani, usaha budidaya selada aeroponik lebih layak dan menguntungkan jika dijalankan, dibandingkan dengan budidaya selada hidroponik DFT.


(5)

PENGELOLAAN PROSES PRODUKSI DAN PASCA PANEN

SELADA (

Lactuca sativa

L.) SECARA AEROPONIK DAN

HIDROPONIK

DEEP FLOW TECHNIQUE

DI AMAZING FARM, LEMBANG, BANDUNG

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

BENNY RAHARDIAN PRAWOTO

A24070191

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(6)

Judul

: PENGELOLAAN PROSES PRODUKSI DAN PASCA

PANEN SELADA (

Lactuca sativa

L.) SECARA

AEROPONIK DAN HIDROPONIK

DEEP FLOW

TECHNIQUE

DI AMAZING FARM, LEMBANG,

BANDUNG

Nama

:

BENNY RAHARDIAN PRAWOTO

NIM

:

A24070191

Menyetujui, Pembimbing

Juang Gema Kartika, SP., M.Si NIP. 19810701 200501 2 005

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, M. Sc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magetan, Jawa Timur pada tanggal 8 Februari 1989. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Murhari Tri Prawoto dan Ibu Endah Praestiningsih.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2001 di SD Negeri Belotan 1, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 1 Kawedanan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Negeri 3 Madiun, Jawa Timur. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2007.

Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah aktif di PASMAD (Organisasi Mahasiswa Daerah Madiun), UKM Paduan Suara Agriaswara IPB dan AGROHOTPLATE (Koperasi Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura). Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Praktik Usaha Pertanian pada tahun 2011.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Pengelolaan Proses Produksi dan Pasca Panen Selada (Lactuca sativa L.) secara Aeroponik dan Hidroponik Deep Flow Technique di Amazing Farm, Lembang, Bandung”

disusun oleh penulis sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dari Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Juang Gema Kartika, SP., M. Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberi masukan, kritik dan juga motivasi kepada penulis. 2. Dr. Ir. Ade Wachjar, MS dan Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS selaku dosen

penguji skripsi yang telah memberikan banyak masukan.

3. Ir. Heni Purnamawati, M. Sc. Agr sebagai pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.

4. Papa, Mama, Dek Rara dan segenap keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan untuk penulis hingga penulis menyelesaikan mampu pendidikannya dengan baik.

5. Para pengajar dan staf Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah membantu penulis selama menjalani perkuliahan.

6. Bapak Dede, Bapak Supri, Ibu Aria, karyawan dan staf PT. Momenta Agrikultura (Amazing Farm) dan Bapak Asep sekeluarga dan juga berbagai pihak di di Lembang, Bandung yang telah memberikan bantuannya.

7. Desir, Edo, Kosmas, Vicky, Namira, Amin, rekan-rekan AGH 44 dan teman-teman yang telah banyak membantu penulis selama menulis skripsi ini. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Bogor, Februari 2012 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Botani Selada (Lactuca sativa L.) ... 4

Budidaya secara Hidroponik ... 6

Aeroponik ... 7

Larutan Nutrisi ... 8

Panen dan Pasca Panen ... 9

METODE MAGANG ... 11

Tempat dan Waktu Magang ... 11

Metode Pelaksanaan ... 11

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 12

Analisis Data dan Informasi ... 14

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ... 16

Sejarah, Letak Wilayah Administratif dan Letak Geografis ... 16

Tata Areal dan Fasilitas Produksi ... 17

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan... 21

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 24

Aspek Teknis ... 24

Aspek Manajerial ... 38

PEMBAHASAN ... 41

Proses Produksi ... 41

Panen dan Pasca Panen ... 56

Analisis Usaha Tani ... 62

KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

Kesimpulan ... 65

Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 69


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Larutan Stok A, B dan Larutan Asam……….. 9

2. Komposisi Nutrisi AB Mix Amazing Farm………. 31

3. Standar Kualitas Sayuran di Amazing Farm Kebun Cikahuripan……… 33

4. Daya Berkecambah Benih Selada Keriting, Lollorossa dan Romaine... 42

5. Pertumbuhan Selada Keriting………... 46

6. Pertumbuhan Lollorossa………... 50

7. Pertumbuhan Romaine………. 53

8. Bobot Panen Selada Keriting, Lollorossa dan Romaine……….. 56

9. Presentase Tanaman yang Tidak Dipanen……… 58

10. Kehilangan Hasil saat Perlakuan Pasca Panen………. 60


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Beberapa Varietas Botanis Selada ... 6

2. Sistem Budidaya Deep Flow Technique (DFT) ... 7

3. Sistem Budidaya Aeroponik ... 7

4. Tipe Greenhosue Piggy-back System ... 17

5. Tipe Greenhouse Bulbo ... 18

6. Layout Bak Tanam ... 19

7. Struktur Organisasi PT. Momenta Agrikultura (Amazing Farm) 2011 ... 21

8. Proses Persemaian ... 24

9. Bibit Selada Keriting ... 27

10. Kegiatan di Dalam Greenhouse Produksi. ... 30

11. Panen Sayuran di Amazing Farm... 33

12. Kemasan Produk Aeroponic Vegetables……… 36

13. Ilustrasi Semprotan Nozzle ... 44

14. Masalah pada Budidaya Aeroponik ... 45

15. Pertambahan Tinggi Tanaman Selada Keriting ... 48

16. Pertambahan Jumlah Daun Selada Keriting ... 48

17. Pertambahan Lebar Daun Selada Keriting ... 48

18. Pertambahan Panjang Akar Selada Keriting... 49

19. Pertambahan Tinggi Tanaman Lollorossa ... 52

20. Pertambahan Jumlah Daun Lollorossa ... 52

21. Pertambahan Lebar Daun Lollorossa ... 52

22. Pertambahan Panjang Akar Lollorossa ... 53

23. Pertambahan Tinggi Tanaman Romaine ... 55

24. Pertambahan Jumlah Daun Romaine... 55

25. Pertambahan Lebar Daun Romaine ... 55

26. Pertambahan Panjang Akar Romaine ... 56

27. Produktivitas Selada Keriting, Lollorossa dan Romaine Periode Maret-Mei 2011 (Data Sekunder) ... 57


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Magang ... 70

2. Layout Amazing Farm Kebun Cikahuripan. ... 72

3. Luas Produksi Amazing Farm Kebun Cikahuripan. ... 73

4. Sebaran Komoditas di Amazing Farm (Juni 2011) ... 74

5. Data Iklim selama Kegiatan Magang (Maret-Juni 2011) ... 75

6. Cashflow Budidaya Selada Aeroponik ... 77

7. Nilai Sisa Budidaya Selada Aeroponik. ... 79

8. Cashflow Budidaya Selada Hidroponik DFT ... 80

9. Nilai Sisa Budidaya Selada Hidroponik DFT ... 82


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangan merupakan sumber energi bagi manusia, dan makanan tersebut secara langsung atau tidak langsung berasal dari tanaman yang sebagian besar termasuk dalam kelompok sayuran (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Sayuran mutlak diperlukan dalam konsumsi masyarakat sehari-hari karena kandungan gizinya, terutama vitamin dan mineral yang dapat mendukung kecukupan gizi masyarakat, sehingga menyebabkan permintaan komoditas sayuran terjadi setiap hari. Hal inilah yang menjadikan komoditas sayuran memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan.

Peluang budidaya sayuran juga dapat dilihat dari perkembangan nilai ekspor komoditas sayuran di Indonesia yang terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu senilai US$ 47 000 000 pada tahun 2007, menjadi US$ 52 300 000 pada tahun 2008 dan mencapai nilai US$ 74 200 000 pada tahun 2009 (Kementrian Perdagangan RI, 2011). Peluang-peluang ini memacu berbagai pihak untuk menggunakan teknik budidaya yang paling sesuai untuk mencapai produksi yang optimal, selain untuk mencapai kualitas, kuantitas dan kontinuitas produksi. Salah satu cara yang sesuai untuk budidaya sayuran adalah teknik budidaya sayuran secara hidroponik.

Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu sistem bercocok tanam dengan media tanpa tanah (Lingga, 1999). Media tersebut bermacam-macam, mulai dari air, pasir, kerikil, rockwool dan media-media yang lain yang dapat menyimpan nutrisi di dalamnya. Prinsip dasar dari budidaya hidroponik adalah menyediakan suplai nutrisi ke tanaman tanpa menggunakan media tanah. Beberapa sistem hidroponik yang biasa digunakan untuk produksi sayuran di Indonesia antara lain: aeroponik, DFT (Deep Flow Technique), NFT (Nutrient Film Technique) dan THST (Teknologi Hidroponik Sistem Terapung).

Kelebihan budidaya hidroponik antara lain: produksi tanaman lebih tinggi dibandingkan menggunakan media tanah biasa, tanaman lebih terjamin bebas dari hama dan penyakit, kerja kebun lebih efisien dan tidak ada risiko akibat kondisi alam yang kurang mendukung, misalnya saja banjir atau kekeringan (Lingga,


(14)

2

1999). Produk yang dihasilkan pun juga memiliki beberapa kelebihan dibandingkan produk sayuran daun hasil budidaya secara konvensional, yaitu harga jual yang lebih tinggi dan menghasilkan produk yang bersih, sehat, renyah dan lebih enak (Agung, 2008). Praktik budidaya seperti ini dapat digunakan untuk beberapa jenis tanaman, antara lain stroberi, mentimun jepang, paprika, sishito

(cabai Jepang), tomat, dan sayuran daun (Untung, 2004). Jenis sayuran daun yang dapat dibudidayakan dengan sistem hidroponik antara lain selada keriting,

lollorossa, romaine, caisim, kangkung, bayam, bayam merah, kailan dan sayuran daun yang lain.

