Strategi Pengelolaan Lanskap Pertanian Desa Wangunjaya, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, untuk Wisata Pertanian Terpadu

STRATEGI PENGELOLAAN LANSKAP PERTANIAN
DESA WANGUNJAYA, KECAMATAN CAMPAKA,
KABUPATEN CIANJUR, UNTUK WISATA PERTANIAN
TERPADU

ALAM SETIA RAHMAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Strategi Pengelolaan
Lanskap Pertanian Desa Wangunjaya, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur,
untuk Wisata Pertanian Terpadu” adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip baik dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Alam Setia Rahman
NIM A44110006

ABSTRAK
ALAM SETIA RAHMAN. Strategi Pengelolaan Lanskap Pertanian Desa
Wangunjaya, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, untuk Wisata Pertanian
Terpadu. Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH.
Desa Wangunjaya memiliki lanskap pertanian terpadu yang terdiri dari lahan
persawahan, perkebunan, agroforestri, pekarangan, perikanan, dan peternakan.
Lanskap pertanian terpadu di Desa Wangunjaya merupakan potensi yang dapat
dikembangkan untuk wisata pertanian terpadu. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis karakter lanskap pertanian di Desa Wangunjaya, menganalisis potensi
dan kendala kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan wisata pertanian
terpadu, dan menyusun strategi pengelolaan lanskap untuk wisata pertanian terpadu
pada lanskap pertanian di Desa Wangunjaya, Kecamatan Campaka, Kabupaten
Cianjur. Metode penelitian yang dilakukan adalah survei lapang, wawancara kepada

berbagai stakeholder, metode deskriptif dan kuantitatif, dan analisis SWOT. Hasil
penelitian menunjukkan adanya tiga kawasan di Desa Wangunjaya, yaitu Dusun 1,
Dusun 2, dan Dusun 3 yang memiliki karakter lanskap pertanian terpadu secara
horizontal seperti persawahan, perkebunan, pekarangan, agroforestri, perikanan, dan
peternakan dengan pola tumpang sari dan karakter lanskap pertanian terpadu secara
vertikal dari aktivitas pertanian hulu sampai hilir seperti kebun teh dan pengelolaan
daun the menjadi teh hijau. Potensi utama Desa Wangunjaya sebagai kawasan wisata
pertanian terpadu dengan atraksi berupa tatanan lanskap pertanian, kualitas
lingkungan, pemandangan alami, kerajinan dan kesenian lokal, serta kesiapan dan
partisipasi masyarakat yang tinggi. Kendala utamanya adalah aksesibilitas dan fasilitas
wisata yang belum memadai, belum adanya sistem pengelolaan, kurangnya
pengetahuan masyarakat, dan teknologi pertanian yang kurang memadai. Hasil dari
analisis SWOT menunjukkan bahwa kawasan berada pada kuadran lima yang
memiliki strategi hold and maintain dengan hasil berupa delapan strategi pengelolaan
wisata pertanian terpadu.
Kata kunci: analisis SWOT, lanskap pertanian terpadu, strategi pengelolaan, wisata
pertanian

ABSTRACT
ALAM SETIA RAHMAN. Agricultural Landscape Management Strategies in

Wangunjaya Village, Campaka District of Cianjur City for Integrated Agrotourism.
Supervised by WAHJU QAMARA MUGNISJAH.
There is integrated agricultural landscape in Wangunjaya village consisting of
rice land, garden, agroforestry, pekarangan, fishery, and livestock. This integrated
agricultural landscape has a potential that could be developed as an integrated
agrotourism. The purposes of this study are to analyze the characteristics of integrated
agricultural landscape, to analyze the potency of the area as an integrated agricultural
tourism, and to create integrated agricultural tourism management strategies. The
research methods used are field survey, interview of stakeholders, quantitative and

