Analisis Risiko Diversifikasi Sayuran Indigenous (Kasus: Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur)

ANALISIS RISIKO DIVERSIFIKASI SAYURAN INDIGENOUS
(Kasus : Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani
Parahyangan, Kabupaten Cianjur)

RISKA DIAN PERTIWI PERMATASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko
Diversifikasi Sayuran Indigenous (Kasus: Usahatani Anggota Kelompok Tani
Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Riska Dian Pertiwi Permatasari
NIM H34104061

ABSTRAK
RISKA DIAN PERTIWI PERMATASARI. Analisis Risiko Diversifikasi Sayuran
Indigenous (Kasus: Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan,
Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.
Sayuran Indigenous adalah sayuran asli suatu daerah (lokal) yang
merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. Kelompok
tani yang bergerak dibidang agribisnis khususnya sayuran di Kabupaten Cianjur
salah satunya adalah Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan. Terjadinya
fluktuasi produktivitas mengindikasikan adanya risiko dalam usahataninya.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kegiatan spesialisasi dan diversifikasi
yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan
dengan melihat besarnya risiko yang dihadapi dan menyusun alternatif strategi
diversifikasi dengan menyajikan kombinasi komoditas yang tepat untuk
mengurangi besarnya risiko usahatani pada kegiatan spesialisai yang dilakukan
oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,
dan diskusi serta pengisian kuisioner kepada 25 responden. Responden yang
dipilih terdiri dari 10 petani tomat, 10 petani kubis, dan 5 petani leunca. Proses
pengambilan sampel responden dilakukan dengan metode purposive sampling.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.
Sedangkan ukuran risiko yang digunakan meliputi peluang, expected return,
variance, standard deviation, dan coefficient variation. Sumber-sumber risiko
yang dihadapi petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan adalah
curah hujan, kabut, dan serangan hama dan penyakit. Hasil analisis kegiatan
spesialisasi menunjukkan bahwa leunca merupakan komoditas dengan coefficient
variation terendah yaitu sebesar 0,27. Kombinasi dua komoditas yaitu leunca dan
kubis merupakan kegiatan diversifikasi yang paling rendah risikonya yaitu sebesar
0,29 dibandingkan kombinasi dua komoditas yang lain yaitu tomat dan leunca
serta tomat dan kubis. Alternatif penanganan strategi yang dapat dijalankan oleh
petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan untuk mengatasi adanya
risiko produksi adalah pemilihan waktu dan komoditas yang tepat pada kegiatan
diversifikasi serta pengendalian hama dan penyakit.
Kata kunci: sayuran indigenous, risiko, spesialisasi, diversifikasi

ABSTRACT

RISKA DIAN PERTIWI PERMATASARI. Indigenous Vegetables
Diversification Risk Analysis (Case: Farming Farmers Group Members Mitra
Tani Parahyangan, Cianjur). Supervised by ANNA FARIYANTI
Indigenous vegetable is a vegetable local which one of Indonesia's
biodiversity. Farmer groups in agribusiness, particularly vegetables in Cianjur
one of which is the Mitra Tani Parahyangan Farmers Group. Productivity
fluctuations indicates a risk in farming. The purpose of this research is to analyze
the activity of specialization and diversification undertaken by the farmer

members Group Mitra Tani Parahyangan by looking at the extent of the risks
faced by and devise an alternative strategy of diversification by providing the
right combination of commodities to reduce the risk of farming on the
specialization activities carried out by farmers Group members Mitra Tani Tani
Parahyangan.
A methods of collecting data done by means observation, interviews,
discussions and filled out the questionnaire to 25 respondents. Respondents were
selected consisting of 10 tomato farmers, 10 cabbage farmers, and 5 leunca
farmers. The process of sampling respondents conducted by purposive sampling
method . Data processing was performed using Microsoft Excel 2007. While the
measure of risk used cover opportunities, expected return, variance, standard

deviation, and coefficient of variation. Sources of risk faced by farmers Farmers
Group members of Mitra Tani Parahyangan is precipitation, fog, and pests and
diseases. Results of the analysis indicate that the specialization of activities
leunca is a commodity with the lowest coefficient of variation is equal to 0.27. The
combination of these two commodities namely leunca and cabbage is the most
diversified activities namely lower risk of 0.29 compared to a combination of two
other commodities as well as the tomatoes and tomato and cabbage leunca.
Alternative strategies that can be run by farmers group members of Mitra Tani
Parahyangan to decrease the risk of production is the timing and the right
commodity diversification activities and the control of pests and diseases .
Keywords: indigenous vegetables, risk, specialization, diversification

ANALISIS RISIKO DIVERSIFIKASI SAYURAN INDIGENOUS
(Kasus : Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani
Parahyangan, Kabupaten Cianjur)

RISKA DIAN PERTIWI PERMATASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Risiko Diversifikasi Sayuran Indigenous (Kasus:
Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan,
Kabupaten Cianjur)
Nama
: Riska Dian Pertiwi Permatasari
NIM
: H34104061

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah
risiko, dengan judul Analisis Risiko Diversifikasi Sayuran Indigenous (Kasus:
Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku
pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Ujang Majudin selaku Ketua Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Riska Dian Pertiwi Permatasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Hortikultura di Indonesia
Usaha Hortikultura di Indonesia
Sumber-Sumber Risiko Komoditi Hortikultura
Metode Analisis Risiko Komoditi Hortikultura

Strategi Penanganan Risiko Komoditi Hortikultura
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data
Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi
Analisis Risiko pada Kegiatan Portofolio
Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambaran Umum Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan
Risiko Produksi Sayuran
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
4
6
6
6
7
7
7
8
9
10
13
13
20

22
22
22
23
23
26
28
29
29
32
47
63
63
63
64
67
76

DAFTAR TABEL
1 Volume dan Nilai Ekspor Impor Sektor Pertanian Pada Tahun 20102011