Salah satu perusahaan yang mengusahakan budidaya sayuran secara hidroponik adalah Amazing Farm. Amazing Farm didirikan pada tahun 1998 di bawah manajemen PT. Momenta Agrikultura. Amazing Farm memproduksi beberapa macam sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik DFT. Pemilihan Amazing Farm sebagai lokasi magang karena perusahaan ini telah memproduksi sayuran secara hidroponik DFT cukup lama dan merupakan pelopor budidaya sayuran secara aeroponik di Indonesia (Agung, 2008), sehingga perusahaan ini telah berpengalaman dalam praktik budidaya hidroponik DFT dan aeroponik. Alasan lain yang melatarbelakangi pemilihan perusahaan ini sebagai tempat magang karena Amazing Farm menghasilkan sayuran dengan kualitas baik, skala usaha yang besar dan telah memiliki pasar yang luas hingga Brunei Darussalam.

Sistem budidaya aeroponik dan hidroponik DFT menarik untuk dipelajari lebih lanjut, karena sistem budidaya ini masih belum banyak dikembangkan di Indonesia dan memiliki banyak kelebihan dibandingkan budidaya konvensional yang telah disebutkan sebelumnnya. Hal-hal yang perlu dipelajari oleh penulis adalah mengenai perbedaan dari kedua jenis sistem budidaya tersebut baik dari segi fasilitas yang digunakan, produk yang dihasikan, aspek teknis yang dijalankan, aspek pasca panen produk dan juga analisisi usaha taninya. Hal lain yang menarik perhatian penulis adalah mengenai cara Amazing Farm menerapkan sistem manajemennya untuk melakukan kegiatan produksi sayuran secara aeroponik dan hidroponik DFT.


(15)

Tujuan

Kegiatan magang yang dilaksanakan di Amazing Farm bertujuan untuk: 1. Mendapatkan pengalaman kerja dan pengetahuan praktis tentang aspek

produksi (kuantitas, kualitas dan kontinuitas) budidaya sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik DFT di Amazing Farm

2. Mengetahui perbedaan antara teknik budidaya aeroponik dan hidroponik DFT, mulai dari kegiatan persiapan, produksi, pasca panen produk hingga analisis usaha tani dari kedua jenis teknik budidaya tersebut.

3. Mendapatkan pengalaman pasca panen dan manjemen di Amazing Farm. 4. Membantu memecahkan masalah ataupun mencari solusi atas


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Selada (Lactuca sativa L.)

Selada merupakan sayuran yang termasuk ke dalam famili Compositae dengan nama latin Lactuca sativa L. Asal tanaman ini diperkirakan dari dataran Mediterania Timur, hal ini terbukti dari lukisan di kuburan di Mesir yang menggambarkan bahwa penduduk Mesir telah menanam selada sejak tahun 4500 SM (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Berikut ini adalah klasifikasi selada: Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotylodonae Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae (Compositae) Genus : Lactuca

Spesies : Lactuca sativa

Selada cocok dibudidayakan pada daerah dengan suhu optimum berkisar antara 20oC pada saing hari dan 10oC pada malam hari (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Benih selada akan berkecambah dalam kurun waktu empat hari, bahkan untuk benih yang viabel dapat berkecambah dalam waktu satu hari, pada suhu 15oC-25oC (Grubben dan Sukprakarn, 1994).

Selada merupakan tanaman setahun polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman ini cepat mengghasilkan akar tunggang dalam yang diikuti dengan penebalan dan perkembangan ekstensif akar lateral yang kebanyakan horizontal. Daun selada sering berjumlah banyak dan biasanya berposisi duduk (sessile), tersusun berbentuk spiral dalam susunan padat. Bentuk daun yang berbeda-beda sangat beragam warna, raut, tekstur dan sembir daunnya. Daun tak berambut, mulus, berkeriput (savoy) atau kisut berlipat. Sembir daunnya membundar rata atau terbagi secara halus, warnanya beragam, mulai dari hijau muda hingga hijau tua, kultivar tertentu berwarna merah atau ungu. Daun bagian dalam pada kultivar yang tidak membentuk kepala cenderung


(17)

berwarna lebih cerah, sedangkan pada kultivar yang membentuk kepala berwarna pucat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Menurut Nonnecke (1989), pada ada dasarnya terdapat kurang lebih enam perbedaan morfologi dari tipe-tipe selada, yaitu: crisp-head, butterhead, cos, selada daun/selada potong, selada batang dan selada latin. Hal senada juga dinyatakan oleh Rubatzky dan Yamaguchi (1999) tentang tipe-tipe selada yang meliputi beberapa kelompok varietas botanis yang terdiri atas:

1. L. sativa var. Capitata yang merupakan kelompok varietas dari selada kepala renyah (crisphead) dan kepala mentega (butterhead). Menurut Haryanto et al. (2003) selada jenis ini mempunyai krop bulat dengan daun silang merapat. Pada jenis tertentu beberapa helaian daun pada bagian bawah tetap berlepasan. Daunnya ada yang berwarna hijau terang, tetapi ada juga yang berwarna agak gelap. Batangnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat. Selada jenis ini rasanya lunak dan renyah.

2. L. sativa var. Longifolia yaitu selada cos (romaine).

Selada jenis ini mempunyai krop yang lonjong dengan pertumbuhan yang meninggi cenderung mirip petsai (Gambar 1C). Daunnya lebih tegak bila dibandingkan daun selada yang umumnya menjuntai ke bawah. Ukurannya besar dan warnanya hijau tua serta agak gelap. Meskipun sedikit liat, selada jenis ini rasanya enak. Jenis selada ini tergolong lambat pertumbuhnannya. 3. L. sativa var. Crispa yaitu selada daun longar (selada keriting dan

lollorossa).

Selada jenis ini helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak atau bergerigi serta berwarna hijau atau merah. Ciri lainnya adalah tipe selada ini tidak membentuk krop (Gambar 1A dan 1B).

4. L. sativa var. Asparagina yaitu selada batang.

Selada jenis ini memiliki ciri-ciri daun berukuran besar, panjang dan bertangkai lebar, serta berwarna hijau terang. Daunnya berlepasan dan tidak membentuk krop.


(18)

6

Gambar 1. Beberapa Varietas Botanis Selada:

(A). Selada Keriting yang termasuk dalam kelompok varietas Crispa, (B). Lollorossa yang termasuk ke dalam kelompok varietas Crispa, (C). Romaine yang termasuk ke dalam kelompok varietas Longofolia.

Budidaya secara Hidroponik

Menurut Lingga (1999) prinsip-prinsip dasar terpenting dari hidroponik sebenarnya sudah dikenal sejak tiga abad yang lampau. Pada tahun 1936 di Inggris, hidroponik telah diuji coba di laboratorium, sampai pada tahun 1969 dimana Dr. W. F. Gericke yang bekerja pada laboratorium Universitas California berhasil menumbuhkan tomat setinggi 3 meter dan menghasilkan buah yang baik dengan menanamnya di dalam bak-bak berisi air bermineral. Berawal dari sini, muncul istilah hydroponics, yaitu istilah baru yang merujuk kepada suatu sistem bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Menurut Karsono (2008), terdapat enam tipe dasar sistem hidroponik, yaitu: sistem wick

(sumbu), water culture (kultur air), ebb and flow / flood and drain (pasang surut), drip (tetes) yang terdiri atas sistem recovery dan non-recovery, DFT (deep flow technique) dan aeroponik.

Hidroponik DFT (Deep Flow Technique)

DFT adalah suatu sistem dalam teknik budidaya hidroponik yang menggunakan wadah (bak tanam) dengan posisi yang mendatar dan air sebagai media utama (Gambar 2). Sistem ini mirip dengan NFT (Nutrirent Film Technique), namun berbeda dengan NFT yang menggunakan lapisan tipis air sebagai penyuplai nutrisi pada tanaman, pada sistem DFT larutan nutrisinya


(19)

menggenang sehingga apabila listrik mati dan pompa tidak menyala, maka tanaman pada sisitem DFT tidak mengalami gangguan asupan nutrisi karena akar tanaman masih berada dalam larutan nutrisi.

Gambar 2. Sistem Budidaya Deep Flow Technique (DFT)

Aeroponik

Aeroponik merupakan salah satu dari metode bercocok tanam secara hidroponik. Aeroponik tidak sama dengan metode seperti NFT (Nutrient Film Technique) atau DFT (Deep Flow Technique). Sistem aeroponik diteliti pertama kali dan dikembangkan oleh Dr. Franco Massatini dari Universitas Pia, Italia.

Gambar 3. Sistem Budidaya Aeroponik

Pada dasarnya, kata aeroponik diambil dari kata aero dan phonos. Aero

berarti udara dan phonos berarti cara budidaya, aeroponik berarti bercocok tanam di udara. Aeroponik merupakan metode untuk membudidayakan tanaman tanpa media tanah tetapi dengan memberi tanaman nutrisi melalui pengabutan yang mengandung nutrisi/pupuk, dimana akar digantung di udara (Agung, 2009) seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 3. Menurut Karsono (2008), pengabutan ini


(20)

8

biasanya dilakukan setiap beberapa menit. Pengaturan pengabutan harus dilakukan secara teliti, sebab akar tanaman yang dibudidayakan secara aeroponik terekspos di udara, sehingga akar bisa cepat mengering jika pengaturan pengabutan terganggu.

