Peranan Greenpeace Dalam Mengkampanyekan Energi Terbarukan Di Indonesia Untuk Mengurangi Dampak Pemanasan Global

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sidang Sarjana (S-1) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Oleh: Fitri Ismiranti

44304018

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

BANDUNG 2009


(2)

iii

Alhamdulillah hirabbil’alamin. Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, Sang Maha Segalanya, Manager Hidup ku yang paling sempurna yang telah memberikan cinta tak terhingga, nikmat yang tak pernah berujung. Terima kasih atas berjuta kesempatan untuk selalu menengok ke atas, melihat ke langit demi mensyukuri segala nikmat dan cobaan yang penuh dengan pelajaran yang sangat berharga. Terima kasih atas segala pejaman dan ketertundukan dalam do’a yang telah membuat peneliti bangga dan bahagia hadir sebagai makhluk-Mu di dunia ini.

Terima kasih atas segala keindahan yang Engkau berikan dan salah satu keindahan di dunia ini yang akan selalu dikenang adalah ketika kita bisa melihat atau merasakan sebuah impian menjadi kenyataan. Bagi peneliti, skripsi ini adalah salah satu keindahan itu, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun harus melalui berbagai hambatan dalam penyusunannya. Skripsi yang berjudul “Peranan Greenpeace dalam Mengkampanyekan Energi Terbarukan di Indonesia Untuk Mengurangi Dampak Pemanasan Global” ini ditujukan untuk menempuh ujian sidang sarjana Strata 1 (S1) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia.

Terima kasih dan sembah sujud kepada baginda Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangan dan amanah yang tak pernah padam sampai akhir zaman.


(3)

iv

kalian perbuat untuk ade.You both are the best parents in the world ever. Untuk kedua saudara ku, Mas Wid dan Uwi, Thank s for being the best brother and sister ever. Juga untuk keluarga besar Bapak Iping Suhendar (uwa ku), terima kasih karena kalian berkenan menerima saya untuk tinggal di rumah bersama-sama dengan kalian selama saya kuliah di Bandung, terima kasih untuk segala kasih sayang dan perhatian serta pengertian yang sangat berharga dan berarti. I love you all more than anything.

Apa jadinya jika peneliti hidup di dunia ini sendirian, peneliti yakin pasti skripsi ini sampai kapan pun tidak akan pernah bisa selesai. Oleh karena itu, peneliti sangat mensyukuri hadirnya manusia-manusia terbaik dalam hidup peneliti yang telah memberikan peneliti banyak inspirasi, dukungan, bantuan, dan kerjasama dalam bentuk apapun terutama untuk skripsi ini. Pada kesempatan ini, ijinkan peneliti untuk mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bpk. DR. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Bpk. Prof. Dr. J.M. Papasi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Hj. DR. Aelina Surya, Dra, selaku Pembantu Rektor III, Universitas Komputer Indonesia.


(4)

v diberikan kepada peneliti.

5. Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi. Peneliti ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingannya selama ini, masukan-masukan yang ibu berikan sangat bermanfaat untuk peneliti.

6. Ibu Yesi Marince S.IP., M.Si. selaku Dosen Ilmu Hubungan Internasional, terima kasih untuk ilmu-ilmu dan masukan-masukannya yang berarti. 7. Bapak Budi Mulyana S.IP. selaku Dosen Ilmu Hubungan Internasional,

terima kasih untuk ilmu-ilmu yang diberikan selama ini.

8. Ibu atau teh Silvia Octa S.IP. selaku Dosen Ilmu Hubungan Internasional, terima kasih untuk pinjaman buku dan konsultasi gratisnya, selamat menempuh hidup baru dan semoga lekas dikaruniai momongan.

9. Teh Dwi Endah Susanti S.E. selaku Sekretariat Ilmu Hubungan Internasional, terima kasih atas bantuannya dalam hal administrasi maupun hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perkuliahan.

10. Nenek ku tercinta, terima kasih untuk do’anya yang tidak pernah putus. 11. Sahabat-sahabat yang aku cintai dari SMP dan SMA di Bekasi, Yeti, Mia,

Fanie, Eka, dan Vivie.Thank s for being my best friends.

12. Teman-teman terbaikku, the GankGuan (Tacchi, Efril, Seny, dan Yanti). Terima kasih untuk rasa senang, sedih, kecewa, kesal yang selalu kita


(5)

vi

13. Ayank Moth, seseorang yang selalu ada di hati ku. Terima kasih untuk kasih sayang, perhatian, pengertian, dan semuanya yang sudah kamu berikan untuk aku. Belle sayang Moth.

14. Om Harry Hikmat dan keluarga, terima kasih untuk do’a, dukungan, dan bantuannya selama ini. Terima kasih karena kalian mau menerima Fitri dengan tangan terbuka untuk bisa dekat dengan kalian.

15. Ricky, Mossel, Budi, dan Adi, terima kasih untuksupport, pinjaman buku, dan bantuannya.

16. Teman-teman seperjuangan di HI-1dan HI-2 yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih untuk memahami aku selama ini, teruslah berjuang untuk meraih masa depan yang lebih baik. Jangan pernah lupakan aku.

17. Teman-teman angkatan 2005, 2006, 2007, dan 2008. Show your quality because quality is our tradition.

18. Mas Didit dari Greenpeace, terima kasih karena bersedia meluangkan waktu untuk saya.

19. Seluruh staf dan karyawan Universitas Komputer Indonesia, terima kasih untuk bantuannya buat saya selama ini, baik langsung maupun tidak langsung.


(6)

vii

mau menjadi tempat curahan hati saat aku lagi marah dan sedih.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu peneliti terbuka untuk menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuannya untuk menyelesaikan skripsi ini. Saya bisa saja berhenti bernafas, tetapi saya tidak akan pernah berhenti untuk mencintai kalian semua.

Terima kasih untuk impian, harapan, keinginan, dan cita-cita yang akan selalu ada untuk sebuah makhluk bernama manusia.

Bandung, Februari 2009 Peneliti


(7)

viii

ABSTRAK……… i

ABSTRACT………... ii

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI……… viii

DAFTAR TABEL……… xiv

DAFTAR GRAFIK………. xv

DAFTAR LAMPIRAN………... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2 Identifikasi Masalah ………... 8

1.3 Pembatasan Masalah ………. 9

1.4 Perumusan Masalah ……….. 9

1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………... 9

1.5.1 Tujuan Penelitian ………. 9

1.5.2 Kegunaan Penelitian ……… 10

1.6 Kerangka Pemikiran, Hipotesis, dan Definisi Operasional …….. 11

1.6.1 Kerangka Pemikiran ……… 11

1.6.2 Hipotesis ……….. 25


(8)

ix

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 28

1.8.1 Lokasi Penelitian ………. 28

1.8.2 Waktu Penelitian ………. 29

1.9 Sistematika Penelitian ………... 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional ……….. 33

2.2 Pluralisme Dalam Hubungan Internasional ……… 35

2.3 Organisasi Internasional ………. 36

2.3.1 Definisi Organisasi Internasional ………... 36

2.3.2 Klasifikasi Organisasi Internasional ………... 38

2.3.2.1 Intergovernmental Organizations(IGOs) …… 38

2.3.2.2 International Non-Governmental Organizations(INGOs) ……… 39

2.3.3 Peran Organisasi Internasional Dalam Sistem Internasional ………... 44

2.4 Teori Kampanye ………. 46

2.5 Lingkungan Hidup ……….. 52


(9)

x BAB III OBJEK PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Mengenai Greenpeace ………... 68 3.1.1 Sejarah Perkembangan Greenpeace Dalam Isu

Lingkungan Hidup ………... 69 3.1.2 Latar Belakang Masuknya Greenpeace ke Indonesia …. 77 3.1.3 Visi, Misi, dan Prinsip Greenpeace ……… 78 3.1.4 Sumber Daya yang Dimiliki Greenpeace ………... 79

3.1.4.1 Kualitas Sumber Daya Manusia yang Baik serta Pendukung dari Seluruh Dunia ………… 80 3.1.4.2 Kemampuan Finansial yang Kuat ……… 81 3.1.4.3 Fasilitas Penunjang Kampanye ………. 82 3.1.5 Struktur Organisasi Greenpeace ………. 83 3.1.5.1 Struktur Organisasi Greenpeace Internasional . 83 3.1.5.2 Struktur Organisasi Greenpeace se-Asia

Tenggara IndonesianOffice ……….. 85 3.1.6 Jaringan Internasional dan Sistem Informasi

Greenpeace ………. 86

3.1.7 Metode Pendekatan dan Strategi Greenpeace ……... 89 3.1.8 Fokus Kampanye Greenpeace ……… 91


(10)

xi

3.2.1.1 Energi Matahari atau Energi Surya (Solar

Energy) ………. 101

3.2.1.2 Energi Angin (Wind Energy) ……… 102

3.2.1.3 Bahan Bakar Biomassa dan Biogas ……... 103

3.2.1.4 Tenaga Air (Hydropower) ……… 105

3.2.1.5 Panas Bumi (Geothermal) ……… 106

3.2.2 Sumber Energi Terbarukan di Indonesia ……… 106

3.2.2.1 Tenaga Air (Hydropower) ……… 107

3.2.2.2 Energi Angin (Wind Energy) ……… 108

3.2.2.3 Biomassa ………... 110

3.2.2.4 Energi Matahari atau Energi Surya (Solar Energy) ………. 111

3.2.2.5 Panas Bumi (Gheotermal Energy) ……… 112

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 ProgramEnergy Revolution dalam Mengkampanyekan Energi Terbarukan di Indonesia untuk Mengurangi Dampak Pemanasan Global ……….. 114

4.1.1 Berpartisipasi dalam Menginstalasi Tenaga Terbarukan Saat Digelarnya Pertemuan di Aceh ………... 117


(11)

xii

4.1.4 Pameran Foto dan Poster ………... 125 4.1.5 Kampanye untuk Memperingati Hari Lingkungan

Hidup ……….. 127

4.1.6 Melakukan Kampanye di Depan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ... 129 4.2 Kendala Greenpeace dalam Menjalankan Program Energy

Revolution di Indonesia untuk Mengurangi Dampak Pemanasan Global ……….. 130 4.3 Upaya Greenpeace dalam Mengatasi Kendala Menjalankan

ProgramEnergy Revolutiondi Indonesia ………... 137 4.3.1 Melakukan Demonstrasi Terhadap Rencana

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

(PLTN) ……… 138

4.3.2 Melakukan Demonstrasi Terhadap Penggunaan

Batubara ……….. 142

4.4 Analisis Peranan Greenpeace dalam Mengkampanyekan Energi Terbarukan di Indonesia untuk Mengurangi Dampak Pemanasan Global ……….. 144


(12)

xiii

DAFTAR PUSTAKA……….. 150


(13)

i

Global. Bandung. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. 2009.