2 Luas Panen Sayuran Tahun 2010-2011 Menurut Kabupaten di Jawa
Barat.
3 Luas Panen (Ha), Produksi (Ton), dan Produktivitas (Ton/Ha) Tahun
2010-2011 Menurut Kabupaten di Jawa Barat.
4 Daerah Produksi Sayuran Tahun 2009-2011 Menurut Kabupaten Di
Provinsi Jawa Barat
5 Luas Wilayah Menurut Penggunaannya Kecamatan Warungkondang,
Kabupaten Cianjur Tahun 2010
6 Tingkat Pendidikan Warga Desa Tegallega, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2010
7 Mata Pencaharian Pokok Warga Desa Tegallega, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2010
8 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Usia di Desa Tegallega,
Kecamatan Warubgkondang, Kabupaten Cianjur
9 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa
Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun
2013
10 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur
Tahun 2013
11 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani di
Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur
Tahun 2013
12 Luas Lahan yang Digarap Petani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani
Parahyangan di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang,
Kabupaten Cianjur Tahun 2013
13 Karakteristik Kepemilikan Lahan Petani Anggota Kelompok tani
Mitra Tani Parahyangan di Desa Tegallega, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2013
14 Karakteristik Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Anggota
Kelompok
Tani
Mitra
Tani
Parahyangan
di
DesaTegallega,Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur
Tahun 2013
15 Karakteristik Sumber Modal Petani Anggota Kelompok Tani Mitra
Tani Parahyangan di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang,
Kabupaten Cianjur Tahun 2013
16 Rata-Rata Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Tomat, Kubis,
dan Leunca Per Luas Lahan 1 Ha Kelompok Tani Mitra Tani Mitra
Tani Parahyangan Tahun 2013
17 Tingkat Produktivitas (Ton/Ha) Tomat, Kubis, dan Leunca MasingMasing responden Bulan September 2012-Februari 2013
18 Data Curah Hujan Wilayah Kabupaten Cianjur Periode Juni 2012Mei 2013

1
3
4
22
29
30
31
33

34

35

35

36

37

37

38

44
47
48

19 Data kelembaban udara untuk wilayah Kabupaten Cianjur periode
Juni 2012-Mei 2013
20 Penilaian Ekspected Return Komoditas Tomat, Kubis, dan Leunca
Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan
21 Penilaian Risiko pada Kegiatan Spesialisasi Komoditas Tomat, Kubis,
dan Leunca yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani
Mitra Tani Parahyangan
22 Penilaian Risiko pada Kegiatan Portofolio Komoditas Tomat, Kubis,
dan Leunca yang dilakukan petani anggota Kelompok Tani Mitra
Tani Parahyangan
23 Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan pada
Kegiatan Spesialisasi dan Portofolio Tomat, Kubis, dan Leunca yang
dilakukan petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan
24 Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Bobot Portofolio
Perencanaan dan yang Ada di Lapangan pada Kegiatan Portofolio
Tomat, Kubis, dan Leunca yang Dilakukan Petani Anggota
Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan.

49
51

52

54

58

60

DAFTAR GAMBAR
1 Security Market Line
2 Grafik diversifikasi dan manfaatnya terhadap pengurangan risiko
portofolio
3 Kerangka Pemikiran Operasional
4 Pola tanam petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan
5 Alur Proses Produksi pada Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan
Tahun 2013

15
15
21
39
40

DAFTAR LAMPIRAN
1 Daftar Pasar Swalayan Koperasi Mitra Tani Parahyangan
2

3

4
5
6
7

Jumlah Produksi (Kg) Tomat, Kubis, dan Leunca per Luas Lahan 1
Ha pada Kelompok Tani Mitra Tani Mitra Tani Parahyangan Tahun
2013
Jumlah Produktivitas (Ton/Ha) Tomat, Kubis, dan Leunca per Luas
Lahan 1 Ha pada Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan Tahun
2013
Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Kelompok Tani Mitra
Tani Parahyangan Komoditas Tomat Tahun 2013
Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Kelompok Tani Mitra
Tani Parahyangan Komoditas Kubis Tahun 2013
Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Kelompok Tani Mitra
Tani Parahyangan Komoditas Leunca Tahun 2013
Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan Bersih Tomat,
Kubis, dan Leunca pada Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan

67

69

69
70
70
71
72

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hortikultura menjadi komoditas yang penting dan strategis karena
merupakan kebutuhan pokok manusia. Hal tersebut menyebabkan permintaan
produk hortikultura semakin meningkat seiring bertambahnya pendapatan
masyarakat dan jumlah penduduk. Selain itu, preferensi konsumen serta
pergeseran konsumsi masyarakat pada dasarnya merupakan faktor penarik bagi
pertumbuhan produk hortikultura. Akan tetapi, hal tersebut masih mengalami
kendala karena tidak didukung dengan produksi yang memadai. Kekurangan
kebutuhan hortikultura Indonesia saat ini masih dipenuhi oleh komoditas impor.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan volume dan nilai ekspor
impor sektor pertanian pada tahun 2010-2011.
Tabel 1 Volume dan Nilai Ekspor Impor Sektor Pertanian Pada Tahun 2010-2011
2010
No

1

2

,3

4

Sub Sektor
Tanaman Pangan
- Ekspor
- Impor
Hortikultura
- Ekspor
- Impor
Perkebunan
- Ekspor
- Impor
Peternakan
- Ekspor
- Impor

Perkembangan
(%)

2011

Volume
(Ton)

Nilai
(US$)

Volume
(ton)

Nilai
(US$)

892.454,0
10.504,6

477,7
3.883,8

807,3
15.363,1

584,9
7.023,9

-9,5
46,2

26,3
80,8

364,1
1.560,8

390,7
1.292,9

381,6
2.052,3

491,3
1.686,1

4,8
31,5

25,7
30,4

27.017,3
3.578,1

30.702,9
6.028,2

27.863,7
4.311,9

40.689,7
8.843,8

3,1
20,5

32,5
4,7

494,1
1.231,5

951,7
2.768,3

906,9
1,190,6

1.599,1
3.044,8

83,6
3,3

68,0
9,9

Vol

Nilai

Sumber : BPS, diolah Pusdatin (2012)

Tabel 1 menunjukkan bahwa volume dan nilai ekspor impor sub sektor
hortikultura mengalami kenaikan masing-masing sebesar 31,5 persen dan 30,4
persen. Perkembangan volume dan nilai impor hortikultura di Indonesia masih
lebih besar dibandingkan ekspornya.
Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang memiliki prospek
yang cerah karena menjadi hal penting yang digunakan untuk memenuhi asupan
gizi bagi tubuh manusia. Sayuran sering dibedakan berdasarkan bagian tanaman
yang dapat dimakan, yaitu daun, tunas, akar, umbi, kecambah, bunga, buah, dan
biji. Masyarakat dapat dengan mudah memperoleh sayuran di berbagai wilayah
dengan kualitas, tingkat harga serta jenis yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat
daya belinya.

