Tuturan yang Menyimpang Maksim Kedermawanan
12
8 Suatu ketika si Azam sedang berlibur, tetapi tampaknya ia tak tahu akan
adanya peraturan itu. Ia merokok sendirian sambil duduk di bangku. Karena rokoknya sudah hampir habis, ia membuang puntung rokoknya
begitu saja dan jatuh persis di sisi kaki kanannya.
Tanpa disangka-sangka, tiba-tiba datang petugas dan menegur Azam dengan suara tegas.
“Tahukah Anda bahwa Anda telah melakukan pelanggaran?” “Tidak tahu. Apa gerangan yang telah saya perbuat?” Jawab Azam.
“Anda telah membuang sampah sembarangan, yaitu puntung rokok”, tegas petugas itu.
Dengan sigap Azam menjawab, “Oh…, maaf terjatuh.” Lalu, diambilnya puntung rokok itu serta langsung diisapnya lagi.
Petugas itu hanya terbelalak keheranan. Kemudian, ia pergi meninggalkan Azam.
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, 2013:125
Data 8 teridentifikasi sebagai data yang menyimpang dari prinsip sopan santun pada maksim kedermawanan dengan tipe meyakinkan mita tutur agar terbebas
dari hukuman. Hal ini dapat dibuktikan pada tokoh Azam yang saat itu dengan sengaja membuang puntung rokok secara sembarangan. Puntung rokok tersebut jatuh
persis di sisi kaki kanannya dan tiba-tiba Azam langsung didatangi petugas. Azam pun berusaha mencari cara untuk mengakali petugas agar dirinya bebas dari
hukuman sekalipun ia telah sengaja melakukannya. Akhirnya petugas percaya dan pergi meninggalkan Azam. Tuturan yang menyatakan bahwa data 8 menyimpang
dari maksim kedermawanan dengan tipe meyakinkan mitra tutur agar terbebas dari hukuman ditunjukkan pada tuturan berikut
Dengan sigap Azam menjawab, “Oh…, maaf terjatuh.” Lalu, diambilnya puntung rokok itu serta langsung diisapnya lagi.
b. Menolong Mitra Tutur agar Pekerjaan Rumah Terselesaikan Tipe kedua dari penyimpangan maksim kedermawanan adalah menolong
mitra tutur agar pekerjaan rumah terselesaikan. 9 Pada suatu hari seorang yang kaya raya mengendarai mobilnya di suatu
pedesaan. Ia menghentikan mobilnya ketika ia melihat ada seorang ibu sedang memakan rumput. Ia bertanya pada ibu itu mengapa ia memakan
rumput. Ibu itu dengan sedih berkata, “Ya, saya sangat miskin. Saya
sudah tidak punya apa- apa lagi untuk dimakan.”
“Kalau begitu, ayo ikut aku ke rumahku,” kata orang kaya. “Tetapi, saya mempunyai tujuh orang anak,”jawab ibu miskin.
“Di mana mereka?” tanya orang kaya. Ibu miskin menunjuk ke suatu tempat tujuh orang anak yang juga
sedang memakan rumput.
13
“Ayo, ajak mereka sekalian,”kata orang kaya. Mereka pun masuk ke mobil orang kaya itu. Ibu miskin yang merasa
terharu akan kebaikan orang kaya bertanya, “Pak, apa yang mendorong bapak begitu bai
k untuk mengajak kami semua?” Orang kaya itu hanya menjawab,
“Kebetulan rumput di rumah saya sudah panjang-
panjang.”
Cakap Berbahasa Indonesia, 2013:2 Data 9 teridentifikasi menyimpang dari maksim kedermawanan pada tipe
menolong mitra tutur agar pekerjaan rumah terselesaikan. Hal ini dapat dibuktikan melalui respon jawaban orang kaya, yakni ia tidak perlu susah-susah mencari
pembantu untuk membersihkan rumput di rumahnya yang sudah panjang-panjang. Orang kaya tersebut sangat senang karena ia bisa bertemu dengan seorang ibu miskin
dan ketujuh orang anak yang nantinya dapat membantu menghabiskan rumput. Dengan demikian, ibu dan ketujuh orang anaknya tidak perlu lagi makan rumput di
tempat lain karena di tempat orang kaya sudah disediakan. Tuturan yang menandakan penyimpangan maksim kedermawanan pada tipe menolong mitra tutur
agar pekerjaan rumah terselesaikan berupa “Kebetulan rumput di rumah saya sudah
panjang- panjang.”
c. Tidak Ingin Berbagi Kepada Mitra Tutur Tipe ketiga dari penyimpangan maksim kedermawanan adalah tidak ingin
berbagi kepada mita tutur. Artinya, penutur yang dipandang memiliki ilmu lebih tinggi justru tidak mau berbagi kepada lainnya. Berikut sajian data dan hasil analisis
peneliti. 17
Sesudah menyampaikan salam, Nasruddin bertanya kepada hadirin, “Apakah kalian tahu apa yang akan saya sampaikan dalam khutbah ini?”
Hadirin serempak menjawab, “Tidak” Sebab itu Nasruddin berkata, “Aku tidak punya keinginan untuk berbicara kepada orang-orang
yang tidak mengetahui apapun tentang apa yang akan aku
bicarakan” kemudian berjalan turun dari mimbar dan meninggalkan majelis. Orang-orang merasa tidak enak hati kepadanya dan
mengundangnya lagi pada keesokan harinya. Keesokan harinya, sesampai di mimbar, Nasruddin mengulang
pertanyaan yang sama dan hadirinpu
n menjawab, “Ya”. Maka
Nasruddin berkata, “Baiklah, karena kalian sudah tahu apa yang akan aku katakan maka aku tidak akan membuang waktu kalian
yang sangat berharga.” Kemudian ia turun dari mimbar dan berjalan pulang. Kali ini orang-orang benar-benar dibuat bingung dan akhirnya
14
mereka memutuskan untuk mencoba sekali lagi dan mengundangnya agar datang lagi minggu depan menyampaikan khutbah.
Minggu depannya, ketika naik mimbar, Nasruddin lagi-lagi bertanya yang sama, “Apakah kalian tahu apa yang akan saya sampaikan dalam
khutbah ini?” Kali ini hadirin sudah bersiap-siap untuk pertanyaan itu, maka sebagian dari mereka menjawab “Tidak” dan sebagian lagi
menjawab “Ya”
Nasruddin pun berkata lagi, “Baiklah, kalau begitu sebahagian yang sudah tahu bisa menceritakan kepada sebahagian lainnya yang
belum tahu” dan ia pun kemudian turun meninggalkan mimbar.
Cerdas Berbahasa Indonesia, 2013:176 Data
17 juga
memperlihatkan adanya
penyimpangan maksim
kedermawanan. Nasruddin yang diminta untuk menyampaikan khotbah di sebuah majelis justru membuat para hadirin merasa bingung. Dengan kata lain, sikap
Nasrudin sesuai data 17 menunjukkan bahwa ia ingin memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri dan meminimalkan kerugian bagi diri sendiri. Nasruddin dapat
dikatakan tidak ingin berbagi ilmu kepada orang lain, maka ia pun berusaha untuk membuat orang lain merasa kebingungan.