Pemanasan global adalah meningkatnya temperatur suhu rata-rata di atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Pemanasan global disebabkan oleh adanya efek rumah kaca, efek rumah kaca disebabkan oleh karbon dioksida dari hasil pembakaran bahan bakar fosil. Dampak dari pemanasan global tidak hanya dirasakan oleh negara-negara maju tetapi juga oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal itulah yang menyebabkan pemanasan global menjadi isu global. Salah satu cara untuk mengurangi dampak pemanasan global adalah dengan menggunakan energi terbarukan. Saat ini Indonesia belum maksimal dalam memanfaatkan sumber energi terbarukan yang dimilikinya, padahal Indonesia memiliki banyak sekali sumber energi terbarukan, seperti surya, angin, panas bumi, air dan sebagainya. Maka untuk menangani hal tersebut di atas Greenpeace sebagai salah satu organisasi internasional yang independen dan bergerak dalam bidang lingkungan hidup berusaha untuk mengkampanyekan energi terbarukan di Indonesia. Greenpeace menunjukan perannya dengan melaksanakan berbagai program dalam upayanya mengkampanyekan energi terbarukan di dunia.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yang bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena dalam hal ini tentang energi terbarukan dan menggambarkan apa saja yang menjadi latar belakang dan proses Greenpeace dalam mengkampanyekan energi terbarukan di Indonesia dan bagaimanakah hasilnya.

Hipotesis yang dihasilkan sebagai berikut: “Jika Greenpeace menjalankan perannya sebagai aktor independen dalam mengkampanyekan energi terbarukan di Indonesia melalui program Energy Revolution secara maksimal, maka penggunaan energi terbarukan di Indonesia dapat ditingkatkan.”

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini menyatakan bahwa Greenpeace menjalankan perannya sebagai aktor independen dalam mengkampanyekan energi terbarukan di Indonesia melalui program Energy Revolution.


(14)

ii

Bandung. Department of International Relation, Faculty of Social and Political Sciences, Indonesia Computer University. 2009.

Global warming is the increasing temperature the average temperature in the atmosphere, sea, and land on earth. Global warming is caused by the greenhouse effect, greenhouse gases caused by carbon dioxide from the burning of fossil fuels. The impact of global warming is felt not only by developed countries, but also by developing countries, including Indonesia. Things that cause global warming become a global issue. One way to reduce the impact of global warming is to use renewable energy. Currently, Indonesia has not been optimally utilized in the renewable energy source that has, and has many sources of renewable energy such as solar, wind, geothermal, water, and so forth. So, to handle the above as one of the Greenpeace international organizations and the independent movement in the field of environmental to campaign attempt to renewable energy in Indonesia. Greenpeace showed the role of various program efforts to campaign the renewable energy in the world.

Research methods used in this research is descriptive analytical method, which aims to describe a phenomenon in this case about renewable energy and describe what is to become a background process and Greenpeace to campaign the renewable energy in Indonesia and how the results.

Hypothetical generated as follows: "If Greenpeace running role as independent actors to campaign the renewable energy in Indonesia through the Energy Revolution is a maximum, then the use of renewable energy in Indonesia can be improved."

Conclusion obtained from this research that Greenpeace running role as independent actors to campaign the renewable energy in Indonesia through the Energy Revolution.


(15)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Hubungan internasional pasca Perang Dingin diwarnai oleh pergeseran isu yang mempengaruhi kehidupan sistem internasional. Isu ideologi yang sebelumnya mendominasi hubungan internasional dan menjadi fokus para aktor internasional telah tergeser melalui kemunculan sederet isu baru seperti Hak Asasi Manusia (HAM), demokrasi, kesetaraan gender, lingkungan hidup, dan sebagainya. Isu lingkungan hidup sendiri menjadi isu global karena kerusakan lingkungan sama halnya mengancam kehidupan manusia selain isu yang dibicarakan saat ini seperti terorisme.

Salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia saat ini adalah masalah energi. Oleh karenanya persoalan energi merupakan persoalan global. MenurutInternational Energy Agency(IEA), pada tahun 2005 kebutuhan energi setiap harinya di seluruh dunia mencapai 14 terawatt atau 14 triliun watt. Jumlah ini setara dengan 210 juta barel minyak.

Total konsumsi energi tersebut diprediksikan akan mengalami peningkatan menjadi sebesar 60 terawatt untuk memenuhi permintaan energi dari total penduduk dunia yang mencapai 8 miliar jiwa. Dibandingkan dengan industri di bidang lainnya, industri energi di seluruh dunia juga memiliki perputaran yang lebih besar dengan total mencapai 3 triliun dollar AS per tahunnya. Nilai tersebut


(16)

lebih besar dibandingkan dengan industri pertanian yang mencapai 1,3 triliun dollar AS dan industri militer yang hanya 700 miliar dollar AS (Greeners Magazine 4th edition, 2005: 8).

Pada kenyataannya, permintaan yang terus meningkat terhadap energi tidak diiringi dengan peningkatan jumlah pasokan minyak bumi yang saat ini menjadi penyuplai terbesar kebutuhan energi dunia. Bahkan, semakin terbatasnya ladang-ladang minyak di dunia membuat harga minyak terus meningkat. Kondisi inilah yang membuat negara di dunia berpacu tentang penghematan energi dan pemanfaatan teknologi dengan menciptakan energi alternatif yang mampu mengatasi permasalahan energi di dunia.

Persoalan energi merupakan isu yang selalu ramai dibicarakan, karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Ketergantungan manusia yang tinggi akan sumber daya ini membuatnya harus berpikir keras tatkala jumlahnya semakin menipis di bumi. Bahkan sekarang kita sudah didesak untuk memikirkan kondisi dimana jika jumlah yang semakin menipis tersebut suatu saat akan benar-benar habis. Ini sangat mungkin terjadi.

Minyak bumi yang kian hari kian menipis sehingga menjadi langka di pasaran sehingga memacu terhadap kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Seperti kenaikan harga BBM yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 2004, dimana banyak mengejutkan banyak pihak. Mereka terkejut terhadap besarnya kenaikan yang terjadi. Kenaikan BBM tersebut berdampak pada semua lapisan masyarakat. Mulai lapisan teratas sampai lapisan paling bawah.


(17)

National Geographic – Juni 2004 pernah melaporkan bahwa, minyak bumi yang tidak lagi murah mungkin akan segera habis. Kestabilan politik dimana kebanyakan minyak bumi ditemukan, seperti di Teluk Persia, Nigeria, dan Venezuela, membuatnya tidak lagi dapat diandalkan. Penggunaan bahan baku cadangan lain seperti batubara sudah jelas akan menghasilkan karbon dioksida (CO2) lebih besar ketika proses pembakarannya sehingga akan membuat bumi semakin panas (Global Warming) (Greeners Magazine 4th edition, 2005: 9).

Global Warming (Pemanasan global) bisa diartikan sebagai menghangatnya permukaan bumi selama beberapa kurun waktu. Pemanasan pada permukaan bumi dikenal dengan istilah ’Efek Rumah Kaca’ atau Greenhouse Effect. Sebenarnya efek rumah kaca adalah proses alam yang normal, tapi proses alam yang normal tersebut menjadi tidak sehat sejak manusia memasuki proses industri, terlalu banyak mengkonsumsi bahan bakar fosil, pembakaran batu bara, pembakaran hutan, dan penggunaan energi nuklir. Proses pembakaran energi dari bumi, batu bara, nuklir, dan pembakaran hutan ini ternyata menghasilkan gas buangan yang berupa karbon dioksida. Otomatis, kadar lapisan gas rumah kaca (greenhouse gases) yang terdiri dari karbon dioksida, metana, nitrat oksida, CFCs (Chlorofluorocarbons) yang menahan dan memantulkan kembali udara panas ke bumi menjadi semakin banyak (Foley, 1993: 3). Menurut para ilmuwan lingkungan konsentrasi gas rumah kaca bertambah karena pembakaran bahan bakar fosil. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Mereka menyimpulkan bahwa: “Sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20


(18)

kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia” (http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global, diakses pada tanggal 7 Desember 2007).

Dampak pemanasan global tidak hanya dirasakan oleh negara-negara maju tetapi juga dirasakan oleh negara-negara berkembang. Dampak pemanasan global meliputi meningkatnya permukaan air laut yang mendorong meluasnya daerah banjir di dataran rendah, meningkatnya sejumlah daerah yang mengalami kekeringan, munculnya ancaman di sektor pertanian dan perairan, kurangnya air bersih, dan penyebaran penyakit.

Solusi untuk mengatasi dampak pemanasan global ini adalah penggunaan renewable energy (energi terbarukan) sebagai sumber energi alternatif dan efisiensi energi (Hasyim, 2005: 109). Yang termasuk sumber-sumber energi terbarukan adalah matahari, angin, biomassa, air, dan panas bumi (geothermal). Penggunaan energi terbarukan dapat memberikan solusi yang ramah lingkungan dan efisien.

Beberapa negara telah melakukan usaha untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan. Pemerintahan beberapa negara Eropa dan Amerika Latin memberikan pajak yang tinggi untuk bahan bakar berbasis bahan bakar fosil, dan memberi insentif untuk bahan bakar berbasis energi terbarukan. Hal itu terbukti efektif mendorong penggunaan energi terbarukan secara optimal. Jerman dan Brasil merupakan contoh negara yang menggunakan energi terbarukan dalam skala yang cukup besar. Jerman merupakan pengguna terbesar energi angin sebagai sumber energi alternatif di dunia. Brasil merupakan produsen etanol


(19)

(Etanol merupakan sumber energi alternatif jenis biodiesel dan merupakan hasil sulingan dari sisa pengolahan gula tebu) terbesar di dunia (Kompas, 2005: 46). Selain Brasil, negara-negara yang mulai meningkatkan penggunaan bahan bakar bio (Bahan bakar bio adalah bahan bakar yang berasal dari tumbuh-tumbuhan) adalah Swedia, Jerman, Ghana, Austria, Amerika Serikat, dan China. Beberapa negara Asia yang serius mengembangkan energi biodiesel sebagai sumber energi alternatif adalah India dan Vietnam (Kompas, 2005: 13).

Salah satu organisasi non-pemerintah (International Non-Government Organizations, INGOs) yang berusaha mengatasi dampak pemanasan global dan menipisnya persediaan minyak bumi adalah Greenpeace. Greenpeace menyatakan bahwa dunia memerlukan sumber energi baru yang berbasis pada energi terbarukan dan efisiensi energi (www.artsarchive.tripod.com, diakses tanggal 28 Februari 2008). Salah satu negara yang menjadi sasaran untuk program kampanye Iklim dan Energi Greenpeace adalah Indonesia. Beberapa alasan mengapa Greenpeace memilih Indonesia sebagai salah satu negara yang menjadi sasaran program kampanye Iklim dan Energi mereka adalah sebagai berikut:

1. Menipisnya energi, konsumsi energi per kapita Indonesia masih jauh di bawah rata-rata dunia adalah faktor kunci yang menyebabkan masyarakatnya terjerat dalam kemiskinan.

2. Sekarang ini penggunaan energi yang banyak dijumpai di pedesaan Indonesia adalah lentera-lentera minyak tanah dan tungku-tungku penuh asap yang tidak efisien yang dapat merusak kesehatan.