Larutan Nutrisi

Larutan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam budidaya secara hidroponik, karena tanaman yang dibudidayakan dengan sistem tersebut hanya mendapat asupan nutrisi dari larutan nutrisi yang disediakan. Menurut Resh (2004), formulasi larutan nutrisi berbeda-beda dan sangat bergantung dari beberapa variabel berikut ini: spesies dan varietas tanaman, tahap pertumbuhan tanaman, bagian tanaman yang ingin dipanen atau dikonsumsi, musim (panjang hari), dan cuaca (suhu, intensitas cahaya, dan lama penyinaran).

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan larutan nutrisi untuk budidaya hidroponik harus memiliki sifat larut sempurna di dalam air. Terdapat 12 jenis bahan kimia yang mengandung unsur-unsur yang berguna bagi tanaman. Unsur-unsur tersebut dibagi ke dalam dua kelompok unsur, yaitu unusr makro dan unsur mikro. Unsur makro terdiri atas Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg), sadangkan unsur mikro terdidri dari Boron (B), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn) dan Molibdenum (Mo) (Untung, 2004).

Larutan nutrisi dibuat dari larutan stok. Larutan stok adalah konsentrat dari larutan nutrisi. Larutan stok biasanya terdiri atas larutan stok A, larutan stok B dan larutan asam (Tabel 1). Masing-masing jenis larutan stok harus dipersiapkan dan disimpan pada tangki tersendiri (tidak dicampur). Pemisahan tersebut harus dilakukan untuk menghindari terjadinya pengendapan antara sulfat dan nitrat apabila dicampur bersama dalam konsentrasi tinggi dari beberapa komposisi kimiawi masing-masing larutan stok. Misalnya saja larutan stok akan mengendap apabila sulfat dari senyawa magnesium sulfat dicampur dengan kalsium dari senyawa kalsium nitrat (Resh, 2004).


(21)

Tabel 1. Larutan Stok A, B dan Larutan Asam

Stok A Stok B Asam

Komposisi Solubilitas

(g/100 ml air) Komposisi

Solubilitas

(g/100 ml air) Komposisi KNO3 13.3 KNO3 13.3 HNO3 42% Ca(NO3) 121.2 K2SO4 12.0 H2SO4 66% NH4NO3 118.3 KH2PO4 33.0 H3PO4 75% HNO3 tidak terbatas H3PO4 548 HCl - Chelate

Besi

sangat mudah larut

Mg SO4.7H2O

71.0 Sumber: Resh (2004)

Menurut Untung (2004), cocok atau tidaknya larutan nutrisi untuk tanaman dapat diketahui melalui pengukuran aliran listrik dalam air. Aliran listrik dalam air di dalam bak tanam tersalurkan sesuai dengan kandungan ion-ion dari beragam bahan kimia terlarut. Ukuran aliran listrik disebut electric conductivity

(EC), satuan yang digunakan adalah millimhos (mmho), tetapi dalam praktik budidaya, satuan EC biasa menggunakan satuan millisiemens/centimeter (mS/cm). Nilai EC sangat penting di dalam budidaya hidroponik. Berdasarkan angka EC inilah produktivitas tanaman bisa dipacu. Larutan nutrisi yang digunakan untuk tanaman muda berkisar antara 1-1.5 mS/cm, sedangkan larutan nutrisi untuk tanaman dewasa memiliki nilai EC berkisar antara 2-4 mS/cm. Nilai EC berbeda-beda untuk setiap tanaman, bergantung pada varietas tanaman, umur tanaman dan iklim setempat (Untung, 2004).

Panen dan Pasca Panen

Menurut Simpson dan Straus (2010) panen adalah mengumpulkan bagian tanaman yang ditujukan untuk kepentingan komersial. Masing-masing tanaman memiliki kriteria tersendiri dalam hal panen. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan panen adalah keadaan tanaman yang berupa tingkat kematangan dan juga waktu panen.

Tanaman selada merupakan sayuran yang dikonsumsi karena kelembutan, kerenyahan dann karakteristiknya yang berair (Denisen, 1979), oleh sebab itu pemanenan selada harus dilakukan pada waktu yang tepat, tidak terlalu awal


(22)

10

karena akan menghasilkan hasil yang rendah, dan apabila dipanen terlambat dapat mengakibatkan kualitas hasil panen menurun. Namun demikian, penentuan waktu panen untuk tanaman selada sangat bergantung pada kultivarnya. Masing-maasing varietas memiliki waktu panen dan tingkat kemasakan yang berbeda, sehingga pemanenan selada kadang-kadang sangat subyektif (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Grubben dan Sukprakarn (1994) menyatakan bahwa pada penanaman selada secara konvensional, selada biasanya dipanen pada umur 30-50 hari setelah semai dan menghasilkan hasil 3-8 ton/ha, sedangkan menurut Resh (2004), potensi hasil untuk selada yang dibudidayakan dengan media tanpa tanah (soiless) sebesar 9 000 lb (4 082 kg) per acre, atau sekitar 10 ton/ha. Bautista dan Cadiz (1986) menyatakan bahwa kriteria panen untuk selada adalah ukuran sudah cukup besar namun sebelum berbunga, kecuali jika memang diinginkan untuk berbunga. Menurut Pantastico et al. (1986) pemanenan selada dimulai segera setelah tanaman mencapai ukuran dan ketegaran yang diinginkan. Pemanenan harus sudah dilakukan sebelum daun menjadi kaku dan terasa pahit.

Penanganan pasca panen adalah tahap dari produksi tanaman yang dilakukan sesaat setelah panen. Kegiatan pasca panen meliiputi kegiatan pendinginan, pembersihan, sortasi dan grading (Simpson dan Straus, 2010). Sebuah survey yang dilakukan oleh Bautista dan Cadiz pada tahun 1986 menunjukkan bahwa terjadi kehilangan hasil 22% sampai 70% sayuran akibat penanganan yang tidak baik, ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal, seperti: busuk, lewat matang, kerusakan mekanik, susut bobot, pemotongan, bertunas dan pencoklatan. Preece dan Read (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan kualitas selada dapat dilihat dari turgiditas, warna, kemasakan (firmness), perlakuan perompesan (jumlah daun terluar), bebas dari tip burn dan kerusakan fisiologis, bebas dari kerusakan mekanis, cacat dan juga busuk. Bautista dan Cadiz (1986) menyatakan bahwa dalam praktik pasca panen, tidak ditemukan adanya perlakuan yang dapat meningkatkan kualitas pasca panen suatu produk, yang dapat dilakukan adalah hanya menjaga kualitas produk tersebut.


(23)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu Magang

Kegiatan magang dilaksanakan di Amazing Farm, Kebun Cikahuripan, Kampung Pojok, Desa Cikahuripan RT 5 RW 1, Kecamatan Lembang, Bandung - Jawa Barat, mulai bulan Maret 2011 sampai bulan Juli 2011.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan yang dilakukan meliputi kegiatan lapang yang terdiri atas seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Amazing Farm yang berhubungan dengan aspek budidaya tiga jenis selada yaitu: selada keriting, lollorossa, dan

romaine, yaitu mulai dari persiapan media, penyemaian, penanaman, perawatan, panen, pasca panen dan pemasaran. Kegiatan lain yang dilaksanakan selama magang adalah melakukan pengamatan yang terdiri atas: pengamatan daya berkecambah benih, pengamatan pertumbuhan tanaman, pegamatan pasca panen dan juga mengumpulkan data dan informasi dari arsip perusahaan, studi pustaka, dan wawancara dengan karyawan dan juga mengamati saluran pemasaran sayuran. Hal lain yang dilaksanakan adalah melakukan analisis informasi yang diperoleh. Bentuk kegiatan yang dilakukan pada saat magang adalah sebagai berikut:

1. Orientasi Lapangan

Kegiatan orientasi lapang dilakukan untuk mengetahui keadaan umum perusahaan seperti profil perusahaan, tata areal dan sistem kerja yang diterapkan dan juga sebagai ajang perkenalan dengan para staf dan juga untuk mengetahui permasalahan yang ada di perusahaan. Kegiatan ini juga dilakukan untuk mengetahui tentang semua aktivitas yang dilakukan selama magang.

2. Bekerja sebagai Karyawan Harian

Kegiatan yang dilakukan penulis sebagai karyawan harian adalah melaksanakan praktik budidaya sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik


(24)

12

DFT, mulai dari persiapan media, persemaian, perawatan di nursery, kegiatan tanam, perawatan hingga proses panen, pasca panen dan distribusi produk.

3. Pendamping Supervisor

Pendamping supervisor memiliki tugas membantu supervisor dalam hal pengawasan produksi, pengawasan panen, membantu taksasi, dan membantu memperhitungkan jumlah sayuran yang dipanen.

4. Pendamping Manajer Kebun

Kegiatan yang dilakukan sebagai pendampig manajer kebun antara lain membantu setiap kegiatan di lapangan, membuat jurnal kegiatan harian di lapangan, serta mempelajari manajerial tingkat lapang.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dan informasi yang dilakukan berupa pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapang berupa data yang berkaitan dengan aspek budidaya, yang terdiri atas: data pertumbuhan tanaman, pembibitan, pemeliharaan dan produksi tanaman, panen dan pasca panen hingga pemasaran hasil dan juga kegiatan wawancara dan diskusi dengan manajer dan karyawan. Data sekunder didapat dari arsip dan juga studi literatur perusahaan berupa produktivitas, kondisi perusahaan, bangunan tanam, tenaga kerja dan data-data lain yang mendukung.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data baik primer maupun data sekunder antara lain:

1. Mengikuti secara langsung kegiatan persiapan, produksi, dan pasca panen hingga pemasaran sayuran daun,

2. Wawancara dengan staf dan pekerja Amazing Farm selama magang berlangsung,

3. Mengumpulkan data mengenai produksi, baik data dari pengamatan yang dilakukan maupun data dari perusahaan,


(25)

4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan budidaya sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik DFT.

