Analisis saluran pemasaran tomat bandung di KUD Mitra Tani Parahyangan Cianjur

(1)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN

TOMAT BANDUNG DI KUD MITRA TANI

PARAHYANGAN CIANJUR

SKRIPSI

H A I R I A H34104086

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

HAIRIA, Analisis Saluran Pemasaran Tomat Bandung di Koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor ( Di bawah bimbingan Amzul Rifin )

Hortikultura merupakan salah satu sumberdaya di Indonesia yang kaya akan keanekaragaman genetika. Selain itu hortikultura juga merupakan salah satu subsektor pertanian pertanian yang sangat berpotensi secara agroklimat untuk dapat dibudidayakan di Indonesia. Hortikultura terdiri dari buah-buahan, sayuran dan bunga. Produk hortikultura tersebut selain memberikan gizi juga berperan dalam memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan petani serta pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan. Salah satu produk hortikultura yang memiliki prospek di masa mendatang yaitu sayuran. Meskipun Indonesia sangat berpotensi dalam menghasilkan sayuran, tetapi Indonesia masih mengimpor sebagian sayuran untuk memenuhi kebutuhan sayuran dalam negeri. Sehingga diperlukan adanya integrasi dari semua pelaku agribisnis mulai dari hulu hingga hilir untuk saling menjaga kualitas maupun kuantitas produk yang dihasilkan.

Penelitian dilaksanakan di KUD Mitra Tani Parahyangan Cianjur yang terletak di Kecamatan Tegalega, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Februari 2012. Metode penentuan sampel menggunakan non probability sampling, yaitu

purposive sampling. Dalam penelitian ini juga melibatkan lembaga pemasaran

untuk memberikan informasi mengenai pemasaran tomat bandung di koperasi Mitra Tani Parahyangan. Penelitian ini menggunakan metode peramalan Simple

Moving Average, metode Single Exponential Smoothing, metode Double

Exponential Smoothing satu parameter dari Brown dan ARIMA.Untuk

mempermudah melakukan peramalan digunakan program Microsoft Excel, Minitab 14 dan program E-Views.

Saluran pemasaran yang terjadi di KUD Mitra Tani Parahyangan dalam memproduksi dan memasarkan tomat bandung terdiri dari 3 pola yaitu : (1). Pola saluran pemasaran tomat bandung melalui Distributor center (DC) atau wholesaler ; (2) Pola saluran pemasaran tomat bandung melalui Giant Toko atau Alfamidi Toko(retailer) ; (3). Pola saluran pemasaran tomat bandung melalui restoran (rumah makan). Dalam manajemen permintaan kopersi perlu melakukan produksi tinggi pada bulan februari, Mei, Juli dan Oktober, dan perlu melakukan mengurangi produksi pada bulan Juni, Agustus dan November karena berdasarkan data tersebut permintaan pada bulan tersebut tidak terlalu tinggi. Selain itu, peningkatan permintaan terjadi pada bulan februari, Mei, Juli dan Oktober. Model terbaik yang digunakan dalam peramalan produksi adalah yang memiliki MAPE terkecil adalah ARIMA(4,0,1), dan Model terbaik yang digunakan dalam peramalan permintaan adalah yang memiliki MAPE terkecil adalah ARIMA(5,0,4).


(3)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN

TOMAT BANDUNG DI KUD MITRA TANI

PARAHYANGAN CIANJUR

SKRIPSI

H A I R I A H34104086

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(4)

Judul Skripsi Analisis Saluran Pemasaran Tomat Bandung Di KUD Mitra Tani Parahyangan Cianjur

Nama H a i r i a

NIM H34104086

Disetujui, Pembimbing

Amzul Rifin Ph. D NIP. 19750921 200012 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi. MS NIP 19580908 198403 1 002


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan ... 9

1.4. Manfaat ... 9

1.5. Ruang Lingkup ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Tomat ... 11

2.2. Penananganan Tomat Bandung ... 12

2.3. Saluran pemasaran ... 14

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu ... 15

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 19

3.1.1. Pengertian Pasar dan Konsep Pemasaran ... 19

3.1.2. Saluran pemasaran ... 21

3.1.3. Identifikasi Lembagaan Saluran Pemasaran ... 23

3.1.3.1. Pemasok (Suppliers) ... 23

3.1.3.2. Produsen (Manufacturer) ... 23

3.1.3.3. Distributor (Distribution) ... 23

3.1.3.4. Pengecer (Retail Outlets) ... 23

3.1.3.5. Pelanggan (Costomer) ... 24

3.1.4. Manajemen Permintaan ... 24

3.1.5. Forecasting ... 25

3.1.5.1 Jenis-Jenis Peramalan ... 26

3.1.5.2 Metode Deret Waktu (Time Series) ... 26

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 28

IV METODE PENELITIAN ... 29

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.2. Metode Penentuan Sampel ... 29

4.3. Data dan Instrumentasi ... 29

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 29

4.5. Metode Pengolahan Data ... 30

4.5.1. Metode Analisis Trend ... 30

4.5.2. Metode Rata-rata ... 30

4.5.3. Metode Single Exponential Smoothing (SES) ... 31

4.5.4. Metode DoubleExponential Smoothing ... 32

4.5.5. Metose Autoregressive Integrated Moving Average . 32 4.5.4. Pemilihan Metode Peramalan Time Series ... 32


(6)

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 34

5.1. Sejarah dan Perkembangan Koperasi ... 34

5.2. Aspek Organisasi dan Manajemen ... 35

5.3. Aspek Sumberdaya Koperasi ... 36

5.3.1. Karyawan ... 36

5.3.2. Kepemilikan ... 38

5.3.3. Aspek Permodalan ... 39

5.4. Unit Bisnis ... 40

VI IDENTIFIKASI SALURAN PEMASARAN ... 42

6.1. Identifikasi Lembaga Pemasaran ... 42

6.1.1. Pemasok ... 42

6.1.2. Produsen ... 43

6.1.3. Distributor ... 47

6.2. Identifikasi Saluran Pemasaran Tomat Bandung dari Petani ke Koperasi MTP ... 48

6.2.1. Fokus Terhadap Pelanggan dan Konsumen ... 49

6.2.2. Menciptakan Nilai dan Mebagi Nilai ... 50

6.2.3. Mengimplementasikan Sistem Mutu Yang Efektif ... 52

6.2.4. Membangun Sistem Komunikasi yang Terbuka .... 52

6.2.5. Menjamin atau Memastikan Sistem Logistik ... 52

6.3. Identifikasi Saluran pemasaran Tomat Bandung ... 54

6.3.1. Pola Saluran pemasaran Tomat Bandung melalui Distributor Center (DC) atau Warehouse ... 54

6.3.2. Pola Saluran pemasaran Tomat Bandung melalui Giant Toko atau Alfamidi Toko (Retailer) ... 63

6.3.3. Pola Saluran pemasaran Tomat Bandung melalui Restoran atau Rumah Makan ... 68

VII MANAJEMEN PERMINTAAN TOMAT BANDUNG .... 72

7.1. Peramalan Produksi Tomat Bandung di Koperasi MTP ... 73

7.1.1. Uji Pola Data ... 73

7.1.2. Proses Peramalan Produksi Tomat Bandung di Koperasi MTP ... 76

7.1.2.1 Metode Simple Moving Average ... 77

7.1.2.2 Metode Single Exponential Smoothing ... 77

7.1.2.3 Metode Double Exponential Smoothing ... 78

7.1.2.4 Metode Box Jenkins ... 79

7.1.2.5 Penentuan Metode Peramalan yang Tepat ... 80


(7)

7.2. Peramalan Permintaan Tomat Bandung

di Koperasi MTP ... 81

7.2.1. Uji Pola Data ... 81

7.2.2. Proses Peramalan Permintaan Tomat Bandung di Koperasi MTP ... 83

7.2.2.1. Metode Simple Moving Average ... 84

7.2.2.2. Metode Single Exponential Smoothing ... 85

7.2.2.3. Metode Double Exponential Smoothing ... 85

7.2.2.4. Metode Box Jenkins ... 86

7.2.2.5. Penentuan Metode Peramalan ... 88

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data Permintaan Beberapa Komoditas di KUD MTP

Cianjur 12 Oktober 2012 ... 4

2. Jumlah Karyawan pada MTP Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 37

3. Kepemilikan Lahan MTP ... 38

4. Kepemilikan Peralatan Produksi MTP ... 39

5. Standar Tomat Bandung berdasarkan ukuran ... 44

6. Standar Kualitas Mutu Tomat Bandung ... 44

7. Identifikasi Kegiatan Pelaku Dalam Saluran Pemasaran Tomat Bandun ... 45

8. Persentase Margin dari Masing-Masing Lembaga Pemasaran ... 63

9. Hasil Peramalan dengan Software Minitab 14 (Metode MA) 76

10. Perbandingan Nilai MAPE ... 80

11. Hasil Peramalan dengan Software Minitab 14 (Metode MA) 84


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perkembangan Volume Impor dan Ekspor Komoditas Sayuran Tahun 2007-2011 ... 2 2. Grafik Data Produksi dan Permintaan Tomat Bandung

November 2012   ... 8 3. Ilustrasi Demand Management dan order fulfillment

(Pujawan 2005) ... 25 4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 27 5. Struktur Organisasi KUD MTP Cianjur Tahun 2012 ... 35 6. Perkembangan Harga Tomat Bandung Pada Pasar

Tradisional dan Pasar Modern Selama Bulan Januari 2012 51 7. Pola Saluran Pemasaran Tomat di Koperasi MTP ... 54 8. Pola Saluran Pemasaran Tomat di Koperasi melalui Distributor

Center (DC) atau Warehouse ... 56 9. Label dan Bentuk Kontainer ... 58 10. Kualitas Tomat Bandung yang Diproduksi

oleh Koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur ... 61 11. Grafik Perkembangan Harga Tomat Bandung Giant

Distributor Center (DC) dengan Koperasi Mitra Tani

Parahyangan Cianjur ... 62 12. Pola Saluran Pemasaran Tomat Bandung melalui

Giant Toko atau Alfamidi Toko (Retailer) ... 64 13. Penjualan Giant Toko Per Bulan ... 67 14. Pola Saluran Pemasaran Tomat Bandung melalui

Restoran atau rumah makan ... 68 15. Uji Pola Data Produksi Tomat Bandung ... 74 16. Uji Stasioner (Autokorelasi) Produksi Tomat Bandung ... 75 17. Uji Stasioner (Partial Autokorelasi) Produksi Tomat Bandung 76 18. Moving Average 12 Produksi Tomat Bandung ... 77 19. Hasil Output SES Produksi Tomat ... 78 20. Hasil output Double Exponential Smoothing

Produksi Tomat Bandung ... 78 21. Hasil Pengolahan Perangkat lunak Minitab 14 ... 79 22. Hasil Pengolahan Perangkat lunak Minitab 14


(10)

23. Pola Peramalan Produksi Tomat ... 81 24. Plot Data Permintaan Tomat Bandung ... 81 25. Uji Stasioner (Autokorelasi) Permintaan Tomat Bandung ... 83 26. Uji Stasioner (Partial Autokorelasi)

