Persepektif Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Tentang Tindak Pidana Kekerasan Atau Penganiayaan Yang Mengakibatkan Cacat Permanen

PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN
PENGADILAN TENTANG TINDAKAN PIDANA KEKERASAN ATAU
PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN CACAT PERMANEN

(Analisa Putusan Nomer: 443/pid/B/2014/PN.BEKASI)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Memperoleh Gelar S.sy

Oleh :
AHMAD FERIYANTO
NIM : 1110045100013

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA


Abstrak
Ahmad feriyanto. NIM 1110045100013 Persfektif Hukum Islam Terhadap
Putusan Hukuman Penjara 1 Tahun Bagi Tindak Pidana Kekerasan atau
Penganiayaan Yang Mengakibatkan Cacat Permanen ( Kasus Putusan Pengadilan
Negri Bekasi Nomor: 443/Pid/B/2014/PN. Bks.). Program Studi Jinayah Siyasah,
Konsentrasi Kepidanaan Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014 M.
Masalah utama dari pembahasan skripsi ini adalah mengenai sanksi Tindak
Pidana Kekerasan atau Penganiayaan di tinjau dari hukum pidana Islam dimana
ada kesamaan tentang tinjauan hukumnya dengan hukum pidana Positif.
Hasil dari penelitian ini adalah memahami dan mengetahui secara spesifik
mengenai sanksi dari tindak pidana kekerasan atau penganiayaan yang
mengakibatkan cacat permanen dari tinjauan hukum pidana Islam, shingga kita
semua dapat mengetahui dan paham perbedaan maupun kesamaan antara hukum
pidana Positif maupun hukum pidana islam.

Pembimbing

: Dr. Alfitra, SH, MH.

Dedi Nursamsi, SH, M. Hum.

Daftar Pustaka

: Tahun 1981 s.d. Tahun 2013

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratanmemperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuanyang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika kemudian hari terbuktibahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakandari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif hidayatullah
Jakarta

Jakarta, 7 April 2015


Ahmad Feriyanto

KATA PENGANTAR

‫بسم اه الرّحمن الرّحيم‬
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Tak ada untaian kata yang Indah yang senantiasa saya ucapkan selain rasa
syukur saya kepada Allah SWT yang telah meridhoi perjalanan hidup saya, sampai
saya bisa menyelesaikan dari apa yang menjadi tugas dan kewajiban saya sebagai
mahasiswa yaitu menyelesaikan Skripsi saya. Sholawat ma’a salam semoga
tercurahkan kebaginda alam ya’ni NabiyAllah Muhammad SAW, berikut kepada
keluarga, para sahabat, para tabi’in, dan semoga saya khususnya bisa selalu
istiqomah dalam menjalankan apa-apa yang telah disunnahkan oelh Rasulullah
SAW, serta kita semuanya mudah-mudahan mendapatkan syafa’at diyaumil
qiyamah nanti AMIIN.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak sekali
hambatan dan kesulitan yang dihadapi maupun dijalani, namun akhirnya disetiap
ada kesulitan pasti ada kemudahan yang akhirnya, tentunya tak lepas dari beberapa
individu yang selalu memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis sampai

akhirnya skripsi inipun terselesaikan.
Dengan demikian pada kesempatan kali ini penulis ingin mengungkapkan
rasa terimakasih yang takterhingga sekaligus kehormatan disertai penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. H. JM. Muslimin, MA., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Sayarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Hj, Maskufa, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Jinayah Siyasah yang telah
memberikan kebaikan kepada saya khususnya sebagai mahasiswa.
3. Hj. Rosdiana, MA., selaku Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah yang telah
memberikan kebaikan kepada saya khususnya dalam data-data mahasiswa.
4. Dr. Alfitra, SH, MH., selaku dosen pembimbing pertama saya yang telah
membimbing saya dalam hal penulisan skripsi ini.

5. Dedi Nursamsi, SH, M.Hum., selaku dosen pembimbing kedua saya yang telah
membimbing saya juga dalam hal penulisan skripsi ini.
6. Terlebih lagi yang paling utama dan istimewa untuk kedua orang tua saya
khususnya Manta Gunawan dan Ibunda Encih yang telah memberikan
dukungan berupa do’a, finansial, nasehat, dan memberikan yang tidak bisa
penulis haturkan dan balas semua jasa-jasanya, serta seluruh keluarga yang
telah memberikan support kepada saya dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh pengurus lembaga Yayasan Pembinaan Yatim Piatu Al-Ikhlas yang
telah membantu dalam hal kebutuhan ataupun kekurangan yang ada dalam
penulisan skripsi ini.
8. Kawan-kawan seperjuangan khususnya yang berkonsentrasi dikepidanaan
Islam serta adik kelasnya angkatan tahun 2010 dan 2011. Khususnya buat
teman saya Rodhi Firdaus, Aditiya, Imas, Amanah, Reniati, Ade, Yongki, dan
Gea, serta seluruh kawan-kawan yang tidak bisa disebutkan namanya satu
persatu namun tidak mengurangi rasa hormat saya karena kalian yang sudah
bisa membuat saya tetap semangat dalam menempuh perjuangan diperkuliahan
ini.
9. Buat kawan-kawan alumni SD Jati Reja 03 Lemahabang (Cikarang Timur),
khususnya Santa Wijaya, Anim Sanusi, Rohman yang selalu mendo’akan saya
agar sabar dalam menuntut ilmu diperkuliahan ini.
Kepada seluruh pihak yang telah memberikan motivasi baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk mengejar cita-cita yang ingin dicapai,
semoga semuanya dibalas sama Allah SWT atas kebaikan yang telah diberikan
kepada penulis selama ini.
Penulispun menyadari banyak kekurangan dalam penulisan maupun yang
lainnya, oleh karena itu kritik dan saran yang bisa membangun, perlu kiranya
diberikan agar bisa lebih sempurna lagi dalam penulisan skripsi ini. Maka akhirnya

penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfa’at bagi penulis khususnya, dan
umumnya bagi para pembaca.
“Amiin Yaa Allah Yaa Robbal ‘Aalamiin…

DAFTAR ISI

LEMBAR PENYERTAAN….………………………………………………………..
KATA PENGANTAR………………………………………………………………vi
DAFTAR ISI...……………………………………………………………………..viii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masala.…………………………………………...1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………..………5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………...…….........6
D. Review Studi Terdahulu…………………………...………………7
E. Metode Penelitian………………………………...……………….8
F. Sistematika Penulisan…………………………………...…….…10


BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KEJAHATAN MENURUT
HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM
A. Tinjauan Menurut Hukum Pidana Positif………………………..15
1. Pengertian Tindak Pidana…………………………...……….15
2. Macam-macam Tindak Pidana dan Hukumannya…………...20
3. Tujuan Penghukuman Terhadap Pelaku Tindak Pidana……..23
B. Tinjauan Menurut Hukum Pidana Islam…………………………24
1. Pengertian Tindak Pidana……………………………………24
2. Macam-macam Tindak Pidana dan Hukumannya…………...25
3. Tujuan Penghukuman Terhadap Pelaku Tindak Pidana……..31