Beberapa pengamatan yang dilakukan berkenaan dengan aspek produksi dan pasca panen sayuran daun adalah sebagai berikut:

1. Produksi

Pengamatan pada bagian produksi terdiri atas semua kegiatan produksi, mulai dari persiapan bahan tanam, persemaian, penanaman dan perawatan. Komoditas yang menjadi objek pengamatan terdiri atas tiga jenis selada yaitu selada keriting, lollorossa, dan juga romaine secara aeroponik maupun hidroponik DFT. Parameter yang diamati untuk pengamatan persemaian adalah daya berkecambah, sedangkan parameter untuk pengamatan pertumbuhan tanaman adalah tinggi tanaman, lebar daun tanaman, jumlah daun tanaman, panjang akar tanaman dan bobot per tanaman saat panen.

a. Tinggi tanaman diukur dengan cara mengukur tinggi tanaman dari permukaan atas styrofoam hingga daun tertinggi.

b. Lebar daun tanaman diukur dengan cara mengukur lebar daun yang memiliki ukuran paling lebar, dan bukan merupakan daun tua (daun terluar).

c. Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung jumlah daun yang telah membuka (tidak termasuk daun yang masih menguncup dan plumula saat masih bibit).

d. Panjang akar diukur dengan cara mengukur panjang akar dari permukaan bawah styrofoam hingga ujung akar.

2. Panen

Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan kegiatan panen yang dilakukan oleh perusahaan, pengumpulan data tentang persentase tanaman yang tidak dipanen, dan juga produktivitas. Presentase tanaman yang tidak dipanen dihitung dengan cara mengambil sampel secara acak sebanyak lima kali panen. Tanaman yang tidak dipanen dikumpulkan kemudian ditimbang dan dibandingkan dengan bobot tanaman yang dipanen lalu disajikan dalam bentuk persentase.


(26)

14

3. Pasca Panen

Pengamatan pasca panen meliputi pengamatan presentase rompesan daun, presentase tanaman yang tidak masuk standar kualitas (sortasi), pengamatan pengemasan, dan juga kehilangan hasil.

a. Pengamatan sayuran yang tidak masuk standar kualitas (persentase sortasi) dilakukan dengan cara menimbang bobot sayuran hasil sortasi yang dilakukan oleh karyawan packing, kemudian membandingkannya dengan bobot kotor sayuran. Hasil pengamatan ini disajikan dalam bentuk presentase.

b. Pengamatan rompesan daun (persentase rompesan) diambil dari lima sampel pada masing-masing komoditas pada setiap sistem budidaya. Hasil penimbangan bobot rompesan kemudian dibandingkan dengan bobot kotor panen dan disajikan dalam bentuk presentase. Hasil penimbangan rompesan tersebut kemudian diambil sampel lagi sebanyak 10% dari total bobot rompesan, kemudian memilahnya menjadi tiga kategori rompesan, yaitu rompesan akibat penyakit, rompesan akibat hama, dan rompesan akibat daun tua /kerusakan mekanik. Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk prsentase.

c. Presentase kehilangan hasil dilakukan dengan cara menjumlahkan persentase sayuran yang tidak masuk standar kualitas dan presentase rompesan daun. Rumusnya adalah sebagai berikut:

% Kehilangan Hasil= % Sortasi + % Rompesan 4. Pemasaran

Pengamatan pemasaran yaitu mengamati saluran pemasaran sayuran daun yang diproduksi ke outlet penjualan di sekitar Bandung.

5. Analisis Usaha Tani

Melakukan analisis usaha tani terhadap produksi selada secara aeroponik dan hidroponik DFT.

Analisis Data dan Informasi

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari kegiatan magang berupa data primer dan sekunder, diolah dengan menggunakan analisis kuantitatif dan analisis


(27)

deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan pada data primer dan sekunder yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan persentase dan juga uji-t student, sedangkan data yang bersifat kualitatif dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.


(28)

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah, Letak Wilayah Administratif dan Letak Geografis

PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis khususnya di bidang sayuran aeroponik dan hidroponik DFT berdiri pada tahun 1998 dengan Dani Rusli sebagai pemilik. Bentuk perusahaan ini adalah Perseroan Terbatas (PT). Pada awalnya perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang finansial dan pembiayaan, namun dengan adanya krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 perusahaan finansial ini mulai melakukan kegiatan budidaya sayuran secara aeroponik dan hidroponik DFT agar tetap berjalan.

PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) tidak langsung melakukan budidaya sayuran melainkan melakukan riset terlebih dahulu. Riset ini bertujuan untuk menemukan jenis sayuran yang cocok dan formulasi nutrisi yang tepat agar pertumbuhan sayuran baik dan berkualitas, kemudian pada tahun 2000, perusahaan memfokuskan diri untuk membudidayakan sayuran dengan sistem aeroponik dan hidroponik DFT.

PT Momenta Agrikultura memiliki kebun di beberapa lokasi antara lain kebun di Cikahuripan, Lembang, Jawa Barat yang memproduksi berbagai macam sayuran daun secara aeroponik dan hidroponik DFT yang diantaranya adalah selada keriting, lollorossa, dan romaine. Kebun di Sentul, Bogor, Jawa Barat yang dikhususkan untuk budidaya kangkung, caisim, bayam hijau, bayam merah dan pakcoy secara aeroponik. Kebun Cisaroni, Lembang yang dikhususkan untuk budidaya paprika, tomat dan tanaman hias jenis mawar potong, gerbera dan ruskus. Kebun Kayuambon, Lembang yang dikhususkan untuk budidaya timun mini, paprika dan sayuran organik.

PT Momenta Agrikultura merupakan pelopor perkebunan sayuran komersial di Indonesia yang menggunakan sistem budidaya tanaman dengan teknologi aeroponik dan hidroponik DFT. Kebun yang terletak di dataran tinggi di daerah Cikahuripan, Lembang, Jawa Barat memiliki curah hujan 3 000 mm per tahun dan memilki suhu udara rata-rata antara 19-23° C dan ketinggiannya


(29)

1 312 hingga 2 084 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang sangat ideal yaitu untuk membudidayakan sayuran jenis sayuran daunseperti selada.

Tata Areal dan Fasilitas Produksi

Amazing Farm kebun Cikahuripan memiliki lahan seluas 2.5 ha dengan luas produktif 1.8 ha. Sebagian besar lahan digunakan untuk greenhouse

budidaya, sisanya digunakan fasilitas pendukung lainnya. Layout dan tata guna lahan dapat dilihat pada Lampiran 2. Luas produksi Amazing Farm kebun Cikahuripan dapat dilihat pada Lampiran 3.

1. Greenhouse

Kegiatan produksi sayuran daun di Amazing Farm dilakukan di dalam

greenhouse. Bentuk greenhouse di Amazing farm dibangun dengan struktur

Gutter-Connected greenhouse yaitu greenhouse yang dibangun secara

bersambung dengan dinding yang disatukan. Penggunaan Gutter-Connected greenhouse sangat efisien dalam penggunaan lahan dan bangunan yang berada di tengah susunan terlindung oleh greenhouse lainnya. Atap greenhouse terbuat dari plastik polyethylene dan dinding greenhouse menggunakan kasa plastik yang mengandung polyethylene dan dibentuk menyerupai jaring. Bentuk greenhouse piggy-back system adalah suatu bentuk greenhouse yang memakai bentuk konvesional yang dimodifikasi dengan menambahkan atap kecil di bagian atasnya untuk ventilasi (Gambar 4). Rangka yang digunakan untuk jenis greenhouse ini terbuat dari kayu.

Gambar 4. Tipe Greenhosue Piggy-back System

ventilasi atap


(30)

18

Bentuk greenhouse lain yang digunakan di Amazing Farm Kebun Cikahuripan adalah tipe Bulbo, yaitu suatu model greenhouse dengan atap melengkung dan saling menyilang, sehingga sirkulasi udara dapat masuk dari persilangan rangka atap. Greenhouse tipe Bulbo disajikan pada Gambar 5. Rangka yang digunakan untuk greenhouse tipe bulbo berupa rangka alumunium dengan atap berupa plastic UV 14% yang terbuat dari polyethylene dan dinding yang terbuat dari kassa.

Gambar 5. Tipe Greenhouse Bulbo

Jenis greenhouse lain yang digunakan Amazing Farm adalah greenhouse

yang terbuat dari rangka bambu dan kayu. Bentuk bangunan greenhouse rangka kayu dan bambu menggunakan bentuk greenhouse tipe piggy-back system. Atap

greenhouse ini terbuat dari plastic UV yang berbahan dasar polyethylene. Bahan yang digunakan untuk dinding adalah kassa dan juga plastik polyethilen pada bagian bawahnya.