Permintaan Tomat Bandung ... 83 27. Moving Average Permintaan Tomat Bandung ... 85 28. Hasil Output SES Permintaan Tomat ... 85 29. Hasil output Double Exponential Smoothing

Permintaan Tomat Bandung ... 86 30. Hasil Pengolahan Perangkat lunak Minitab 14 ... 86 31. Hasil Pengolahan Perangkat lunak Minitab 14

model ARIMA (4,0,4) ... 87 32. Hasil Pengolahan Perangkat lunak Minitab 14

model ARIMA (5,0,4) ... 87 33. Pola Peramalan Permintaan Tomat ... 88 34. Hasil Ramalan Produksi dan Permintaan Tomat Bandung ... 89


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daftar Outlet Mitra Tani Parahyangan Cianjur ... 95 2. Kuesioner Penelitian Penerapan Manajemen Rantai Pasok

KUD. Mitra Tani Parahyangan ... 96 3. Penanganan Mutu Tomat Bandung Mulai dari Pascapanen

Hingga Packaging ... 98 4. Grafik Produksi dan Permintaan Harian Tomat Bandung

Di Koperasi MTP Tahun 2012 ... 99 5. Grafik Penjualan Harian Tomat Bandung ke Pasar

Tradisional di Koperasi MTP Tahun 2012 ... 100 6. Plot ACF dan PACF berdasarkan output sofware E-views ... 101 7. Hasil Peramalan Produksi Tomat Untuk satu bulan kedepan ... 102 8. Plot ACF dan PACF Permintaan Tomat Bandung ... 103 9. Hasil Peramalan Permintaan Tomat Bandung


(12)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hortikultura merupakan salah satu sumberdaya di Indonesia yang kaya akan keanekaragaman genetika. Selain itu hortikultura juga merupakan salah satu subsektor pertanian pertanian yang sangat berpotensi secara agroklimat untuk dapat dibudidayakan di Indonesia. Hotikultura terdiri dari buah-buahan, sayuran dan bunga. Produk hortikultura tersebut selain memberikan gizi juga berperan dalam memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan petani serta pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan. Salah satu produk hortikultura yang memiliki prospek di masa mendatang yaitu sayuran. Sayuran merupakan bahan makanan yang penting dibutuhkan oleh tubuh manusia sebagai sumber vitamin dan mineral. Meskipun Indonesia sangat berpotensi dalam menghasilkan sayuran, tetapi Indonesia masih mengimpor sebagian sayuran untuk memenuhi kebutuhan sayuran dalam negeri. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan volume impor sayuran dari tahun 2007 sampai dengan 2011. Rata-rata pertumbuhan impor sayuran dari tahun 2007 sampai dengan 2012 sebesar 12%. Pada tahun 2011 volume impor sayuran sebesar 1.174.286 ton, bawang putih merupakan komoditas hortikultura yang memiliki volume impor tertinggi dari tahun ke tahun, selain bawang putih komoditas yang di impor pada tahun 2011 adalah bawang merah, kentang,bawang bombay, wortel ,cabe, kacang kapri, tomat , jamur, jagung manis, kubis, bunga kol, ketimun dan yang terendah volume impornya adalah terung sebesar -65%, terung mengalami penururnan volume dari 1 ton menjadi 0 ton, kemudian ditambah dengan sayuran lainnya dengan rata-rata pertumbuhan dari tahun 2007 sampai dengan 2011 adalah 10%.


(13)

Gambar 1. Perkembangan Volume Impor dan Ekspor Komoditas Sayuran tahun 2007-2011.

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura 2012 (diolah)

Selain kegiatan impor sayuran, kegiatan ekspor sayuran mengalami hal yang sebaliknya. Perkembangan volume ekspor komoditas sayuran pada tahun 2007 sampai dengan 2011 rata-rata menurun -9%. Produk hortikultura pada tahun 2011 yang memiliki volume ekspor tertinggi pada komoditas hortikultura adalah kubis sebesar 23.941 ton, setelah kubis diikuti oleh komoditas bawang merah, jamur, cabe, kentang, kacang kapri, terung, tomat , jagung manis, bawang putih, ketimun, bunga kol, bawang bombay, dan yang terendah sebelum sayuran lainnya adalah wortel sebesar 30 ton.

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa subsektor hortikultura khususnya sayuran memiliki prospek yang baik dari tahun ketahun diikuti juga dengan persaingan dari berbagai negara pengimpor ataupun pengekspor

komoditas sayuran. Data perkembangan volume ekspor komoditas sayuran pada tahun 2007 lebih tinggi daripada tahun 2012, banyak hal yang menyebabkan terjadinya penurunan volume tersebut, diantaranya yaitu persaingan terhadap kualitas produk, kuantitas dan kontuinitas produksi sayuran dalam negeri terhadap produk sayuran dari negara lain. Produk sayuran dalam negeri harus mampu bersaing dalam memenuhi tingginya permintaan akan komoditas sayuran tersebut.

Peningkatan akan kebutuhan sayuran tersebut diakibatkan dari terus bertambahnya jumlah penduduk khususnya di Indonesia sebesar 1,49% pertahun,

-200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000

2007 2008 2009 2010 2011

Volume (ton)

Tahun

Impor Sayuran Ekspor Sayuran


(14)

selain itu semakin meningkatnya kesadaran penduduk terhadap manfaat buah dan sayur bagi kesehatan. Dirjen Hortikultura (2011) menyatakan bahwa Konsumsi akan sayuran terus mengalami peningkatan dikarenakan standar konsumsi sayuran yang direkomendasikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) adalah sebesar 73 kg/kapita/tahun, sedangkan standar kecukupan untuk sehat sebesar 91,25 kg/kapita/tahun. Hal ini membuat tingginya prospek kegiatan usaha budidaya sayuran di Indonesia. Peningkatan ini terlihat dari perkembangan usaha budidaya sayuran di Indonesia dari tahun ke tahun yang semakin meningkat. Dirjen Hortikultura (2011) produksi sayuran hingga Oktober 2010 meningkat sebesar 1,3% menjadi 10,655 juta ton dari nilai tahun 2009 yaitu sebesar 10,510 juta ton. Peningkatan produksi sayuran di Indonesia harus terus dijaga agar kebutuhan akan sayuran dapat terus terpenuhi dan tidak terjadi kelangkaan yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya peningkatan harga. Sehingga diperlukan adanya integrasi dalam saluran pemasaran dari semua pelaku agribisnis mulai dari hulu hingga hilir untuk saling menjaga kualitas maupun kuantitas produk yang dihasilkan.

Salah satu daerah penghasil sayuran di Indonesia adalah Jawa Barat. BPS Kabupaten Cianjur (2007) menyatakan bahwa produksi hortikultura khususnya sayuran di Jawa Barat mencapai 31 ton per tahun dari 23 jenis sayuran yang dibudidayakan. Luas areal tanaman sayuran di Jawa Barat mencapai 1,1 juta Ha dan tingkat optimalisasi pemanfaatan lahan baru mencapai 75 persen. Potensi luas panen sayuran di Jawa Barat lebih terkonsentrasi pada beberapa daerah. Konsentrasi luas panen sayuran dengan pangsa lebih besar dari 10 persen terdapat di Kabupaten Bandung dan Garut (sayuran dataran tinggi) serta Bekasi (sayuran dataran rendah), Sumedang (sayuran dataran tinggi dan rendah). Lima Kabupaten dengan pangsa lebih besar dari lima persen terdapat di Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Sukabumi, Bogor (sayuran dataran tinggi) dan Cirebon (sayuran dataran rendah). Dataran tinggi Jawa Barat (Bandung, Garut, Bogor, Cianjur dan Tasikmalaya) terletak pada daerah agroklimat basah dengan rata-rata bulan basah 8-10 bulan dengan curah hujan rata-rata tahunnya lebih dari 2.000 mm, sehingga kawasan ini cocok untuk pertumbuhan dan produksi sayuran


(15)

dataran tinggi antara lain paprika, brokoli, lettuce, sawi, kentang, wortel, kubis, dan lain-lain.

Potensi dari berbagai daerah tersebut dikembangkan tidak hanya sekedar kegiatan produksi karena peningkatan volume hasil panen atau produksi terbukti tidak dapat memberikan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Diketahui bahwa ketika hasil panen meningkat seringkali harga jatuh. Namun, pada sisi lain sering terjadi kelangkaan produk pertanian di beberapa wilayah yang berdampak terhadap lonjakan harga yang tinggi. Walaupun terjadi lonjakan harga seringkali petani tidak menjadi pihak yang mendapatkan keuntungan (Setiadji, 2012). Perbaikan sistem pemasaran produk pertanian, termasuk hortikultura, perlu mendapat perhatian lebih serius. Perencanaan saluran pemasaran harus dilakukan secara baik dengan mengintegrasikan proses-proses bisnis di antara para pelaku. Dalam mengatasi hal tersebut petani di Jawa Barat bergabung dalam kelompoktani dan gabungan kelompoktani untuk membentuk koperasi agar dalam malakukan produksi atau pemasaran dapat berintegrasi dengan mudah untuk kepentingan bersama. Salah satu koperasi di Jawa Barat yang terletak di daerah Cianjur yang telah menerapakan prinsip tersebut dalam produksi maupun pemasaran sayuran adalah Koperasi Mitra Tani Parahyangan.

Koperasi Mitra Tani Parahyangan merupakan salah satu koperasi yang memproduksi dan memasarkan sayuran di daerah Cianjur Jawa Barat. Koperasi Mitra Tani Parahyangan (MTP) memiliki anggota koperasi yang terdiri dari para petani yang membudidayakan sekitar 128 komoditas agribisnis yang terletak di Desa Tegalega, Warung Kondang, Cianjur. Komoditas komoditas tersebut dikirim ke barbagai outlet atau retailer pasar modern di daerah Jabodetabek. Salah satu komoditas yang dibudidayakan sekaligus dipasarkan adalah tomat. Tomat merupakan komoditi yang paling tinggi permintaanya jika dibandingkan dengan komditi yang lain. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Permintaan Beberapa Komoditas di KUD Mitra Tani Parahyangan Cianjur Tanggal 12 Oktober 2012.

