Maskulinitas laki-laki dibentuk bukan secara natural atau biologi. Dia dibentuk oleh keluarga, media, olahraga, dan isu kompleks.
Laki-laki terpengaruh pada bermacam-macam sumber dan memilihnya sesuai dengan fungsinya Reeser, 2011:21..
1. Maskulinitas dalam Iklan
Maskulinitas dalam iklan biasanya ditampilkan seorang laki-laki dalam keadaan bahaya atau kekuatan yang tersembunyi
dibalik seragam sepak bola, tinju.pengendara motor dan lain-lain. Atau kekuatan yang ditampilkan tidak dengan fisik seperti
kesuksesan karir atau bisnis.Dengan balutan Fashion yang membedakan maskulinitas lama dan baru.Menangkap dan
mempertahankan perhatian konsumen menjadi tujuan dari iklan. Maskulinitas dalam iklan bukan bersifat tunggal melainkan bentuk
jamak yang dibentuk untuk kepentingan pengiklan. Iklan rokok yang lebih menggambarkan laki-laki mandiri atau iklan kosmetik
laki-laki yang lebih menggambarkan laki-laki metroseksual, ataupun iklan politik yang lebih menggambarkan laki-laki tegas
dan bertanggung jawab.
2. Maskulinitas Pemimpin
Maskulinitas pemimpin erat kaitannya dengan laki-laki, menurut Abdilah 2002:55 maskulinitas adalah karakteristik
ketubuhan yang gagah, jantan, keras, dan kuat, yang biasanya
dimiliki oleh laki-laki yang bertanggung jawab dalam
mememimpin politik dan urusan lainnya. Terlepas dari berbagai pro-kontra mengenai potensi wanita
dan laki-laki untuk menjadi pemimpin, Larwood and Wood menyetujui bahwa laki-laki dan wanita berbeda ciri sifat yang
menjadi konsekuensi kepemimpinan,seperti kebutuhan untuk berprestasi, ketakutan untuk sukses, ketegasan, penghargaan, dan
kemampuan berkompetisi. Rosenfeld dan Fowler menemukan perbedaan gambaran diri tentang pemimpin yang ideal, wanita
demokratis menekankan sifat suka membantu, penuh kasih sayang, mengasuh, berpikiran terbuka, dan dapat menerima kesalahan.
Pemimpin laki-laki yang demokratis lebih menekankan sifat kematangan diri, semangat, kompeten, moral, analitis, dan menilai
orang Handayani dan Lovianto,2004 :175 Maskulinitas
hagemonik merujuk
pada bagaimana
kelompok laki-laki tertentu menduduki posisi kekuasaan dan kekayaannya,
dan bagaimana
mereka melegitimasi
dan mereproduksi hubungan-hubungan sosial yang menghasilkan
dominasi itu. Kebanyakan laki-laki memperoleh keuntungan dari subordinasi kaum perempuan, dan maskulinitas hagemonik
terutama terkait dengan pelembagaan dominasi laki-laki atas perempuan. Mulyana, 2008:274
Beberapa asumsi memandu kebanyakan teori feminis, hanya saja lebih menyoroti bagaimana laki-laki mewacanakan
kategori-kategori identitas
maskulin. Wacana
konstruksi maskulinitas memunculkan apa yang disebut oleh beberapa sarjana
feminis sebagai tabiat negara. Menurut Brown dalam Mulyana 2008:274-275 maskulinisme negara yang dimaksud adalah suatu
gambaran negara
yang melambangkan,
memberlakukan, memelihara, dan merepresentasikan kekuasaan laki-laki sebagai
sebuah bentuk dominasi. Media tentu saja merupakan salah satu penindas yang mengemukakan bahwa urusan negara merupakan
wilayah laki-laki. Pemimpin Indonesia yang biasanya lebih dikenal sebagai
Presiden dan wakil Presiden harusnya mempunyai sejumlah kelebihan bukan hanya dalam penampilan tetapi juga pendidikan
atau pangkat terakhirnya. Indonesia tidak pernah mengharuskan Presiden atau wakilnya berjenis kelamin laki-laki tetapi sebagian
besar dari mantan pemimpinnya adalah laki-laki yang mempunyai maskulinitas yang tinggi tentunya, karena mantan pemimpin
Indonesia mempunyai
pangkat, pendidikan
yang patut
diperhitungkan. Maskulinitas pemimpin Indonesia pertama dilihat dari
kegigihannya merebut negara dari tangan penjajah, yang didestruksikan dengan kepahlawanan. sedangkan Presiden kedua
dan terakhir mempunyai maskulinitas yang dilihat dari pekerjaannya sebagai anggota militer. Indonesia juga pernah
mempunyai pemimpin yang pintar dalam hal pendidikan sosok yang pertama kali membuat pesawat terbang di Indonesia.
Maskulinitas Indonesia terbentuk dari gambaran pemimpinnya yamg bertugas sebagai kepala negara yang memimpin negara dan
wakilnya mempunyai tugas membantunya.
1.5.4 Semiotika dalam Iklan