Dalam satu greenhouse terdapat bak penanaman sebanyak 52-90 bak tanam untuk budidaya aeroponik, dan 36-92 bak tanam untuk budidaya hidroponik DFT. Jumlah bak tanam yang digunakan berbeda-beda, karena luas masing-masing greenhouse memang tidak sama (Lampiran 3). Bak tanam yang digunakan untuk teknik budidaya secara aeroponik semuanya menggunakan bak

fiberglass dengan ukuran 4 m x 1 m x 0.5 m, sedangkan bak tanam untuk budidaya secara hidroponik DFT menggunakan dua jenis bak tanam. Bak tanam jenis yang pertama merupakan bak tanam yang menggunakan bak fiberglass

dengan ukuran 16 m x 1 m x 0.10 m. Bak fiberglass ini disusun di dalam

greenhouse dengan cara ditopang oleh kerangka bambu yang membentuk struktur ventilasi

atap


(31)

bangku. Bak jenis yang kedua yang digunakan untuk budidaya secara hidroponik DFT adalah jenis bak cor beton yang dibuat di atas tanah yang pada permukaan bagian dalamnya dialasi plastik. Bak model cor beton seperti ini memiliki lebar 1 m dan tinggi 0.15 m dari permukaan tanah, dengan panjang bak yang disesuaikan dengan lebar greenhouse. Penyusunan bak-bak tanam di dalam greenhouse

(bench) memakai susunan crossbenching dan peninsula seperti yang tampak pada Gambar 6.

Gambar 6. Layout Bak Tanam, (A). Peninsula dan (B). Cross-benching

Penyusunan bak tanam secara peninsula banyak digunakan untuk bak tanam hidroponik DFT yang terbuat dari cor beton. Penyusunan layout bak tanam secara peninsula akan lebih mengefisienkan bak cor beton karena bak beton dapat dibuat langsung melintang dari ujung ke ujung. Penyusunan bak tanam secara

cross-benching digunakan untuk bak tanam yang terbuat dari fiberglass, baik untuk budidaya aeroponik ataupun hidroponik DFT, sebab akan lebih memudahkan perawatan dan pergerakan di dalam greenhouse apabila disusun dengan layout cross-benching (Acquaah, 2009).

Bak fiberglass untuk budidaya sayuran secara aeroponik, di dalamnya terdapat selang polyetilene dengan diameter 19 mm dengan panjang yang disesuaikan dengan panjang bak. Setiap 80 cm selang polyethylene, ditancapkan

nozzle hijau dengan curah 0.83 l/menit dengan tekanan 1.52 atm pada lubang

nozzle. Pompa yang digunakan untuk mendorong air ke luar nozzle adalah pompa dengan daya listrik antara 800 – 1 600 watt dengan debit 200-240 l/menit. Penyemprotan berlangsung selama 5 menit dan berhenti selama 3 menit, sehingga dalam satu jam, pompa menyemprotkan nutrisi kurang lebih sebanyak delapan


(32)

20

kali. Pengaturan pengeluaran air diatur di dalam panel listrik yang sudah disesuaikan menggunakan timer untuk penyemprotan, komponen panel yang digunakan terdiri atas:

1. Timer, berfungsi sebagai pengatur waktu

2. WCC (Water Level Control), berfungsi untuk menghentikan penyemprotan apabila nutrisi di dalam tangki kurang dari 500 liter. 3. MCB (Manual Contact Breaker) berfungsi sebagai stop kontak 4. Contactor, pengatur panel dan pompa

Cara menyuplai air pada budidaya sayuran secara hidroponik DFT hanya menggunakan kran air biasa, karena larutan nutrisi pada teknik budidaya hidroponik DFT cukup dialirkan tanpa perlu menyemprotkannya. Kran air yang difungsikan sebagai inlet diletakkan di salah satu bagian ujung bak, sedangkan pada bagian ujung bak yang lain terdapat lubang berupa pipa yang sedikit menyembul kurang lebih 4 cm dari permukaan bak tanam berfungsi sebagai outlet

larutan nutrisi. Potongan pipa ini dibuat sedikit menyembul agar di dalam bak tanam terbentuk genangan air sehingga dapat membasahi akar tanaman. Secara keseluruhan, greenhouse yang terdapat di Amazing Farm berjumlah 19

greenhouse yang dibagi menjadi 6 blok greenhouse, yaitu blok A, B, C, D, E, F dan Nursery (Lampiran 2). Sebaran komoditas yang ditanam di Amazing Farm disajikan pada Lampiran 4.

2. Bangunan Kantor dan Tempat Pencucian Styrofoam

Bangunan ini difungsikan untuk kegiatan perkantoran seperti rapat antara manager kebun dengan supervisor, ataupun rapat manager kebun dengan para karyawan, kegiatan pencatatan, dan kegiatan lainnya. Di dalam kantor terdapat komputer dan juga arsip-arsip kebun. Fasilitas yang lain berupa whiteboard untuk menuliskan rencana kegiatan, pencapaian produksi sementara dan pencapaian produksi per minggu. Tempat pencucian styrofoam terletak tepat di samping bangunan kantor. Terdapat tiga buah bak air yang terbuat dari cor beton yang digunakan untuk mencuci styrofoam.


(33)

3. Packing House, Gudang Plastik dan Gudang Nutrisi

Packing house terletak di bagian depan area kebun. Tujuan penempatan

packing house di bagian depan adalah untuk memudahkan pengangkutan dan penurunan barang. Fasilitas yang terdapat di dalam packing house adalah meja-meja stainless steel yang digunakan untuk kegiatan pasca panen sayuran. Selain itu, terdapat lemari pendingin (chiller) berukuran besar yang digunakan untuk menyimpan sayuran yang belum dapat dikirim pada hari tersebut. Bagian belakang packing house digunakan untuk gudang plastik yang berisi kemasan dan segala kerperluan untuk mengepak sayuran seperti barcode, kardus dan selotip. Pada bagian samping gudang plastik terdapat gudang nutrisi sebagai tempat penyimpanan nutrisi dan juga tempat untuk memformulasikan larutan AB Mix.

4. Mess Karyawan

Mess Karyawan terletak di depan packing house. Mess ini cukup untuk ditempati 4 orang karyawan. Penempatan mess karyawan di depan packing house

bertujuan untuk mempermudah pengawasan apabila sedang melakukan pengangkutan (loading) ataupun penurunan barang pada malam hari.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Struktur organisasi menunjukkan wewenang serta tanggung jawab pada masing-masig bagian dalam organisasi PT. Momenta Agrikultura (Amazing Farm). Struktur organisasi Amazing Farm dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Struktur Organisasi PT. Momenta Agrikultura (Amazing Farm) 2011 Manajer

Kebun

Manajer Keuangan

Supervisor Panen

Manajer Pemasaran

Supervisor Produksi

Salesman Marketing

Direktur Utama


(34)

22

Struktur organisasi tersebut menjelaskan suatu garis koordinassi masing-masing bagian, sehingga terlihat tugas dari masing-masing-masing-masing bagain. Berikut ini merupakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing jabatan:

1. Direktur Utama, memiliki tanggung jawab penuh terhedap pengambilan keputusan tertinggi dalam menentukan kebijakan dan rencana perusahaan. Selain itu, direktur utama juga memiliki fungsi sebagai penasihat perusahaan.

2. Manajer Kebun, memiliki tanggung jawab untuk mengontrol kegiatan produksi sehari-hari di kebun yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Manajer Keuangan, memiliki tanggung jawab untuk mengelola keuangan perusahaan.

4. Manajer Pemasaran, memiliki tanggung jawab untuk mengatur prosedur pengiriman sayuran, jadwal pengiriman sayuran, dan mempromosikan produk perusahaan kepada masyarakat umum.

5. Supervisor Produksi, memiliki tanggung jawab untuk mengendalikan kegiatan produksi secara langsung pada kebun yang menjadi tanggung jawabnya.

6. Supervisor Panen, memiliki tanggung jawab dalam kegiatan panen dan juga melakukan pengawasan pada bagian packing.

7. Marketing, memiliki tanggung jawab untuk memasarkan produk dengan cara tidak langsung, atau dengan menggunakan media seperti telepon, surat elektronik dan juga media komunikasi yang lain.

8. Salesman, memiliki tanggung jawab untuk memasarkan produk dengan pendekatan langsung berupa pertemuan langsung dengan konsumen.

Karyawan yang bekerja di Amazing Farm terdiri atas karyawan tetap, karyawan harian dan karyawan borongan. Karyawan tetap merupakan karyawan yang sudah lama bekerja di Amazing Farm, mereka biasanya menjabat sebagai PIC (Person in Charge), dengan sistem gaji yang diberikan kepada mereka adalah gaji per bulan (gaji tetap). Karyawan harian adalah karyawan yang digaji dengan sistem harian. Karyawan harian biasanya merupakan karyawan yang baru bekerja di Amazing Farm. Karyawan harian dapat ditempatkan pada bagian apa saja


(35)

tergantung pada kebutuhan kebun. misalnya jika kebun sedang membutuhkan karyawan panen, maka karyawan harian ditempatkan pada bagain panen. Sedangkan karyawan borongan adalah karyawan yang bekerja di bagian packing house. Semua karyawan pada bagian packing house adalah wanita dengan rentang umur 25-40 tahun. Mereka adalah para wanita yang bertempat tinggal di sekitar perusahaan. Karyawan ini digaji berdasarkan presetasi kerja, yang biasanya dihitung dalam satuan per kemasan sayur yang dikemas, kemudian dikalikan dengan besaran rupiah per kemasan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

PIC adalah karyawan yang bertugas untuk melakukan semua kegiatan produksi yaitu penanaman dan perawatan di dalam greenhouse yang menjadi tanggung jawabnya. Masing-masing PIC mengelola satu greenhouse, kecuali untuk greenhouse nursery dan greenhouse F. Orang yang bertanggungjawab untuk mengelola greenhouse nursery adalah karyawan pada bagian persemaian, sedangkan greenhouse F dikelola oleh PIC dari greenhouse E.