2

Sampai sejauh ini, program penelitian sayuran masih dititikberatkan pada
beberapa komoditas sayuran prioritas seperti kentang, bawang merah, cabai
merah, kubis, tomat, dan sebagainya. Pemilihan tersebut berdasarkan justifikasi
bahwa jenis sayuran tersebut memiliki atribut biologis relatif lebih baik
dibandingkan dengan jenis sayuran lainnya untuk memasuki pasar. Sementara itu,
observasi lapangan menunjukkan bahwa berbagai sayuran indigenous, sebenarnya
masih tetap dimanfaatkan di masyarakat, walaupun cenderung dalam skala kecil
dan bersifat lokal spesifik. Namun demikian, kenyataan juga menunjukkan bahwa
keberadaan kelompok sayuran ini mulai terancam karena digantikan oleh berbagai
spesies kultivasi.
Sayuran indigenous merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang
dimiliki Indonesia. Berkaitan dengan semakin meningkatnya kasus gizi buruk
yang terjadi di berbagai daerah akibat menurunnya daya beli masyarakat pasca
krisis ekonomi, maka pemanfaatan sayuran indigenous merupakan salah satu
alternatif yang dapat digunakan sebagai sumber nutrisi (gizi). Jenis sayuran
indigenous yang ada di Indoneisa meliputi tanaman perdu dan merambat seperti
kemangi, leunca, kenikir, katuk, beluntas, mangkokan, kecipir, pakis, genjer, dan
sebagainya. Sayuran ini biasanya tumbuh di pekarangan rumah atau kebun dan
dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga sendiri seperti dimasak menjadi sayur
atau dimakan mentah (lalaban). Akan tetapi, pada kenyataannya di Provinsi jawa
Barat sayuran indigenous telah memasuki restoran atau rumah makan yang
digunakan sebagai lalaban atau sayur.
Berbeda dengan sayuran prioritas yang telah ditangani secara serius, baik
oleh institusi publik maupun swasta, kelompok sayuran indigenous cenderung
masih terabaikan. Sebagian besar penelitian menyangkut sistem produksi hanya
melibatkan beberapa spesies sayuran yang secara ekonomis dianggap penting.
Sementara itu, potensi peranan sayuran indigenous dalam upaya mewujudkan
pertanian berkelanjutan melalui diversifikasi. Oleh karena itu, kegiatan penelitian
yang diarahkan untuk meningkatkan pemanfaatan sayuran indigenous memiliki
nilai strategis yang perlu mendapat perhatian lebih besar. Secara implisit, hal ini
memberikan gambaran bahwa konservasi sumberdaya genetik sayuran indigenous
memang merupakan isu penting. Namun demikian, tantangan sebenarnya adalah
bagaimana mengangkat potensi manfaat sayuran indigenous agar dapat sejajar
atau bersaing dengan sayuran prioritas yang telah berkembang lebih dahulu
(AVRDC 1999).
Pengembangan sayuran indigenous perlu mendapat perhatian yang lebih
besar lagi berdasarkan pertimbangan bahwa: (1) Kelompok sayuran ini masih
dikategorikan under-utilized dan cenderung terabaikan, walaupun memiliki
potensi sebagai alternatif sumber protein, vitamin, mineral, dan serat yang relatif
murah; (2) Pengusahaan/produksi kelompok sayuran indigenous oleh petani kecil
akan memiliki keunggulan komparatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengusahaan sayuran yang pada umumnya ditanam (prioritas); (3)
Pengusahaan/produksi kelompok sayuran indigenous dapat membantu petani kecil
untuk mengurangi risiko serta melakukan diversifikasi output sehubungan dengan
fluktuasi harga sayuran yang pada umumnya ditanam (prioritas); (4) Kelompok
sayuran ini termasuk ke dalam spesies yang keragaman genetiknya perlu
diselamatkan, terutama berkaitan dengan upaya konservasi biodiversitas; dan (5)
Kelompok sayuran ini berpotensi untuk dikembangkan.

3

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra produksi sayuran
yang sangat potensi untuk terus dikembangkan dengan didukung oleh kondisi
agroekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian. Provinsi
Jawa Barat mempunyai beberapa komoditas unggulan yang berkontribusi sebagai
pemasok rata-rata 30 persen terhadap kebutuhan nasional, diantaranya seperti
kentang, cabe merah, tomat, bawang merah, jamur, dan kubis1.
Kemampuan produksi sayuran di Provinsi Jawa Barat tidak terlepas dari
kontribusi masing-masing Kabupaten/Kota yang menajdi wilayah sentra penghasil
sayuran. Sentra produksi sayuran di Provinsi Jawa Barat tesebar di berbagai
Kabupaten/Kota dengan jumlah petani sayuran yang beragam, baik yang
mengusahakan secara perorangan, maupun dengan membentuk kelompok tani.
Perkembangan luas panen tahun 2010-2011 tomat, kembang kol, kubis, dan sawi
putih/petsai menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2 Luas Panen Sayuran Tahun 2010-2011 Menurut Kabupaten di Jawa
Barat.
Luas Panen Sayuran Tahun 2010-2011 (dalam hektar)
Kembang
No
Kabupaten
Tomat
Kubis
Sawi/petsai
Kol
2010
2011
2010 2011 2010
2011
2010
2011
1
Bogor
437
373
41
32
35
50
927
899
2
Sukabumi
838
779
56
1
168
146
1933
2235
3
Cianjur
970
1307
248
268
746
821
1.756
2.977
4
Bandung
1.686 1.348
289
388 4.406
4.340
2.781
2.771
5
Garut
3.964 3.232
121
53 4.985
99
2.532
1.913
6
Tasikmalaya
587
513
4
33
112
42
318
253
7
Ciamis
231
259
1
12
14
75
74
75
8
Kuningan
211
191
26
4
74
0
230
342
9
Cirebon
7
8
0
0
0
517
0
0
10
Majalengka
353
278
67
38
921
656
616
283
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2012)