No Nama Item Outlet Restoran

DC Retailer Dapur Sunda Cimory


(16)

2 Kacang merah 30(pcs) - 2(pcs) Pcs

5 Leunca 5(pcs) 8(pcs) 1 (pcs) 3(pcs)

6 Sawi putih 200 buah 50buah - -

7 Terong lalap hijau 5 (pcs) - 1(pcs) 5(pcs)

8 Terong lalap ungu - 15(pcs) 2(pcs) -

9 Terong sayur - 16(pcs) - -

11 Tomat tw/tomat bandung 1500(kg) 90(kg) - 10(kg)

12 Wortel 5 (pcs) 34(pcs) - -

14 Jagung acar - - 3 (pcs) 1(pcs)

15 Sawit putih curah - - - 25(buah)

16 Sawih putih wrapping - - 15(buah) -

17 Terong ungu panjang - - 6 (pcs) 10(pcs)

18 Tomat sayur - - - 5 (pcs)

Sumber : KUD MTP, 2012

Koperasi Mitra Tani Parahyangan merupakan salah satu koperasi yang melaksanakan program OVOP (One Village One Product). OVOP (One Village

One Product) merupakan pendekatan yang dilakukan Kementrian Koperasi dan

UMKM untuk mengembangkan produk unggulan daerah sehingga menciptakan nilai tambah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan salah satu produk OVOP di Koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur adalah tomat bandung. Berbagai sayuran yang ada di Koperasi Mitra Tani Parahyangan di

supply ke berbagai outlet atau retailer di Jabodetabek, adapun daftar outlet-outlet tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Dalam memenuhi berbagai kebutuhan permintaan produk tersebut Koperasi Mitra Tani Parahyangan bekerjasama dengan 329 orang petani yang masuk kedalam keanggotaan koperasi Mitra Tani Parahyangan. Komoditas yang paling banyak dibudidayakan oleh kelompoktani hortikultura ini adalah tomat badung atau dalam nama dagangnya disebut dengan tomat gelar.

Pasokan komoditas tomat dari koperasi Mitra Tani Parhyangan yang dikirim ke berbagai outlet tersebut rata-rata antara 1,5 ton sampai 2 ton per hari secara kontinu. Banyaknya permintaan sayur khususnya tomat bandung menuntut Koperasi Mitra Tani Parahyangan harus mampu melakukan manajemen


(17)

permintaan terhadap tomat itu sendiri, walaupun banyak petani yang membudidayakan tomat bandung, tapi perlu diperhatikan pula ketersediaan tomat dengan kualitas dan standar yang telah ditentukan. Diketahui bahwa komoditas tomat bandung yang ada di Koperasi Mitra Tani Parahyangan tersebut merupakan komoditas pertanian yang memiliki sifat khusus seperti yang dinyatakan Austin (1992) dan Brown (1994) dalam Marimin dan Maghfiroh (2010) bahwa komoditas pertanian mempunyai karakteristik khusus, yaitu (1) bersifat mudah rusak, (2) proses penanaman, pertumbuhan, dan pemanenan tergantung pada iklim dan musim, (3) hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, dan (4) produk pertanian bersifat kamba sehingga sulit ditangani. Sifat khusus tersebut menjadi faktor yang sangat penting dipertimbangkan untuk merancang perencanaan dan menganalisis saluran pemasaran untuk komoditas pertanian. Saluran pemasaran merupakan sebuah sistem yang terintegrasi yang melibatkan banyak proses untuk menciptakana suatu produk barang atau jasa untuk digunakan untuk dikonsumsi.

Pasar menurut Sudiyono (2002) didefinisikan sebagai lokasi geografis, dimana penjual dan pembeli bertemu untuk mengadakan transaksi faktor produksi, barang dan jasa. Dalam perkembangannya definisi perlu ditinjau mengingat perkembangan teknologi informasi memungkinkan dilakukan transaksi tanpa komunikasi tatap muka antara penjual dan pembeli, bahkan untuk beberapa komoditi pertanian terdapat lembaga pemasaran yang berperan sebagai agenpenjual (selling broker) atau agen pembeli (buying broker). Dengan demikian, ada kalanya penjual dan pembeli diwakili individu - individu dan transaksi tidak perlu membutuhkan ruang geografis tertentu. Kotler (2002), sayuran organik mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan sacra bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.  Diketahui, bahwa di masa lalu konsumen hanya mengevaluasi produk pertanian berdasarkan atribut utama yaitu jenis dan harga, maka dewasa ini dan di masa mendatang, konsumen sudah menuntut atribut yang lebih lengkap dan rinci seperti yang dinyatakan Daryanto dan Saptana ( 2011 ) yaitu keamanan produk (safety attributes), atribut nutrisi


(18)

(nutritional attributes), atribut nilai (value attributes), atribut pengepakan

(package attributes), atribut lingkungan (ecolabel attributes) dan atribut

kemanusiaan (humanistic attributes).

Banyaknya tuntutan atribut tersebut menuntut berbagai pelaku di dalam saluran pemasaran khususnya komoditas sayuran yang memiliki karakteristik khusus tersebut membutuhkan manajemen yang proaktif dalam mengelola sistem saluran pemasaran dari lahan hingga ke konsumen akhir. Saluran pemasaran merupakan pilihan yang tepat dalam mewujudkan produk sayuran yang mampu berdaya saing melalui keterpaduan produk dan keterpaduan antar pelaku. Saluran pemasaranyang baik bisa meningkatkan kemampuan efektifitas dan efisiensi bagi setiap lembaga pemasaran. Oleh karena itu diperlukan pengertian, kepercayaan dan aturan main yang jelas. Hubungan antar pihak pada suatu lembaga pemasaran berlangsung jangka panjang. Pujawan (2005) menyatakan bahwa hubungan yang jangka panjang memungkinkan semua pihak untuk menciptakan kepercayaan yang lebih baik serta menciptakan efisiensi

1.2 Perumusan Masalah

Pertanian di negara-negara berkembang semakin berusaha untuk berpartisipasi dalam pasar global . Rock (2002) menyatakan bahwa partisipasi merupakan pendorong penting dari ekonomi dan sosial untuk kemajuan di seluruh dunia berkembang. Liberalisasi perdagangan yang dihasilkan dari kebijakan program pemerintah memberikan dampak terhadap produk dalam negeri, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Salah satu dampak dari liberalisasi perdagangan khususnya dalam bidang pertanian adalah ketergantungan terhadap produk hortikultura impor saat ini cukup tinggi. Selama ini, pembangunan sektor pertanian diarahkan terutama untuk meningkatkan produktivitas dan perluasan areal produksi. Peningkatan volume hasil panen terbukti tidak dapat memberikan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Ketika hasil panen meningkat seringkali harga jatuh, bahkan dalam beberapa kasus petani sampai membuang hasil panennya. Di lain sisi, sering terjadi kelangkaan produk pertanian di beberapa wilayah yang berdampak terhadap lonjakan harga yang tinggi. Pada kasus ini pun, seringkali petani tidak menjadi pihak yang mendapatkan


(19)

keuntungan. Terakait dengan hal tersebut, koperasi Mitra Tani Parahyangan merupakan produsen sayuran di daerah cianjur, yang memiliki permasalahan yang sama dengan hal tersebut. Permintaan dan produksi sayuran yang berfluktuasi terlihat pada Gambar 3. menuntut KUD Mitra Tani Parahyangan harus mampu menjaga kestabilan produksi baik kualiatas dan kuantitas dari tomat bandung.

Gambar 2. Grafik Data Produksi dan Permintaan Tomat bandung November 2012

Sumber : Mitra Tani Parahyangan, 2012

Dari Gambar 3. Dapat dilihat bahwa produksi tomat bandung bandung di KUD Mtra Tani Parahyangan Cianjur produksinya cukup tinggi dari hari ke hari namun tidak dibarengi dengan permintaan pasar. Hal ini tentu menjadi masalah bagi KUD Mitra Tani Parahyangan Cianjur. Oleh karena itu, perlu adanya manajemen yang saling terintegrasi dalam memproduksi dan memasarkan tomat bandung agar dapat menciptakan efektifitas dan efisiensi usaha serta kualitas yang baik. Selain itu perlu adanya perencanaan saluran pemasaran harus dilakukan secara baik dengan mengintegrasikan proses-proses bisnis di antara para pelaku. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dikaji berbagai aktifitas saluran pemasaran yang ada di koperasi tersebut guna sebagai bahan evaluasi bagi pengambil kebijakan serta pemilik koperasi dan para pelaku utama yang terlibat didalam kegiatan saluran pemasaran tomat bandung.

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Total

 

(Kg)

Tanggal 

Produksi Permintaan


(20)

Berdasarkan hal-hal tersebut, adapun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana saluran pemasaran tomat bandung di Koperasi Mitra Tani

Parahyangan Cianjur Jawa Barat ?

2. Bagaimana manajemen permintaan dalam saluran pemasaran tomat bandung di Koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur Jawa Barat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis saluran pemasaran tomat badnung di Koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur Jawa Barat

2. Menganalisis manajemen permintaan dalam saluran pemasaran komoditas tomat bandung di Koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur Jawa Barat

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Mahasiswa, penelitian ini merupakan sarana untuk menganalisis keadaan nyata lapangan dengan teori yang telah diperoleh pada bangku pendidikan perguruan tinggi.

2. Koperasi, sebagai bahan evaluasi dan masukan terhadap kinerja manajemen rantai pasokan sayuran sehingga manajemen rantai pasokan sayuran akan dapat lebih baik di masa mendatang dan dapat berdaya saing.

3. Para peneliti, dapat digunakan sebagai salah satu acuan penelitian.

4. Penelitian ini juga dapat memberikan pengaruh positif dan negatif bagi semua pihak yang terlibat dalam saluran pemasaran tomat bandung, dan hal tersebut akan menjadi bahan evaluasi bagi pihak yang terkait.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Saluran pemasaran merupakan saluran yang digunakan produsen untuk menyalurkan produknya kepada konsumen. Dalam analisis saluran pemasaran


(21)

tomat bandung ini, membahas mengenai saluran pemasaran tomat bandung di Koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur, pelaksanaan kegiatan fungsi-fungsi pemasaran oleh setiap lembaga pemasaran, dan peramalan dan pengukuan permintaan dalam manajemen permintaa. Penelitian ini hanya menganalisis saluran pemasaran tomat bandung yang dipasarkan pada lembaga pemasaran seperti distributor, retailer (mini market, supermarket, hyper market) serta konsumen institusional seperti restoran yang memiliki perjanjian kerjasama dalam pemenuhan tomat bandung. Harga pada penelitian ini adalah harga yang berlaku selama tahun 2012.


(22)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tomat

Definisi tomat segar menurut SNI 01-3162-1992 adalah buah dari tanaman tomat bandung dalam keadaan utuh, segar dan bersih. Kesamaan sifat varietas dinyatakan seragam apabila terdapat keseragaman dalam bentuk tomat normal (bulat, bulat lonjong, bulat pipih, lonjong dan beralur) dan warna kulit buah. Buah tomat dinyatakan tua apabila buah tomat bandung telah mencapai tingkat perkembangan fisiologi yang menjamin proses pematangan yang sempurna, dan isi dari dua atau lebih rongga buah telah berisi bahan yang mempunyai konsistensi/kekentalan serupa jeli dan biji-biji telah mencapai tingkat perkembangan yang sempurna. Buah tomat dinyatakan terlalu matang dan lunak apabila buah tomat telah mencapai kematangan penuh dengan tekstur daging yang lunak dan dianggap telah lewat waktu pemasarannya. Menurut beratnya, tomat digolongkan besar (jika beratnya lebih dari 150 gram/buah), sedang (jika beratnya 100-150 gram/buah), dan kecil (jika beratnya kurang dari 100 gram/buah).