BAB III

TINDAK PIDANA KEKERASAN ATAU PENGANIAYAAN
MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA
ISLAM
A. Tindak Pidana Kekerasan Atau Penganiayaan Menurut Hukum
Positif…………………………………………………………….34


viii

1. Pengertian Tindak Pidana Kekerasan atau Penganiayaan
……………………….……………………..………………...34
2. Klasifikasi dan Sanksi-sanksi Tindak Pidana Kekerasan atau
Penganiayaan ………………………………………………..35
3. Penganiayaan Yang Mengakibatkan Cacat Permanen…….....38
B. Tindak Pidana Kekerasan atau Penganiayaan Menurut Hukum
Islam………………………………………………………….......38
1. Pengertian Tindak Pidana Kekerasan atau Penganiayaan
……………………….……………………..………………..38
2. Klasifikasi dan Sanksi-sanksi Tindak Pidana Kekerasan atau
Penganiayaan ………………………………………………..40
3. Aspek syar’i Penyelesaian Tindak Pidana Kekerasan atau
Penganiayaan…………………………………………….......53
C. Faktor Penyebab Tindak Pidana Kekerasan atau Penganiayaan….58
BAB IV

PERSPEKTIF

PUTUSAN

HUKUM

PIDANA

PENGADILAN

KEKERASAN

ISLAM

TENTANG

ATAU

TERHADAP

TINDAK


PENGANIAYAAN

PIDANA
YANG

MENGAKIBATKAN CACAT PERMANEN
A. Deskripsi Putusan Pengadilan……………………………………60
B. Perspektif

Hukum

Pidana

Islam

Terhadap

Putusan

Pengadilan………………………………………………………..62

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

ix

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beranjak dalam hidup manusia tidak lepas dengan yang namanya hak
dan kewajiban, semuanya itu telah menjadi pengetahuan yang umum dalam
konteks Islam. Diantara hak manusia itu adanya hak hidup dan hak milik, hak
kebebasan berpendapat dan mengeluarkan pernyataan, hak amal bil-ma’ruf,
hak kemerdekaan beragama dan berkeyakinan, dan hak persamaan. sedangkan
kewajiban manusia adalah kewajiban hubungan dirinya dengan tuhannya dan
kewajiban hubungan dirinya dengan orang lain ( Masyarakat )1.
Adapun hak dan kewajiban itu mengandung arti yang sangat penting
dalam rangka pembinaan hidup individu. Islam mengharuskan adanya suatu
opini umum yang bermoral, mendorong kearah kebaikan dan mencegah segala
bentuk kejahatan dan kemungkaran.2
Bentuk kejahatan dan kemunkaran adalah perbuatan keji yang sangat
dilarang oleh Allah, karena dari dampak perbuatan yang dilarang maka akan
berdampak kepada kehidupan sosial bermasyarakat. Sebagaimana Rosul
sangat melarang perbuatan kejinya itu :
‫إتقاء فحشه‬

‫من لةً عنداه يوم القيامة من تّكه النا‬

1

‫إَّ شَّالنا‬

Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, ( Jakarta :
PT. Pustaka Firdaus 1987) hal. 49 dan 65-69
2
Muhammad Abu Zahrah, Membangun Masyarakat Islami, (Jakarta 12048: PT.
Pustaka Firdaus 1994) hal. 19

1

2

“Sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya disisi Allah
dihari kiamat, yaitu orang yang mana manusia meninggalkannya karena
perbuatan kejinya.”3
Tetapi tak lepas dari semuanya itu dalam diri manusia ada yang
namanya sifat baik dan sifat buruk. Sifat baik mencerminkan sikap terpuji dan
sifat buruk mencerminkan sikap kejahatan. Sedangkan kekerasan atau
penganiayaan, merupakan sifat buruk yang terdapat dalam diri manusia atau
para ahli ilmu sosial menggunakan istilah “Agresi” untuk setiap perbuatan
manusia yang bertujuan untuk menyakiti badan atau menyakiti perasaan orang
lain.4 Gejala kekerasan atau penganiayaan (violence), kebiadaban (barbarity),
kekejaman (cruelty), dan segala bentuk tindakan yang melampaui batas
kemanusiaan (inhumanity) yang muncul dalam kehidupan umat manusia, pada
hakikatnya telah tua setua sejarah manusia sendiri. Demikian pula gejala
kehidupan yang berorientasi pada landasan kemanusiaan (humanity),
kedamaian (peace) keamanan (security) toleransi kebajikan (benevolence) dan
rasa cinta kasih atas sesama juga telah tua setua sejarah manusia mengenal
kebudayaan, peradaban dan agama.5
Hal ini bisa dirasakan oleh kejiwaan setiap manusianya itu sendiri ,
baik dilihat dari kenyataan yang dialami oleh setiap individunya sendiri
maupun dari beberapa fenomena yang dihadirkan oleh informasi yang aktual

Sejumlah Para Ulama Dari Para Penuntut Ilmu Didunia Islam (Tafsir Al’Usyr AlAkhir), Hukum-Hukum Penting Bagi Seorang Muslim, cet. 4, hal, 203.
4
Willie Koen, Kekerasan dan Agresi (Perilaku Manusia), (PT. Tira Pustaka, 1987), hal. 9
5
Yaya Khisbiyah dkk, Melawan kekerasan Tanpa kekerasan, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar Opset, 2000) hal. 32
3

3

tajam bahkan akurat yang ada pada zaman sekarang, karena seiring dengan
teknologinya pula yang bisa memberikan tentang pengetahuan yang begitu
canggih dan bisa secara langsung dilihat ataupun disaksikan walupun tidak
berada dalam kejadiannya itu sendiri, yang memberikan suatu kabar tentang
maraknya sebuah kejahatan, sebagai bukti kenyataan dalam sosial.
Masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia pada umumnya saat
ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat
maraknya sebuah kejahatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakatnya
sendiri baik dari kalangan tua bahkan yang muda yang berdampak kepada
kehidupan bangsa dan negara pada masa sekarang ini dan yang lebih
mengkhawatikannya lagi akan terus-menerus terjadi dikehidupan sebuah masa
yang akan datang.6
Adanya sebuah kejahatan kekerasan atau penganiayaan yang ada
dimasyarakat khususnya di Indonesia, secara tidak langsung bisa membatasi
pergaulan bagi seseorang yang terlibat didalamnya baik pelaku terlebihlagi
korbannya itu sendiri. Oleh karena itu, larangan Islam tidak semata-mata
untuk membatasi pergaulan, tetapi lebih dari itu yaitu, untuk menyelamatkan
peradaban manusia yang pada dasarnya sebagai langkah baik agar tidak
melanggar norma-norma hukum yang telah ditetapkan oleh agama dan yang
telah disepakati masyarakat.7

6

Andi Hamzah, System Pidana dan Pemidanaan Indonesia, (Jakarta : PT. Pradya
Paramita, 1997), hal. 67.
7
Rachmat Syafe’I, Al-Hadis Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan Hukum, (Bandung : Pustaka
Setia, 2003), cet. 2, hal. 209.

