Wiwin Iriani, 2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7 Data Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal Tes
Kemampuan Berpikir Logis Matematis No
No Soal Daya Pembeda DP
Interpretasi 1.
1 0,43
Baik 2.
2 0,41
Baik 3.
3a 0,52
Baik 4.
3b 0,48
Baik 5.
4a 0,50
Baik 6.
4b 0,52
Baik 7.
5 0,64
Baik 8
6a 0,30
Cukup 9.
6b 0,43
Baik Menurut Tabel 3.7 di atas, 8 butir memiliki daya pembeda yang baik.
Artinya butir soal tes tersebut dapat membedakan dengan baik antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Sementara itu satu butir soal memiliki
daya pembeda yang cukup. Ini berarti butir soal 6a, cukup bisa membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Perhitungan yang rinci
untuk menghitung daya pembeda terdapat pada lampiran 2 halaman 244.
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran butir soal perlu diketahui agar penyebaran kesulitan soal dalam suatu instrumen seimbang atau mengikuti distribusi normal. Ini sejalan
dengan pendapat Suherman 2003: 168 yang mengasumsikan pendapat Galton, bahwa soal yang baik akan menghasilkan skor yang berdistribusi normal. Tentu
saja ini tidak akan terjadi jika soal terlalu sukar atau terlalu mudah, atau bila pada instrumen soal sukar semua atau soal mudah semua.
Sunarya 2011: 15 juga berpendapat sama. Beliau mengemukakan bahwa soal-soal pada suatu tes yang baik harus memiliki tingkat kesukaran yang
seimbang, dalam arti proporsi penyebaran soal mudah, sedang, dan sukarnya. Salah satu proporsi soal yang seimbang itu, menurut beliau terdiri dari 20 soal
dengan kategori mudah, 60 soal dengan kategori sedang, dan 20 soal dengan kategori sukar.
Wiwin Iriani, 2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Mencermati kedua pendapat di atas, penting bagi kita untuk mengetahui tingkat kesukara soal yang akan diberikan pada siswa. Soal yang terlalu mudah
atau terlalu sukar sebaiknya tidak dipakai. Selain itu proporsi soal juga harus diperhatikan, agar hasil yang dicapai siswa mendekati distribusi normal. Untuk
mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian, menurut Sundayana 2013: 77, dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
TK = SA + SB
IA + IB Keterangan :
TK = Tingkat Kesukaran. SA = Jumlah skor siswa kelompok atas.
SB = Jumlah skor siswa kelompok bawah. IA = Skor ideal kelompok atas .
IB = Skor ideal kelompok bawah.
Besar nilai
tingkat kesukaran
yang diperoleh,
selanjutnya diinterpretasikan. Menurut Sundayana 2013: 78 interpretasi tingkat kesukaran
dapat dilihat dari tabel sebagai berikut: Tabel 3.8
Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran Klasifikasi
TK = 0,00 Terlalu Sukar
0,00 TK 0,30
Sukar 0,30
TK ≤ 0,7 Sedang
0,70 TK ≤ 1,00
Mudah TK = 1,00
Terlalu Mudah Adapun hasil penghitungan tingkat kesulitan butir soal tes pada penelitian
ini, terangkum dalam Tabel 3.9 berikut:
Wiwin Iriani, 2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.9 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes
Kemampuan Berpikir Logis Matematis No
No Soal TK
Interpretasi 1.
1 0,72
Mudah 2.
2 0,59
Sedang 3.
3a 0,56
Sedang 4.
3b 0,24
Sukar 5.
4a 0,73
Mudah 6.
4b 0,44
Sedang 7.
5 0,41
Sedang 8
6a 0,28
Sukar 9.
6b 0,53
Sedang Tabel 3.9 di atas, menginformasikan bahwa 2 butir soal atau sekitar 22,2
termasuk kategori mudah, 5 butir soal atau sekitar 55,6 termasuk kategori sedang dan 2 butir soal atau sekitar 22,2 termasuk kategori sukar. Bila dilihat
dari proporsinya, cukup seimbang dan mengikuti distribusi normal. Proses penghitungan tingkat kesukaran butir soal tes kemampuan berpikir logis
matematis siswa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 244 .
Seluruh rangkaian hasil analisis instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini, dirangkum dalam Tabel 3.10 berikut:
Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen
Tes Kemampuan Berpikir Logis Matematis No.
Soal Validitas
Reliabilitas Daya
Pembeda Indeks
Kesukaran Kesimpulan 1
Tinggi
Sangat Tinggi
Baik Mudah
Dipakai 2
Tinggi Baik
Sedang Dipakai
3a Tinggi
Baik Sedang
Dipakai 3b
Tinggi Baik
Sukar Dipakai
4a
Sedang
Baik Mudah
Dipakai 4b
Tinggi
Baik Sedang
Dipakai 5
Tinggi
Baik Sedang
Dipakai 6a
Tinggi
Cukup Sukar
Dipakai 6b
Tinggi
Baik Sedang
Dipakai
Wiwin Iriani, 2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.10 menyimpulkan, dari hasil akhir analisis ujicoba intrumen yang telah dilakukan diperoleh seperangkat tes untuk mengukur kemampuan berpikir
logis matematis, yang terdiri dari 9 buah butir soal siap digunakan dalam penelitian.
2. Angket Kemandirian Belajar Siswa