Menurut Tugiyono (2007) tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, baik karena harganya yang cukup baik maupun penggunanya dalam konsumsi masyarakat. Secara umum tomat dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian diatas 750 mdpl pada tanah yang gembur, sedikit mengandung pasir, dan kadar keasamannya (pH) antara 5-6, curah hujan 750-1.250 mm/tahun dan kelembaban relatif 25%. Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dapat dibedakan atas tipe determinate dan indeterminate. Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhan determinate, pada ujung tanaman terdapat tandan bunga pada setiap ruas batang dan memiliki umur panen lebih pendek, yaitu hanya sekitar 60 hari sudah dapat dipetik buahnya. Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhan indeterminate, tandan bunga tidak terdapat pada setiap ruas batang dan ujung tanaman senantiasa terdapat pucuk muda dan memiliki umur panen lebih panjang, yaitu berkisar antara 70-100 hari setelah tanam baru dapat dipetik buahnya.Tomat merupakan tanaman yang dipanen berkali-kali. Rata-rata pada satu kali pertanaman tomat dapat dipanen sebanyak 8-10 kali, namun jika pertumbuhan baik dapat mencapai


(23)

15 kali dengan selang 2-3 hari sekali untuk setiap panen. Petani tomat membedakan tiga tingkat kematangan saat dipetik, yaitu hijau tua, merah muda (pecah warna) dan merah tua Cara untuk menentukan indeks panen adalah dengan mengadakan perubahan fisio-kimia yang terjadi selama proses pematangan buah yaitu berturut-turut: green mature, break, turning, pink, light red and red. Buah tomat dapat dipanen dengan cara dipetik dengan tangan (cara tradisional).

Berdasarkan ketinggian tanamannya, jenis tomat dibagi menjadi 3 golongan utama, yaitu Determinate, Intermediate dan Hybrid. Determinate adalah jenis tomat yang memiliki ketinggian tanaman anatara 50-80 cm. Intermediate adalah jenis tanaman tomat yang relatif lebih tinggi dan tumbuh hingga 2 m dan umurnya berkisar 4 bulan. Hybrida adalah hasil persilangan antara determinate dengan intermediate, karena merupakan persilanngan antara keduanya, varietas ini memiliki sifat dari keduanya.

Selain dikelompokkan berdasarkan bentuk fisik tanamannya, jenis buah tomat juga banyak ditentukan berdasarkan bentuk buah dan juga kegunaannya. Beberapa jenis tomat yang lazim dikenal di masyarakat adalah tomat plum, tomat beef, tomat ceri, tomat hijau, tomat pear dan tomat anggur. Tomat yang diproduksi KUD Mitra Tani Parahyangan tergolong kedalam jenis tomat hybrid bentuk fisiknya masuk kedalam tomat plum. Tomat yang ada di KUD Mitra Tani Parahyangan biasa disebut dengan tomat bandung atau tomat tw. Disebut tomat tw dikarenakan tomat tersebut awal benihnya berasal dari Taiwan, di kalangan

retailer dikenal dengan nama dagang tomat gelar.

2.2 Penanganan Tomat bandung

Menurut Sudjadi (1998), bahwa program penelitian pasca panen hortikultura diarahkan untuk mendapatkan paket teknologi tentang penanganan primer sebagai program jangka pendek dan penanganan atau pengolahan sekunder sebagai program jangka panjang.

1. Penelitian mengenai penanganan primer

Digunakan untuk mendapatkan informasi dan data fisik, data fisiologis dan data biologis. Data tersebut diperlukan dalam menentukan bahan baku yang cocok dan bermutu tinggi serta mengetahui penyebab terjadinya kehilangan


(24)

hasil sebelum panen sampai ke tangan konsumen bagi produk untuk konsumsi segar.

2. Penelitian mengenai penanganan sekunder

Diarahkan untuk mendapatkan data mengenai bahan baku yang cocok dan bermutu untuk konsumsi langsung maupun untuk pengolahan selanjutnya yang berupa data fisik dan data kimiawi. Data fisik mencakup data mengenai bentuk warna, dan kekerasan. Data kimiawi meliputi data mengenai komposisi kimia dan nilai gizi.

Pada saat tomat telah sampai di gerai (Outlet) harus segera dilakukan penanganan agar mutunya dapat dipertahankan serta berbagai bentuk kehilangan dapat dikurangi. Secara garis besar sistem penanganan tomat bandung yang biasa diterapkan sebagai berikut :

a. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan residu pestisida. Namun, hal ini tidak dilakukan pada tomat bandung yang teksturnya lunak dan mudah lecet atau rusak.

b. Sortasi

Sortasi dilakukan untuk memisahkan tomat bandung yang mutunya rendah

(ukuran terlalu kecil, kematangan tidak sesuai, rusak, lecet, memar dan busuk). c. Grading

Grading adalah suatu operasi memisah-misahkan tomat bandung

berdasarkan kelas mutunya, dapat berdasarkan ukuran, baik volumenya maupun ukuran panjang, tingkat kematangan dan warna.

d. Pengemasan dan Pengepakan

Pengemasan tomat dilakukan agar terhindar dari kerusakan akibat gesekan atau benturan sehingga mutunya dapat dipertahankan. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan kontainer atau keranjang buah. Selanjutnya kontainer-kontainer kontainer-kontainer tersebut untuk kemudian dikirim ke ruang pendingin.

e. Pendinginan (cooling)

Proses pendinginan (cooling) sering kali disebut precooling untuk membedakan dengan proses penyimpanan dingin (cool storage). Pendinginan dimaksudkan adalah untuk (1) menghilangkan panas (yang berasal dari lapangan);


(25)

(2) memperlambat respirasi; (3) menurunkan kepekaan terhadap serangan mikroba; (4) mengurangi jumlah air yang hilang dan (5) memudahkan pemindahan ke dalam ruang penyimpanan dingin atau transportasi yang berpendingin.

2.3.Saluran Pemasaran

Balitsa Lembang (2011) menyatakan bahwa komoditi tomat dalam pemasarannya dimulai dari panen oleh produsen, kemudian dilakukan grading

untuk dapat dipisahkan berdasarkan kualitas tomat tersebut. Kemudian dipasarkan kepada tengkulak ataupun langsung ke konsumen. Menurut Sabang, et al. (2009). Saluran pemasaran yang terlibat dalam pemasaran tomat merupakan saluran dwi tingkat yaitu dari petani produsen ke pedagang pengumpul, dari pedagang pengumpul ke pedagang pengecer sampai produksi tomat tersebut sampai ke tangan konsumen.

Rismayani (2007) menyatakan bahwa buah tomat yang merupakan sayuran mempunyai sifat cepat busuk (rusak). Oleh karena itu dalam penyampaiannya ke konsumen pemakai diperlukan perhatian sehubungan dengan biaya (cost) transportasi (pengangkutan), pengepakan, dan penyimpanan yang pada prinsipnya untuk mengatasi risiko atas daya tahan tomat tersebut. Selain itu yang paling penting adalah proses penyampaian dari petani/produsen ke konsumen pemakai yaitu saluran distribusi yang menentukan harga dan laba. Harga atau penenrimaan di tingkat petani dan harga yang berlaku di konsumen serta margin pemasaran secara keseluruhan. Dalam hal ini ditunjukkan bahwa penggunaan saluran distribusi mempengauhi keberadaan tataniaga buah tomat. Saluran distribusi yang panjang, menunjukkan kegiatan tataniaga yang tidak efektif dan tidak efisien dibandingkan dengan penggunaan saluran distribusi yang pendek. Pada penggunaan saluran distribusi yang pendek, harga dan penerimaan (laba) lebih besar pada tingkat petani, dan margin pemasaran secara keseluruhan pada lembaga pemasaran, serta harga yang lebih baik ditingkat konsumen.

Setyowati (2004) menambahkan bahwa saluran pemasaran yang ada, perbedaan biaya aktivitas-aktivitas pemasaran yang dilakukan para lembaga pemasaran maupun tingkat keuntungannya, panjang pendeknya saluran pemasaran


(26)

akan mengakibatkan perbedaan besarnya marjin tiap-tiap saluran pemasaran. Dengan demikian, baik aktivitas maupun harga akan berbeda sesuai dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dan situasi pasar yang akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran yang turut dalam pemasaran tersebut. Keadaan ini menyebabkan distribusi marjin masing-masing saluran pemasaran berbeda .

2.4 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu mengenai saluran pemasaran membantu penulis dalam melakukan penelitian pada koperasi yang berbeda dan alat analisis yang beberapa diantaranya memiliki perbedaan.

Rismayani (2007) meneliti tentang analisis saluran distribusi sebagai penentu harga dan laba pada produk hasil pertanian sayuran buah tomat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran distribusi yang panjang, baik untuk daerah Lembang Bandung maupun Pacet Cipanas menunjukkan kegiatan tatatniaha yang tidak efektif dan tidak efisien dibandingkan dengan penggunaan saluran distribusi yang pendek. Pada penggunaan saluran distribusi yang pendek, harga dan penerimaan (laba) lebih besar pada tngkat petani, dan margin pemasaran secara keseluruhan pada lembaga pemasaran, serta harga yang lebih baik di pasar/konsumen. Perbedaan pada penenlitian yang dilakukan adalah pada lokasi dan manajemen permintaan yang dilakukan.

Stanton dan Burkin (2008) meneliti tentang peningkatan partisipasi petani kecil dalam saluran pemasaran ekspor : persepsi US untuk menghasilkan produk segar. Tujuan penelitian tersebut adalah mengidentifikasi unsur-unsur penting dari strategi untuk memfasilitasi petani kasil dalam supply chain (rantai pasok) internasional. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa tidak semua para importir pesimis terhadap kemampuan petani kecil untuk memenuhi tuntutan mereka. Oleh karena itu perlu adanya unsur penting seperti kebijakan pemerintah dan kontrak kerja antara importir dan petani kecil sangat membantu petani dalam supply chain

(rantai pasok) internasional. Perbedaan dalam penelitian ini adalah penggunaan skala likert dalam penelitian ini untuk melakukan analisisnya, persamaan dalam


(27)

penelitian ini adalah pada pembahasan supply chain produk segar seperti sayuran yang lebih dikhususkan pada tomat bandung.

Sabang, et al. (2009) meneliti tentang sistem pemasaran tomat

(lycopersicum esculentum l. mill.) di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong

Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Metode pengambilan sampel yang di gunakan adalah metode sampel acak sederhana (Simple random sampling) dari jumlah petani yang mengusahakan tanaman tomat sebanyak 192 petani. Sedangkan untuk pengambilan sampel ditingkat lembaga tataniaga yang terlibat menggunakan metode non probability sampling yaitu metode bola salju (snow

ball sample) yang dilakukan secara berantai dengan cara mencari informasi dari

petani produsen yang diminta untuk menunjukan saluran-saluran yang terlibat di dalam kegiatan tataniaga seperti pedagang pengumpul yang membeli hasil tomat dari petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Saluran pemasaran yang terlibat dalam pemasaran tomat merupakan saluran dwi tingkat yaitu dari petani produsen ke pedagang pengumpul, dari pedagang pengumpul ke pedagang pengecer sampai produksi tomat tersebut sampai ke tangan konsumen.Perbedaan dengan penenlitian yang dilakukan adalah dilakukannya manajemen permintaan untuk meramalkan permintaan tomat bandung dan produksinya.