4

Adapun

salah

satu

usaha

penanggulangan

kejahatan

ialah

menggunakan hukum pidana dengan sanksinya yang berupa pidana, namun
demikian persoalan ini masih sering dipermasalahkan. Penggunaan hukum
termasuk hukum pidana sebagai salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan sosial yang ada dimasyarakat.8
Sebenarnya Pembangunan suatu wilayah dalam hal mengurangi
tingkat kejahatan kekerasan atau penganiayaan itu menghendaki adanya cara
baru dan suasana baru yang sejalan dengan irama perkembangan zamannya.
Tentu hal ini akan membawa konsekuensi pada perlunya ditinggalkan caracara mengatasi kejahatan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak perlu
dipertahankan lagi didalamnya. Oleh karena itu, pembangunan suatu wilayah
yang hanya berorientasi pada aspek fisik semata tidaklah cukup apabila tidak
disertai dengan pembangunan pada aspek nonfisik, seperti perubahan pada
cara berfikir yang berdasarkan konsep keagamaan. 9 Selain itu kemampuan
dalam bicara yang dibarengi dengan peningkatan daya otak memperkaya
hubungan sosial orang primitif dan mempertebal rasa kemasyarakatannya
pula.10
Jika dilihat secara mendalam pada dasarnya mencegah sebuah
kejahatan itu sendiri khususnya kekerasan

atau penganiayaan

bisa

dikategorikan dalam konsep Maqasid Al-Syari’ah yang bertujuan untuk
8

Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana,(Bandung: Nusa Media, 2010), Cet.

1, hal. 19
9

Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, urgensi perlindungan korban
kejahatan,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007) Cet.1, hal.15-16.
10
Willie Koen, The Community (Lingkungan Masyarakat),(PT. Tira Pustaka, 1987)
hal.16

5

mewujudkan kebaikan sekaligus menghindarkan keburukan atau mengambil
manfaat dan menolak mudarat, istilah yang sederajat dengan inti dari maqasid
al-syari’ah tersebut adalah Maslahat, karena penetapan hukum dalam Islam
harus bermuara kepada maslahat, untuk memahami hakikat dan peranan
maqasid al-syari’ah yang bertujuan memelihara Agama, Jiwa, Akal,
Keturunan dan Harta yang dimasukan dalam sebuah hukum jinayat ketika
melanggarnya.
Dimaksud dengan jinayat meliputi beberapa hukum, yaitu membunuh
orang, melukai, memotong anggota tubuh, dan menghilangkan salah satu
panca indra.11 perbuatan kekerasan fisik menurut hukum pidana Islam dapat
digolongkan kepada perbuatan kejahatan terhadap nyawa atau badan orang
lain, perbuatan itu merupakan bentuk tindak pidana penganiayaan atas selain
jiwa, dapat juga dikatakan sebagai pelukaan (al-jarh) atau tindak pidana selain
jiwa (jinayatun ‘ala maaduunan nafs).12
Sedangkan tindak pidana selain selain jiwa didalamnya terdapat
penganiayaan atau kekerasan atas anggota badan dan semacamnya yang
meliputi diantaranya: pemotongan tangan, kaki, jari, kuku, hidung, zakar, biji
pelir, telinga, bibir, pencongkelan mata, merontokan gigi, pemotongan
rambut, alis, bulu mata, jenggot, kumis, bibir kemaluan perempuan, dan
lidah.13

11

Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), cet. 57,

hal. 429.
12

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), cet.1,

hal.179
13

Ibid, hal. 181

6

Sebagai mana Firman Allah S.W.T :

‫ن‬
َ ِّ‫ّ لنَفس ب لنَفس لعين ب لعين أنف ب أنف أذّ ب أذّ ل‬
َ ‫كت ن علي م في‬
‫من لَم يح م بم نز ه‬

‫ج‬

‫كف ر ٌلَه‬

‫ف‬,‫فمن تص َّ به‬

‫ج‬

‫ص‬
ٌ ‫قص‬

‫ب لِّنِ ل ر‬

) ) ّ ‫ف ل ك هم لظ لم‬
“Kami telah menetapkan bagi mereka dai dalamnya )Taurat) bahwa
nyawa (dibalas) dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung,
telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qisasnya
(balasan yang sama). Barang siapa melepaskan (hak qisas)nya, maka itu
(menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang
zalim.”)Al-Maidah: 45).
Dari ayat diatas dapat disimpulakan bahwa kejahatan itu harus
dihukum seperti apa yang ditetapkan oleh Allah SWT.
Tetapi pada kenyataannya sebuah kejahatan yang berkembang
dimasyarakat pada zaman sekarang, banyak menemukan sebuah kejadian
yang luar biasa dari kejahatannya itu sendiri sekaligus menghebohkan
dibeberapa kalangan masyarakat.
Sedangkan di Indonesia banyak sekali kejahatan khususnya kekerasan
yang bisa menghilangkan panca indra yang mengakibatkan cacat permanen
terlebih lagi di kota Bekasi khususnya. Karena kota Bekasi merupakan tempat
yang terkenal dengan kota Industri dan kota Produktif dalam barang-barang
serta jasa, sudah barang tentu banyak kejahatan khususnya kekerasan atau
penganiayaan yang terjadi didalamnya.

7

Melihat kejadian dari beberapa kejahatan khususnya kekerasan atau
penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen yang terjadi, khususnya di
daerah Bekasi, Penulis ingin menghadirkan sebuah karya tulis yang di beri judul :
PERSPEKTIF

HUKUM

PIDANA

ISLAM

TERHADAP

PUTUSAN

PENGADILAN TENTANG TINDAK PIDANA KEKERASAN ATAU
PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN CACAT PERMANEN
(Analisa Putusan Nomer : 443/Pid/B/2014/PN.BEKASI).” Sebagai bahan dan
syarat untuk menyelesaikan tugas akhir dari perkuliahan, serta berharap dengan
adanya skripsi ini para hakim khususnya bisa menghukum para pelaku kejahatan
selain dengan hukum yang ditentukan Negara khususnya hukum positif, bisa
menghukum dengan hukum Islamnya pula, yang berdasarkan dari hukum Allahnya
langsung. Agar menjalankan kewajiban dari sebuah Negara, menjalankan
kewajiban pula yang Allah tentukan yaitu, dengan menjalankan hukum-hukum
berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah-sunnahnya.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Beberapa kejahatan yang ada, bisa terjadi kepada siapa saja baik antara
kelompok dengan kelompok seperti, kelompok SMA dengan kelompok SMA
lainnya, antara orang yang dikenal maupun orang yang tidak dikenal, bahkan
antara keluarga terdekatpun bisa terjadi. Teramat banyak kasus kejahatan yang
ada adalah kekerasan atau penganiayaan yang dilakukan oleh individu dengan
individu lainnya baik dikampung maupun dikota, dan lebih dikhususkannya
lagi dikota Bekasi sendiri.