Jumlah karyawan di Amazing Farm kebun Cikahuripan adalah 26 orang yang terdiri 1 orang manajer kebun, 2 orang supervisor, 1 orang salesman, 5 orang PIC, 3 orang karyawan semai, 2 orang karyawan bagian panen, 3 orang bagian pencucian styrofoam, 6 orang bagian packing dan 3 orang bagian keamanan. Jam kerja di Amazing Farm berbeda-beda, tergantung pada masing-masing bagian. Bagian produksi yang meliputi PIC, pencucian styrofoam, dan bagian semai memiliki jam kerja yang diimulai pada pukul 07.00 WIB, kemudian istirahat pada pukul 11.00 dan dilanjutkan lagi pada pukul 13.00 hingga pukul 16.00 WIB. Karyawan panen memiliki jam kerja yang dimulai pukul 06.30 WIB, kemudian istirahat pada pukul 10.00 WIB, kemudian dilanjutkan lagi pada pukul 14.00 WIB dan berakhir pada pukul 18.00 WIB. Karyawan packing bekerja mulai pukul 09.00 WIB kemudian beristirahat pada pukul 14.00 WIB kemudian dilanjutkan lagi pada pukul 15.00 WIB dan selesai pada pukul 17.00 WIB atau bisa lebih lama tergantung pada jumlah sayuran yang harus dikemas pada hari yang bersangkutan.


(36)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis Persemaian

Kegiatan persemaian merupakan kegiatan paling awal dalam rangkaian kegiatan produksi sayuran aeroponik dan hidroponik DFT di Amazing Farm kebun Cikahuripan. Kegiatan persemaian dimulai dari pemilihan varietas yang dapat menghasilkan produk sayuran berkualitas baik dan sesuai untuk dibudidayakan secara aeroponik dan hidroponik DFT. Pemilihan varietas yang akan ditanam merupakan kewenangan dan tanggung jawab manajer kebun.

Benih selada keriting yang digunakan Amazing Farm adalah benih selada keriting varietas New Grand Rapid yang berasal dari produsen Known You Seeds Distribution (S.E.A) Pte. Ltd dari Taiwan. Benih lollorossa yang digunakan berasal dari produsen Enza Zaden dari Belanda dengan varietas Estafet. Sedangkan benih Romaine yang digunakan adalah varietas Maximus yang berasal dari produsen benih Rijk Zwaan dari Belanda.

Gambar 8. Proses Persemaian (A). Potongan Rockwool di Dalam Tray

Persemaian dan (B) Penyemaian Benih Romaine Varietas Maximus pada Media Rockwool

Benih-benih yang akan disemai direndam dalam air di dalam wadah plastik kecil selama satu malam atau beberapa jam sebelum disemai. Masing-masing wadah berisi satu komoditas. Benih yang telah direndam kemudian diletakkan di atas rockwool dengan menggunakan pinset satu per satu dengan


(37)

sedikit menekan dan memasukkan benih tersebut ke dalam serat rockwool

(Gambar 8A). Perlakuan perendaman benih tidak dilakukan untuk benih romaine

varietas Maximus yang berasal dari perusahaan Enza Zaden, sebab benih tersebut sudah mendapat perlakuan coating dari perusahaan pembuatnya. Perlakuan perendaman dapat merusak lapisan coating, sehingga benih romaine tersebut langsung disemai di atas rockwool.

Benih-benih sayuran disemai dengan menggunakan potongan rockwool

yang disusun dalam tray plastik. Tray plastik tersebut berukuran 24 cm x 35 cm x 5 cm (Gambar 8B). Rockwool awalnya berupa satu lembar besar yang berukuran 120 cm x 60 cm x 5 cm yang kemudian dipotong-potong untuk disesuaikan dengan ukuran tray persemaian. Satu lembar besar rockwool dipotong menjadi potongan-potongan rockwool kecil dengan ukuran 24 cm x 5 cm x 1.5 cm.

Rockwool dipotong dengan serat rockwool memanjang dan menghadap ke atas, agar memudahkan perkembangan akar bibt untuk menembus rockwool sehingga dapat berkembang dengan baik. Jumlah potongan rockwool dalam satu tray persemaian berjumlah 6 slab rockwool. Slab adalah istilah yang biasa digunakan di kebun untuk menyatakan suatu satuan lembaran atau potongan rockwool. Satu lembar rockwool besar bisa dibuat menjadi 200 slab rockwol atau sebanyak 34 tray semai.

Benih disusun di atas rockwool menurut susunan 3 x 12 baris dengan jarak tanam 1.67 cm x 1.67 cm, sehingga di dalam satu potongan rockwool terdapat 36 benih sayuran, baik itu selada keriting, lollorossa maupun romaine. Jumlah keseluruhan benih di dalam satu tray persemaian adalah 216 benih. Jumlah standar benih yang disemai oleh satu orang tenaga penyemai adalah sekitar 40 trayatau 240 slab benih per hari. Angka ini akan bertambah apabila cuaca sedang mendung, yaitu mencapai kurang lebih 50 tray atau 300 slab per hari

Tray yang sudah berisi benih kemudian dicelupkan secara perlahan-lahan ke dalam bak air untuk membasahi rockwool. Kegiatan ini perlu dilakukan dengan penuh kehati-hatian, untuk meminimalisir benih yang sudah disusun di atas potongan rockwool hanyut dalam air. Tray yang sudah dicelupkan kemudian ditiriskan sesaat lalu dimasukkan ke dalam ruang gelap. Tray yang terdapat di ruang gelap disusun di atas rak-rak yang sudah dibagi per komoditas. Tray


(38)

26

tersebut dibiarkan di dalam ruang gelap selama dua hari. Suhu di dalam ruang gelap berkisar antara 17-25°C. Tujuan meletakkan benih yang baru disemai di dalam ruang gelap adalah untuk menginisiasi perkecambahan.

Nursery

Tray persemaian yang telah berada di dalam ruang gelap selama dua hari kemudian dikeluarkan. Benih yang telah disemai sudah mulai berkecambah dan siap dipindahkan ke greenhousenursery. Di dalam greenhousenursery, rockwool

yang berisi kecambah dikeluarkan dari tray, kemudian rockwool tersebut disusun di atas styrofoam yang diapungkan di atas larutan nutrisi. Asupan nutrisi didapatkan bibit dari larutan nutrisi yang dialirkan di dalam bak tanam dengan menggunakan metode DFT. EC larutan nutrisi untuk greenhouse nursery berkisar antara 1.00-1.50 mS/cm.

Karyawan penyemai tidak dapat mengukur jumlah bibit yang dibutuhkan secara pasti dengan menggunakan hitungan, melainkan lebih berdasarkan pengalaman dan juga berdasarkan keadaan cuaca yang berlangsung dalam beberapa hari terakhir. Tenaga penyemai akan memperbanyak jumlah semaiannya jika dilihat keadaan cuaca mendung. Hal ini dilakukan untuk memperbesar peluang jumlah bibit yang tumbuh pada saat cuaca mendung, sebab kondisi cuaca mendung berpotensi menurunkan jumlah bibit akibat serangan cendawan, namun sebaliknya, tenaga penyemai akan menyemai bibit dalam jumlah standar pada saat cuaca panas atau matahari berinar cerah, karena serangan cendawan berkurang saat cuaca cerah.

Bibit siap tanam adalah bibit yang berumur sekitar 14 hari atau bibit dengan ukuran yang sudah siap tanam, yaitu memiliki tinggi kurang lebih antara 5-7 cm dan memiliki 2-3 helai daun. Konsdisi bibit harus dalam keadaan sehat, tidak leggy dan berwarna hijau-kekuningan (Gambar 9). Bibit yang tidak sehat akan dimusnahkan.

Pasokan bibit harus selalu dipenuhi oleh bagian persemaian dan nursery, namun adakalanya terjadi kekurangan pasokan akibat serangan cendawan pada saat cuaca mendung. Keadaan kekurangan pasokan seperti ini biasanya diatasi dengan menanam bibit sulaman yang terdapat di dalam greenhouse produksi.


(39)

Bibit sulaman sebenarnya bibit yang disiapkan untuk menyulam tanaman yang mati atau tidak tumbuh pada 2 HST, namun jika keadaan mendesak, bibit sulaman tersebut digunakan sebagai bibit cadangan agar rantai produksi tidak terputus.

Gambar 9. Bibit Selada Keriting, (A). Bibit yang Diapungkan di atas

Styrofoam dengan Sistem DFT di dalam Greenhouse

Nursery, (B). Bibit yang Baik, dan (C). Bibit yang Diserang Cendawan (bertanda panah)

Permasalahan penyakit yang menyerang nursery seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah serangan cendawan. Cendawan ini menyerang bagian batang dan daun bibit. Bagian batang dan daun bibit yang terserang cendawan akan menjadi busuk dan layu, yang akhirnya menyebabkan kematian bibit. Langkah yang digunakan untuk menanggulangi masalah ini adalah dengan cara menguras bak tanam di greenhouse nursery dan juga menguras tempat penampungan nutrisi. Setelah semuanya bersih, larutan nutrisi di dalam

greenhouse nursery ditambahkan vitamin B dan sejenis suplemen untuk meningkatkan daya tahan bibit, sehingga bibit mampu bertahan dari serangan penyakit. Amazing Farm tidak menggunakan pestisida dalam menanggulangi serangan penyakit, sejak dari awal rantai produksi, sehingga terjamin keamanan pangannya.

Hama yang sering menyerang bibit di nursery adalah siput. Hama ini mampu memakan bibit sampai habis, sehingga sangat merugikan, karena dapat mengurangi jumlah bibit yang tersedia. Cara yang biasa digunakan adalah dengan cara memasang perangkap berupa makanan yang telah diberi moluscasida. Tidak terjadi kontak langsung antar moluscasida dengan bibit.