Taylor dan Fearne (2009) meneliti tentang saluran pemasaranterkait manajemen permintaan pada rantai makanan segar serta suatu kerangka untuk analisa dan perbaikan/penyempurnaa. Penelitian ini menggunakan Collaborative

Planning Forecasting and Replenishment (CPFR) dengan alat analisis VCA

(Value Chain Analysis), penelitian ini hanya memfokuskan pada bukti-bukti

empiris dari berbagai studi kasus yg diperoleh dari berbagai industri/koperasi makanan di Inggris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Adanya variabilitas dalam permintaan konsumen yang disebabkan kegiatan promosi dan sebab alamiah seperti musiman dan cuaca oleh karena itu perlu adanya menajemen permintaan dengan menggunakan Collaborative Planning Forecasting and

Replenishment (CPFR). Dalam penelitia ini disimpulkan juga bahwa untuk

peningkatan kenerja rantai pasok diperlukan sebuah pendekatan yang sistematis dan terkoordinir mulai dari hulu sampai ke hilir. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sekarang adalah perbedaan tempat penelitian, metode


(28)

yang digunakan dalam peramalan, dalam penelitian Taylor dan Fearne (2009) menggunakan CPFR sedangkan dalam penelitian yang penulis lakukan menggunakan model ARIMA.

Dharma (2009), meneliti tentang sistem penunjang keputusan cerdas untuk mengelola rantai pasokan pada agroindustri hortikultura. Pada penelitian ini penulis menggunakan IDS-SCM dan Algoritma Genetika, penelitian dilakukan di PT. Saung Mirwan. IDSS_SCM dapat membantu pengguna untuk mengelola rantai pasokan pada agroindustri hortikultura selama rentang waktu satu tahun ke depan. Penerapan algoritma genetika dalam IDSS-SCM membantu sistem untuk menghasilkan informasi yang berkualitas dalam waktu yang relatif singkat. Hasil optimasi dengan Algoritma Genetika menunjukkan bahwa biaya perencanaan yang optimal untuk perencanaan agregat (TCTK) adalah sebesar 153.915.400. Sedangkan untuk optimasi jarak tempuh, algoritma genetika dengan operasi ERX (Edge Recombination Crossover) menghasilkan jarak tempuh minimal sebesar 325 km. Hasil ini menunjukkan bahwa algoritma genetika dapat menyelesaikan masalah optimasi yang tergolong sulit dengan baik dan efisien. Dalam penelitian ini mengkaji tentang manajemen rantai pasok komoditas sayuran sama seperti yang akan diteliti namun berbeda dalam penggunaan alat analisi dan software yang digunakan.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah terkait dengan analisis saluran pemasaran tomat bandung pada koperasi Mitra Tani Parhyangan yang terletak didaerah Cianjur. Dalam penelitian ini menganalisis secara deskriptif kegiatan saluran pemasaran dari lembaga yang terlibat seperti produsen dalam hal ini koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur, distributor, dan pedagang eceran/ritel/supermaket dan konsumen. Selain koperasi sebagai produsen tomat bandung dalam penelitian ini juga melibatkan para petani yang memproduski tomat bandung yang berada di daerah Kecamatan Warung kondang. Petani tersebut merupakan anggota kelompoktani yang masuk dalam keanggotaan koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur. Penelitian ini menggunakan data produksi dan permintaan tomat bandung dalam harian selama satu tahun, yang terjadi selama tahun 2012. Data ini akan digunakan dalam proses forecasting


(29)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada lokasi penelitian dan komoditas yang diteliti. Penelitian sebelumnya secara umum pada komoditas hortikultura dan produk makanan segar sedangkan yang dilakukan penulis adalah lebih khusus pada tomat bandung. Penelitian ini lebih menganalisis interaksi yang terjadi antar pelaku yang terlibat dalam pendekatan saluran

pemasarantomat bandung mulai dari aliran informasi, aliran barang dan aliran

uang. Selain itu, penggunaan perangkat lunak seperti MS. Excel,MINITAB 14 dan E-Views menjadi pembeda dalam penelitian ini.


(30)

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Pengertian Pasar dan Konsep Pemasaran

Menurut Lipsey (1995), istilah pasar pada awalnya diperuntukkan hanya suatu tempat dimana barang - barang diperdagangkan. Namun dalam pengertian modern, pasar merujuk pada situasi manapun di mana pembeli dan penjual dapat menegosiasikan pertukaran komoditi. Pasar adalah suatu tempat atau daerah geografis dimana pembeli dan penjual bertemu dan berfungsi, barang- barang dan pelayanan ditawarkan untuk dijual dan terjadilah pemindahan pemilik barang. Pasar menurut Sudiyono (2002) didefinisikan sebagai lokasi geografis, dimana penjual dan pembeli bertemu untuk mengadakan transaksi faktor produksi, barang dan jasa. Dalam perkembangannya definisi perlu ditinjau mengingat perkembangan teknologi informasi memungkinkan dilakukan transaksi tanpa komunikasi tatap muka antara penjual dan pembeli, bahkan untuk beberapa komoditi pertanian terdapat lembaga pemasaran yang berperan sebagai agen penjual (selling broker) atau agen pembeli (buying broker). Dengan demikian, ada kalanya penjual dan pembeli diwakili individu- individu dan transaksi tidak perlu membutuhkan ruang geografis tertentu.

Kotler (2002), menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran pada prinsipnya adalah aliran barang dari produsen ke konsumen. Aliran barang ini dapat terjadi karena adanya peranan lembaga tataniaga. Peranan lembaga tataniaga atau pemasaran ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan karakteristik aliran yang dipasarkan. Oleh karena itu dikenal istilah “Saluran Pemasaran” (Marketing Chanel). Fungsi saluran pemasaran ini sangat penting, khususnya dalam melihat tingkat harga masing masing lembaga pemasaran (Soekartawi, 2002).

Istilah tataniaga di negara kita diartikan sama dengan pemasaran atau distribusi yaitu kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan


(31)

barang dari produsen ke konsumen, disebut tataniaga karena sesuatu yang menyangkut aturan permainan dalam hal perdagangan barang sadangkan disebut pemasaran karena sering terjadinya transaksi di pasar (Mubyarto, 1994). Menurut Nitisemito (1991), tataniaga merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen secara efisien, dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif sehingga tataniaga bukan semata-mata kegiatan untuk menjual barang dan jasa saja, karena sebelum dan sesudahnya merupakan kegiatan tataniaga. Menurut Sudiyono (2004), tujuan dari tataniaga adalah untuk mengarahkan barang dan jasa ke tangan konsumen. Beberapa kegiatan yang perlu dinyatakan sebagai fungsi pemasaran, yaitu:

Fungsi pertukaran meliputi kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pemasaran ini terdiri dari fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Fungsi pembelian merupakan fungsi yang berhubungan dengan pemindahan hak milik dari sejumlah barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi penjualan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari atau mengusahakan agar ada permintaan atau pembelian terhadap barang dan jasa yang dipasarkan pada tingkat harga yang menguntungkan.

Fungsi penyediaan fisik yaitu kegiatan kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu. Fungsi fisik ini meliputi pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi pengangkutan meliputi perencanaan, pemilihan dan pergerakan. Fungsi pengangkutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa di daerah konsumen baik menurut waktu, jumlah dan mutunya.

Fungsi penyimpanan (kegunaan waktu) yaitu untuk menyimpan barang selama belum dikonsumsi atau menunggu diangkut ke daerah pemasaran, untuk memperkecil fluktuasi harga komoditi yang bersifat musiman, mengatur keseimbangan suplai sepanjang tahun, menjaga mutu komoditi pertanian yang mudah rusak. Fungsi penyediaan fasilitas merupakan usaha-usaha perbaikan sistem pemasaran untuk meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga. Fungsi ini meliputi standarisasi, penanggungan resiko, informasi pasar, dan penyediaan dana.


(32)

a) Fungsi standarisasi merupakan suatu ukuran atau penentuan mutu suatu barang dengan menggunakan berbagai ukuran seperti warna, bentuk, kekuatan atau ketahanan, kadar air, tingkat kematangan, rasa, ukuran bentuk. b) Fungsi penanggungan resiko yaitu kemungkinan yang sifatnya merugikan

yang akan dihadapi dalam penyaluran barang dari produsen hingga tingkat konsumen.

c) Fungsi informasi sangat penting terhadap penawaran dan permintaan.

3.1.2 Saluran Pemasaran

Pemasaran pada prinsipnya adalah aliran barang dari produsen ke konsumen. Aliran barang ini dapat terjadi karena adanya peranan lembaga pemasaran. Peranan lembaga pemasaran ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan karakteristik aliran barang yang dipasarkan. Oleh karena itu,dikenal istilah saluran pemasaran. Fungsi saluran pemasaran ini sangat penting, khususnya dalam tingkat harga di masing-masing lembaga pemasaran (Soekartawi, 2001 ). Saluran pemasaran menurut Kotler dan Keller (2007) adalah organisasi-organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Mereka adalah perangkat jalur yang diikuti produk atau jasa setelah produksi.

Menurut Saladin (2003) arus saluran pemasaran terbagi menjadi lima tipe arus saluran, yaitu :

a. The pshical flow (arus fisik), menggambarkan penjualan produk secara fisik

dari bahan mentah sampai ke pelanggan akhir

b. The title flow (arus pemilikan),menggambarkan perpindahan hak milik yang

sebenarnya dari lembaga pemasaran itu ke badan usaha lain. Pemilikan berpindah dari produsen ke penyalur, kemudian ke konsumen.

c. The payment flow (arus pembayaran),menggambarkan para pelanggan

membayar faktur mereka lewat bank atau lembaga keungan lainnya kepada penyalur, dan penyalur membayarkan kepada produsen (dipotong komisi) dan produsen membayar kepada berbagai suplai.


(33)

d. The information flow (arus informasi), mengambarkan arus pengaruh yang terarah (periklanan, penjualan, perseorangan, promosi penjualan, dan publisitas) dari satu bagian ke bagian lainnya dalam sistem yang sama.

e. The promotion flow (arus promosi), menggambarkan bentuk-bentuk promosi yang dipergunakan.

3.1.3 Identifikasi Lembaga Saluran Pemasaran

Pelaksanaan saluran pemasaran meliputi pengenalan Lembaga saluran pemasaran dengan siapa dia berhubungan, proses apa yang perlu dihubungkan dengan tiap anggota inti dan jenis penggabungan apa yang diterapkan pada tiap proses hubungan tersebut. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan persaingan dan keuntungan bagi perusahaan dan seluruh lembaganya, termasuk pelanggan akhir. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa, dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga-lembaga tataniaga dalam menyampaikan komoditi pertanian dari produsen berhubungan satu sama lain yang membentuk jaringan tataniaga. Arus tataniaga yang terbentuk dalam proses tataniaga ini beragam sekali, misalnya produsen berhubungan langsung dengan tengkulak atau pedagang pengumpul (Sudiyono, 2004).