Berdasarkan pada Tabel 2 Kabupaten Cianjur memiliki potensi untuk
mengembangkan usaha budi daya sayuran dengan luas panen yang semakin
meningkat dibandingkan dengan Kabupaten lainnya. Kabupaten Cianjur memilki
potensi sumber daya pertanian cukup lengkap baik komoditi pangan palawija,
sayuran dataran tinggi, sayuran dataran rendah, buah-buahan tropis, perkebunan,
bio farmaka, perikanan dan peternakan yang tersebar di 32 Kecamatan dengan
348 desa.
Perkembangan usaha sayuran di Kabupaten Cianjur didukung oleh
keberadaan koperasi hortikultura yang membantu petani sayuran. Salah satu
koperasi yang menjadi wadah bagi petani sayuran di Kabupaten Cianjur adalah
Koperasi Mitra Tani Parahyangan yang beralamat di Kecamatan Warungkondang,
Kabupaten Cianjur. Koperasi Mitra Tani Parahyangan merupakan salah salah satu
koperasi yang sukses menjalankan program agribisnis melalui metode One Village
One Product (OVOP) yang dipopulerkan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
1

Endang Suhendar. 2012. Peluang Agribisnis Sangat Besar Perlu Terus Peningkatan SDM.
http://mediarakyatonline.com (diakses pada tanggal 23 Oktober 2012)

4

Menengah. Kesuksesan itu ditandai dengan omzet koperasi yang beranggotakan
sekitar 329 orang mencapai lebih dari Rp1 miliar per bulan. Komoditas agribisnis
unggulan yang didistribusikan oleh Koperasi Mitra Tani Parahyangan
mengutamakan penggunaan pupuk semi organik. Koperasi tersebut mampu
memasok puluhan outlet pasar modern di kawasan Jabodetabek. Dengan jumlah
komoditas sayuran yang didistribusikan rata-rata lebih dari 4 ton per hari2.
Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan yang merupakan anggota Koperasi
Mitra Tani Parahyangan dibentuk dengan tujuan sebagai wadah bagi petani
sayuran di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Namun, usahatani
sayuran yang dijalankan petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan
menghadapi permasalahan risiko produksi yang menyebabkan produktivitas
sayuran mengalami penurunan. Petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani
Parahyangan dalam melakukan usahatani sayuran melakukan kegiatan
diversifikasi dengan cara tumpang sari.
Diversifikasi merupakan salah satu solusi yang digunakan untuk
mengurangi risiko yang ada. Bentuk diversifikasi dalam pengusahaan sayuran
umumnya terdiri dari kombinasi beberapa sayuran yang tidak hanya mengacu
pada satu komoditas dalam satu periode waktu budidaya. Strategi pengelolaan
risiko melalui diversifikasi yang bertujuan untuk menekan risiko dalam usahatani
sayuran menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, penelitian
mengenai risiko produksi pada kegiatan diversifikasi usahatani sayuran penting
untuk dilakukan.

Perumusan Masalah
Kecamatan Warungkondang merupakan salah satu sentra usahatani sayuran
di Kabupaten Cianjur. Namun, usaha produksi sayuran di Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur yang demikian perspektif tidak terlepas dari
berbagai permasalahan risiko yang diindikasikan dari fluktuasi tingkat
produktivitas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 yang memperlihatkan luas panen,
produksi, produktivitas tomat dan kubis di Kecamatan Warungkondang,
Kabupaten Cianjur pada tahun 2007-2012.
Tabel 3 Luas Panen (Ha), Produksi (Ton), dan Produktivitas (Ton/Ha) Tahun
2010-2011 Menurut Kabupaten di Jawa Barat.
Tomat
Kubis
Luas
Luas
No Tahun
Produksi Produktivitas
Produksi
Produktivitas
Panen
Panen
(Ton)
(Ton)
(Ton/Ha)
(Ton/Ha)
(Ha)
(ha)
1
2007
20
712,00
8
240,50
35,60
30,06
2
2008
29 1.009,98
17
510,00
34,83
30,00
3
2009
34 1.170,99
17
451,99
34,44
26,59
4
2010
26
260,00
46 1.400,85
10,00
30,06
5
2011
14
440,17
25
730,18
31,44
28,99
6
2012
38 1.161,69
71
216,55
30,78
30,50
Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kec. Warungkondang (2013)

2

http://smecda.com (diakses pada tanggal 28 Desember 2012)

5

Berdasarkan pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa produktivitas komoditas
tomat dan kubis di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur mengalami
fluktuasi. Terjadinya fluktuasi produktivitas mengindikasikan adanya risiko
produksi dalam usahataninya.
Petani yang tergabung dalam Kelompok Mitra Tani Parahyangan yang juga
anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan terletak di Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Kelompok Tani tersebut merupakan salah
satu kelompok tani yang bergerak dibidang agribisnis khususnya sayuran.
Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan yang berdiri sejak Tahun 1995
memproduksi beberapa macam sayuran seperti tomat, brokoli, sawi putih, terong
panjang ungu, kapri, buncis, ketimun, dan sebagainya. Komoditas yang
diunggulkan Koperasi Mitra Tani Parahyangan adalah tomat. Hal ini didasarkan
pada permintaan tomat dari pasar swalayan yang setiap harinya mencapai 3-4 ton.
Sampai saat ini, hampir sebagian besar produksi sayuran yang dihasilkan
petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyang dijual ke Koperasi Mitra
Tani Parahyangan. Koperasi berperan sebagai lembaga pengumpul dan penyalur
sayuran yang nantinya akan dipasarkan ke Hero Supermarket yang berlokasi di
Jakarta, Bogor, dan Sukabumi serta swalayan Makro yang lainnya (Lampiran 1).
Disinilah peran penting koperasi sangat dibutuhkan bagi para petani sayuran,
karena selain sebagai perantara dalam rantai pemasaran juga berperan dalam
memberikan pelayanan kepada anggotanya sebagai penyedia input dan sarana
produksi, pembinaan terhadap petani, pemberian kredit, simpan pinjam, dan
sebagainya.
Pemasaran sayuran oleh Koperasi Mitra Tani Parahyangan dilakukan rutin
setiap hari sesuai dengan kontrak pembelian antara Koperasi Mitra Tani
Parahyangan dengan Hero Supermarket serta swalayan makro yang lainnya.
Untuk dapat memenuhi permintaan pelanggan seperti yang telah ditetapkan dalam
kontrak pembelian Koperasi, Mitra Tani Parahyangan melakukan kerjasama
dengan petani. Namun, didalam pengusahaan sayuran yang dijalankan oleh petani
anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dihadapkan pada permasalahan
pada tahapan proses produksi. Sumber dari risiko produksi berupa curah hujan
yang tinggi, kabut serta serangan hama dan penyakit yang memberikan dampak
kerugian.
Petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan melakukan
diversifikasi usaha yaitu dengan melakukan budidaya lebih dari satu komoditas
dalam satu lahan dalam periode waktu tertentu. Upaya diversifikasi yang
dilakukan petani adalah dalam rangka untuk mengurangi besarnya risiko dalam
pengusahaan satu komoditas sayuran. Diversifikasi usaha yang dilakukan oleh
petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dilakukan untuk
mengurangi adanya risiko apabila terjadi kegagalan dalam produksi. Terdapat
perumusan masalah yang terwujud dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah kegiatan diversifikasi yang dilakukan oleh petani anggota
Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dapat mengurangi risiko yang
dihadapi pada kegiatan spesialisasi?
2. Bagaimana kombinasi komoditas yang tepat untuk meminimalisir risiko
produksi yang dihadapi pada kegiatan spesialisasi?