8

Agar skripsi ini menjadi jelas terperinci dan menjadi lebih baik lagi,
penulis akan membahas apa yang menjadi isi pokok dari permasalahan yang
telah dirumuskan. Maka penulis merumuskan sebagai berikut :
1.Bagaimana faktor penyebab pelaku melakukan tindak pidana
kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen
dalam pandangan hukum Islam dan hukum Positif ?
2. Bagaimana isi Putusan Hakim Pengadilan Negri Bekasi perkara No.
443/Pid/B/2014/PN.BEKASI

terhadap

pelaku

kekerasan

atau

penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen ?
3.Bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum Positif terhadap
putusan

hakim

Pengadilan

443/Pid/B/2014/PN.BEKASI

Negri
tindak

Bekasi
pidana

perkara

No.

kekerasan

atau

penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui faktor penyebab pelaku melakukan tindak pidana
kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen
dalam pandangan hukum Islam dan hukum Positif.
b. Untuk mengetahui isi putusan hakim Pengadilan Negri Bekasi
perkara No. 443/Pid/B/2014/PN.BEKASI terhadap pelaku kekerasan
atau penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen.

9

c. Untuk mengetahui pandangan hukum islam dan hukum positif
terhadap

putusan

Pengadilan

Negri

Bekasi

perkara

No.

443/Pid/B/2014/PN.BEKASI perkara kekerasan atau penganiayaan yang
mengakibatkan cacat permanen.
2. Manfaat Penelitian
a. Menambah wawasan yang luas tentang ilmu pengetahuan hukum,
khususnya dalam bidang tindak pidana kekerasan atau penganiayaan
dalam pandangan hukum islam dan hukum positif.
b. Bermanfaat bagi peneliti agar mengetahui tentang tindak pidana
kekerasan atau penganiayaan, khususnya dibidang hukum, dan
penerapannya terhadap pencegahan sebuah kejahatan.
c. Bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya, penulisan ini menjadi
informasi untuk memperluas wawasan tentang tindak pidana kekerasan
atau penganiayaan yang terjadi didaerah Bekasi khususnya dan apa
hukuman bagi pelaku yang melakukan tindak pidana tersebut.
D. Review Studi Terdahulu
Karya Abdul Qadir Audah At-tasyri Al-Jina’I Fil Islam,Beirut :ArRisalah, 1992, Al-Islam wa Audhauna Al-Qanuniyah, Beirut, Dar Fikr 1989.
Adalah sebuah buku yang menjadi bahan rujukan hukum islam kaum
intelektual Mesir khususnya, dan dunia islam modern pada saat ini umumnya.

10

Skripsi karya Miftah Faridh yang berjudul Kekerasan Dalam
Penyidikan Menurut Hukum Positif (KUHP) dan Hukum Islam, Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi karya Adi Supriatna yang berjudul Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Kolektif Yang Mengakibatkan Luka
Berat, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pada tulisan beliau menguraikan sebuah tindak pidanan
kekerasan secara kolektif saja, tidak menjelaskan jenis-jenis sebuah kekerasan
atau

penganiayaan

yang

menjadi

pokok

dari

rangkaian

kejahatan.

Kelebihannya pada tulisan beliau adalah membahas tentang bagaimana
pertanggung jawaban pidana serta hukumannya menurut hukum islam itu
sendiri mengenai tindak pidana kekerasan secara kolektif.
Sedangkan perbedaan penulis dengan sebuah tulisan beliau adalah
terletak pada menjelaskan jenis-jenis sebuah kekerasan atau penganiayaan
yang menjadi pokok dari rangkaian kejahatan terhadap kekerasan atau
penganiayaan yang menjadi cacat permanen dalam bagian tubuh sikorban.
E. Metode Penelitian
Untuk mengumpulkan dari data tulisan ini, penulis menggunakan
sistem metode sebagai berikut :
1.

Jenis Penelitian
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
yang kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk-bentuk

11

simbolik seperti pertanyaan tafsiran, tanggapan-tanggapan tidak
berupa ucapan lisan dan grafik-grafik. Dan biasanya diperoleh berupa
kata-kata, nilai, norma, aturan-aturan dari sebuah kejadian yang
diteliti, berupa memahami secara mendalam, mengupas isi masalah,
dan mencermati secara ilmiah serta kulaitatif dalam pembahasan
tindak pidana kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatkan cacat
permanen.14
2.

Jenis Data Yang Digunakan Dalam Penelitian
a. Data Primer yakni data yang diperoleh dari sumber-sumber
primer, yakni sumber asli yang memuat informasi atau data
tersebut yang berupa suatu putusan pengadilan Negri Bekasi
tentang Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana, Pasal 351 ayat (2) tentang Kekerasan.
b. Data Skunder yakni data yang diperoleh dari sumber bukan asli
memuat informasi atau data tersebut seperti bahan-bahan
hukum, internet (website) yang ada korelasinya dengan
pembahasan materi yang menjadi pokok pembahasan masalah
yaang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu Nomor:
443/Pid/B/2014/PN. Bks.15

3. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

14

Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian,( Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 1995 ), cet.3, hal.119
15
Ibid, hal.132.

12

Tinjauan tentang teknik analisa data ini menggunakan tinjauan
kualitatif yaitu dengan membaca dan memahami dari beberapa literatur dan
refrensi-refrensi yang berhubungan dengan tindak pidana kekerasan yang
mengakibatkan cacat permanen dan argumen dari pembahasanya. Yang
ditujukan untuk memberikan ulasan secara jelas, sistematis, objektif dan
menguraikan apa adanya. Baik yang secara ungkapan sebuah lisan ataupun
ucapan yang tidak dispesifikan lagi menjadi sebuah variable yang terpisah
melainkan dipandang secara universal.
4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, model penyajian yang khas adalah dalam
bentuk teks yang naratif.16
Adapun sebuah metode penulisan ini, penulis mengacu kepada sebuah
tulisan skripsi, yang dihadirkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum, tahun
2013.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penyusunan penulisan skripsi ini maka penulis
terlebih dahulu akan menguraikan sistematika penulisan yang digunakan,
sehingga dengan jelas menguraikan pokok-pokok permasalahan dan
pemecahannya. Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
16

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
tentang Metode-metode Baru, terj. Tjetjep Rohendi Rohili, (Jakarta: UI Perss, 1992), hal. 137.