Menurut Limbong dan Sitorus (1987) lembaga pemasaran merupakan suatu badan atau orang yang terlibat dalam penyaluran barang dan jasa atau kehadirannya untuk menggerakkan barang dan jasa dari titik produsen ke titik konsumen melalui berbagai kegiatan atau aktivitas. Lembaga-lembaga pemasaran akan melakukan kegiatan dan akan melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran yang meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Lembaga-lembaga pemasaran ini melakukan pengangkutan barang dari tingkat produsen sampai ke tingkat konsumen, juga berfungsi sebagai sumber informasi mengenai suatu barang dan jasa.

Beberapa Lembaga pemasaran yang merupakan pelaku-pelaku yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu :


(34)

3.1.3.1Pemasok (Suppliers)

Jaringan berawal dari sini, merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan,

subassemblies, suku cadang, dan sebagainya. Sumber pertama dinamakan

pemasok, termasuk juga pemasoknya pemasok atau sub-pemasok. Jumlah pemasok dapat berjumlah banyak atau sedikit.

3.1.3.2Produsen (Manufacturer)

Pemasok sebagai mata rantai pertama dihubungkan dengan manufacturer

atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, mengasembling, merakit, mengkonversikan, atau menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Pada tahap ini terjadi penghematan sebesar 40% - 60 % atau bahkan lebih.

3.1.3.3Distributor (Distribution)

Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer dapat mulai disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar rantai pasokan. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau warehouse atau pedagang besar dalam jumlah besar, dan akhirnya pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer.

3.1.3.4 Pengecer (Retail outlets)

Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Pada tahap ini terdapat kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah persediaan dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang pengolahan maupun ke toko pengecer (retail outlet).


(35)

3.1.3.5 Pelanggan (Customers)

Pengecer menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Pihak yang termasuk pengecer antara lain toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, clubstore, dan sebagainya di mana pembeli akhir melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini merupakan mata rantai yang terakhir, sebenarnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu pembeli (yang mendatangi toko pengecer) ke pengguna atau pembeli sesungguhnya, karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai pasokan baru benar-benar berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba di pemakai sebenarnya barang atau jasa yang dimaksud.

3.1.4 Manajemen Permintaan

Kotler (2002) menyatakan bahwa salah satu alasan utama perusahan melakukan riset pemasaran adalah untuk mengidentifikasi peluang pasar. Setelah riset selesai perusahaan harus mengukur dan memperkirakan ukuran, pertumbuhan, dan potensi laba tiap-tiap peluang pasar. Salah satu kegiatan tersebut adalah melakukan peramalan. Ramalan permintaan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam demand management.

Setelah Literatur mengenai manajemen permintaan dalam rantai pasok muncul pada konteks amplifikasi permintaan yang dilakukan oleh Forrester pada tahun 1958 dan Burbidge 1961 (Taylor dan Fearne 2009). Pujawan (2005) menyatakan demand management adalah upaya untuk membuat permintaan lebih mudah dipenuhi oleh supply chain. Secara lebih spesifik bisa dikatakan bahwa

demand management adalah upaya untuk secara aktif meyakinkan bahwa profil

permintaan pelanggan memiliki pola yang halus sehingga mudah dan efisien untuk dipenuhi. Demand management melihat bahwa input tersebut harus diubah polanya terlebih dahulu sebelum masuk ke proses peramalan, perencanaan produksi, pengadaan bahan baku produksi dan pengiriman ke pelanggan. Hal tersebut dapat dilihat pada (Gambar 3).


(36)

Gambar 3. Ilustrasi Demand Management dan order fulfillment Sumber : (Pujawan 2005)

Taylor dan Fearne (2009) menyatakan bahwa selama ini perencanaan bersama (collaborative planning) dan manajemen permintaan dikenal sebagai kunci penting dalam perkembangan atau pertumbuhan rantai pasok (supply chain) atau lembaga pemasaran yang efektif dan efisien terutama pada kebutuhan atau produk produk segar, produk yang mudah busuk, tidak tahan lama atau barang-barang yang sangat cepat perpindahannya dengan permintaan yang tidak menentu.

Menurut Russell dan Taylor (2006), pendekatan pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam saluran pemasaran antara lain adalah Forecasting. Forecasting merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk melakukan manajemen permintaan dengan baik.

3.1.5 Forecasting

Forecast atau peramalan adalah prediksi atas apa yang akan terjadi di masa depan. Peramalan permintaan produk adalah dasar dari seluruh keputusan-keputusan perencanaan yang penting. Keputusan perencanaan seperti penjadwalan, persediaan, produksi, layout fasilitas dan tata letak bangunan, tenaga kerja, distribusi, pembelian, dan sebagainya adalah fungsi dari permintaan konsumen. Peramalan terdiri dari metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif didasarkan kepada penilaian, opini, pengalaman sebelumnya atau tebakan terbaik dalam membuat peramalan . Sedangkan metode kuantitatif di


(37)

dasarkan kepada metode-metode peramalan seperti time series. Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut :

1. Tersedia informasi tentang masa lalu.

2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk numerik.

3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa yang akan datang.

3.1.5.1Jenis-Jenis Peramalan

Makridakis et al. (1999) menyatakan ada dua jenis model peramalan utama, yaitu sebagai berikut :

1. Model deret berkala (time series), pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel dan/atau kesalahan masa lalu. Tujuannya adalah untuk menemukan pola dalam deret data historis mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan.

2. Model kausal (regresi), faktor yang diramalkan menunjukkan suatu hubungan sebab akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Tujuannya adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari variabel tak bebas.

3.1.5.2Metode Deret Waktu (Time Series)

Menurut Heizer dan Render (1993), metode time series memprediksi berdasarkan asumsi bahwa masa depan adalah fungsi dari masa lalu. Metode ini melihat pada apa yang terjadi selama periode waktu dan menggunakan seri data masa lalu untuk membuat suatu ramalan. Metode ini biasanya digunakan untuk peramalan jangka pendek atau sangat pendek. Alasan utama penggunaan metode ini adalah sederhana, cepat dan murah. Hanke et al (2003) menyatakan bahwa salah satu aspek penting dalam memilih metode peramalan yang sesuai untuk data

time series adalah mempertimbangkan beberapa pola data. Pola data tersebut

dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :

1. Pola horizontal (stasioner), terjadi apabila data observasi berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan.

2. Pola musiman, terjadi ketika data observasi dipengaruhi oleh faktor musiman yang merupakan fluktuasi yang terjadi kurang dari setahun dan berulang pada


(38)

tahun-tahun berikutnya. Komponen musiman relatif dominan pada peubah-peubah yang besarannya tergantung pada musim atau cuaca.

3. Pola siklis, terjadi apabila data observasi terlihat naik atau turun dalam periode waktu yang tidak tetap. Data berfluktuasi seperti gelombang di sekitar garis trend.

4. Pola trend, terjadi apabila terdapat kenaikan atau penurunan pada periode yang panjang.


(39)

3.2Kerangka Pemikiran Operasional

Adapun kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini adalah :

Keterangan :

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional = Hubungan sebab akibat

= Informasi pendukung

• Konsumsi sayuran meningkat

• Fluktuasi Jumlah Produksi dan Permintaan Tomat bandung di KUD Mitra Tani Parahyangan

Identifikasi Kelembagaan Saluran Pemasaran Tomat Bandung di KUD Mitra Tani

Identifikasi Saluran Pemasaran Tomat Bandung didi KUD Mitra

Tani Parahyangan

•Ketidakpastianhasil Produksi •Ketidakpasian pasokan input

•Ketidakpastian Demand

Forecasting

• Metode Time Series

Rekomendasi Manajemen Produksi di KUD Mitra Tani Parahyangan Cianjur


(40)

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai “Analisis Saluran Pemasaran Tomat Bandung Di KUD Mitra Tani Parahyangan Cianjur” dilakukan di Koperasi Mitra Tani Parahyangan yang terletak di Kecamatan Warungkondang Desa Tegalega, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Februari 2012. Pengambilan data dan analisis diambil pada bulan Desember 2012 dan Januri 2013

4.2 Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel menggunakan non probability sampling, yaitu

purposive sampling. Sampel yang diambil berdasarkan beberapa kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini juga melibatkan lembaga saluran pemasaran untuk memberikan informasi mengenai saluran pemasaran di koperasi Mitra Tani Parahyangan.

4.3 Data Instrumentasi

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan observasi langsung. Data primer dikumpulkan dengan observasi dan wawancara. Obervasi dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai kegiatan produksi komoditas sayuran di KUD Mitra Tani Parahyangan, wawancara dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi melalui pimpinan perusahaan beserta staf. Data sekunder adalah data yang telah terdokumentasi, data ini di ambil dari text book, hasil penelitian dan lain-lain. Data sekunder merupakan data penunjang data primer yang berfungsi untuk memberikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer maupun sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur yang berkaitan dengan logistik koperasi.


(41)

Data sekunder diperoleh dari literatur yang relevan, dokumen dan laporan yang dimiliki oleh koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur dan instansi terkait.

Data yang diperlukan meliputi:

1. Data tentang gambaran umum tentang koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur meliputi sejarah dan perkembangannya, struktur organisasi dan manajemen, serta bidang usaha yang merupakan data sekunder dari dokumen milik koperasi.

2. Data tentang struktur rantai pasok koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur berupa data primer yang diperoleh dari secara langsung melalui wawancara dengan pihak koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur dan survai ke lapangan.

3. Data yang diperlukan untuk menganalisa menagemen permintaan diperoleh dari data sekunder, berupa data supply dan demand koperasi Mitra Tani Parahyangan dalam bentuk harian selama kurun waktu 1 tahun

4.5 Metode Pengolahan Data

Data dan informasi yang dikumpulkan dianalisa secara deskriptif dan kuantitatif yang diolah dengan menggunakan bantuan komputer. Analisa kuantitatif dapat menggunakan program MS. Excel, MINITAB 14, dan E-Views.

4.5.1 Metode Analisis Trend

Metode ini digunakan untuk peramalan data time series dengan pola data yang mengandung unsur trend. Model trend yang bisa digunakan ada empat macam, yaitu : linier, kuadratik, pertumbuhan eksponensial, dan kurva-s. Seringkali untuk pola data yang mengandung unsur trend, metode ini lebih akurat dari metode sejenisnya yang juga bisa dipakai untuk mengatasi data dengan pola data trend (Hanke et al., 2003).

4.5.2 Metode Rata-Rata

4.5.2.1Metode Rata-Rata Bergerak Sederhana (Simple Moving Average)

Metode ini menggunakan rata-rata sebagai ramalan untuk periode mendatang. Setiap kali muncul pengamatan baru, nilai rata-rata baru dapat dihitung dengan membuang nilai observasi yang paling tua dan memasukkan nilai


(42)

pengamatan yang terbaru. Metode ini tidak dapat mengatasi unsur trend dan musiman (Hanke et al., 2003). Metode ini diterapkan dengan bantuan program

Microsoft Excel, MINITAB 14 dan E-Views. Langkah kerja dalam

mengaplikasikan metode ini adalah sebagai berikut :

4.5.2.1.1 Menentukan ordo dan bobot rata-rata bergerak

Ordo dari rata-rata bergerak adalah jumlah data masa lalu yang dimasukkan ke dalam rataan. Aplikasi metode ini pada setiap data emiten terpilih menggunakan ordo yang menghasilkan nilai kesalahan paling kecil. Pemilihan ordo terbaik dilakukan dengan cara coba-coba.