6

Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian
ini adalah :
1. Menganalisis kegiatan spesialisasi dan diversifikasi yang dilakukan oleh
petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dengan melihat
besarnya risiko yang dihadapi.
2. Menyusun alternatif strategi diversifikasi dengan menyajikan kombinasi
komoditas yang tepat untuk mengurangi besarnya risiko usahatani pada
kegiatan spesialisai yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani
Mitra Tani Parahyangan.

Manfaat Penelitian
Hasil analisis penelitian ini dapat memiliki kegunaan :
A. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi penulis sendiri
dan menjadi bahan referensi bagi penelitian berikutnya yang terkait
dengan risiko pada usaha diversifikasi sayuran indigenous.
B. Bagi Petani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi
petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan sebagai dasar
pengambilan keputusan dalam mewaspadai risiko sehingga dapat
meminimalisasi adanya kerugian.
C. Bagi Pembaca dan Masyarakat Lainnya
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan wawasan
yang bermanfaat yang terkait dengan sayuran indigenous.

Ruang Lingkup Penelitian
Komoditas sayuran indigenous yang dipilih adalah leunca (Solanum
nigrum). Sedangkan komoditas sayuran umum (prioritas) yang dipilih adalah
tomat (Lycopersicum esculentum) dan Kubis (Brassica sinensis).
Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi pada kegiatan
spesialisasi dan portofolio usahatani sayuran yang dilakukan oleh petani anggota
Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dengan menggunakan data primer dan
sekunder. Data mengenai jumlah input, jumlah output dan harga untuk masingmasing komoditas usahatani sayuran dalam penelitian ini merupakan data pada
bulan Februari tahun 2013. Adanya keterbatasan informasi dan daya ingat para
petani terhadap jumlah input, jumlah output, dan harga memungkinkan akan
berpengaruh terhadap perhitungan besarnya risiko atau hasil pengolahan data yang
akan diperoleh penulis. Lingkup penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.

7

TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Hortikultura di Indonesia
Subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik
dimasa mendatang sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian
Indonesia. Permintaan terhadap produk hortikultura khususnya sayuran
diperkirakan akan semakin meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk dan
meningkatnya kesadaran akan gizi masyarakat
Pembangunan subsektor hortikultura, khususnya pengembangan sayuran
merupakan salah satu alternatif upaya peningkatan penyediaan sumber kebutuhan
vitamin dan mineral. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi
sumber daya hayati melimpah. Tetapi, kebutuhan hortikultura khususnya buah dan
sayuran pada saat ini masih dipenuhi oleh komoditas impor. Peningkatan impor
tersebut selain disebabkan karena permintaan konsumen domestik yang lebih
menyukai produk luar negeri juga disebabkan ketidakmampuan dalam
memproduksi produk-produk hortikultura, seperti produksi menurun dan
terjadinya gagal panen.
Usaha hortikultura khususnya sayuran di Indonesia seharusnya mampu
memberikan banyak keuntungan seperti peningkatan pendapatan sayuran dan
penyerapan tenaga kerja. Namun, perkembangan tersebut masih terkendala
terutama oleh produktivitas yang masih rendah yang disebabkan oleh lemahnya
permodalan usahatani yang kecil, mutu bibit yang rendah, ketergantungan pada
alam dan cuaca serta rendahnya penerapan teknologi budidaya. Selain itu daya
saing komoditas hortikutura Indonesia juga masih rendah.

Usaha Hortikultura di Indonesia
Usaha pertanian hortikultura khususnya buah dan sayur, dapat menjadi
solusi alternatif pendapatan bagi masyarakat. Selain mendukung program
pemerintah dalam gerakan mengkonsumsi buah dan sayur di masyarakat, ternyata
peluang usaha ini masih sangat besar baik di dalam maupun luar negeri.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia menyebutkan, bahwa konsumsi buah
dan sayur dalam negeri masih rendah dan permintaan buah tropis dan sayur di luar
negeri terus meningkat per tahun 2011.
Jika ditinjau dari potensi Indonesia sangat disayangkan jika peningkatan
produksi buah dan sayur tidak menjadi perhatian utama pemerintah dan pelaku
usaha. Permasalahan yang sering dihadapi dalam melakukan usahatani komoditas
hortikultura seperti masalah infrastruktur jalan, pelabuhan, pembiayaan, kualitas
produk yang tidak memenuhi pasar, dan tidak terjamin kontinuitas pasokan
tentunya bukan lagi persoalan.
Pada bulan Agustus 2011 pasokan buah dan sayur ke Singapura sebesar 43
persen didapat dari Malaysia, dan 31 persen dari Cina, sedangkan Indonesia hanya
6,5 persen. Data tersebut membuktikan bahwa produktivitas buah dan sayur
Indonesia masih kalah jauh dengan negara lain seperti Malaysia dan Cina. Selain
itu, impor buah dan sayur pun kini merambah di Indonesia, hal ini menjadi