13

BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang : Latar Belakang
Masalah, Perumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Review Studi Terdahulu, Metode Penelitian dan Sistematika
Penelitian.
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG KEJAHATAN
Merupakan bab pembahasan yang menerangkan tentang : Pengertian Tindak
Pidana,

Macam-macam

Tindak

Pidana

dan

Hukumannya,

Tujuan

Penghukuman Terhadap Pelaku Tindak Pidana yang ditinjau dari hukum
positif dan Pengertian Tindak Pidana, Macam-macam Tindak Pidana dan
Hukumannya, Tujuan Penghukuman Terhadap Pelaku Tindak Pidana yang
ditinjau dari hukum islam.
BAB III : TINDAK PIDANA KEKERASAN ATAU PENGANIAYAAN
Merupakan bab pembahasan yang mengkhususkan dari inti skripsi yang
ditulis tentang : Pengertian Tindak Pidana Kekerasan atau Penganiayaan,
Klasifikasi dan Sanksi-sanksi Tindak Pidana Kekerasan Atau Penganiayaan
yang ditinjau Menurut Hukum Positif dan Pengertian Tindak Pidana
Kekerasan atau Penganiayaan, Klasifikasi dan Sanksi-sanksi Tindak Pidana
Kekerasan atau Penganiayaan, dan Aspek syar’i Penyelesaian Tindak Pidana
Kekerasan atau Penganiayaan yang ditinjau Menurut Hukum Islam.

14

BAB IV : ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGRI BEKASI
Merupakan Bab Analisis Putusan Hakim Terkait Tentang Tindak Pidana
Kekerasan

Atau

Penganiayaan

443/Pid/B/2014/Pn.Bekasi,

yang

Tentang:

didalamnya

Putusan

terdapat,

Nomer

Deskripsi

:

Putusan

Pengadilan, Perspektif Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Tentang
Tindak Pidana Kekerasan Atau Penganiayaan Yang Mengakibatkan Cacat
Permanen.

BAB V : PENUTUP
Merupakan bab terakhir dari Skripsi ini yang berisi tentang : Kesimpulan dari
apayang dibahas dalam skripsi diatas dan Saran yang bermuatan positif agar
bisa menjadi bahan yang dipertimbangkan untuk menjadi lebih baik dan
membangun lagi dalam pembahasan maupun penulisannya.

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA MENURUT HUKUM
PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM
A. Tinjauan Menurut Hukum Positif
1. Pengertian Tindak Pidana
Menurut Prof. Moeljanto, S.H. tindak pidana ialah perbuatan yang
dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang
berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut.1
Jadi berdasarkan pendapat tersebut di atas pengertian dari tindak pidana
yang dimaksud adalah bahwa perbuatan pidana atau tindak pidana senantiasa
merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai atau melanggar suatu aturan
hukum atau perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum yang disertai dengan
sanksi pidana yang mana aturan tersebut ditujukan kepada perbuatan sedangkan
ancamannya atau sanksi pidananya ditujukan kepada orang yang melakukan
atau orang yang menimbulkan kejadian tersebut. Dalam hal ini maka terhadap
setiap orang yang melanggar aturan-aturan hukum yang berlaku, dengan
demikian dapat dikatakan terhadap orang tersebut sebagai pelaku perbuatan
pidana atau pelaku tindak pidana. Akan tetapi haruslah diingat bahwa aturan
larangan dan ancaman mempunyai hubungan yang erat, oleh karenanya antara

1

Moeljanto, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 7, hal.

54.

15

16

kejadian dengan orang yang menimbulkan kejadian juga mempunyai hubungan
yang erat pula.2
Pengertian tentang tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) dikenal dengan istilah Straftbaar Feit dan dalam kepustakaan
tentang hukum pidana sering mempergunakan istilah delik, sedangkan pembuat
undang-undang merumuskan suatu undang-undang mempergunakan istilah
peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau tindak pidana. Tindak pidana
merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu
hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri
tertentu pada peristiwa hukum pidana. Tindak pidana mempunyai pengertian
yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang kongkrit dalam lapangan hukum
pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan
ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai
sehari-hari dalam kehidupan masyarakat.3
Perumusan mengenai perbuatan pidana akan lebih lengkap apabila
tersusun sebagai berikut: “Bahwa perbuatan pidana adalah suatu perbuatan yang
oleh suatu aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi
barang siapa yang melanggar larangan tersebut.”Adapun perumusan tersebut
yang mengandung kalimat “Aturan hukum pidana” dimaksudkan akan

2

Moeljanto, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 7, hal.

54.
3

Kertonegoro, pengupahan Teori, Hukum, Manajemen Sentanoe, (Jakarta: Yayasan
Tenaga Kerja Indonesia, 2001), hal. 62.

17

memenuhi keadaan hukum di Indonesia yang masih mengenal kehidupan
hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.4
Adapun ruanglingkup berlakunya hukuman tindak pidana adalah berlaku
bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana sesuai dengan asas
ruanglingkup berlakunya, asas ruanglingkup berlakunya aturan tindak pidana
ada empat macam:
1). Asas Teritorialitas
Asas ini diatur juga dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) yaitu dalam pasal 2 KUHP yang menyatakan : “Ketentuan pidana
dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang
melakukan suatu tindak pidana di Indonesia”.
Perluasan dari Asas Teritorialitas diatur dalam pasal 3 KUHP yang
menyatakan : “Ketentuan pidana perundang-undangan Indonesia berlaku bagi
setiap orang yang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana didalan
kendaraan air atau pesawat udara Indonesia”.
Yang dimaksud tujuan dari pasal ini adalah bermuara pada konteks
universal supaya perbuatan pidana yang terjadi di dalam kapal atau pesawat
terbang yang berada di perairan bebas atau yang berada di wilayah udara bebas,
tidak termasuk wilayah teritorial suatu Negara, sehingga ada yang mengadili
apabila terjadi suatu perbuatan pidana dari setiap masing-masing Negaranya itu
sendiri.
4

130.

Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana,( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1992), hal.

18

2). Asas Nasionalitas Aktif
Yakni apabila warganegara Indonesia melakukan kejahatan meskipun
terjadi di luar Indonesia, pelakunya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia,
apabila pelaku kejahatan yang hanya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia.
Sedangkan perbuatan pidana yang dilakukan warganegara Indonesia di negara
asing yang telah menghapus hukuman mati, maka hukuman mati tidak dapat
dikenakan pada pelaku kejahatan itu, hal ini diatur dalam pasal 6 KUHP.
3). Asas Nasionalitas Pasif (Non Aktif)
Tolak pangkal pemikiran dari asas perlindungan adalah bahwa setiap
negara yang berdaulat wajib melindungi kepentingan hukumnya atau
kepentingan nasionalnya. Ciri utamanya adalah Subjeknya berupa setiap orang
tidak terbatas pada warga negara saja, selain itu tidak tergantung pada tempat, ia
merupakan tindakan-tindakan yang dirasakan sangat merugikan kepentingan
nasional indonesia yang karenanya harus dilindungi. Kepentingan nasional
tersebut ialah:
(1). Keselamatan kepala atau wakil Negara RI, keutuhan dan keamanan negara
serta pemerintah yang sah, keamanan penyerahan barang, angkatan perang RI
pada waktu perang, keamanan Martabat kepala negara RI;
(2). Keamanan ideologi negara, pancasila dan haluan Negara;
(3). Keamanan perekonomian;
(4). Keamanan uang Negara, nilai-nilai dari surat-surat yang dikeluarkan RI;
(5). Keamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan.