descriptive methods, and SWOT analysis. The study found that three regions, namely
Hamlet 1, Hamlet 2, and Hamlet 3, in Wangunjaya village possess characteristics of
integrated agricultural landscape horizontally like farming, pekarangan, agroforestry,
fishery, and livestock based on mixed farming and vertically from upper to
downstream activities. Main potencies of Wangunjaya village as the integrated
agrotourism site include the attractiveness of agricultural landscapes, environmental
quality, natural view, local handycraft, and high community readiness and
participation. Some of the constraints are inappropriate accessibility, infrastructures,
and facilities, lack of tourism management system, insufficent community knowledge
and low agricultural technology. The result of SWOT analysis showed that the area

lies on fifth quadrant, i.e. hold and maintain strategy with eight recommendation for
integrated agroturism.
Key words: Agrotourism, integrated agricultural landscape, management strategies,
SWOT analysis.

STRATEGI PENGELOLAAN LANSKAP PERTANIAN
DESA WANGUNJAYA, KECAMATAN CAMPAKA,
KABUPATEN CIANJUR UNTUK WISATA PERTANIAN
TERPADU

ALAM SETIA RAHMAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur Lanskap
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwata’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini ialah pengelolaan
lanskap pertanian, dengan judul “Strategi Pengelolaan Lanskap Pertanian Desa
Wangunjaya, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur untuk Wisata Pertanian
Terpadu”.

Skripsi ini sebagai salh satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur
Lanskap di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Pada pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan
bantuan baik dukungan dan bantuan moral serta material dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
1)
keluarga tersayang, Bapak Maman Rahman, Mamah Sunarsih, Dedek Billah
Fitrah Ramadan, serta keluarga besar atas do’a, dukungan, dan perhatiannya
sampai saat ini,
2)
Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr selaku pembimbing skripsi atas
bimbingan, masukan, bantuan, dan nasehatnya selama penyusunan skripsi ini,
3)
Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr selaku pembimbing akademik atas bimbingan,
nasehat, dan saran selama penulis belajar di Departemen Arsitektur Lanskap,
4)
Dr. Ir. Tati Budiarti, MS dan Pingkan Nuryanti, ST, M. Eng selaku dosen
penguji atas saran dan masukannya untuk kebaikan skripsi ini,
5)
seluruh dosen dan staf Departemen Arsitektur Lanskap atas ilmu, bimbingan,

dan bantuan selama penulis belajar di Departemen Arsitektur Lanskap,
6)
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Cianjur, Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kabupaten Cianjur, Dinas Pertanian Tanaman
Hortikultura dan Pangan, Dinas Tata Ruang dan Permukiman, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata, serta aparat Kecamatan Campaka Kabupaten
Cianjur atas bantuan informasi dalam penyusunan skripsi ini,
7)
kepala desa, seluruh aparat, dan masyarakat khususnya keluarga Bapak Dede di
Desa Wangunjaya atas bantuan dan partisipasinya dalam pelaksanaan penelitian
skripsi ini,
8)
Beasiswa Bidik Misi IPB atas bantuannya selama ini,
9)
teman-teman kosan Ibu Enap (Kak Frans, Surya, Mas Gigih, Kak Wawan, Kak
Aldi) atas dukungannya,
10) Asputri dan Yuki selaku teman satu bimbingan skripsi atas dukungannya,
11) Bu Lusi, Amel, Neo, dan Reza selaku teman satu bimbingan akdemik atas
dukungannya,
12) Mas Gigih, Bagus, Aliifah, Neng Jana, Remiya, Teh Anis dan Bang Bhre untuk

bantuannya dalam pengambilan data dan pengolahan data, dan
13) teman-teman ARL 48 atas dukungan, keceriaan, dan masukannya selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2015
Alam Setia Rahman

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

v

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pikir Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