(20)

3. Meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak, batu bara, dan gas di dalam dunia yang berkembang akan meningkatkan permasalahan perubahan iklim, yang telah membinasakan banyak hidup masyarakat miskin.

4. Sebagai suatu negara kepulauan, Indonesia merupakan negara yang beresiko paling tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Jika permukaan laut naik, maka banyak daerah di Indonesia akan tenggelam. Greenpeace se-Asia Tenggara meramalkan pada tahun 2030, sampai dengan 72 hektar di Jakarta akan tenggelam, dan pada tahun 2050, 160 hektar di kota tersebut bisa terendam air (Greenpeace dan EREC, 2007: 4).

Sebagai sebuah organisasi global berskala internasional, Greenpeace memusatkan perhatian kepada mempengaruhi kedua pihak yaitu masyarakat dan para pemegang keputusan atas bahaya dibalik penambangan dan penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil, memusatkan perhatian sebagai saksi langsung atas akibat dari perubahan iklim global, dan meningkatkan kesadaran publik tentang masalah yang sedang berlangsung. Greenpeace juga berusaha mengupayakan perubahan kebijakan penggunaan energi di Indonesia di masa depan, yaitu beranjak dari ketergantungan penggunaan bahan bakar fosil ke arah sumber-sumber energi terbarukan, bersih, dan berkelanjutan.

Taktik kampanye Iklim dan Energi Greenpeace adalah mengkonfrontasi industri berbahan bakar yang berasal dari fosil. Terutama, pembangkit listrik pembakar batu bara dan penghasil energi berbasis nuklir. Sementara, di waktu yang sama menyuarakan dan mendorong solusi atas ketergantungan penggunaan


(21)

bahan bakar yang berasal dari fosil, serta mempromosikan energi terbarukan seperti energi angin, energi matahari, energi air, dan biomassa modern melalui programnya, yaitu Energy Revolution (http://www.greenpeace.org, diakses pada tanggal 28 Februari 2008).

Energy Revolution adalah program kampanye energi terbarukan yang dilakukan oleh Greenpeace di Indonesia yang bertujuan agar Indonesia bisa terlepas dari ketergantungan pada bahan bakar fosil yang kotor dan menggantinya dengan energi terbarukan yang lebih bersih, ramah lingkungan, dan bebas polusi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk menelitinya dan merumuskannya dalam judul: “PERANAN GREENPEACE DALAM MENGKAMPANYEKAN ENERGI TERBARUKAN DI INDONESIA UNTUK MENGURANGI DAMPAK PEMANASAN GLOBAL”

Penelitian ini dibuat berdasarkan beberapa mata kuliah pada program studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Yaitu:

1. Pengantar Hubungan Internasional.

Pada mata kuliah ini diperkenalkan tentang studi ilmu hubungan internasional sebagai suatu bidang studi pembelajaran, sejarah perkembangan, serta para aktor yang terlibat di dalamnya.


(22)

2. Organisasi dan Administrasi Internasional.

Mata kuliah ini membahas sejauh mana peran suatu aktor ilmu hubungan internasional terutama aktor non-negara dalam menciptakan suatu pola interaksi global.

3. Isu-Isu Global.

Mata kuliah ini membahas tentang isu-isu apa saja yang menjadi wacana global atau perbincangan masyarakat dunia, seperti lingkungan hidup, kejahatan lintas negara, pengungsi, dan lain sebagainya.

4. Studi Ekonomi Politik di Negara Berkembang.

Mata kuliah ini melihat permasalahan yang terjadi di negara berkembang, selain itu juga membahas tentang teori pembangunan mengenai lingkungan di negara berkembang.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana objek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah (Suriasumantri, 2000: 309).

Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti akan mengangkat permasalahan untuk dibahas, yaitu mengenai:

1. Program apakah yang dijalankan Greenpeace dalam mengkampanyekan energi terbarukan di Indonesia?

2. Kendala-kendala apakah yang dihadapi Greenpeace dalam mengkampanyekan energi terbarukan di Indonesia?


(23)

3. Upaya-upaya apa yang dilakukan Greenpeace untuk mengatasi kendala dalam mengkampanyekan energi terbarukan di Indonesia?

4. Bagaimana keberhasilan program Greenpeace dalam mengkampanyekan energi terbarukan di Indonesia?

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah seputar peran Greenpeace dalam mengkampanyekan energi terbarukan di Indonesia. Kurun waktu yang dipilih mulai tahun 2006 yaitu awal dari sosialisasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia dan perkembangannya sampai tahun 2008.

1.4 Perumusan Masalah

Mengacu pada uraian di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Sejauh mana peran Greenpeace dalam mengkampanyekan penggunaan energi terbarukan di Indonesia?”

1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui program apa saja yang dijalankan Greenpeace dalam mengkampanyekan energi terbarukan di Indonesia.


(24)

2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi Greenpeace dalam mengkampanyekan energi terbarukan di Indonesia.

3. Untuk mengetahui upaya-upaya apa yang telah dilakukan Greenpeace untuk mengatasi kendala dalam mengkampanyekan energi terbarukan di Indonesia.

4. Untuk mengetahui keberhasilan program Greenpeace dalam mengkampanyekan energi terbarukan di Indonesia.

1.5.2 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan peneliti dalam menyusun skripsi di dalam bidang Hubungan Internasional.

2. Memperkaya dan mengembangkan khasanah literatur Hubungan Internasional.

3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dapat dijadikan masukan untuk keperluan referensi akademis bagi yang berminat mengadakan penelitian lanjutan untuk masalah yang sama.

4. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan Strata Satu (S-1) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia.


(25)

1.6 Kerangka Pemikiran, Hipotesis, dan Definisi Operasional 1.6.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah alur-alur yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan berupa hipotesis, yang berarti dalam menghadapi permasalahan yang diajukan maka digunakan teori-teori ilmiah sebagai alat berupa pendekatan yang membantu kita dalam menemukan pemecahan masalah (Suriasumantri, 1998: 316).

Pada dasarnya tujuan utama Hubungan Internasional adalah mempelajari perilaku internasional, yaitu perilaku aktor negara maupun non-negara di dalam interaksi internasional. Perilaku dapat berwujud kerjasama, perang, konflik, pembentukan aliansi dalam organisasi internasional, dan sebagainya. Walaupun pada kenyataannya aktor yang paling efektif adalah negara, sehingga perilaku internasional yang paling banyak mendapat perhatian dari para analis adalah perilaku negara, namun perlu diperhatikan juga faktor-faktor non-negara. Untuk mempermudah proses penelitian ini, diperlukan adanya landasan untuk memperkuat analisa, dan sebelum mengemukakan konsep-konsep yang akan membahas pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan tema penelitian ini, adalah suatu keharusan di dalam suatu penelitian untuk menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengarahkan penelitian yang dimaksud agar dapat membantu peneliti dalam memahami perbedaan yang besar tentang data dan peristiwa dalam Hubungan Internasional.

Kerangka berpikir ini bertujuan untuk membantu memahami dan menganalisa permasalahan dengan ditopang oleh pendapat-pendapat para pakar


(26)

Hubungan Internasional dan para pakar yang berkompeten dalam penelitian ini, diharapkan hasilnya tidak jauh dari sifat yang ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan secara akademis.

Dalam mengangkat fenomena-fenomena yang ada dan terjadi dalam Hubungan Internasional, peneliti akan menggunakan teori-teori yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan diteliti sebagai sarana penopang dalam membentuk pengertian dan menjadikannya pedoman dalam objek penelitian ini.

Realitas kondisi politik global yang dipengaruhi dengan teknologi informasi mengurangi peranan negara sebagai aktor utama. Pada era globalisasi ini, peranan aktor non-negara (non-state actors) meningkat, sehingga muncul keterkaitan antar aktor non-negara dengan aktor negara (state actors) sebagai pandangan “pluralis”. Salah satu asumsi dasar dalam pandangan pluralis yang dikemukakanPaul R. Viotti danMark V. Kauppi dalam bukunyaInternational Relations Theory: Realism, Pluralism, Globalism, and Beyond menyatakan bahwa:

“Peranan aktor non-negara juga penting di dalam hubungan internasional. Hal ini dikarenakan keterlibatan mereka dalam beragam isu seperti perdagangan internasional, pertahanan, pelucutan senjata, perdamaian dunia, pembangunan sosial budaya, kesehatan, pengungsi, lingkungan hidup, pariwisata, perburuhan serta kampanye penghapusan hambatan perdagangan internasional.” (Perwita dan Yani, 2005: 26)

Isu tentang lingkungan hidup merupakan isu baru dalam hubungan internasional. Runtuhnya Perang Dingin menyebabkan terjadinya perubahan dalam konstelasi politik internasional. Berbagai perkembangan-perkembangan


(27)

tersebut mengacu pada kemunculan isu-isu global, yang merupakan hasil dari proses globalisme. Adapun yang dimaksud lingkungan hidup, yaitu:

“Seluruh kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme.” (International Ensyclopedia of the Social Science Volume 5, 1968: 178)

Lingkungan hidup yang menurun secara kualitatif maupun secara kuantitasnya merupakan perhatian dari masyarakat internasional. Pada prosesnya, permasalahan akan lingkungan hidup merupakan pergeseran dari isu nasional yang berkembang menjadi isu global. Dapat dijelaskan, isu global merupakan permasalahan, dilema, dan tantangan yang secara berkaitan dengan unsur-unsur atau keperluan dasar akan perkembangan dan kemajuan internasional, perdamaian, keamanan, keadilan, kebebasan, dan ketertiban internasional (Boyd dan Pentland, 1981: 5-6). Masalah lingkungan hidup juga merupakan permasalahan politik. Hal tersebut disebabkan karena secara faktual banyak tragedi di lingkungan di negara berkembang bersumber dari proses politik ataupun kebijaksanaan pemerintah (state-sponsored activities) yang salah kaprah.

Salah satu hal yang mendesak bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia untuk menangani permasalahan lingkungan hidup pada saat ini adalah mengenai masalah penggunaan energi berbahan bakar fosil yang dapat berdampak pada pemanasan global. Definisi dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:

”Benturan; Pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif); Benturan yang cukup hebat antara dua benda sehingga menyebabkan perubahan yang berarti dalam momentum sistem yang mengalami benturan itu.” (http://kbbi.web.id/index.php?search=dampak, diakses pada tanggal 7 Desember 2008)


(28)

Peranan yang buruk dan pudarnya peranan negara dan mekanisme pasar yang bertanggung jawab dalam pembangunan dan perkembangan sosial (state and market failure) mengakibatkan tumbuhnya organisasi-organisasi internasional di negara maju maupun berkembang (De Janvry, 1995: 4). Organisasi-organisasi internasional tersebut muncul sebagai reaksi dari kerusakan lingkungan yang kurang diperhatikan pemerintah yang ada.

Menurut Teuku May Rudy dalam bukunya Administrasi dan Organisasi Internasional mengemukakan definisi organisasi internasional sebagai berikut:

“Organisasi internasional adalah pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda.”(May Rudy, 2005: 3)

Oleh karena itu dalam suatu organisasi internasional terdapat unsur-unsur: 1. kerjasama yang ruang lingkupnya melintasi batas negara.

2. mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama. 3. baik antar pemerintah maupun non-pemerintah. 4. struktur organisasi yang jelas dan lengkap.

5. melaksanakan fungsi secara berkesinambungan (May Rudy, 2005: 3-4). Sedangkan peranan organisasi internasional menurutClive Archer, yaitu: 1. Sebagai instrumen yang dapat digunakan oleh para anggotanya untuk


(29)

2. Sebagai arena, dimana organisasi internasional merupakan wadah atau forum bagi para anggotanya untuk berdialog, berdebat, maupun menggalang kerjasama.

3. Sebagai aktor independen, dimana organisasi internasional dapat membuat keputusan-keputusan sendiri dan melaksanakan kegiatan yang diperlukan (salah satunya adalah bantuan untuk pelestarian lingkungan hidup) tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi (May Rudy, 2005: 29).

Dalam konteks penelitian ini, peranan yang akan dipakai peneliti untuk menganalisa upaya Greenpeace adalah peranan organisasi internasional sebagai aktor yang independen sekaligus instrumen. Greenpeace melakukan tindakan secara independen, yang bebas dari pengaruh politik dan ekonomi. Selain itu, Greenpeace juga menjadi sarana yang digunakan oleh anggota-anggotanya untuk mencapai suatu tujuan yaitu membangun kesadaran masyarakat dunia untuk bersama-sama mengatasi dampak pemanasan global.

Selain memiliki peranan, organisasi internasional juga memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1. Tempat berhimpun bagi negara-negara anggota bila organisasi internasional itu IGO (antar negara/pemerintah) dan bagi kelompok masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat apabila organisasi internasional itu masuk kategori INGO (non-pemerintah).


(30)

2. Untuk menyusun atau merumuskan agenda bersama (yang menyangkut kepentingan semua anggota) dan memprakarsai berlangsungnya perundingan untuk menghasilkan perjanjian-perjanjian internasional. 3. Untuk menyusun dan menghasilkan kesepakatan mengenai aturan/norma

atau rejim-rejim internasional.

4. Penyediaan saluran untuk berkomunikasi di antara sesama anggota dan adakalanya merintis akses komunikasi bersama dengan non-anggota (bisa dengan negara lain yang bukan anggota dan bisa dengan organisasi internasional lainnya).

5. Penyebarluasan informasi yang bisa dimanfaatkan sesama anggota (May Rudy, 2005: 27-28).

Agar tujuan tercapai, fungsi yang dijalankan Greenpeace adalah menyebarkan informasi melalui program kampanye yang dilakukannya agar lingkungan hidup dapat menjadi lebih baik. Misalnya, mempengaruhi kebijakan negara agar menjadi ramah lingkungan, serta berinteraksi dengan masyarakat lokal agar penyebaran informasi lebih tepat sasaran.

Penggolongan organisasi internasional bisa digolongkan dari segi ruang lingkup, fungsi, kewenangan, dan lain sebagainya. Penggolongan organisasi internasional berdasarkan kegiatan administrasinya dapat dibedakan atas:

1. Organisasi Internasional Antar-pemerintah (Inter-Governmental Organization) yang lazim disingkat IGO. Anggotanya adalah pemerintah, atau instansi yang mewakili pemerintah suatu negara secara resmi. Kegiatan administrasinya diatur berlandaskan hukum publik.


(31)

2. Organisasi Internasional Non-Pemerintah (Non-Governmental Organization) yang lazim disingkat NGO. Atau INGO (Internasional Non-Governmental Organization) untuk membedakan antara NGO yang internasional dengan NGO yang beruang-lingkup domestik (dalam satu negara). INGO pada umumnya merupakan organisasi di bidang olah raga, sosial, keagamaan, kebudayaan, dan kesenian. Kegiatan administrasinya diatur berlandaskan hukum perdata (May Rudy, 2005: 5).

Greenpeace digolongkan sebagai NGO internasional karena anggota-anggotanya terdiri dari individu-individu, bukan pemerintahan suatu negara. Untuk menjelaskan mengenai Greenpeace, maka penulis akan menjabarkan teori mengenai NGO secara lebih lanjut. Definisi NGO adalah organisasi yang membantu kelompok minoritas yang miskin, terabaikan, dan tidak memiliki otoritas politik. Mereka mau membantu terciptanya perubahan sosial. Selain itu, NGO mampu memberikan bantuan yang inovatif dan fleksibel serta mampu memberikan bantuan secara personal bagi kelompok-kelompok masyarakat yang mengalami situasi tertentu (Hadiwinata, 2003: 5).

Pembagian NGO berdasarkan asal mula pembentukannya adalah: 1. Proverty AlleviationNGO’s.

Yang muncul sebagai reaksi terhadap proses kemiskinan struktural dan ketidakmampuan terhadap program-program (top-down) pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Tujuan utamanya adalah mengentaskan kemiskinan dengan cara membuat program-program pembangunan berdimensi swadaya dan kadang-kadang aktivitascharity.


(32)

2. EmancipatoryNGO’s.

Sebagai reaksi atas perkembangan isu makro politik global yang menekankan padaenlightmentdan emansipasi seperti masalah lingkungan, perempuan, dan anak.

3. Anti AuthoritarianNGO’s.

Muncul sebagai reaksi terhadap ketimpangan politik yang dianggap kurang kondusif bagi terciptanya demokrasi, kepastian hukum, dan perlindungan HAM (Hak Asasi Manusia) (Hadiwinata, 2003: 9).

Organisasi internasional pun dapat diklasifikasikan menurut aktivitas-aktivitas yang dijalankan untuk mencapai tujuannya. Klasifikasi itu adalah:

1. OrganisasiHigh Politic.

Memusatkan perhatian pada masalah-masalah diplomasi dan militer yang berkaitan langsung dengan keamanan dan kedaulatan negara-negara dan berhubungan dengan tatanan fundamental sistem internasional.

2. OrganisasiLow Politic.

Mengarah pada masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya, lingkungan hidup (Rosenau, Thomson, dan Boyd, 1976: 628).

Dari pengklasifikasian tersebut Greenpeace dikategorikan sebagai emancipatory NGO dan merupakan organisasi internasional yang bergelut di bidanglow politic yakni memfokuskan diri pada isu lingkungan hidup. Aktivitas-aktivitas yang dijalankan oleh organisasi low politics juga bersifat fungsional. Organisasi fungsional ini dianggap lebih mudah dikelola dibanding yang bersifat


(33)

politis. Negara-negara telah menunjukkan kesediaannya untuk membatasi kedaulatannya dalam aktivitas-aktivitas fungsional.

Strategi yang dilakukan INGO untuk mencapai tujuannya yang bersifat nasional, subnasional, maupun internasional adalah:

1. Mendesak pemerintahan suatu negara dan/atau membuat kebijakan untuk menjelaskan otoritas yang dimiliki INGO serta menjamin statusnya yang independen dari pemerintah mana pun. Kebijakan ini akan diinstitusikan ke dalam INGO tersebut.

2. Mendukung, mengubah atau melawan kebijakan dan tujuan kebijakan IGO regional maupun global yang berkaitan dengan tujuan INGO.

3. Mendukung, mengubah atau melawan kebijakan dan tujuan serta kepentingan nasional suatu negara yang berkaitan dengan tujuan dan kepentingan INGO (Feld, 1983: 225-226).

Pada tahun 1990-an, NGO menunjukan peranan penting dalam mempengaruhi pembangunan dengan cara yang konstruktif bagi sektor industri dan ekonomi. Hal ini menunjukan bahwa NGO mampu memberikan cara-cara yang lebih inovatif (Hurrel dan Kingsburry, 1992: 113).

Untuk menolak kebijakan yang tidak mendukung pembangunan berkelanjutan pada level nasional dan internasional, usaha penyebaran informasi kepada publik dan pengumpulan dukungan sangat dibutuhkan. Kelompok masyarakat dan NGO berusaha menumbuhkan kesadaran publik dan memberikan tekanan politik bagi pemerintah agar mengambil tindakan. Selain itu, beberapa INGO memberikan laporan mengenai status dan prospek lingkungan hidup global


(34)

dan sumber daya alam. Lembaga internasional dan koalisi beberapa NGO memiliki peranan penting untuk meyakinkan adanya dukungan bagi kegiatan NGO lokal dan lembaga-lembaga penelitian. Pemerintah perlu menambah hak-hak NGO, seperti:

1. Mengetahui dan mendapatkan akses informasi mengenai lingkungan hidup dan sumber daya alam.

2. Berkonsultasi dan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan dampak lingkungan hidup.

3. Mendapatkan bantuan hukum dan ganti rugi ketika lingkungan hidup atau kesehatan mereka mengalami masalah serius (Hurrel dan Kingsburry, 1992: 131-132).

Dengan demikian, NGOs lingkungan hidup dapat membantu mengatasi isu lingkungan hidup ini. Peranan yang dilakukan mereka meliputi hal-hal seperti: 1. Mempengaruhi aksi politik dan publik yang berkaitan dengan lingkungan

hidup dan penempatan isu lingkungan hidup pada level yang lebih tinggi dalam agenda politik negara.

2. Melakukan tindakan berdasarkan penelitian ilmiah. 3. Mempublikasikan masalah lingkungan hidup yang terjadi.

4. Mengatur tekanan terhadap negara, perusahaan serta organisasi internasional lainnya terkait dengan masalah lingkungan hidup (Hurrel dan Kingsburry, 1992: 20).

Bermula dari ketidakpuasan dikalangan pecinta lingkungan hidup yang beranggapan bahwa gagasan pembangunan konvensional (yang menekankan pada


(35)

pertumbuhan) telah gagal menjaga keutuhan lingkungan, maka sejak akhir dekade 1980-an munculah gagasan “sustainable development” atau pembangunan berkelanjutan, yang pada dasarnya menghimbau para pelaku pembangunan agar lebih memperhatikan faktor keterbatasan sumber-sumber alam dalam mendesain pelbagai konsep pembangunan. Sumber-sumber alam dalam penelitian ini adalah udara serta atmosfer yang mendukung kehidupan organisme dan mikroorganisme (Hadiwinata, 2002: 209-210).

Menurut konsep pembangunan yang berkelanjutan, hampir setiap aktifitas ekonomi yang dilakukan manusia cenderung menghasilkan limbah yang mempengaruhi kualitas sumber-sumber alam, yakni air, udara, dan tanah. Karena sumber-sumber alam sangat bermanfaat untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, maka manusia berkepentingan untuk menjaga kelestariannya. Sikap tersebut dicerminkan oleh organisasi non-pemerintah seperti Greenpeace yang berkampanye dan menuntut tegas untuk melindungi lingkungan melalui pengurangan konsumsi bahan bakar fosil dan pengurangan eksploitasi sumber-sumber alam seperti mineral (Hadiwinata, 2002: 217-218).