19

Tolak pangkal pemikiran dari asas perlindungan adalah bahwa setiap
negara yang berdaulat wajib melindungi kepentingan hukumnya atau
kepentingan nasionalnya. Ciri utamanya adalah Subjeknya berupa setiap orang
tidak terbatas pada warga negara saja, selain itu tidak tergantung pada tempat, ia
merupakan tindakan-tindakan yang dirasakan sangat merugikan kepentingan
nasional indonesia yang karenanya harus dilindungi. Kepentingan nasional
tersebut ialah:
a. Keselamatan kepala atau wakil Negara RI, keutuhan dan keamanan Negara
serta pemerintah yang sah, keamanan penyerahan barang, angkatan perang
RI pada waktu perang, keamanan Martabat kepala negara RI;
b. Keamanan ideologi negara, pancasila dan haluan Negara;
c. Keamanan perekonomian;
d. Keamanan uang Negara, nilai-nilai dari surat-surat yang dikeluarkan RI;
e. Keamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan.
4). Asas Universal
Asas universal adalah asas yang menyatakan setiap orang yang
melakukan perbuatan pidanan dapat dituntut undang-undang hukum pidana
Indonesia di luar wilayah Negara untuk kepentingan hukum bagi seluruh
dunia. Asa ini melihat hukum pidanan berlaku umum, melampaui batas ruang
wilayah dan orang, yang dilindungi disini ialah kepentingan dunia. Jenis
kejahatan yang dicantumkan pidanan menurut asas ini sangat berbahaya tidak

20

hanya dilihat dari kepentingan Indonesia tetapi juga kepentingan dunia. Secara
universal kejahatan ini perlu dicegah dan diberantas.5
2. Macam-macam Tindak Pidana dan Hukumannya
Tindak Pidana menurut sistem KUHP kita terbagi kedalam dua bagian;
Pertama, kejahatan yang bisa didefinisikan sebagai peristiwa pidana atau
perbuatan melanggar hukum yang dipidana berdasarkan asas legalitas Pasal 1
ayat 1 KUHP artinya suatu perbuatan penjahat dapat dipidana (dihukum)
berdasarkan adanya undang-undang pidana. 6 Sedangkan menurut sebagian
pakar hukum menyatakan perbuatan-perbuatan yang meskipun tidak ditentukan
dalam undang-undang sebagai perbuatan pidana, akan tetapi telah dirasakan
sebagai perbuatan yang bertentangan dengan tata hukum.7
Kedua, pelanggaran adalah perbuatan-perbuatan yang bersifat melawan,
hukumnya baru dapat diketahui setelah ada wet yang menentukan dengan
demikian yang bisa diartikan sebagai perbuatan yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan ketentuan undang-undang pidana ditentukan lebih ringan
pidananya dari pada kejahatan. 8 Pembagian dua jenis ini, tidak ditentukan
dengan nyata-nyata dalam suatu pasal KUHP tetapi sudah dianggap demikian
adanya.9

5

Teguh Prastyo, Hukum pidana, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet. 3, hal. 41
Teguh Sulista dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana (Horizon Baru Pasca Reformasi),
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), cet. 1, hal. 33
7
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 7, hal, 71
8
Jur. Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet. 2,
hal. 95
9
Moeljanto, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 7, hal.
54.
6

21

Adapun jenis hukuman yang ada diIndonesia khususnya seseorang
melakukan tindak pidana dapat dikenakan sanksi berupa penjara disertai denda
yang dalam hal ini dilihat dari pandangan menurut hukum pidana positif
(KUHP) dan diluar (KUHP) ada dua macam juga, yaitu pidana pokok dan
pidana tambahan.
a. Pidana pokok, meliputi:
1). Pidana Mati
Hukuman

mati

adalah

hukuman

yang

dilaksanakan

untuk

menghilangkan nyawa terhukum. Menurut Pasal 11 KHUP, hukuman mati
dilakukan oleh algojo pada tempat gantungan dengan mengeratkan tali yang
terikat ditiang gantungan pada leher terpidana kemudian menjatuhkan papan
tempat terpidana berdiri.10
2). Pidana Penjara
Pidana Penjara adalah suatu pidana berupa pembatasan kebebasan
bergerak dari seorang terpidana, yang dilakukan dengan menutup orang
tersebut didalam sebuah lembaga pemasyarakatan, dengan mewajibkan
orang untuk menaati semua peraturan tata tertib yang berlaku didalam
lembaga pemasyarakatan, yang dikaitkan dengan sesuatu tindakan tata tertib
bagi mereka yang telah melanggar peraturan tersebut.11

10

Hilman Hadi Kusuma, Bahasa Hukum Indonesia, (Bandung: Alumni, 1992), hal. 118.
P.A.F. Laminating dan Theo Laminating, Hukum Penitensier Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2010), hal. 54. Untuk batasan minimum dan maksimum pidana menurut pasal 12 KUHP:
11

22

3). Pidana Kurungan
Pidana kurungan juga merupakan salah satu bentukk pidana perampasan
kemerdekaan, akan tetapi pidana kurungan ini dalam beberapa hal lebih ringan
dari pada pidana penjara. Keringanan tersebut diantaranya seperti pidana
kurungan mempunyai hak pistol.12
4). Pidana Denda
Secara umum, kata denda berarti hukuman yang berupa harus membayar
dengan uang atau bisa juga diartikan dengan uang yang harus dibayarkan
sebagai hukuman karena melanggar hukum. Sedangkan dalam bahasa Belanda
hukuman denda berasal dari kati vermogenstraf yang berarti hukuman
kekayaan.13
5). Pidana Tutupan (ditambah UUNo. 20/1946).
Pidana ini adalah salah satu pidana yang menghilangkan kemerdekaan
namun lebih berat dari pada hukuman denda hukuman ini biasanya diberikan
kepada orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi di Indonesia yang
melakukan kejahatan dan telah berjasa kepada Negara.14
b. Pidana Tambahan, meliputi:
1). Pencabutan Hak-Hak Tertentu

Pidana penjara ialah seumur hudup atau selama waktu tertentu (ayat 1), Pidana penjara selama
waktu tertentu paling pendek satu hari dan paling lama lima belas tahun berturut-turut (ayat 2).
12
Hak pistol ialah hak atau kesempatan para terpidana kurungan untuk mengurus makanan
dan alat tidur sendiri. Lihat Pasal 23 KUHP.
13
Hilman Hadi Kusuma, Bahasa Hukum Indonesia (Bandung: Alumni 1992), hal. 119.
14
Andi Hamzah, Asas-asas hukum Pidana ((Jakarta : PT. Pradya Paramita, 1997), hal. 191