8

ancaman semangat para pelaku usaha buah dan sayur di Indonesia serta
mengurangi kegemaran masyarakat Indonesia terhadap buah dan sayur lokal3.
Jika diperhatikan, permasalahan buah dan sayur Indonesia memang terletak
pada rendahnya produksi dan keberlangsungan produksi. Selain itu, Indonesia pun
masih belum mempunyai daerah utama atau sektor khusus dalam pengembangan
buah dan sayur secara intensif dan berskala luas. Sehingga ini menjadi dugaan,
bahwa produktivitas buah dan sayur Indonesia masih belum bisa bersaing di
tingkat dunia.
Sumber-Sumber Risiko Komoditi Hortikultura
Risiko yang terdapat produksi pertanian pada umumnya relatif lebih besar
bila dibandingkan dengan industri lainnya. Sumber-sumber risiko teknis
(produksi) sebagian besar disebabkan faktor-faktor yang sulit diduga, seperti
cuaca, penyakit, hama, variasi genetik, dan pelaksana kegiatan (human error).
Menurut Purwanti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Risiko Produksi
Sayuran Hidroponik Pada PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) sumbersumber risiko produksi di PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) berasal dari
dalam lingkungan perusahaan maupun dari lingkungan luar perusahaan
diantaranya yaitu kondisi lingkungan dan iklim, tenaga kerja yang kurang terampil
dan teliti dalam proses produksi, serangan hama dan penyakit, dan kerusakan
sistem irigasi. Sedangkan Sitanggang (2012) menjelaskan bahwa faktor – faktor
penyebab adanya risiko dalam usaha tomat dan caisin di Desa Citapen,
Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Permasalahan yang sering dihadapi petani
dalam proses budidaya sayuran tomat dan caisin dalam pengembangan usahanya
yaitu risiko produksi. Risiko yang dihadapi mulai dari penanaman bibit yaitu
terjadinya tingkat kematian atau mortalitas tanaman yang dapat disebabkan oleh
suhu lingkungan sehingga tanaman perlu beradaptasi terlebih dahulu. Pada saat
melakukan perawatan masih terdapat kendala yang dihadapi seperti adanya
serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca cuaca yang tidak pasti, yang
berdampak pada penuruna pendapatan perusahaan.
Sembiring (2010) menjelaskan analisis risiko produski sayuran organik
menemukan bahwa faktor penyebab timbulnya risiko produksi pada The
Pinewood Organic Farm adalah adanya teknologi yang tidak seimbang, lingkunga
budidaya seperti human error yang timbul mulai dari penanaman bibit sehingga
menyebabkan banyaknya tingkat kematian pada tanaman serta serangan hama dan
penyakit, kondisi cuaca atau iklim yang tidak pasti yang menyebabkan terjadinya
mortalitas tanaman. Hal yang sama juga diperoleh Cher (2011) dalam
penelitiannya yang berjudul risiko produksi sayuran organik pada PT Masada
Organik Indonesia, Risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan dalam
mengusahakan beberapa jenis komoditi sayuran organiknya disebabkan karena
adanya beberapa sumber risiko. Sumber-sumber risiko produksi tersebut adalah
cuaca yang sulit diprediksi, tingginya kelembaban akibat timbulnya kabut, serta
adanya hama dan penyakit tanaman.
3

Ekspor Buah Indonesia ke Siangapura Kalah dengan Malaysia. http://kompas.com (Diakses pada
tanggal 24 Desember 2013)

9

Tarigan (2009) merumuskan permasalahan yang dihadapi Permata Hati
Organic Farm adalah perusahaan memiliki risiko produksi dalam pengembangan
usahanya. Hal ini dapat dilihat dari produktivitas yang berfluktuasi setiap periode
selama masa tanam berlangsung. Hal ini dikarenakan sayuran organik sangat
rentan terhadap perubahan musim sehingga mengakibatkan banyak serangan
penyakit terhadap tanaman. Hal ini akan berakibat terhadap penurunan
pendapatan perusahaan.
Hasil yang sama juga dijelaskan oleh Mandasari (2012) tentang Analisis
Risiko Produksi Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati, Kecamatan
Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Petani mengalami risiko
produksi dalam mengusahakan tomat dan cabai merah. Hasil produksi yang
diperoleh pada setiap panennya berfluktuasi, hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi
cuaca dan iklim yang sulit diprediksi, adanya serangan hama dan penyakit, dan
kondisi kesuburan lahannya. Risiko produksi yang terjadi menyebabkan kerugian
bagi petani hingga tidak dapat menutupi biaya produksi yang dikeluarkan pada
musim tersebut.
Dari penelitian terdahulu diperoleh variabel-variabel yang menjadi sumbersumber risiko yaitu faktor cuaca, hama dan penyakit, tenaga kerja yang kurang
terampil (human error), kerusakan sistem irigasi dan teknologi yang tidak
seimbang. Variabel-variabel tersebut juga diduga menjadi sumber risiko pada
pengusahaan sayuran yang ditelitii dalam penelitian ini.

Metode Analisis Risiko Komoditi Hortikultura
Menurut Elton dan Gruber (1995) pengukuran risiko dapat dilakukan
dengan metode analisis seperti variance, standard deviation dan coefficient
variation. Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance
sebagai penentu ukuran yang lainnya. Semakin kecil indikator tersebut
mencerminkan semakin rendah risiko yang dihadapi. Purwanti (2011)
menjelaskan analisis deskriptif untuk mengetahui sumber-sumber risiko dan
analisis risiko. Penilaian terhadap risiko produksi menggunakan pendekatan
ekspected return, ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan
koefisien variasi (coefficient variation).
Cher (2011) menjelaskan perhitungan risiko produksi pada kegiatan
spesialisasi dihitung dengan menggunakan pendekatan nilai variance, standard
deviation, dan coefficient variation. Sebelum menilai risiko, terlebih dahulu
dihitung peluang dan nilai pengembalian harapan (ekspected return). Sayuran
organik yang telah dianalisis masing-masing komoditi yang diusahakan. PT
Masada Organik Indonesia melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan
usahataninya, kombinasi dari beberapa kegiatan dinamakan diversifikasi.
Pengusahaan secara diversifikasi ini menjadikan risiko yang dihadapi perusahaan
dinamakan risiko portofolio. Perbandingan terhadap risiko produksi spesialisasi
dan portofolio dilakukan melalui pengukuran risiko dengan cara menghitung
variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha disertai dengan pembobotan
masing-masing komoditi. Pengukuran risiko portofolio ini diawali dengan
menghitung bobot portofolio atau fraction portofolio.