4


Lanskap Pertanian

4

Wisata Pertanian dan Lanskap Wisata Pertanian

4

Pertanian Terpadu sebagai Pertanian Berkelanjutan

5

Pengelolaan Lanskap

6

METODE

6


Lokasi dan Waktu

6

Alat dan Bahan

7

Metode Penelitian

7

Tahap Persiapan

8

Tahap Inventarisasi data

8

Tahap Analisis

9

Penyusunan Strategi Pengelolaan Kawasan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Fisik

16
18
18

Letak Geografis dan Administrasi

18

Aksesibilitas

18

Iklim

19

Jenis Tanah

21

Topografi

23

Hidrologi, Drainase, dan Tingkat Bahaya Erosi

23

Pola Penggunaan Lahan

25

Apek Biologis

26

Aspek Sosial Budaya

29

Analisis

31

Analisis Karakter Lanskap Pertanian Terpadu

31

Pertanian terpadu secara horizontal dengan tumpang sari

31

Pertanian terpadu secara horizontal berbasis wilayah desa

32

Pertanian terpadu secara vertikal dengan usaha tani hulu-tengah-hilir

37

Analisis Kualitas Lingkungan

43

Keaslian ekosistem pendukung kawasan

43

Penutupan lahan

43

Potensi banjir

44

Topografi

44

Mutu air

45

Analisis Daya Tarik Wisata

47

Keragaman lanskap alami

47

Kualitas view

47

Komoditas pertanian dan pola tanam

48

Aktivitas pertanian

49

Permukiman penduduk

50

Kesenian dan kerajinan

50

Analisis Pendukung Wisata

53

Aksesibilitas

53

Potensi pasar

53

Pengelolaan dan pelayanan wisata

54

Iklim (suhu, kelembaban udara, dan angin

54

Fasilitas wisata

55

Ketersediaan air bersih

56

Jarak menuju objek wisata lain dan kebijakan pemerintah

57

Analisis Kesiapan Masyarakat

59

Persetujuan masyarakat terhadap pengembangan kawasan sebagai
daerah agrowisata
Keyakinan masyarakat bahwa agrowisata akan meningkatkan

59

kesejahteraan

59

Partisipasi masyarakat dalam wisata pertanian terpadu

59

Organisasi yang dimiliki masyarakat

60

Tingkat pendidikan

61

Penentuan Zona Kesesuaian Wisata Pertanian Terpadu

62

Analisis SWOT

62

Identifikasi dan penilaian faktor internal

64

Identifikasi dan penilaian faktor eksternal

65

Matriks IFE dan EFE

65

Matriks SWOT

70

Peringkat (ranking) alternatif strategi pengelolaan

72

Rekomendasi Strategi Pengelolaan
SIMPULAN DAN SARAN

72
93

Simpulan

93

Saran

94

DAFTAR PUSTAKA

94

LAMPIRAN

97

RIWAYAT HIDUP

105

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Alat yang digunakan dalam penelitian
Jenis data yang diperlukan
Kriteria karakter lanskap pertanian terpadu
Kriteria kualitas lingkungan kawasan
Kriteria daya tarik wisata
Kriteria potensi pendukung wisata
Kriteria potensi kesiapan masyarakat
Penentuan nilai rating
Persentase kemiringan lereng di Desa Wangunjaya
Persentase luas penggunaan lahan di Desa Wangunjaya
Vegatasi dominan yang terdapat di Desa Wangunjaya
Satwa yang terdapat di Desa Wangunjaya
Jenis pekerjaan masyarakat di Desa Wangunjaya
Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Wangunjaya
Jenis usaha tani dan sistem tumpang sari di Desa Wangunjaya
Produksi pertanian di Desa Wangunjaya
Data usaha tani hulu-tengah-hilir di Desa Wangunjaya
Penilaian karakter lanskap pertanian terpadu
Penilaian kualitas lingkungan
Contoh pola tanam komoditas lahan pertanian di Desa Wangunjaya
Penilaian potensi daya tarik wisata di Desa Wangunjaya
Penilaian potensi pendukung wisata di Desa Wangunjaya
Penilaian potensi kesiapan masyarakat di Desa Wangunjaya
Tingkat kepentingan faktor strategi internal
Penilaian faktor strategis internal
Tingkat kepentingan faktor strategi eksternal
Penilaian faktor strategis eksternal
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Matriks SWOT
Peringkat alternatif strategi pengelolaan lanskap pertanian
Desa Wangunjaya untuk wisata pertanian terpadu
Penetapan area potensi wisata dengan rekomendasi penambahan fasilitas
wisata
Paket I (Sehari) wisata pertanian terpadu
Paket II (Menginap) wisata pertanian terpadu
Program pengelolaan pengembangan wisata pertanian terpadu