Untuk mencapai tujuannya, salah satu strategi yang dapat dijalankan oleh organisasi internasional seperti Greenpeace adalah kampanye. Kampanye dapat dilakukan secara lokal, regional maupun global. Kampanye merupakan salah satu bentuk komunikasi. MenurutT. May Rudykomunikasi adalah:

“Proses penyampaian informasi-informasi, pesan-pesan, gagasan-gagasan atau pengertian-pengertian, dengan menggunakan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun non-verbal dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok


(36)

orang lainnya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian dan/atau kesepakatan bersama.”(Rudy, 2005: 1)

Greenpeace merupakan salah satu NGO yang melakukan kampanye untuk menyebarkan informasi melalui berbagai macam kegiatan yang berkaitan dengan isu lingkungan hidup. Adanya keterlibatan media massa serta pendekatan secara langsung terhadap masyarakat di berbagai negara mendukung keberhasilan program kampanye Greenpeace.

Salah satu bentuk komunikasi adalah kampanye. Hal ini diperkuat dengan pendapat Rogers dan Storey. Menurut Rogers dan Storey (1987), definisi kampanye adalah:

“Serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.”

Merujuk pada definisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung empat hal, yakni:

1. Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu.

2. Jumlah khalayak sasaran yang besar.

3. Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu.

4. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.

Di samping keempat ciri pokok di atas, kampanye juga memiliki karakteristik lain, yaitu sumber jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggung jawab suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat


(37)

mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat (Venus, 2004: 7).

Ada tiga tahap yang dilakukan dalam kampanye, yaitu:

1. Kegiatan kampanye pada tahap pertama biasanya diarahkan untuk menciptakan perubahan pada tataran pengetahuan atau kognitif. Pada tahap ini, pengaruh yang diharapkan adalah munculnya kesadaran, berubahnya keyakinan atau meningkatnya pengetahuan khalayak tentang isu tertentu. Dalam konsep Ostergaard tahap ini merupakan tahap awareness yakni menggugah kesadaran, menarik perhatian, dan member informasi tentang produk, atau gagasan yang dikampanyekan.

2. Pada tahap kedua ini, kampanye diarahkan pada perubahan dalam sikap (attitude). Sasarannya adalah untuk memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian atau keberpihakan khalayak pada isu-isu yang menjadi tema kampanye.

3. Pada tahap terakhir ini, kegiatan kampanye ditujukan untuk mengubah perilaku khalayak secara konkret dan terukur. Tahap ini menghendaki adanya tindakan tertentu yang dilakukan oleh sasaran kampanye. Tindakan tersebut dapat bersifat ‘sekali itu saja’ atau terus-menerus (berkelanjutan) (Schenk dan Dobler, 2002: 37).

Menurut Michael L. Rothschild, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar sebuah program kampanye menjadi tidak sia-sia, yaitu:

1. Arti penting objek kampanye, berkaitan dengan tingkat kepentingan isu-isu yang dikampanyekan. Semakin rendah arti penting sebuah isu-isu maka


(38)

semakin rendah pula tingkat perhatian yang akan diberikan khalayak terhadap isu tersebut. Implikasinya adalah kita harus mempertimbangkan secara rasional dan realistis apakah suatu isu cukup penting untuk dikampanyekan.

2. Kadar keterlibatan, menunjukan sejauh mana khalayak telah terlibat dengan isu tersebut. Semakin tinggi tingkat keterlibatan khalayak, semakin penting arti dan tujuan kampanye tersebut bagi mereka.

3. Rasio manfaat dan pengorbanan, menunjukan kalkulasi manfaat dan pengorbanan yang dikeluarkan khalayak bila mereka menerima dan menerapkan gagasan kampanye tersebut.

4. Tuntutan aktual dari lingkungan, menyoroti pandangan dan tuntutan khalayak terhadap isu-isu tertentu. Bila masyarakat menganggap bahwa yang dikampanyekan itu juga keinginan potensial dan harapan kolektif masyarakat, maka program kampanye akan mendapat dukungan dari masyarakat.

5. Segmentasi, menegaskan bahwa gagasan yang tidak memiliki segmen khalayak yang jelas akan mendapat perhatian yang kecil (Venus, 2004: 132).

Greenpeace melakukan kampanye sebagai taktik untuk mencapai tujuannya. Program Energy Revolution merupakan bagian dari kampanye Iklim dan Energi Greenpeace yang bersifat global. Tujuan kampanye ini untuk mengatasi tantangan dari industri-industri penghasil bahan bakar fosil serta mengkampanyekan penggunaan energi terbarukan sebagai sumber energi


(39)

alternatif pengganti bahan bakar fosil (http://www.greenpeace.org/seasia/, diakses pada tanggal 17 Maret 2008).

.

1.6.2 Hipotesis

Sebuah hipotesis adalah perumusan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan, yang dimaksudkan sebagai acuan sementara dalam penyelidikan untuk mencari jawaban yang sebenarnya. Hipotesa-hipotesa ini dijabarkan atau ditarik dari postulat-postulat, dan hipotesa tersebut tidak perlu selalu merupakan jawaban yang mutlak dianggap benar atau yang harus dibenarkan oleh penyelidik, walaupun selalu dapat diharapkan terjadi demikian (Surakhmad, 1982: 39).

Berdasarkan perumusan masalah, kerangka pemikiran, dan asumsi, penulis dapat menarik suatu hipotesis sebagai berikut:

“Jika Greenpeace menjalankan perannya sebagai aktor independen dalam mengkampanyekan energi terbarukan di Indonesia melalui programEnergy

Revolution secara maksimal, maka penggunaan energi terbarukan di

Indonesia dapat ditingkatkan.”

1.6.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah serangkaian prosedur yang mencandra (mendeskripsikan) kegiatan yang harus dilakukan kalau kita hendak mengetahui eksistensi empiris atau derajat eksistensi empiris suatu konsep. Melalui definisi seperti itu maka suatu konsep dijabarkan. Dengan demikian maka definisi


(40)

operasional berarti juga menjabarkan prosedur pengujian yang memberikan kriteria bagi penerapan konsep itu secara empiris (Mas’oed, 1994: 100).

Sebagaimana telah disebutkan dalam judul penelitian dan juga hipotesis, maka untuk lebih jelasnya akan dikemukakan definisi operasional sebagai berikut: 1. Greenpeace adalah suatu organisasi lingkungan internasional yang didirikan pada tanggal 15 September 1971. Greenpeace dikenal menggunakan aksi langsung bersama dengan konfrontasi damai dalam melakukan kampanye untuk menghentikan pengujian nuklir angkasa dan bawah tanah, begitu juga dengan kampanye menghentikan penangkapan ikan paus besar-besaran. Pada tahun-tahun berikutnya, fokus organisasi mengarah ke isu lingkungan lainnya, seperti penggunaan pukat ikan, pemanasan global, dan rekayasa genetika (http://id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 16 Februari 2008). Greenpeace se-Asia Tenggara resmi didirikan pada tanggal 1 Maret 2000 dan mendirikan sebuah kantor di Indonesia serta mulai menjalankan aktivitas kampanye di Indonesia pada tanggal 1 Maret 2006 (http://www.greenpeace.org/seasia/id/about, 1 Juli 2008).

2. Greenpeace sebagai aktor independen, Greenpeace melakukan tindakan secara independen, yang bebas dari pengaruh politik dan ekonomi.

3. Kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu (Venus, 2004: 7).


(41)

4. Kampanye energi terbarukan merupakan suatu bentuk atau suatu cara yang dilakukan oleh Greenpeace untuk mengurangi dampak pemanasan global dengan mengkonfrontasi industri-industri yang menggunakan bahan bakar fosil dan dalam waktu yang bersamaan Greenpeace mempromosikan penggunaan energi terbarukan.

5. Energi terbarukan (renewable energy) adalah energi-energi yang tidak akan habis jika digunakan atau sumber energi yang dapat didaur ulang. Yang termasuk sumber-sumber energi terbarukan adalah matahari, angin, biomassa, air, dan panas bumi (geotermal) (Daryanto, 2007: 15).

6. Energy Revolution adalah program dari kampanye Iklim dan Energi yang dijalankan Greenpeace untuk mengatasi tantangan dari industri-industri penghasil bahan bakar fosil serta mengkampanyekan penggunaan energi terbarukan sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil.

1.7 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1.7.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode yang bertujuan menggambarkan fakta-fakta yang berhubungan, dengan masalah yang diteliti. Metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai hubungan antar fenomena yang diselidiki, yang kemudian pada akhirnya metode ini digunakan untuk mencari pemecahan atas masalah yang diteliti (Nasir, 1988: 63).


(42)

Penelitian yang dilaksanakan ini tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data namun juga analisis dan penelaahan dalam menjelaskan dan memahami makna dari data-data yang dikumpulkan. Metode deskriptif analitis bertujuan untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena berdasarkan data yang terkumpul (Silalahi, 1999: 55).

Dalam hal ini peneliti mencoba menggambarkan apa saja yang menjadi latar belakang dan proses Greenpeace dalam mengkampanyekan energi terbarukan dan bagaimanakah hasilnya.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan guna mendapat sejumlah data dan informasi bagi penulis, dimana dalam penelitian ini yang dipakai adalah cara pengumpulan data library research. Teknik pengumpulan data library research adalah memungkinkan kita untuk melakukan penelitian melalui studi literatur dengan memilih data atau informasi yang relevan dan mendukung penelitian yang dapat bersumber pada buku-buku referensi, artikel-artikel dan media massa cetak, media internet, dan jurnal-jurnal.

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.8.1 Lokasi Penelitian

Adapun lembaga-lembaga yang peneliti tuju untuk penelitian ini adalah : 1. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia


(43)

2. Perpustakan Universitas Parahyangan Jl. Ciumbuleuit, Bandung.

3. Greenpeace se-Asia Tenggara IndonesianOffice Jl. Cimandiri 24,Cikini Jakarta Pusat.

4. Centre for Strategic International Studies(CSIS) Jl. Tanah Abang III/23-27, Jakarta Pusat.

5. Departemen Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jl. Merdeka Selatan 18 Jakarta 10110.

6. Kementerian Negara Lingkungan Hidup pemerintah Indonesia Jl. DI Panjaitan Kav. 24. Jakarta Timur 13410.

1.8.2 Waktu Penelitian

Penulisan penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2008, dengan perincian seperti tabel berikut:


(44)

1.9 Sistematika Penelitian

Peneliti mencoba menjabarkan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I

Pada bab ini peneliti akan memaparkan mengapa peneliti mengambil masalah ini untuk layak diangkat sebagai sebuah masalah yang perlu diteliti sebagai sebuah karya ilmiah, dimana dalam bab ini terkandung unsur-unsur seperti latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis, definisi operasional, metode penelitian dan pengumpulan data, lokasi dan lamanya penelitian, serta sistematika penelitian.

BAB II

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai landasan-landasan teori seperti teori Hubungan Internasional, teori Pluralisme, teori Kampanye, teori Organisasi Internasional dan INGO, teori Lingkungan Hidup, serta teori Sustainable Development yang akan digunakan di dalam penelitian ini.