10

Sembiring (2010) menggunakan metode analisis Variance, Standard
deviation, Coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Metode
analisis yang serupa juga digunakan oleh Tarigan (2009) yaitu menggunakan
metode analisis risiko yaitu Variance, Standard Deviation, dan Coefficient
Variance serta melihat pengaruh diversifikasi untuk menekan risiko. Komoditas
yang dianalisis pada spesialisasi adalah brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai
keriting sedangkan kegiatan portofolio adalah tomat dengan bayam hijau dan
cabai keriting dengan brokoli. Sedangkan Mandasari (2012) menggunakan metode
analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation serta
melihat pengaruh diversifikasi (portofolio) untuk mengendalikan risiko.

Strategi Penanganan Risiko Komoditi Hortikultura
Purwanti (2011) menjelaskan strategi penanganan risiko yang dapat
dilakukan adalah strategi preventif yaitu strategi yang dilakukan untuk
menghindari risiko produksi. Strategi yang dapat dilakukan adalah : (1)
Peningkatan pengaturan suhu greenhouse dengan cara memasang memasang
penutup yang terbuat dari paranet merupakan salah satu alternatif untuk
menghindari penguapan yang berlebihan yang akan menyebabkan busuk akar,
serta sistem karantina yang dapat dibuat dengan menggunakan screen atau plastik
UV (ultraviolet) dengan dibentangkan pada bak tanam yang terserang hama
sehingga membentuk seperti dinding, sehingga dapat meminimalisir penyebaran
hama dan penyakit; (2) Peningkatan kualitas perawatan tanaman selama berada di
ruang gelap, greenhouse nursery dan greenhouse dengan mengganti peralatan
yang sudah rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang dapat mengganggu kegiatan
produksi; (3) Memperbaiki dan merawat fasilitas fisik secara berkala dilakuka
dengan mengganti peralatan yang sudah rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang
dapat mengganggu kegiatan produksi; dan (4) Mengembangkan sumberdaya
manusia dilakukan agar tenaga kerja dapat lebih terampil dan teliti dalam hal
pemberian nutrisi, perawatan tanaman, dan penanganan hama dan penyakit
tanaman, serta tanaman yang mengalami gejala etiolasi. Sedangkan strategi yang
selama ini telah dilakukan oleh perusahaan adalah strategi mitigasi yaitu strategi
yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak risiko. Strategi mitigasi yang
dilakukan adalah : (1) Sayuran yang terkena hama dan penyakit tidak dapat dijual
dijadikan pupuk kompos kemudian dijual ke masyarakat sekitar; (2) Sayuran yang
berukuran kecil dijual dalam bentuk mix salad; dan (3) Sayuran yang dijual ke
masyarakat sekitar untuk dijadikan pakan ternak.
Tarigan (2011) merumuskan analisis risiko produksi yang dilakukan pada
kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat
meminimalkan risiko. Penanganan untuk mengatasi risiko produksi Permata Hati
Organic Farm dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi pada lahan
yang ada. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan
usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya. Oleh karena itu
diversifikasi usahatani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan
risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi. Selain itu untuk penanganan
risiko juga dapat dilakukan kemitraan produksi dengan petani sekitar yang
memproduksi sayuran organik serta kemitraan dalam penggunaan input. Selain itu

11

perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsifungsi manajemen yang terarah dengan baik.
Cher (2011) menjelaskan bahwa strategi penanganan risiko PT Masada
Organik Indonesia yaitu diversifikasi usaha. Kegiatan diversifikasi tidak membuat
risiko produksi menjadi nol artinya walaupun perusahaan telah melakukan
diversifikasi, tetapi perusahaan akan tetap menghadapi risiko produksi pada
kegiatan usaha sayuran organiknya. Hal ini dapat dilihat pada hasil perbandingan
risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio berdasarkan
produktivitas yang diperoleh yakni dari nilai variance, standard deviation,
coefficient variation yang tidak sama dengan nol. Perusahaan dalam menangani
risiko produksi tersebut melakukan berbagai macam alternatif strategi antara lain
dengan melakukan kemitraan dalam hal produksi, menerapkan teknologi dalam
hal pencegahan dengan membuat sungkup untuk mencegah kerusakan tanaman
akibat kondisi cuaca yang buruk dan timbulnya kabut, serta menerapkan fungsi fungsi manajemen dalam menghadapi risiko produksi yang ada. Selain itu,
manajemen risiko yang perlu diterapkan perusahaan adalah melakukan fungsi
manajemen dengan lebih baik lagi terutama pada fungsi controlling atau
pengontrolan. Sembiring (2010) dalam penelitiannya yang berjudul analisis risiko
produksi sayuran organik pada The Pinewood Organic Farm, hasil analisis
strategi manajemen risiko perusahaan, strategi manajemen risiko yang diterapkan
oleh The Pinewood Organic Farm yaitu perusahaan melakukan diversifikasi
produk yakni dengan mengusahakan berbagai jenis tanaman.
Sitanggang (2012) dalam penelitiannya yang berjudul analisis risiko
produksi tomat dan Caisin di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor,
strategi yang dapat dilakukan adalah strategi preventif merupakan strategi yang
dilakukan untuk menghindari risiko yaitu dengan cara membuat dan memperbaiki
sistem prosedur seperti dengan melakukan penyemprotan untuk penanggulangan
hama dan penyakit, penggunaan input yang efisien serta strategi mitigasi artinya
strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk menekan dampak atau kerugian
akibat risiko yang ada yaitu dengan melakukan diversifikasi dan tumpangsari
antara tanaman tomat dan caisin untuk mengurangi besar kerugian yang akan
dihadapi oleh petani. Sedangkan Mandasari (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul Analisis Risiko Produksi Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati,
Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, alternatif
tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko yaitu dengan melakukan
perbaikan pola tanam, pengendalian hama dan penyakit, serta pengolahan lahan
ketika sebelum ditanami. Selain itu ada pula alternatif tindakan yang dapat
mengurangi kerugian akibat terjadinya risiko produksi yaitu dengan
pengembangan kreatifitas para ibu rumah tangga dengan menggunakan alat yang
sudah ada.
Penelitian terdahulu memberikan gambaran yang dapat digunakan sebagai
acuan dan bahan pembanding dengan penelitian yang dilakukan. Berdasarkan
keenam hasil penelitian sebelumnya dapat ditarik sebuah hubungan yang menjadi
kesamaan penelitian yaitu didapatkan hampir semua permasalahan yang dihadapi
mengindikasikan adanya risiko produksi yang didasarkan pada fluktuasi jumlah
produksi komoditas pertanian. Penelitian yang menganalisis adanya risiko
produksi komoditas pertanian khususnya sayuran yaitu: Purwanti (2011),
Sembiring (2010), Sitanggang (2012), Cher (2011), Tarigan (2009) dan Mandasari