23

Pencabutan hak-hak tertentu bersifat sementara, berkisar antara 2-5
tahun lebih lama daripada pidana pokok. Kecuali jika dijjatuhi pidana mati atau
penjara seumur hidup, maka lamanya pidana pencabutan hak adalah seumur
hidup.15
2). Perampasan Barang-Barang Tertentu
Pidana ini bertujuan untuk mencegah pengurangan atau penggantian dari
barang-barang hasil kejahatan. Barang-barang yang boleh dirampas ialah
corpora delicta (barang-barang milik si terpidana yang diperoleh sebagai hasil
dari kejahatan) dan instrumenta delicta (barang-barang milik terpidana yang
digunakan untuk melakukan kejahatan).16
3). Pengumuman Putusan Hakim.17
Hukuman tambahan ini dimaksudkan untuk mengumumkan kepada
khalayak ramai agar dengan demikian masyarakat umum lebih berhati-hati
terhadap si terhukum. Biasanya ditentukan oleh hakim dalam surat kabar yang
mana kesemuanya di tanggung atas biaya si terhukum. Jadi, cara-cara
menjalankan pengumuman putusan hakim dimuat dalam putusan.18
Disamping jenis sanksi yang berupa pidana, dalam hukum pidana positif
dikenal juga jenis sanksi yang berupa tindakan, misalnya:

15

S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum PIdana di Indonesia dan Penerapannya ( Jakarta : BPK
Gunung Muria, 1996), hal. 142.
16
Leden Marpaung, Asas Teori Praktek Hukum Pidana, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008),
hal. 144.
17
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 10.
18
Leden Marpaung, Asas Teori Praktek Hukum Pidana,… hal. 112-113.

24

a. Penempatan

dirumah

sakit

jiwa

bagi

yang

tidak

dapat

dipertanggungjawabkan karena jiwanya cacat dalam tubuhnya atau
terganggu penyakit;
b. Bagi anak yang berumur 16 tahun melakukan tindak pidana, hakim dapat
mengembalikan kepada orang tuanya, memerintahkan agar anak tersebut
diserahkan kepada pemerintah.19
3. Tujuan Penghukuman Terhadap Pelaku Tindak Pidana
Pemikiran yang menjadi landasan aktivitas Union tentang tujuan
penghukuman ini adalah memerangi kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat,
agar bagi pelaku tindak pidana merasakan efek jera dalam melakukan kejahatan
dan tidak mampu melakukan kejahatan-kejahatan lainnya.20
Menurut Andi Hamzah, sepanjang perjalanan sejarah, tujuan dari pidana ada
empat bagian:
1. Pembalasan (revenge)
Seseorang yang telah menyebabkan kerusakan dan mala petaka pada orang lain,
menurut alas an ini wajib menderita seperti yang ditimpakan kepada orang lain.
2. Penghapusan Dosa (ekspiantion)
Konsep ini berasal dari pemikiran yang bersifat religious yang bersumber dari
Allah.

19

Teguh Prastyo, Hukum pidana, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet. 3, hal. 98. Lihat juga
pasal 44 ayat 2 dan pasal 45 KUHP.
20
Ibid, hal. 74-75.

25

3. Menjerakan
4. Memperbaiki si pelaku tindak kejahatan (rehabilition of the criminal).
Pidana ini ditetapkan sebagai usaha untuk mengubah sikap dan perilaku jarimun
agar tidak mengulangi kejahatannya.21
B. Tinjauan Menurut Hukum Pidana Islam
1. Pengertian Tindak Pidana
Tindak Pidana (jarimah) didefinisikan oleh imam al-Mawardi
sebagai berikut:

‫محظ ر ٌ شرعي ٌ جر ه عن بحّ ثعزير‬
“segala larangan syara’ )melakukan hal-hal yang dilarang dan atau
meninggalkan hal-hal yang diwajibkan) yang diancam dengan hukuman had
atau ta’zir.22
Sedangkan hukuman atau dalam hukum pidana islam disebut juga
sebagai „uqubah yang menurut bahasa berasal dari kata ‫ عقوْباً ج عقب‬yang artinya
mengikuti atau mengiringi. 23 Sedangkan menurut istilah derita atau nestapa
yang ditetapkan bagi suatu perbuatan yang dilarang, yang didasarkan kepada
sumber dan dalil hukum islam. Abdul Qadir Audah mendefinisikan hukuman
sebagi sanksi hukum yang telah ditetapkan untuk kemaslahatan umat khususnya

21

Andi Hamzah, Asas-asas hukum Pidana ((Jakarta : PT. Pradya Paramita, 1997), hal. 193
A.Djazuli, fiqh jinayah (upayan menanggulangi kejahatan dalam islam), (PT
RajaGrafindo Persada, 1997), hal. 28.
23
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990),
hal. 274.
22

26

masyarakat karena melanggar perintah syar’i )Allah SWT dan Rasul-Nya). 24
Ibnu „Abidin dari ulama madzhab Hanafi mendefinisikan bahwa hukuman
penghalang sebelum melakukan, ancaman sesudahnya. Maksudnya, dengan
mengetahui syari’atnya menghalangi keberanian melakukan dan terjerumusnya
sesudahnya menghalangi kembali kepadanya.25
2. Macam-macam Tindak Pidana dan Hukumannya
Berdasarkan suatu ketentuan yang ada dalam hukum pidana islam,
hukuman mempunyai macam-macamnya diantaranya hukuman ditinjau dari
segi terdapat dalam nashnya, yaitu hudud, qishash, diyat, dan kafarah. Misalnya
hukuman bagi pezina, pencuri, perampok, pemberontak, pembunuh, dan orang
yang mendzihar istrinya. Sedangkan yang tidak ada nashnya hukumannya
disebut ta’zir, seperti percobaan melakukan tindak pidana, tidak melaksanakan
amanah, sanksi palsu, dan melanggar aturan lalu-lintas.26
a. Hudud
Hudud secara bahasa merupakan bentuk jamak dari kata ً‫حّ ج حّوْدا‬
yang berarti ‫عقوْبة‬

(hukuman). 27 Sedangkan menurut istilah hudud adalah

batasan-batasan ketentuan dari Allah SWT tentang hukuman yang diberikan
kepada orang-orang yang berbuat dosa atau melanggar hukum. Sedangkan

24

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jilid III, Penerjemah: Tim
Tsalisah, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2007), hal. 19
25
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Puidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005),
cet. 5, hal. 225
26
A. Djazuli, fiqh jinayah (upayan menanggulangi kejahatan dalam islam), (PT
RajaGrafindo Persada, 1997), hal. 28.
27
Ahmad Warson Munawir, Al Munawir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997), hal. 243.

27

perbuatan melanggar hukum disebut jarimah, sehingga sebuah pelanggaran
terhadap hudud disebut jarimah hudud. Adapun secara umum pengertian hudud
berarti larangan atau batas antara dua barang yang bertentangan.28 Jadi hukuman
hudud adalah sanksi dari sebuah hukum yang ditetapkan untuk jarimah hudud.
Sedangkan dari sebuah pengertian jarimah hudud adalah perbuatan
pidana dimana bentuk tindak pidana dan batas hukumannya sudah ditetapkan
secara khusus (eksplisit) oleh nass-nass syara’, baik dari al-qur’an dan hadits,
dimana tindak pidana tersebut menyangkut hak Allah. Yang ditetapkan
sanksinya berupa had (ketetapan dalam al-qur’an dan sunnah). Hukumannya
berupa rajam, jilid atau dera, amputasi tangan, eksekusi bunuh, pengasingan
atau deportasi, dan salib.29
Adapun contoh hukuman yang diberikan kepada orang yang melakukan
tindakan seperti hukuman orang melakukan zina yang muhsan maka harus
dihukum dengan hukuman rajam, yang ghoiru muhsan harus dicambuk atau
dera 100 kali sekaligus diasingkan, kemudian dicambuk 80 kali bagi yang
menuduh berzina atau yang disebut qadzaf, sedangkan yang syurb al-khamar
(meminum minuman keras) dihukum dengan 40 atau 80 kali dera, adapun albaghyu (pemberontakan) diancam dengan pidana mati, sariqah (pencurian)
hukumannya harus potong tangan atau amputasi tangan, hirabah diancam
hukumannya dengan pidana mati, penyaliban, dan pengasingan dan riddah
(murtad) dihukum dengan hukuman mati.