BAB III

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai organisasi Greenpeace. Hal ini meliputi sejarah perkembangan organisasi; visi, misi, dan prinsip organisasi; peranan dalam isu lingkungan hidup; sumber daya yang dimiliki; struktur organisasi; serta fokus kampanye Greenpeace. Selain itu, bab ini akan membahas pula program-program Greenpeace yang berhubungan dengan masalah


(45)

pemanasan global terutama mengenai penggunaan energi terbarukan, termasuk keberhasilan yang sudah tercapai.

Pada bab ini peneliti juga akan memaparkan tentang definisi energi terbarukan, jenis-jenis energi terbarukan, dan memaparkan perkembangan penggunaan energi terbarukan di Indonesia sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.

BAB IV

Pada bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian, yaitu berupa bentuk-bentuk aktivitas kampanye yang dilakukan oleh Greenpeace dalam mengkampanyekan penggunaan energi terbarukan di Indonesia untuk mengurangi dampak pemanasan global. Selain itu, bab ini juga akan menjelaskan faktor-faktor pendorong serta penghambat penggunaan energi terbarukan.

BAB V

Pada bab ini peneliti membahas tentang kesimpulan hasil penelitian terutama dari pembahasan (BAB IV). Kesimpulan ditulis dalam bentuk rangkuman singkat tapi jelas dan informatif. Pada bagian akhir ditulis suatu penegasan bahwa hipotesis penelitian diterima atau ditolak.


(46)

33

Untuk memperoleh pijakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teori, konsep, dan pendekatan yang berkaitan dengan objek penelitian yang akan sangat berguna dalam menganalisa masalah. Tujuannya adalah agar jalannya penelitian konsisten dari awal hingga akhir dan dapat mencapai tujuan penelitian sebagaimana telah dituliskan sebelumnya dalam Bab I, konsep dan teori serta pendekatan yang akan diuraikan dalam Bab II ini mempunyai relevansi terhadap masalah yang akan diteliti.

2.1 Hubungan Internasional

Studi tentang Hubungan Internasional banyak diartikan sebagai studi tentang interaksi antar aktor yang melewati batas-batas negara.The Dictionary of World Politicsmengartikan istilah yang digunakan untuk melihat seluruh interaksi antara aktor-aktor negara dengan melewati batas-batas negara (Evans dan Newnham, 1990: 194).

Hubungan internasional adalah mencakup berbagai macam hubungan atau interaksi yang melintasi batas-batas wilayah negara dan melibatkan pelaku-pelaku yang berbeda kewarganegaraan, berkaitan dengan segala bentuk kegiatan manusia. Hubungan ini dapat berlangsung baik secara kelompok, maupun perorangan dari suatu bangsa atau negara, yang melakukan interaksi baik secara


(47)

resmi, maupun tidak resmi dengan kelompok atau perorangan dari bangsa atau negara lain (May Rudy, 1993: 3).

Hubungan internasional juga mempelajari perilaku internasional, yaitu perilaku para aktor, negara maupun non-negara, di dalam arena transaksi internasional. Perilaku itu bisa berwujud perang, konflik, kerjasama, pembentukan aliansi, interaksi dalam organisasi internasional dan sebagainya (Mas’oed, 1994: 28).

Hubungan Internasional dapat dilihat dari berkurangnya peranan negara sebagai aktor dalam politik dunia dan meningkatnya peranan aktor non-negara. Batas-batas yang memisahkan bangsa-bangsa semakin kurang relevan. Bagi beberapa aktor non-negara bahkan batas-batas wilayah geografis tidak dihiraukan (Mas’oed, 1994: 271).

Secara sekilas, istilah hubungan internasional bisa diartikan sebagai suatu interaksi para aktor hubungan internasional yang melewati batas-batas yuridis suatu negara, tetapi apabila diamati lebih dalam lagi ternyata istilah ini memiliki beberapa arti. Trygve Mathisen di dalam bukunya yang berjudulMethodology in the Study of International Relation, mencatat bahwa hubungan internasional mempunyai beberapa macam arti, yaitu:

1. Suatu bidang spesialisasi yang meliputi aspek-aspek internasional dari beberapa cabang ilmu pengetahuan.


(48)

3. Semua aspek internasional dari kehidupan sosial manusia, dalam arti: semua tingkah laku manusia yang terjadi atau berasal dari suatu negara dan dapat mempengaruhi tingkah laku manusia di negara lain.

4. Suatu cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri (Wiriaatmadja, 1967: 1-2).

Konsep interaksi mengandung arti saling mempengaruhi, bercirikan adanya dua atau lebih unit yang berhubungan, cara bertindak atau kondisi-kondisi beberapa unit yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh unit lain yang dapat melakukan aksi untuk mencapai suatu tujuan (Coulombis dan Wolfe, 1990: 30). Seperti yang dikemukakan oleh Holsti, bahwa istilah hubungan internasional dapat mengacu pada semua bentuk interaksi antar anggota masyarakat yang berlainan, baik yang disponsori oleh pemerintah maupun tidak (Holsti, 1992: 29). Jadi dapat disimpulkan bahwa studi hubungan internasional pada dasarnya mempelajari interaksi yang melintasi batas-batas negara yang dilakukan oleh aktor negara, maupun aktor non-negara yang juga melibatkan macam-macam sektor kehidupan didalamnya, seperti: ekonomi, sosial, budaya, lingkungan hidup, dan lain sebagainya.

2.2 Pluralisme Dalam Hubungan Internasional

Pandangan kaum pluralis mengenai Hubungan Internasional didasarkan pada asumsi-asumsi, yaitu antara lain:


(49)

2. Negara bukanlah aktor kesatuan karena didalamnya terdapat individu, kelompok individu, kelompok kepentingan, dan birokrasi. Di dalam negara terdapat pula interaksi antara individu dan kelompok. Bentuknya dapat berupa kompetisi, koalisi, kompromi, dan opini publik. Pengaruh-pengaruh dari luar yang melewati batas-batas negara seperti paham ideologi, nilai-nilai, organisasi internasional dan organisasi transnasional, kelompok-kelompok kepentingan serta opini publik.

3. Kaum pluralis menolak asumsi kaum realis bahwa negara adalah aktor yang rasional, karena menurut kaum pluralis, negara adalah aktor rasional yang kompleks, maka berbagai masalah belum tentu dapat didasarkan dengan pembuatan keputusan yang rasional.

4. Menurut kaum pluralis, agenda dari politik internasional harus diperluas. Selain keamanan nasional, hal lain yang perlu diperhatikan adalah masalah ekonomi, sosial, dan ekologi yang meningkat pesat seiring dengan adanya interdependensi di antara negara-negara dan masyarakat dunia (Viotti dan Kauppi, 1990: 228-229).

2.3 Organisasi Internasional

2.3.1 Definisi Organisasi Internasional

Organisasi internasional tumbuh karena kebutuhan dan kepentingan masyarakat dunia terhadap perlunya suatu wadah untuk melaksanakan kerjasama internasional, dengan kata lain negara-negara menyadari perlu adanya organisasi internasional untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Organisasi


(50)

internasional awalnya terjadi ketika terbentuk kesepakatan antara satuan-satuan politik yang otonom untuk menegaskan hak dan kewajiban bersama demi kerjasama atau perdamaian.

Berbagai definisi mengenai organisasi internasional dikemukakan untuk membantu memahami pentingnya peran dari organisasi internasional dalam pergaulan internasional dan diakui sebagai aktor dalam hubungan internasional. Organisasi internasional merupakan pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung dan melaksanakan fungsi-fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda (May Rudy, 2005: 3).

Berdasarkan pengertian tersebut dikemukakan bahwa organisasi menurut May Rudy, terdiri dari beberapa unsur:

1. kerjasama yang ruang lingkupnya melintasi batas negara. 2. mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama.

3. baik antar pemerintah maupun non-pemerintah. 4. struktur organisasi yang jelas dan lengkap.

5. melaksanakan fungsi secara berkesinambungan (May Rudy, 2005: 3-4). Organisasi internasional diartikan sebagai institusi yang melewati batas-batas negara dan memudahkan kerjasama di antara anggota-anggota dari organisasi sebagai institusi, organisasi internasional dapat menjadi wadah untuk


(51)

mengatasi berbagai permasalahan seperti keamanan, ekonomi, dan sosial (Henderson, 1998: 385).

Organisasi internasional menurut Clive Archer adalah organisasi yang formal, ditetapkannya struktur yang berkelanjutan melalui persetujuan di antara anggota-anggota, baik perwakilan dari pemerintah maupun bukan dari pemerintah yang setidaknya terdiri dari dua negara berdaulat yang memiliki tujuan untuk menjalankan kepentingan-kepentingan dari para anggotanya (Perwita dan Yani, 2005: 92).

2.3.2 Klasifikasi Organisasi Internasional

Menurut K. G. Saur Verlag, istilah organisasi internasional umumnya untuk menjelaskan klasifikasi baik organisasi antarpemerintah (intergovernmental organizations) dan organisasi internasional pemerintah (international non-governmental organizations) (Toma dan Gorman, 1991: 250).

2.3.2.1 Intergovernmental Organizations(IGOs)

Menurut Edward H. Buehrig, Intergovernmental Organizations (IGOs) merupakan kumpulan atau anggotanya terdiri dari negara-negara. IGOs dibentuk oleh negara untuk memudahkan dan mengatur hubungan di antara negara-negara. IGOs dapat dibentuk secara bilateral, regional atau juga universal. Umumnya IGOs memperoleh otoritas dari perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh negara-negara walau pada saat sekarang IGOs umumnya dibentuk di bawah pimpinan atau perlindungan dari organisasi-organisasi yang ada (Toma dan


(52)

Gorman, 1991: 250). IGOs memiliki dana, pertemuan-pertemuan rutin, markas besar, dan sekretariat yang merupakan badan yang menjalankan program yang telah disusun oleh para anggotanya (Toma dan Gorman, 1991: 250-251).

2.3.2.2 International Non-Governmental Organizations(INGOs)

International Non-Governmental Organizations (INGOs) merupakan organisasi-organisasi swasta dimana setiap individu-individu dari berbagai negara yang menyebar dan melintasi batas-batas negara serta dapat membuat suatu lingkungan masyarakat global dibanding aktor lainnya (Henderson, 1998: 450).

INGOs menurut Clive Archer terdiri dari anggota-anggota yang bukan merupakan perwakilan dari negara-negara atau pemerintah-pemerintah, namun merupakan suatu kelompok-kelompok, asosiasi-asosiasi, organisasi-organisasi, ataupun individu-individu dari suatu negara. Definisi tersebut lebih dikenal dengan aktor-aktor non-pemerintah (non-governmental actors) pada tingkat internasional dan aktivitas-aktivitas mereka membuat meningkatnya interaksi-interaksi transnasional (Archer, 1983: 40).

Clive Archer menambahkan bahwa terdapat banyak organisasi-organisasi bahkan pada awal tahun 1960-an, bukti cukup banyak yang menunjukkan bahwa beberapa kesatuan-kesatuan non-pemerintah termasuk organisasi-organisasi internasional yang mampu mempengaruhi pada peristiwa-peristiwa internasional (Archer, 1983: 142).