12

(2012) disebabkan oleh faktor cuaca yang tidak dapat diprediksi, serangan hama
dan penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada komoditas pertanian,
kerusakan sistem irigasi, teknologi, kelembaban serta tenaga kerja (human error)
yang kurang terampil dan teliti dalam proses produksi.. Dalam analisis risiko
sebagian menggunakan alat ukur ekspected return, variance, standard deviation,
dan coefficient variation. Analisis risiko portofolio yang dilakukan pada
perusahaan dengan metode diversifikasi ternyata dapat mengurangi besaran risiko
pada komoditi tunggal (Tarigan, 2009 dan Cher, 2011).
Perbedaan penlitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada lokasi
dimana dilakukan penelitian dan komoditi yang menjadi objek penelitian. Kajian
penelitian ini difokuskan terhadap risiko produksi usahatani sayuran indigenous
melalui usaha diversifikasi. Bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan referensi
dirasa cukup untuk digunakan bahan referensi dalam penelitian ini.

13

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Risiko
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ini terjadi karena kurang atau
tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Ada
banyak dapat mengenai definisi dan ketidakpastian yang dapat memperluas
wawasan dalam memahami konsep risiko dan ketidakpastian. Menurut Robison
dan Barry (1987) menyebutkan ketidakpastian menunjukkan peluang suatu
kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Sehingga selama
peluang suatu kejadian tidak dapat diukur maka kejadian tersebut termasuk
kedalam kategori ketidakpastian.
Risiko (risk) merupakan peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat
diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan
mengalami suatu kerugian. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi
kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty)
adalah suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya
ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Harwood et al. (1999) mengartikan
risiko sebagai kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian. Berdasarkan
definisi tersebut terdapat tiga unsur penting dari risiko diantaranya risiko dianggap
sebagai suatu kejadian, dari kejadian tersebut mengandung suatu kemungkinan
yang dapat terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi terdapat akibat yang
ditimbulkan berupa kerugian.
Dalam berinvestasi, mengukur keuntungan dan risiko investasi merupakan
kewajiban yang sangat penting karena keuntungan dan risiko investasi dalam
kondisi yang tidak pasti, hukum dasar investasi adalah high return-high risk
(semakin tinggi keuntungan yang diperoleh dalam suatu investasi, makan semakin
besar risiko yang ditanggung). Pertanian merupakan kegiatan yang selalu
dihadapkan dengan kondisi ketidakpastian setiap harinya. Mulai dari
ketidakpastian cuaca, serangan hama, dan harga input maupun output. Faktorfaktor yang menyebabkan munculnya risiko pada umumnya berasal dari dua
sumber yaitu sumber internal dan eksternal. Menurut Harwood et al. (1999),
sumber-sumber risiko pertanian dapat diklasifikasikan kedalam lima bagian yaitu:
risiko pasar (market risk); risiko produksi (yield risk); risiko kelembagaan
(institutional risk); risiko keuangan (financial risk); dan risiko sumber daya
manusia (personal risk).
Risiko pasar atau risiko harga yaitu risiko pergerakan harga yang berdampak
negatif terhadap perusahaan. Risiko pasar dipengaruhi oleh ketidakpastian harga
output, inflasi daya beli, penurunan permintaan terhadap output perusahaan,
banyak produk substitusi, mutu produk yang tidak sesuai, persaingan antar sesama
produsen, kegagalan strategi pemasaran, kelemahan daya tawar perusahaan
dibandingkan dengan pembeli. Sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga
adalah harga yang naik karena adanya inflasi.
Risiko produksi merupakan kegagalan pada waktu melakukan kegiatan
budidaya atau proses untuk menghasilkan suatu komoditas tertentu akibat

14

perusahaan tidak mampu mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan
kegagalan. Sumber risiko dari risiko produksi adalah hama dan penyakit, cuaca,
musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja, dan lain-lain yang dapat
menyebabkan kegagalan panen, produktivitas rendah, dan kualitas yang buruk.
Risiko institusi merupakan risiko yang ditimbulkan adanya aturan/kebijakan
tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk
memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya. Perubahan kebijakan ini
dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan
usaha perusahaan, contohnya berupa kebijakan harga bibit tanaman, kebijakan
harga jual, kebijakan penggunaan pupuk kimia maupun kebijakan ekspor dan
impor.
Risiko finansial atau keuangan merupakan bentuk-bentuk risiko yang
dihadapi perusahaan terkait dengan bidang keuangan khususnya dalam hal
permodalan. Risiko yang timbul dapat disebabkan karena adanya perputaran
barang rendah, laba yang menurun yang disebabkan oleh adanya piutang tak
tertagih dan likuiditas yang rendah.
Risiko sumber daya manusia, yaitu risiko yang dihadapi oleh perusahaan
yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam melakukan kegiatan usaha. Risiko
yang disebabkan oleh sumber daya manusia ini dapat menyebabkan kerugian
contohnya ketika melakukan kesalahan pencatatan data, kelalaian dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab, pencurian, rusaknya fasilitas produksi,
mogok kerja ataupun meninggalnya tenaga kerja pada saat menjalankan tugas.
Teori Portofolio dalam Diversifikasi
Da