28
29

M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), hal.106.
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal.13.

28

b. Qishas
Secara bahasa qishas berasal dari kata ‫قصصًا‬-ّ‫ يق‬-ّ‫ ق‬yang berarti ‫تتّعه‬
(mengikuti), menelusuri jejak langkah. Sedangkan menurut istilah yang
dikemukakan oleh Al-Jurjani yaitu mengenakan sebuah tindakan (sanksi
hokum) kepada pelaku persis seperti tindakan yang dilakukan oleh pelaku
tersebut (terhadap korban).30
Dalam fiqih jinayah, sanksi qishas ada dua macam, yaitu sebagai
berikut:
1). Qishas karena melakukan jarimah pembunuhan
2). Qishas karena melakukan jarimah kekerasan atau penganiayaan
Ulama fiqih membedakan jarimah pembunuhan menjadi tiga kategori,
yaitu:
1). Pembunuhan Sengaja
Adapun jarimah ini sanksinya terdapat dalam firman Allah sebagai
berikut.

‫لحرِ ب لحرِ لع ّ ب لع ّ ل ن ى ب ل ن ى‬
ٌ‫ٌ ليم‬

‫ ع‬,‫آءٌ ليه ب حّ ّ قلى ذ لك فله‬

‫قلى‬

‫ي ي لَ ين من كت علي م لقص ص فى لقتلى‬
‫من خيه شيءٌ ف تِ ٌ ب لمعر ف‬,‫قلى فمن عفي له‬
)٩٧١ ‫) ل قر‬

”Hai orang-orang yangberiman, diwajibkan atas kamu qishas berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,
30

M. Nurul Irfan, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2003), cet. Pertama, hal.4.

29

hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang
mendapat pema’afan dari saudaranya, hendaklah )yang mema’afkan) mengikuti
dengan cara yang baik, dan hendaklah )yang diberi ma’af) membayar )diyat)
kepada yang member ma’af dengan cara yang baik )pula). Yang demikian itu
adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang amat pedih. (Qs. AlBaqara: 178).
Ayat ini berisi tentang hukuman qishas bagi pembunuhan yang dilakukan
kejahatannya secara sengaja dan pihak keluarga korban tidak mema’afkan
pelaku. Adapun keluarga korban mema’afkan pelaku, maka sanksi qishas tidak
berlaku dan beralih menjadi hukuman diyat.31
2). Pembunuhan semi sengaja atau pembunuhan tersalah
3). Pembunuhan tersalah
Ketiga pembunuhan diatas disepakati oleh jumhur ulama, kecuali Imam
Malik. Mengenai hal ini, Abdul Qodir Audah mengatakan perbedaan pendapat
mendasar bahwa imam Malik tidak mengenal jenis pembunuhan semi sengaja,
karena menurutnya didalam Al-Qur’an hanya jenis pembunuhan sengaja dan
tersalah. Barangsiapa menambah satu macam lagi, berarti ia menambah
ketentuan nash.32
c. Diyat
Diyat adalah hukuman pokok bagi pembunuhan dan kekerasan atau
penganiayaan semi sengaja dan tidak sengaja. meskipun bersifat hukuman,
namun diyat merupakan harta yang diberikan kepada korban bukan kepada
31
32

M. Nurul Irfan, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2003), cet. Pertama, hal.5.
Ibid. hal. 6.

30

perbendaharaan Negara. Dari segi ini diyat lebih mirip gengan ganti kerugian
apa lagi besarnya dapat berbeda-beda menurut perbedaan kerugian material
yang terjadi yang terjadi dan menurut perbedaan kesengajaan atau tidaknya
terhadap jarimah.33
Adapun dasar dari hukuman diyat ini terdapat dalam firman Allah SWT.

ّ ‫ست ّ ّ خرين يريّ ّ ّ يَ من كم ي من ق م م كلَم ر آإلى لفتن ركّ في ج ف‬
‫لـ م‬

‫قتل هم حيث ثقفتم هم‬

‫هم‬

‫لَم يعتزل كم يلق آ لي م لَّلم ي ف آ يّي م ف‬
) ١٩ : ‫جعلن ل م علي م سلط ن م ين ) لنّ ء‬

“Kelak kamu akan dapati )golongan-golongan) yang lain, yang
bermaksud supaya mereka aman dari pada kamu dan aman (pula) dari kaumnya,
Setiap mereka diajak kembali kepada fitnah (syirik), merekapun terjun
kedalamnya.

Dokumen yang terkait

Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

1 116 103

Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Di Bawah Umur Dan Penerapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan No:770/Pid.Su

1 85 157

Tinjauan Kriminologi Dan Hukum Pidana Tentang Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Terhadap Anak Kandungnya (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tulungagung Nomor : 179/Pid.Sus/2012/PN.Ta)

5 134 138

Suatu Telaah Terhadap Proses Pengajuan Grasi Terhadap Putusan Pidana Mati Berdasarkan UU RI No. 22 Tahun 2002 Tentang Grasi (Studi Kasus PUTUSAN Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.513/PID. B/1997/PN. LP)

0 64 77

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN YANG MENIMBULKAN CACAT TETAP Perlindungan Hukum Bagi Korban Tindak Pidana Kekerasan Yang Menimbulkan Cacat Tetap ( Studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ).

0 2 17

SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA Perlindungan Hukum Bagi Korban Tindak Pidana Kekerasan Yang Menimbulkan Cacat Tetap ( Studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ).

0 3 10

Tinjauan hukum pidana Islam terhadap putusan no. 91/Pid.B/2016/PN.Blt tentang tindak pidana membantu melakukan kekerasan yang mengakibatkan kematian.

0 0 84

Tinjauan hukum pidana Islam terhadap penganiayaan yang mengakibatkan cacat seumur hidup : studi putusan nomor : 107/Pid.B/2013/PN.Pso.

0 1 104

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN : STUDI DIREKTORI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANGKALAN NOMOR 236/PID.B/2014/PN.BKL.

1 5 83

ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TENTANG KEKERASAN TERHADAP ANAK YANG MENGAKIBATKAN MENINGGAL DUNIA : STUDI PUTUSAN NOMOR 163/PID.SUS/2015/PN.LBH.

0 0 85