Perkembangan pesat dalam bentuk serta pola kerjasama melalui organisasi internasional telah makin menonjolkan peran organisasi internasional yang bukan


(53)

hanya melibatkan negara beserta pemerintah saja. Negara tetap merupakan aktor paling dominan di dalam bentuk-bentuk kerjasama internasional, namun perlu diakui keberadaan organisasi-organisasi internasional non-pemerintah yang makin banyak jumlahnya.

Non-Governmental Organizations(NGOs) merupakan kelompok, asosiasi maupun pergerakan yang dilakukan oleh sekelompok orang dari berbagai negara dimana kegiatan yang dilakukannya secara sukarela (non-profit making purposes). Terjadinya perubahan-perubahan di dunia serta kemajuan di dalam bidang komunikasi mendorong berkembangnya NGOs. NGOs memiliki karakteristik atau ciri sebagai berikut:

1. Inisiatif Sendiri (Private Initiative), merupakan kenyataan yang dilakukan secara spontan yang terlihat di dalam lingkungan internasional, dan tidak terpengaruh oleh campur tangan dari pemerintah (negara). NGOs juga merekrut individu-individu yang tidak terpengaruh oleh otoritas pemerintah maupunIntergovernmental Organizations(IGOs).

2. Spontanitas (Spontanity), dimana pada umumnya NGOs dibentuk oleh sekelompok orang-orang dari beberapa negara. Hal ini membuktikan bahwa negara maupun negara-bangsa tidak mampu mewujudkan aspirasi maupun keinginan masyarakat.

3. Kombinasi dari ciri spontanitas dengan solidaritas dalam kerangka kerja dari suatu organisasi (baik pergerakan maupun asosiasi) sehingga individu-individu yang ada mampu berperan dinamis di dalam lingkungan internasional (Merle, 1987: 308-309).


(54)

Kriteria persyaratan bagi INGO menurut The Union of International Association, adalah:

1. Tujuan organisasi harus sepenuhnya bersifat atau berciri internasional, dengan menegaskan keterlibatan organisasi lebih daripada sekedar hubungan bilateral (antara dua negara), atau sekurang-kurangnya mencakup kegiatan organisasi pada tiga negara.

2. Keanggotaannya harus terbuka, mencakup individu-individu serta kelompok-kelompok di wilayah atau negara yang termasuk dalam ruang lingkup organisasi tersebut, dengan sekurang-kurangnya tiga negara. 3. Anggaran Dasar organisasi harus mengandung ketentuan mengenai

pemilihan atau pergantian pimpinan dan pengurus secara berkala atau periodik, dengan tata cara pemilihan yang disusun sedemikian rupa guna menghindari pengisian jabatan-jabatan dan pengendalian organisasi hanya oleh orang-orang dari satu negara saja.

4. Pendanaan atau pembiayaan pokok (substansial) bagi kegiatan organisasi harus berasal, atau mencakup sumbangan dari sekurang-kurangnya tiga negara (May Rudy, 2005: 20).

NGOs adalah aktor non-negara, tetapi memiliki sifat yang sama kuatnya dan dapat melewati batas negara. NGOs yang didirikan oleh sekelompok individu atau kelompok domestik yang bukan sebagai perwakilan dari pemerintah. Aktor ini masuk dalam analisis sistem dunia karena peranannya dapat mempengaruhi kebijakan suatu negara yang bersangkutan. Menurut Union of International


(55)

Association, ada beberapa tipe dari NGO yang bergerak dalam bidang yang berbeda, seperti:

1. Bidang industri.

2. Bidang kesehatan dan obat-obatan. 3. Bidang ilmu pengetahuan.

4. Bidang hubungan internasional.

Sedangkan di antara tahun 1957-1971 bidang-bidang tersebut berkembang dan meningkat menjadi:

1. Teknologi. 2. Pertanian.

3. Ilmu pengetahuan.

4. Perekonomian dan keuangan.

5. Lingkungan hidup (Bennet, 1997: 355).

Akibat dari perkembangan yang ada, organisasi yang memiliki tujuan khusus dalam menangani masalah lingkungan hidup terus berkembang sampai mereka memiliki kekuatan dalam konstelasi politik internasional. Sekitar tahun 1980-an, NGOs di dunia terfokus pada kelompok atau organisasi lingkungan hidup seperti Greenpeace, Sierra Club, World Wildlife Fund (WWF) dan lain-lainnya.

Kemampuan dari organisasi ini menjadikan mereka memiliki karakter tersendiri atau karakter yang berbeda dari NGO lainnya. Karakteristik dasar mereka adalah:


(56)

1. Memiliki pendukung dengan jumlah yang banyak di seluruh dunia dengan jaringan organisasi yang menyebar di seluruh dunia.

2. Memiliki fasilitas peralatan dan sumber daya yang dibangun sendiri yang berfungsi untuk mendukung tercapainya tujuan dalam perlindungan lingkungan hidup di dunia.

3. Memiliki kemampuan dalam melakukanlobby politik dengan para pejabat pemerintahan atau pun pihak-pihak yang memiliki pengaruh yang besar dalam pengambilan keputusan di suatu negara.

4. Mampu melakukan penelitian-penelitian ilmiah yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat internasional tentang masalah yang terjadi dalam ekosistem dunia.

5. Memiliki hubungan yang efektif dengan media massa yang berfungsi sebagai benang merah terhadap masyarakat internasional dalam memandang penyalahgunaan dan perlakuan yang semena-mena terhadap lingkungan hidup.

6. Memiliki peranan yang besar dan aktif dalam forum-forum pembicaraan yang membahas masalah lingkungan di dunia seperti dalam KTT Bumi di Rio de Jenairo pada tahun 1992 dan 1997.

7. Memiliki peranan yang aktif dalam menentukan kebijakan dalam menangani masalah lingkungan. Mementingkan solusi atau pemecahan masalah bukan pertentangan atau konflik.


(57)

8. Mampu membangun jaringan kerja seluas-luasnya demi tercapainya tujuan yang diinginkan oleh organisasi tersebut (Hurrell dan Kingsbury, 1992: 113-114).

Aktor-aktor non-negara seperti Greenpeace, khususnya yang bergerak dalam bidang lingkungan memiliki tujuan untuk menanggulangi permasalahan yang muncul akibat dari ketidakseimbangan ekosistem manusia dan lingkungannya. Dalam hal ini berarti Greenpeace memiliki tujuan yang khusus tetapi menangani isu yang global (Hurrell dan Kingsbury, 1992: 113).

2.3.3 Peran Organisasi Internasional Dalam Sistem Internasional

Menurut Keohane dan Nye, organisasi internasional berperan penting di dalam membantu negara melakukan bargaining (tawar-menawar), menyusun rencana untuk agenda-agenda dalam konferensi-konferensi serta dapat membantu memberikan masukan dalam kebijakan global. Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi tujuan dan perbuatan terhadap lingkungan hidup, perdagangan dan permasalahan keuangan, peraturan-peraturan tentang kelautan dan isu-isu area lainnya yang menjadi perhatian bagi negara-negara maupun aktor-aktor non-negara (Henderson, 1998: 88).

Ada 3 (tiga) peran utama yang dapat diidentifikasikan dari organisasi internasional di dalam sistem internasional, yaitu antara lain:

1. Sebagai instrumen yang dapat digunakan oleh para anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu.


(58)

2. Sebagai arena, dimana organisasi internasional merupakan wadah atau forum bagi para anggotanya untuk berdialog, berdebat, maupun menggalang kerjasama.

3. Sebagai aktor independen, dimana organisasi internasional dapat membuat keputusan-keputusan sendiri dan melaksanakan kegiatan yang diperlukan (salah satunya adalah bantuan untuk pelestarian lingkungan hidup) tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi (May Rudy, 2005: 29).

Bermunculannya aktivitas organisasi non-pemerintah telah mampu menembus batas-batas nasional dan mampu melakukan perbaikan-perbaikan di dalam komunikasi dimana setiap individu dapat membuat agenda-agenda yang umum dan hal-hal yang nyata pada level internasional (http://www.ciaonet.org, diakses pada tanggal 2 Juli 2008).

Aktor non-negara (Non-Governmental Organization atau International Non-Governmental Organization) dapat berperan dalam politik internasional, yaitu dengan:

1. Membawa suatu isu pada agenda diplomatik internasional.

2. Publikasi dan menyadarkan warga dunia mengenai masalah-masalah global maupun regional.

3. Melakukan lobby kepada pemerintah-pemerintah nasional dan organisasi internasional untuk membuat keputusan-keputusan yang akan dibuat.


(59)

4. Mencari suatu hasil melalui aksi langsung (direct action), kadang (walau jarang) melalui ancaman (threat) atau pun menggunakan kekuatan (force) (Holsti, 1992: 64).

Keempat ciri-ciri di atas sudah dilakukan oleh pergerakan yang dilakukan Greenpeace. Greenpeace sebagai aktor non-negara yang peduli terhadap lingkungan merupakan badan yang independen. Sebagai International Non-Governmental Organization (INGO), Greenpeace sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), tetapi kegiatannya mencakup apa yang dilakukan oleh organisasi internasional lainnya, khususnya mengenai lingkungan hidup (Holsti, 1992: 64).

2.4 Teori Kampanye

Kampanye dapat dilakukan secara lokal, regional maupun global. Kampanye merupakan salah satu bentuk komunikasi. Menurut Rogers dan Storey (1987), kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Merujuk pada definisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung empat hal, yakni:

1. Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu.

2. Jumlah khalayak sasaran yang besar.


(60)

4. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.

Di samping keempat ciri pokok di atas, kampanye juga memiliki karakteristik lain, yaitu sumber jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggung jawab suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat (Venus, 2004: 7).

Menurut Pfau dan Parrot (1993), kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan (Venus, 2004: 8).

Menurut Leslie B. Snyder, kampanye komunikasi adalah tindakan komunikasi yang terorganisasi yang diarahkan pada khalayak tertentu, pada periode waktu tertentu guna mencapai tujuan tertentu (Venus, 2004: 8).

Menurut Rajasundaram, kampanye dapat diartikan sebagai pemanfaatan berbagai metode komunikasi yang berbeda secara terkoordinasi dalam periode waktu tertentu yang ditujukan untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu berikut pemecahannya (Venus, 2004: 8).

Ada tiga jenis kampanye, membicarakan jenis-jenis kampanye pada prinsipnya adalah membicarakan motivasi yang melatarbelakangi diselenggarakannya sebuah program kampanye. Motivasi tersebut pada gilirannya akan menentukan ke arah mana kampanye akan digerakkan dan apa tujuan yang


(61)

akan dicapai. Jadi secara inheren ada keterkaitan antara motivasi dan tujuan kampanye.

Bertolak dari keterkaitan tersebut, Charles U. Larson (1992) kemudian membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori, yakni:

1. Product-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi dilingkungan bisnis. Istilah lain yang sering dipertukarkan dengan kampanye jenis ini adalah commercial campaigns atau corporate campaign. Motivasi yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan finansial. Cara yang ditempuh adalah dengan memperkenalkan produk dan melipatgandakan penjualan sehingga diperoleh keuntungan yang diharapkan. Contohnya adalah kampanye Public Relations yang ditujukan untuk membangun citra positif perusahaan di mata publik.

2. Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai political campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum. Contohnya adalah kampanye pemilu, kampanye penggalangan dana bagi partai politik dan sebagainya. 3. Ideologically or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye yang


(62)

berdimensi perubahan sosial. Karena itu kampanye jenis ini dalam istilah Kotler disebut sebagai social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait. Pada dasarnya berbagai jenis kampanye yang tidak termasuk dalam kategori kampanye politik atau kampanye produk dapat dimasukkan ke dalam kampanye perubahan sosial. Dengan demikian cakupan jenis kampanye ini sangat luas mulai dari kampanye di bidang kesehatan, kampanye lingkungan hidup, kampanye pendidikan, dan sebagainya (Venus, 2004: 10-12).

Kampanye yang dilakukan oleh Greenpeace termasuk ke dalam jenis kampanye Ideologically or cause oriented campaigns atau social change campaigns.

Kampanye adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan secara terlembaga. Penyelenggara kampanye umumnya bukanlah individu melainkan organisasi atau lembaga. Tujuannya sangat beraneka ragam, tergantung kepentingan dan sasaran yang ingin dicapai. Menurut Pfau dan Parrot (1993), apapun tujuannya, upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu terkait dengan aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (behavioural). Ostergaard (2002) menyebut ketiga aspek tersebut dengan istilah ‘3A’ sebagai kependekan dari awareness, attitude, dan action. Ketiga aspek ini saling terkait dan merupakan sasaran pengaruh (target of influence) yang harus dicapai secara bertahap agar satu kondisi perubahan dapat tercipta (Venus, 2004: 9-10). Ada tiga tahap yang dilakukan dalam kampanye, yaitu:


(63)

1. Kegiatan kampanye pada tahap pertama biasanya diarahkan untuk menciptakan perubahan pada tataran pengetahuan atau kognitif. Pada tahap ini, pengaruh yang diharapkan adalah munculnya kesadaran, berubahnya keyakinan atau meningkatnya pengetahuan khalayak tentang isu tertentu. Dalam konsep Ostergaard tahap ini merupakan tahap awareness yakni menggugah kesadaran, menarik perhatian, dan memberi informasi tentang produk, atau gagasan yang dikampanyekan.

2. Pada tahap kedua ini, kampanye diarahkan pada perubahan dalam sikap (attitude). Sasarannya adalah untuk memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian atau keberpihakan khalayak pada isu-isu yang menjadi tema kampanye.

3. Pada tahap terakhir ini, kegiatan kampanye ditujukan untuk mengubah perilaku khalayak secara konkret dan terukur. Tahap ini menghendaki adanya tindakan tertentu yang dilakukan oleh sasaran kampanye. Tindakan tersebut dapat bersifat ‘sekali itu saja’ atau terus-menerus (berkelanjutan) (Venus, 2004: 10).

Inti dari kampanye tidak lain adalah pesan. Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan-pesan dari pengirim kepada khalayak. Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan dalam berbagai bentuk mulai dari poster, spanduk, baligo (billboard), pidato, diskusi, iklan, hingga selebaran. Banyak hal yang terkait dengan isi pesan, mulai dari materi pendukungnya, visualisasi pesan, isi negatif pesan, pendekatan emosional, pendekatan rasa takut, serta kreativitas. Isi pesan-pesan kampanye juga harus menyertakan visualisasi mengenai dampak


(1)

Bukhorie, Ery. 2005.Energi. Greeners Magazine (4th edition)/Oktober-November 2005.

Hadiwinata, Bob S. 1997. Dilemma Pemberdayaan, LSM, Pemerintah, dan Masyarakat Sipil. Jurnal Potensia. Tahun VIII. No. 20.

The International World Bank for Reconstruction and Development/The World Bank. 2001.The Quality of Growth. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Webster’s New Collegiate Dictionary International Ensyclopedia of the Social Science (Volume 5). 1968. New York. The Macmillan Company and The Free Press.

INTERNET

About Greenpeace. http://www.greenpeace.org/international/about. Diakses pada tanggal 28 Februari 2008.

About Us: How is Greenpeace Structured?.

http://www.greenpeace.org/international/about/how-is-greenpeace-structured. Diakses pada tanggal 1 Juli 2008.

About Us: Our Mission. http://www.greenpeace.org/international/about/our-mission. Diakses pada tanggal 28 Februari 2008.

About Us: The Founders.

http://www.greenpeace.org/international/about/history/founders. Diakses pada tanggal 28 Februari 2008.

Energi nuklir untuk Indonesia: Rencana yang Ceroboh dan Berbahaya. http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/press-releases/energi-nuklir-untuk-indonesia. Diakses pada tanggal 28 April 2008.

Expeditions and Special Projects.

http://www.greenpeace.org/international/campaigns/climate-change/our_work/expeditions#. Diakses pada tanggal 1 Juli 2008. Greenpeace.

http://classes.maxwell.syr.edu/intlmgt/sessions/greenpeace/greenpeacelect ure.htm. Diakses pada tanggal 28 Februari 2008.


(2)

154

Greenpeace. http://en.wikipedia.org/wiki/Greenpeace#Greenpeace. Diakses pada tanggal 28 Februari 2008.

Greenpeace and its Challenge in the Mediterranian.

http://www.greenpeacemed.org.mi/gp.html. Diakses pada tanggal 1 Juli 2008.

Greenpeace Annual Report 1993-1994: Worldwide Action.

http://archive.greenpeace.org/search.shtml. Diakses pada tanggal 29 Juni 2008.

Greenpeace Bersama Sekolah Melakukan Aksi Penyelamatan Iklim. http://www.greenpeace.org/seasia/id/news/greenpeace-bersama-sekolah-mel. Diakses pada tanggal 1 Juli 2008.

Greenpeace:Climate Campaign.

http://www.greenpeace.org/seasia/en/climate_campaign. Diakses pada tanggal 17 Maret 2008.

Greenpeace Fact Sheet: What’s Wrong with the Climate. www.greenpeace.org.nz. Diakses pada tanggal 1 Juli 2008.

Greenpeace Mengutuk Pertemuan Industri Batubara di Bali.

http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/press-releases/greenpeace-mengutuk-pertemuan. Diakses pada tanggal 28 April 2008.

Greenpeace Menyambut Keputusan Nahdhatul Ulama Mengharamkan PLTN. http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/press-releases/greenpeace-menyambut-keputusan. Diakses pada tanggal 17 Desember 2008. Greenpeace Science Unit.

http://www.greenpeace.org/international/about/greenpeace-science-unit-2. Diakses pada tanggal 1 Juli 2008.

Greenpeace Victories. http://www.greenpeace.org/international/about/victories. Diakses pada tanggal 1 Juli 2008.

Greenpeace Worldwide. http://www.greenpeace.org/international/about/worlwide. Diakses pada tanggal 1 Juli 2008.


(3)

http://www.radarsampit.com/berita/index.asp?Berita=RadarUtama&id=10 832. Diakses pada tanggal 1 April 2008.

Greenpeace: Indonesia Harus Ambil Alih Tonggak Kepemimpinan Gerakan Melawan Krisis Iklim Global.

http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/press-releases/greenpeace-indonesia-harus. Diakses pada tanggal 28 April 2008.

Greenpeace: Listrik Murah dan Rendah Karbon Bagi Warga Indonesia. http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/press-releases/greenpeace-listrik-murah-dan. Diakses pada tanggal 31 Maret 2008.

Greenpeace: Pertemuan Industri di Bali Perparah Perubahan Iklim.

http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/press-releases/greenpeace-pertemuan-industri. Diakses pada tanggal 17 Desember 2008.

Hiraukan Insiden Kashiwazaki: Indonesia dan Korea Selatan Terus Bangun Kerjasama Nuklir di Zona ‘Ring of Fire’.

http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/press-releases/hiraukan-insiden-kashiwazaki. Diakses pada tanggal 28 April 2008.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://kbbi.web.id/index.php?search=dampak. Diakses pada tanggal 7 Desember 2008.

Key Indicator of Indonesia Energy and Mineral Resources.

http://www.esdm.go.id/publikasi/buku.html. Diakses pada tanggal 30 Januari 2009.

Menteri ESDM Luncurkan Pertamina Biosolar untuk Industri.

http://www.esdm.go.id/berita/migas/40-migas/2110-menteri-esdm-luncurkan-pertamina-biosolar-untuk-industri.html, diakses pada tanggal 30 Januari 2009.

Merdeka Dari Mati Lampu; Greenpeace Mendesak Menteri ESDM untuk Segera Melaksanakan “Revolusi Energi”.

http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/press-releases/merdeka-dari-mati-lampu-green. Diakses pada tanggal 1 November 2008.

Our Work. http://www.greenpeace.org/seasia/en/our-work. Diakses pada tanggal 29 Juni 2008.


(4)

156

Pemanasan Global. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global. Diakses pada tanggal 7 Desember 2007.

Penggunaan BBN Wajib Mulai Januari 2009.

http://www.esdm.go.id/berita/migas/40-migas/2082-penggunaan-bbn-wajib-mulai-januari-2009.html, diakses pada tanggal 30 Januari 2009 Perubahan Iklim Global.

http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahan-iklim-global. Diakses pada tanggal 28 Februari 2008.

Program Iklim dan Energi WWF Indonesia. www.wwf.or.id. Diakses pada tanggal 24 April 2008.

Questions about Greenpeace in General.

http://www.greenpeace.org/international/about/questions-about-greenpeace-in-general. Diakses pada tanggal 28 Februari 2008.

Sailormongering. http://en.wikipedia.org/wiki/Sailormongering. Diakses pada tanggal 28 Februari 2008.

Switch off, Unplug, Enjoy!. http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/press-releases/greenpeace-luncurkan-program. Diakses pada tanggal 28 Februari 2008.

The Money and Organization. http://act.greenpeace.nl/~jess/central.html. Diakses pada tanggal 26 Maret 2008.

The Role of Non-Governmental Organizations in International Conservation of Elasmobranchs. S. Fowler.

http://www.fao.org/docrep/003/X2098E/X2098E18.htm. Diakses pada tanggal 28 Februari 2008.

Tinggalkan Nuklir: Greenpeace Menyerukan Medco untuk Mengembangkan Energi Terbarukan. http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/press-releases/tinggalkan-nuklir-greenpeace. Diakses pada tanggal 28 April 2008.

Work for Greenpeace. http://www.greenpeace.org/international/about/jobs. Diakses pada tanggal 28 Februari 2008.


(5)

NIM : 44304018

PROGRAM STUDI : ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

JUDUL : PERANAN GREENPEACE DALAM

MENGKAMPANYEKAN ENERGI TERBARUKAN DI INDONESIA UNTUK MENGURANGI DAMPAK PEMANASAN GLOBAL

Disahkan:

Bandung, 19 Februari 2009

Menyetujui: Pembimbing

Dewi Triwahyuni, S.IP., M.Si. NIP. 4127 35 32 007

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIKOM

Prof. Dr. J.M. Papasi NIP. 4127 70 00 011

Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Andrias Darmayadi, S.IP., M.Si. NIP. 4127 35 32 002


(6)