4.5.2.1.2 Menerapkan persamaan metode peramalan

Untuk metode Rata-rata Bergerak Sederhana persamaan umumnya (Makridakis et al., 1999) adalah :

Ŷt+1 = ∑

Dimana :

Ŷt+1 = nilai ramalan variabel untuk satu periode ke depan

Yi = nilai aktual variabel pada periode ke-i N = ordo dari rata-rata bergerak

t = periode ke-t

4.5.3 Metode Single Exponential Smoothing (SES)

Metode ini secara terus menerus merevisi nilai ramalan dengan mempertimbangkan perubahan atau fluktuasi data terakhir untuk menghilangkan

komponen random. Makridakis et al., (1999) menjelaskan bahwa metode Pemulusan

Eksponensial menunjukkan pembobotan menurun secara eksponensial terhadap nilai pengamatan yang lebih tua. Teknik ini sangat cocok untuk pola data stasioner dan tidak efektif untuk menangani peramalan yang pola datanya memiliki komponen tren dan musiman. Teknik ini hanya menyimpan data terakhir, ramalan terakhir dan

konstanta pemulusan ( α )sehingga dapat mengurangi masalah penyimpanan data.

Dalam penenlitian ini ) metode ini diterapkan dengan bantuan program Microsoft

Excel, MINITAB 14 dan E-Views.Adapun persamaan dalam metode Single


(43)

Ŷt+1 = αŶ + (1-α) Ŷt

Keterangan :

Ŷt = nilai ramalan Y pada 1 periode kedepan setelah t

Yt = nilai aktual pada periode ke-t

α = Pembobotan smoothing

4.5.4 Metode DoubleExponential Smoothing

Metode ini memberikan bobot yang semakin menurun pada observasi masa lalu. Metode ini akurat jika diterapkan pada deret data yang mempunyai unsur tren yang konsisten, data dengan faktor musiman dan data stasioner. Metode ini tidak menggunakan rumus pemulusan berganda secara langsung. Adapun persamaan

Double Exponential Smoothing sebagai berikut :

Ŷt+ m = at + bt (m)

Keterangan :

Ŷt+m = nilai ramalan Y untuk m periode kedepan setelah t

Yt = nilai aktual pada periode ke-t

α & β = Pembobotan smoothing

4.5.5 Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)

Model ARIMA adalah gabungan dari model AR dan model MA. Pada model ini series stasioner adalah fungsi dari lampaunya dan nilai sekarang serta kesalahan lampaunya. Bentuk umum model ini adalah :

Y = b +b Y b Y + e a e - ... a e

Secara umum notasi model ARIMA yang diperluas dengan memeperhatikan unsur musiman adalah sabagai berikut : ARIMA (p,d,q) (P,D,Q) dimana L adalah banyaknya periode dalam setahun.

4.5.4 Pemilihan Metode Peramalan Time Series

Pada tahap ini, beberapa metode yang telah dicoba dibandingkan dan dipilih salah satu metode yang paling baik, untuk meramalkan permintaan tomat bandung. Alat yang digunakan untuk membandingkan dan memilih metode


(44)

peramalan yang ada adalah nilai rata-rata kesalahan absolute. MAPE (Mean

Absolute PercentageError), yang mempunyai formulasi sebagai berikut :

Keterangan :

Y = nilai aktual Y pada periode ke –t

Ŷ = nilai ramalan


(45)

BAB V

GAMBARAN UMUM

5.1 Sejarah dan Perkembangan Koperasi

Sejarah berdiri koperasi di awali dengan terbentuknya kelompok tani yang diberi nama Mitra Tani Parahyangan yang didirikan pada tahun 1998. Mitra Tani Parahyangan adalah koperasi yang bergerak dibidang agribisnis sebagai produsen dan juga distributor sayuran. Mitra Tani Parahyangan merupakan salah satu pelaksana agribisnis hortikultura yang tumbuh berkembang berasal dari kelompok tani kampung Padakati. Koperasi ini didirikan oleh bapak Ujang Majudin yang dari mulai berdirinya koperasi sampai dengan saat ini beliau menjabat sebagai ketua sekaligus pemilik dari koperasi Mitra Tani Parahyangan.

Pada tanggal 18 Desember 2000 Mitra Tani Parahyangan ditetapkan sebagai koperasi Mitra Tani Parahyangan dengan nomor badan hukum : 105/BHdk/10.7/XIII/2000, SITU no. 503/020/SITU/II/2002, TDP no. 100 625 200 777, NPWP no. 01.990.733.8-406.008. Hal ini bertujuan untuk menggalang kerjasama antara petani yang ada di daerah sekitar Cianjur dan Sukabumi dengan koperasi. Pemasaran produk sayuran dari Mitra Tani Parahyangan pada tahun 2000 hanya mencakup pasar-pasar tradisonal daerah Kabupaten Cianjur dan menjadi pemasok sayuran di daerah Cipanas, disamping itu pada tahun 2000 pemilik koperasi berusaha untuk meluaskan pasarnya ke supermarket Lion Superindo dengan cara memberikan contoh produk sayuran dan memberikan proposal yang berjudul Pengembangan Agribisnis Mitra Tani Parahyangan yang akhirnya pada bulan November 2001 koperasi mendapatkan izin menjadi salah satu supplier Lion Superindo.

Koperasi Mitra Tani Parahyangan mampu mengirim sayuran ke supermarket-supermarket cabang Fatmawati, Cikampak, Bekasi, Kalimalang, Tebet, Kelapa Gading, Kedoya, Bintaro, Pamulang, Cibinong, Bogor, Cilandak, Cileduk, Mampang, Sukabumi, dan Cilegon dan daerah Jabodetabek lainnya. Mitra Tani Parahyangan memiliki ± 138 jenis komoditas sayuran, dari 138 komoditi sayuran yang ada komoditas unggulan pada koperasi ini adalah tomat bandung, timun, jagung, wortel, terong ungu panjang dan sawi putih. Koperasi


(46)

memiliki tujuan dan visi misi dalam mensejahterakan kelompok taninya atau dalam perkembangan usahanya. Tujuan dari koperasi adalah menjadi fasilitator pengelola usahatani dan pemasar bagi hasil produksinya secara efektif dan efisien. Sedangkan, visi dari koperasi yaitu menyediakan bahan pangan hortikultura yang terjangkau. Untuk misi koperasi adalah meningkatkan pelayanan kebutuhan produksi.

5.2Aspek Organisasi dan Manajemen

Pada koperasi Mitra Tani Parahyangan sistem organisasi yang digunakan masih menggunakan sistem organisasi tradisonal yaitu dengan cara kekeluargaan, karena pemimpin koperasi masi terjun langsung dalam proses pengadaan barang ataupun proses produksi, selain itu pemimpin juga merupakan sumber gagasan untuk melakukan penelitian dan pengembangan usaha.

Koperasi Mitra Tani Parahyangan sudah memiliki struktur organisasi yang jelas, tetapi dalam pendelegasian wewenang dan tanggungjawabnya masih tumpang tindidh dalam pekerjaan. Struktur organisasi yang ada di koperasi Mitra Tani Parahyangan terdiri atas pemimpin, manajer koperasi, manajer operasional, manajer administrasi, dan manajer produksi pengadaan. Struktur organisasi yang ada pada koperasi Mitra Tani Parahyangan seperti berikut :

Gambar 5. Struktur Organisasi Mitra Tani Parahyangan Tahun 2012 Sumber : Koperasi Mitra Tani Parahyangan 2012


(47)

Pemilik koperasi bertugas mengatur jalannya produksi koperasi, menentukan kualitas produk dan mendelegasikan pekerjaan kepada wakil dan bendahara sesuai dengan tugas masing-masing. Wakil bertugas mengatur dan mengelola administrasi pemasaran dan bendahara bertugas untuk mengatur keuangan koperasi, baik pemasukan dan pengeluaran.

Pemilik juga dibantu oleh Manajer operasional yang bertugas untuk menyuplai atau mempersiapkan sarana produksi pertanian yang akan digunakan oleh koperasi seperti benih, alat-alat pertanian, pupuk, insektisida dan lain-lain. Manajer produksi bertugas mengatur kegiatan budidaya yang dilakukan oleh koperasi serta mengawasi kegiatan budidaya yang dilakukan oleh kelompok tani. dan bertugas mengatur kegiatan pemrosesan sayuran yang akan dipasarkan. Manajer pemasaran pengadaan mengatur kegiatan pemasaran yang akan dilakukan koperasi. Bagian pengiriman bertugas mengkoordinasi supir untuk mengambil hasil panen petani mitra dan pengiriman sayuran untuk gudang induk supermarket.

5.3Aspek Sumberdaya Koperasi

Sumberdaya yang dimiliki koperasi Mitra Tani Parahyangan terbagi menjadi tiga bagian yaitu sumberdaya manusia (karyawan) kualitas tenaga kerja yang dimiliki oleh koperasi, sumberdaya fisik (peralatan dan lahan yang dimiliki koperasi) dan sumberdaya finansial (permodalan yang dimiliki oleh koperasi Mitra Tani Parahyangan). Sumberdaya yang ada sangat mendukung berkembangnya koperasi ini karena dengan memiliki sumberdaya yang berkualitas kegiatan usaha yang ada didalamnya akan berjalan dengan lancar.

5.3.1 Karyawan

Sumberdaya manusia memiliki peranan yang sangat penting didalam proses perencanaan maupun operasional koperasi, dengan adanya sumberdaya manusia yang produktif maka membuat berjalannya usaha dengan baik. Manajemen sumberdaya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau koperasi dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang sesuai dengan bagian apa yang dibutuhkan oleh koperasi. Koperasi memiliki 32 tenaga kerja jumlah


(48)

tersebut belum termasuk dengan pemilik yang sekaligus menjabat sebagai pemimpin koperasi.

Jumlah dari tenaga kerja yang mencapai 32 orang pada koperasi belum termasuk pekerja borongan yang tiap harinya. Tenaga kerja borongan tersebut adalah ibu-ibu warga sekitar yang jumlahnya dua sampai empat orang. Pekerjaan dari tenaga kerja borongan ini adalah pengupasan kacang merah dan pengguntingan tangkai kapri, jumlah dari hasil kacang merah yang telah dikupas perharinya mencapai lebih dari sepuluh kilogram. Upah yang diberikan setiap satu minggu sekali.