B


(40)

28

Produksi

Kegiatan produksi di Amazing Farm semuanya dilakukan di dalam

greenhouse produksi. Secara umum, kegiatan produksi antara tanaman yang dibudidayakan dengan aeroponik maupun hidroponik DFT sama, antara lain: pengecekan keadaan air dalam tangki nutrisi, memeriksa nilai EC agar sesuai dengan kebutuhan tanaman, mencuci styrofoam bekas tanaman yang telah dipanen, membersihkan bak tanam, membersihkan sisa-sisa sayuran yang tidak dipanen, menyusun styrofoam yang sudah dicuci, menanam dan khusus untuk budidaya aeroponik, terdapat kegiatan pengecekan nozzle. Pengecekan nozzle

tidak dilakukan pada budidaya hidroponik DFT sebab sistem budidaya ini tidak menggunakan nozzle, melainkan hanya menggunakan kran air biasa.

Berdasarkan Lampiran 4, diketahui bahwa dalam satu greenhouse, komoditas yang ditanam tidak hanya terdiri atas satu jenis komoditas, melainkan dapat ditanami berbagai komoditas sekaligus. Misalnya saja untuk greenhouse

A3, yang berisi 6 komoditas sekaligus, yaitu lollorossa, selada keriting, kailan,

romaine, horenzo dan pakcoy. Greenhouse C adalah satu-satunya greenhouse

yang ditanami hanya satu komoditas, yaitu selada keriting, sebab berdasarkan pengalaman para karyawan, greenhouse C merupakan greenhouse yang paling cocok untuk penanaman selada keriting. Produktivitas selada keriting dalam

greenhouse C mencapai 1.77 kg/m2, sedangkan pada greenhouse yang lain misalnya saja greenhouse B yang berkisar 1.43 kg/m2 Hal ini disebabkan oleh jumlah bak tanam di greenhouse C yang sesuai dengan kekuatan pompa pengalir nutrisi. Jumlah rata-rata bak tanam di greenhouse C adalah 70 bak tanam dengan daya pompa rata-rata sebesar 2 420 - 3 080 watt, sedangkan jumlah bak di

greenhouse B yang mencapai 82 bak tanam dengan kekuatan daya pompa 2 112 - 2 440 watt. Perbandingan daya pompa dan jumlah bak yang sesuai ini menyebabkan produktivitas greenhouse C lebih baik daripada greenhouse yang lain, sebab larutan nutrisi dapat disemprotkan ke akar tanaman secara lebih optimal. Tajuk tanaman selada keriting yang lebih besar diduga membutuhkan unsur hara yang lebih banyak dibandingkan dengan dua komoditas lain, yaitu


(41)

bak menyebabkan suplai nutrisi untuk tanaman dapat mencukupi sehingga produksi menjadi lebih baik.

Pada pagi hari, PIC masing-masing greenhouse mengecek keadaan air pada tangki nutrisi di dalam greenhouse yang menjadi tanggung jawabnya. Berdasarkan ketentuan dari perusahaan, tangki nutrisi harus berisi lebih dari 1 800 liter air, jika kurang dari volume tersebut, maka PIC menambahkan air hingga mencapai minimal volume 1 800 liter. Penambahan air seperti ini dapat menyebabkan penurunan EC, oleh sebab itu PIC perlu menambahkan larutan nutrisi AB Mix untuk meningkatkan EC sesuai dengan nilai EC yang telah ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 2.5-3.0 mS/cm.

Para PIC menggunakan perhitungan sederhana berdasarkan pengalamannya untuk menentukan banyaknya larutan stok AB Mix yang perlu ditambahkan untuk meningktakan nilai EC, yaitu untuk menaikkan nilai EC sebesar 0.1 mS/cm, maka perlu ditambahkan larutan stok sebanyak 1 liter larutan stok A dan 1 liter untuk larutan stok B. Misalnya saja untuk menaikkan nilai EC dari 1.5 mS/cm menjadi 2.5 mS/cm, maka dibutuhkan 10 liter larutan stok A dan 10 liter larutan stok B.

Kegiatan lain yang dilakukan PIC adalah mengangkat styrofoam kotor. PIC mengangkat styrofoam kotor dari bak tanam, kemudian mengumpulkannya di antara bak tanam, agar memudahkan petugas pencuci styrofoam untuk mengambilnya. Styrofoam kotor dikumpulkan oleh PIC dari greenhouse yang bersangkutan kemudian diangkut oleh petugas pencuci styrofoam dengan menggunakan troli ke tempat pencucian. Styrofoam kotor disikat dengan menggunakan sabun hingga bersih dari ganggang. Setelah styrofoam bersih dari ganggang, PIC mengambilnya dari tempat pencucian kemudian menyusunnya kembali di atas bak tanam. Styrofoam ini dapat digunakan berulang-ulang hingga kurun waktu mencapai tiga tahun.

Kegiatan berikutnya adalah kegiatan penanaman (Gambar 10) yang diawali dengan mengambil bibit yang terdapat di greenhouse nursery. PIC mengambil bibit di greenhouse nursery dengan jumlah slab bibit yang disesuaikan dengan pola tanam yang telah dibuat oleh supervisor produksi. PIC biasa menanami satu styrofoam ukuran 1 x 1 m2 dengan 2 slab bibit. Lubang tanam


(1)

Lampiran 6. (Lanjutan)

Uraian Komponen Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

-kontainer 40 pcs 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 -troli 1 unit 500,000 500,000

-timbangan 5 kg 1 unit 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 -timbangan 50 kg 1 unit 1,000,000 1,000,000

-timbangan digital 350,000 350,000 350,000 350,000 Transportasi (1 unit mobil) 80,000,000

Total Biaya Investasi 1,152,760,000 34,010,000 6,350,000 37,470,000 58,040,000 40,320,000 - 36,510,000 6,350,000

B. Biaya Operasional

1. Biaya Tetap

Sewa lahan 4000 m² 27,200,000 27,200,000 27,200,000 27,200,000 27,200,000 27,200,000 27,200,000 27,200,000 27,200,000 27,200,000 Benih 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 Rockwool 46,800,000 46,800,000 46,800,000 46,800,000 46,800,000 46,800,000 46,800,000 46,800,000 46,800,000 46,800,000 Gaji karyawan 5 orang 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 Listrik 6600 VA 11,400,000 11,400,000 11,400,000 11,400,000 11,400,000 11,400,000 11,400,000 11,400,000 11,400,000 11,400,000 Total Biaya Tetap 134,555,000 134,555,000 134,555,000 134,555,000 134,555,000 134,555,000 134,555,000 134,555,000 134,555,000 134,555,000 2. Biaya Variabel

BBM 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 Gaji tenaga packing 2 orang 19,968,000 19,968,000 19,968,000 19,968,000 19,968,000 19,968,000 19,968,000 19,968,000 19,968,000 19,968,000 Plastik 89,856,000 89,856,000 89,856,000 89,856,000 89,856,000 89,856,000 89,856,000 89,856,000 89,856,000 89,856,000 Nutrisi 43,200,000 43,200,000 43,200,000 43,200,000 43,200,000 43,200,000 43,200,000 43,200,000 43,200,000 43,200,000 Total Biaya Variabel 168,624,000 168,624,000 168,624,000 168,624,000 168,624,000 168,624,000 168,624,000 168,624,000 168,624,000 168,624,000

Total Biaya Operasional 303,179,000 303,179,000 303,179,000 303,179,000 303,179,000 303,179,000 303,179,000 303,179,000 303,179,000 303,179,000

TOTAL OUTFOW 1,455,939,000 303,179,000 337,189,000 309,529,000 340,649,000 361,219,000 343,499,000 303,179,000 339,689,000 309,529,000

Net Benefit (725,859,000) 426,901,000 392,891,000 420,551,000 389,431,000 368,861,000 386,581,000 426,901,000 390,391,000 420,551,000

Discount Factor (17%) 0.85 0.73 0.62 0.53 0.46 0.39 0.33 0.28 0 0

Percent Value (620,392,308) 311,856,965 245,309,572 224,427,061 177,623,822 143,796,253 128,807,002 121,573,880 95,022,629 87,819,722

PV Positif 1,535,907,515

PV Negatif (620,392,308)

NPV 915,515,207

net B/C 2.48

IRR 32.64%

PP 4.0


(2)

Lampiran 7. Nilai Sisa Budidaya Selada Aeroponik.

Keterangan

Jumlah

Umur

Ekonomis

Harga Satuan

(Rp/Unit)

Umur

Sisa

Nilai per tahun

(Rp)

Nilai sisa (Rp)

Peralatan kantor

1

5 12,000,000

0

2,400,000 -

Mesin pompa produksi

4

5 9,000,000

0

1,800,000 -

Mesin pompa nursery

1

5 2,000,000

0

400,000 -

Timer & instalasi

5

5 1,000,000

0

200,000 -

Styrofoam

1040

2 32,000

0

16,000 -

Mesin pompa luar

1

5 2,000,000

0

400,000 -

EC Meter

1

4 2,500,000

2

625,000 1,250,000

troli produksi 1 unit

1

5 500,000

0

100,000 -

tray 50 pcs

50

2 9,000

0

4,500 -

pinset 4 pcs

4

2 10,000

0

5,000 -

gergaji 2 pcs

2

2 20,000

0

10,000 -

kontainer 40 pcs

40

3 150,000

2

50,000 100,000

troli panen 1 unit

1

5 500,000

0

100,000 -

timbangan 5 kg 1 unit

1

2 200,000

0

100,000 -

timbangan 50 kg 1 unit

1

5 1,000,000

0

200,000 -

timbangan digital

1

3 350,000

2

116,667 233,333


(3)

Lampiran 8.