Perekrutan tenaga kerja pada koperasi Mitra Tani Parahyangan tidak memerlukan syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi, seperti tingkat pendidikan dan pengalaman kerja. Pada umumnya tenaga kerja yang ada pada koperasi berasal dari kerabat dekat pemilik atau warga sekitar koperasi. Hal yang harus dimiliki adalah sikap jujur, memiliki kemauan bekerja, giat, kerja keras, tanggung jawab dan rajin. Keterampilan pada pekerja sangat dibituhkan karena kegiatan yang diakukan koperasi bersifat teknis. Pendidikan pada karyawan Mitra Tani Parahyangan rata-rata lulusan SD, namun mereka telah memiliki pengalaman dalam pekerjaan dilapanh. Sedangkan tenaga kerja bagian manajer pemasaran. Keuangan, bendahara, dan operasional dibutuhkan pendidikan minimal lulusan perguruan tinggi yaitu lulusan D3 atau S1.

Tabel 2. Jumlah Karyawan pada Mitra Tani Parahyangan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2012.

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 SD 24

2 SMP -

3 SMA/SMK 5

4 D3/S1 3

Sumber : Mitra Tani Parahyangan, 2012

Jam kerja pada bagian gudang atau packaging ditentukan oleh jumlah orderan barang yang datang ke Mitra Tani Parahyangan. Umumnya jam kerja dimulai pukul 08.00-14.00 WIB, kemudian dilanjutkan pada pukul 16.00-22.00


(49)

WIB. System pemberian gaji yang berlaku pada koperasi dilakukan setiap dua minggu sekali dan jumlah gaji yang diberikan Rp.20.000,-/hari dan uang makan ditanggung oleh koperasi.

Mitra Tani Parahyangan memiliki dua kantor dengan letak yang terpisah. Kantor pertama terletak dikampung padakati, kegiatan yang dilakukan pada kantor pertama adalah melakukan produksi dan pasca panen. Kegiatan pasca

panen yang dilakukan yaitu sortasi, grading, dan pengepakan. Kantor ini menyiapkan produk-produk yang nantinya dikirim ke kantor dua. Kantor dua terletak di Jl. Pasar Baru Ruko, Cianjur. Kegiatan yang dilakukan pada kantor kedua adalah sebagai kantor pemasaran dan administrasi.

5.3.2 Kepemilikan Sumberdaya

Koperasi memiliki dua lahan yang terpisah, lahan satu berada di lokasi koperasi yaitu di padakati luas lahan sebesar 4 Ha dan lahan kedua di Loji Kolot 2 Ha. Pembagian guna lahan pada koperasi ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Kepemilikan lahan Mitra Tani Parahyangan 2012

Lokasi Komoditas Luas (m²)

Padakati (4 Ha.) Disewakan untuk tanaman Hias (Pakis) dan peternakan ayam boiler.

40.000

Loji Kolot (2 Ha) Tomat bandung, sawi putih dan terong (tumpang sari)

Cabe. Kapri (tumpang sari) Jagung manis

Tomat bandung sayur Lahan tidur

10.000

2.600 3.000 3.000 1.400

Sumber : Mitra Tani Parahyangan, 2012

Koperasi Mitra Tani Parahyangan menyediakan peralatan untuk kegiatan operasional dalam mendukung berjalannya kegiatan produksi, koperasi memiliki kantor, mess untuk karyawan, gudang packing, gudang penyimpanan, gudang pakan ternak, gudang untuk pupuk kompos, dan aula untuk diskusi bagi para kelompok tani. Alat transportasi yang dimiliki koperasi yaitu satu unit truk, tiga unit truk box (cooling unit), l unit mobil pick up dan 3 unit sepeda motor.


(50)

Tabel 4. Kepemilikan peralatan Produksi Mitra Tani Parahyangan Tahun 2012

No. Peralatan Produksi Ukuran Jumlah

1 Telepon genggam (HP) 1

2 Kalkulator 1

3 Timbangan 10 Kg 1

4 Timbangan besar 2

5 Timbangan digital 1

6 Plastic pengemasan

(Wrapping Film Plastic)

Lebar 30 cm, 25 cm, 20 cm

Tergantung jumlah pesanan

dan kebutuhan

7 Pisau 10

8 Kotak pembungkus (tray) Cm (tray 4) cm (tray 7)

Tergantung jumlah pemesanan

dan kebutuhan pasar

9 Alat Wrapping 4

10 Meja Kemas 3

11 Tip stealer 2

12 Vacum Press 2

13 Kantung Plastik

Ukuran (60 x 80 )cm Ukuran (12 x 25 ) cm Ukuran (30 x 50) cm

Tergantung pesanan dan kebutuhan

14 Kantuong keresek Ukuran 24 dan Ukuran

26

Tergantung jumlah pesanan

15 Kontainer 2000

Sumber : KUD Mitra Tani Parahyangan, 2012

5.3.3 Aspek Permodalan

Salah satu hal yang diperhatikan oleh koperasi Mitra Tani Parahyangan adalah sumberdaya keuangan yang berfungsi untuk alokasi dana pada koperasi tersebut, karena dalam majunya suatu koperasi biaya yang dikeluarkan harus


(51)

terkoordinasi dengan baik agar tidak adanya penyalahgunaan dalam alokasi dana. Sumber daya keuangan yang ada harus dialokasikan denagn baik agar tujuan dari koperasi dapat tercapai dan dengan itu koperasi dapat lebih berkembang karena tidak adanya penyalahgunaan dana.

Pada saat berdirinya koperasi Mitra Tani Parahyangan pada tahun 1998, modal yang dimiliki sebesar Rp. 61.000.000.- modal tersebut adalah modal sendiri dari pemiliki koperasi. Seiring berjalannya waktu koperasi mulai berkembang dan dapat bantuan permodalan dari pemerintah setempat sebesar Rp. 48.200.000.- dari Dinas Pertanian dan Hortikultura dan Rp. 74.450.000.- dari Deputi Koperasi. Keuntungan yang diperoleh koperasi saat ini per bulan berkisar antara 2 % hingga 10% dari keuntungan yang didapat dari supplier sebesar 45%, presentasi lainnya terdiri dari 30% untuk rabat dan 25 % untuk kegiatan operasional.

5.4Unit Bisnis

Koperasi Mitra Tani Parahyangan melakukan kegiatan bisnis dibidang agribisnis sebagai distributor sayuran. Koperasi Mitra Tani Parahyangan sebagai produsen melakukan budidaya sendiri dengan tujuan meningkatkan pelayanan kebutuhan produksi dan pemanfaatan lahan yang dimiliki dari hulu hingga hilir, mulai dari pengadaan input, kegiatan budidaya dan pemasaran hasil produksi.

5.4.1 Pengadaan Bahan Baku/Input dan Peralatan

Mitra Tani Parahyangan bukan hanya sekedar distributor melainkan sebagai produsen sayuran juga, karena perusahaaan membudidayakan sayuran tomat bandung, sawi putih, terong ungu panjang, jagung manis, dan buncis. Tetapi karena banyaknya permintaan sedangkan budidaya yang dilakukan ditanah milik koperasi belum mencukupi permintaan dari supermarket dan toko maka koperasi memiliki pemasok atau mitra tani yang mencapai 35 pemasok . Pemasok sayuran kepada koperasi bukan hanya petani didaerah Cianjur saja melainkan kota Cikanjang-garut, Sukabumi, dan bandung.

Kegiatan pengadaan sayuran pada koperasi dilakukan dengan cara pihak koperasi mengambil langsung ke tempat pemasok terutama pemasok di kota Bandung, tetapi ada pemasok yang langsung memasok produknya ke koperasi dengan cara pembayaran ditambah dengan ongkos kirim. Hal ini tergantung


(52)

kesepakatan dari kedua belah pihak dan dari banyaknya pesanan yang dipesan oleh koperasi. Jika koperasi kekurangan pasokan maka koperasi akan membeli langsung pasokannya ke pasar Caringin Bandung. Cara pembayaran koperasi Mitra tani Parahyangan kepada pemasok dilakukan apabila koperasi telah mendapatkan pembayaran dari supermarket atau toko.

Pemasok bahan bako pengemasan seperti roll film, tray strayrofoam,

kantong jala, plastic, solatipe, dan bahan baku lainnya adalah PD. Lutfi jaya, yang terletak di Cipanas. Sedangkan bahan baku input untuk budidaya seperti bibit, obat-obatan dan peralatan pertanian koperasi membeli ditoko peralatan pertanian di daerah Cipanas, untuk pupuk kandang koperasi memperolehnya di daerah Warung Kondang yaitu didaerah lokasi koperasi.


(1)

Lampiran 5 Grafik Penjualan Harian Tomat Bandung ke Pasar Tradisional di Koperasi Mitra Tani Parhyangan Cianjur Tahun 2012

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

1

10 19 28 37 46 55 64 73 82 91

100 109 118 127 136 145 154 163 172 181 190 199 208 217 226 235 244 253 262 271 280 289 298 307 316 325 334 343 352 361

Jumlah

 

((Kg)

Jumlah Hari

DATA 

PENJUAL

AN PASAR 

TRADISO NAL


(2)

Lampiran 6. Plot ACF dan PACF berdasarkan output sofware E‐views 

   


(3)

Lampiran 7. Hasil Peramalan Produksi Tomat Untuk satu bulan kedepan

Periode  Forecast  Lower  Upper  Actual 

1  1679  696  4051 

2  1747  724  4217 

3  1775  733  4301 

4  1757  701  4407 

5  1779  708  4472 

6  1789  708  4521 

7  1791  703  4563 

8  1802  705  4606 

9  1809  705  4643 

10  1814  704  4676 

11  1821  704  4708 

12  1827  705  4738 

13  1832  705  4765 

14  1838  705  4790 

15  1843  706  4814 

16  1848  706  4836 

17  1853  707  4856 

18  1857  707  4875 

19  1861  708  4893 

20  1865  708  4909 

21  1869  709  4925 

22  1872  710  4939 

23  1876  710  4953 

24  1879  711  4965 

25  1882  712  4977 

26  1885  712  4988 

27  1888  713  4998 

28  1890  714  5007 

29  1893  714  5016 

30  1895  715  5025 


(4)

Lampiran 8. Plot ACF dan PACF Permintaan Tomat Bandung 


(5)

Lampiran 9. Hasil Peramalan Permintaan Tomat Bandung Satu Bulan Kedepan.

Period  Forecast SK. Lower 

SK. Upper  

Actual 

1  1267  354  4533 

2  974  240  3949 

3  1088  259  4571 

4  1244  290  5339 

5  1100  255  4742 

6  973  225  4212 

7  1090  248  4791 

8  1220  274  5434 

9  1099  246  4906 

10  991  222  4427 

11  1089  242  4910 

12  1199  264  5443 

13  1098  242  4992 

14  1005  221  4572 

15  1089  238  4974 

16  1181  257  5418 

17  1098  239  5038 

18  1018  222  4674 

19  1089  237  5009 

20  1166  253  5381 

21  1097  238  5063 

22  1029  223  4750 

23  1088  236  5030 

24  1154  249  5342 

25  1097  237  5076 

26  1039  224  4808 

27  1089  235  5042 

28  1144  247  5305 

29  1096  236  5083 

30  1047  226  4854 

31  1089  235  5050 

 


(6)