Cashflow

Budidaya Selada Hidroponik DFT

Uraian Komponen Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW

Selada Keriting 584,064,000 584,064,000 584,064,000 584,064,000 584,064,000 584,064,000 584,064,000 584,064,000 584,064,000 584,064,000

Nilai sisa 1,583,333

TOTAL INFLOW 584,064,000 584,064,000 584,064,000 584,064,000 584,064,000 584,064,000 584,064,000 584,064,000 584,064,000 585,667,333

OUTFLOW A. Biaya Investasi

Greenhouse 2 000 m² 340,000,000 Greenhouse nursery (10 x 4) 6,800,000 Bangunan & fasilitas pendukung 200,000,000

Peralatan kantor 12,000,000 12,000,000

Bak tanam (64 buah) & instalasi 188,000,000 Bak tanam nursery 2 buah 2,100,000

Mesin pompa produksi 8,000,000 36,000,000 Mesin pompa nursery 2,000,000 2,000,000 Tangki 2 000 liter (5 buah) 5,000,000

Tangki 20 000 liter (1 buah) 4,000,000

Timer & instalasi 5,000,000 5,000,000

Styrofoam 33,280,000 33,280,000 33,280,000 33,280,000 33,280,000

EC Meter 2,500,000 2,500,000 2,500,000

Mesin pompa luar 2,000,000 2,000,000

Instalasi Listrik 2,000,000 Perijinan 15,000,000 Peralatan Produksi

-troli 1 unit 500,000 500,000 Peralatan Semai

-tray 50 pcs 450,000 450,000 450,000 450,000 450,000 -pinset 4 pcs 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 -gergaji 2 pcs 40,000 40,000 40,000 40,000


(4)

Lampiran 8. (Lanjutan)

Uraian Komponen Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

-kontainer 40 pcs 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 -troli 1 unit 500,000 500,000

-timbangan 5 kg 1 unit 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 -timbangan 50 kg 1 unit 1,000,000 1,000,000

-timbangan digital 350,000 350,000 350,000 350,000 Transportasi (1 unit mobil) 80,000,000

Total Biaya Investasi 916,760,000 34,010,000 6,350,000 37,470,000 58,040,000 40,320,000 - 36,510,000 6,350,000

B. Biaya Operasional

1. Biaya Tetap

Sewa lahan 4000 m² 27,200,000 27,200,000 27,200,000 27,200,000 27,200,000 27,200,000 27,200,000 27,200,000 27,200,000 27,200,000 Benih 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 Rockwool 46,800,000 46,800,000 46,800,000 46,800,000 46,800,000 46,800,000 46,800,000 46,800,000 46,800,000 46,800,000 Gaji karyawan 5 orang 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 Listrik 6600 VA 7,020,000 7,020,000 7,020,000 7,020,000 7,020,000 7,020,000 7,020,000 7,020,000 7,020,000 7,020,000 Total Biaya Tetap 130,175,000 130,175,000 130,175,000 130,175,000 130,175,000 130,175,000 130,175,000 130,175,000 130,175,000 130,175,000 2. Biaya Variabel

BBM 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 Gaji tenaga packing 2 orang 19,968,000 19,968,000 19,968,000 19,968,000 19,968,000 19,968,000 19,968,000 19,968,000 19,968,000 19,968,000 Plastik 89,856,000 89,856,000 89,856,000 89,856,000 89,856,000 89,856,000 89,856,000 89,856,000 89,856,000 89,856,000 Nutrisi 43,200,000 43,200,000 43,200,000 43,200,000 43,200,000 43,200,000 43,200,000 43,200,000 43,200,000 43,200,000 Total Biaya Variabel 168,624,000 168,624,000 168,624,000 168,624,000 168,624,000 168,624,000 168,624,000 168,624,000 168,624,000 168,624,000

Total Biaya Operasional 298,799,000 298,799,000 298,799,000 298,799,000 298,799,000 298,799,000 298,799,000 298,799,000 298,799,000 298,799,000

TOTAL OUTFOW 1,215,559,000 298,799,000 332,809,000 305,149,000 336,269,000 356,839,000 339,119,000 298,799,000 335,309,000 305,149,000

Net Benefit (631,495,000) 285,265,000 251,255,000 278,915,000 247,795,000 227,225,000 244,945,000 285,265,000 248,755,000 278,915,000

Discount Factor (17%) 0.85 0.73 0.62 0.53 0.46 0.39 0.33 0.28 0 0

Percent Value (539,739,316) 208,389,948 156,876,224 148,843,003 113,022,063 88,581,074 81,614,542 81,238,444 60,547,897 58,354,139

PV Positif 997,137,942

PV Negatif (539,739,316)


(5)

Lampiran 9. Nilai Sisa Budidaya Selada Hidroponik DFT

Keterangan

Jumlah

Umur

Ekonomis

Harga Satuan

(Rp/Unit)

Umur Sisa

Nilai per tahun

Nilai sisa

Peralatan kantor

1

5 12,000,000

0

2,400,000 -

Mesin pompa produksi

4

5 9,000,000

0

1,800,000 -

Mesin pompa nursery

1

5 2,000,000

0

400,000 -

Timer & instalasi

5

5 1,000,000

0

200,000 -

Styrofoam

1040

2 32,000

0

16,000 -

Mesin pompa luar

1

5 2,000,000

0

400,000 -

EC Meter

1

4 2,500,000

2

625,000 1,250,000

troli produksi 1 unit

1

5 500,000

0

100,000 -

tray 50 pcs

50

2 9,000

0

4,500 -

pinset 4 pcs

4

2 10,000

0

5,000 -

gergaji 2 pcs

2

2 20,000

0

10,000 -

kontainer 40 pcs

40

3 150,000

2

50,000 100,000

troli panen 1 unit

1

5 500,000

0

100,000 -

timbangan 5 kg 1 unit

1

2 200,000

0

100,000 -

timbangan 50 kg 1 unit

1

5 1,000,000

0

200,000 -

timbangan digital

1

3 350,000

2

116,667 233,333

Total Nilai Sisa

1,583,333


(6)

Lampiran 10. Analisis Laba Rugi

Budidaya Selada Aeroponik

Uraian Komponen

Tahun

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Inflow

730,080,000

730,080,000

730,080,000

730,080,000

730,080,000

730,080,000

730,080,000

730,080,000

730,080,000

731,663,333

Outflow

1,455,939,000

303,179,000

337,189,000

309,529,000

340,649,000

361,219,000

343,499,000

303,179,000

339,689,000

309,529,000

Net Benefit

(725,859,000)

426,901,000

392,891,000

420,551,000

389,431,000

368,861,000

386,581,000

426,901,000

390,391,000

422,134,333

Pajak 25%

-

106,725,250

98,222,750

105,137,750

97,357,750

92,215,250

96,645,250

106,725,250

97,597,750

105,533,583

Pendapatan Setelah

Pajak

(725,859,000)

320,175,750

294,668,250

315,413,250

292,073,250

276,645,750

289,935,750

320,175,750

292,793,250

316,600,750

Budidaya Selada Hidroponik DFT

Uraian Komponen

Tahun

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Inflow

584,064,000

584,064,000

584,064,000

584,064,000

584,064,000

584,064,000

584,064,000

584,064,000

584,064,000

585,647,333

Outflow

1,215,559,000

298,799,000

332,809,000

305,149,000

336,269,000

356,839,000

339,119,000

298,799,000

335,309,000

305,149,000

Net Benefit

(631,495,000)

285,265,000

251,255,000

278,915,000

247,795,000

227,225,000

244,945,000

285,265,000

248,755,000

280,498,333

Pajak 25%

-

71,316,250

62,813,750

69,728,750

61,948,750

56,806,250

61,236,250

71,316,250

62,188,750

70,124,583

Pendapatan Setelah

Pajak

(631,495,000)

213,948,750

188,441,250

209,186,250

185,846,250

170,418,750

183,708,750

213,948,750

186,566,250

210,373,750


Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Konsentrasi Pupuk Cair Super Bionik Dan Waktu Aplikasi Pada Verti Kultur

0 59 76

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa, L) Terhadap Pupuk Kandang Ayam dan Konsentrasi Nitrogen

1 37 90

Respon Pertumbuhan dan Produksi Selada Lactuca sativa L.) Terhadap Konsentrasi dan Interval Aplikasi Pupuk Complesal

0 28 64

Respon Pertumbuhan dan Produksi tanaman Selada (Lactuca sativa L) Terhadap Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair).

1 54 109

Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Pada Pemberian Pupuk Organik Cair Dan Kascing

13 109 79

Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L. ) Pada Berbagai Tingkat Dosis Pupuk Npk Dan Pupuk Mikro CuSO¬4.5H2O

2 82 78

Pengaruh Konsentrasi Nitrogen dan Plant Catalyst Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Secara Hidroponik

6 54 37

Budidaya Selada Keriting, Selada Lollo Rossa, Dan Selada Romaine Secara Aeroponik Di Amazing Farm, Lembang, Bandung

14 77 153

PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Secara Hidroponik Pada Media Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Kambing Dan Kotoran Kelinci.

0 3 10

PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) SECARA HIDROPONIK PADA MEDIA PUPUK ORGANIK CAIR DARI Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Secara Hidroponik Pada Media Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Kambing Dan Kotoran Kelinci.

0 4 15