8
9
11
12
13
14
15
17
23
26
27
29
30
30
34
36
38
41
45
49
51
57
62
67
67
68
68
69
70
71
73
82
83
86
91

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Kerangka pikir penelitian
Lokasi penelitian
Tahap penelitian
Peta aksesibilitas

3
7
10
18

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

39
40
41
42

Sarana transportasi
19
Curah hujan kawasan
20
Suhu udara kawasan
21
Kelembaban udara kawasan
22
Jenis tanah kawasan
22
Peta topografi kawasan
23
Peta hidrologi Desa Wangunjaya
24
Saluran sungai (a) anak sungai dan (b) Sungai Cikondang
24
Saluran air (a) tidak terbangun dan (b) terbangun
25
Peta penggunaan lahan kawasan
27
Tumpang sari di Dusun 1 (a) padi-ayam-ikan dan (b) toga-tanaman
buah-tanaman sayuran-ternak kambing
31
Tumpang sari di Dusun 2 (a) tanaman hortikultura-ayam-ikan dan
(b) padi-ayam
32
Tumpang sari di Dusun 3 (a) tanaman hortikultura-tanaman obattanaman industri -ayam boiler dan (b) tanaman buah-ternak kambingikan-ternak ayam
33
Tumpang sari the-sayuran-tanaman buah-tanaman industri
33
Teknik budidaya di Dusun 1
35
(a) Tumpang sari berbagai jenis sayuran dan (b) pengolahan limbah
menjadi pupuk
36
(a) Pabrik pengolahan gabah padi menjadi beras dan (b) limbah padi
untuk pakan ayam
39
(a) Hasil panen sereh dan (b) pengolahan limbah sereh menjadi pupuk
39
(a) Tempat penampungan teh dan (b) Koperasi Mekar Wangi
40
Peta potensi karakter lanskap pertanian terpadu di Desa Wangunjaya
42
Peta potensi kualias lingkungan di Desa Wangunjaya
46
Kualitas view (a) Dusun 1, (b) Dusun 2, dan (c) Dusun 3
48
Kerajinan (a) alat masak dan pertanian dan (b) gula aren
51
Peta potensi daya tarik wisata di Desa Wangunjaya
52
Kondisi jaringan jalan (a) Dusun 1, (b) Dusun 2, (c) Dusun 3
53
Vegetasi wind breaker (a) Dusun 2 dan (b) Dusun 3
55
Peta daerah wisata di Kabupaten Cianjur
57
Peta potensi pendukung wisata di Desa Wangunjaya
58
Kandang besar kambing etawa
61
Peta potensi kesiapan masyarakat di Desa Wangunjaya
63
Peta total skor keseluruhan wista pertanian terpadu di Desa Wangunjaya
64
Peta zona kesuaian wisata pertanian terpadu di Desa Wangunjaya
66
Matriks IFE-EFE
68
Fasilitas wisata (a) penanda masuk, (b) area parkir, (c) kolam pemancingan,
(d) kios oleh-oleh (sumber: Franjaya (2013)), I rumah pengolahan,
(f) gudang peralatan, (g) ruang display, dan (h) ruang pasca panen
78
Peta area potensi wisata pertanian terpadu di Desa Wangunjaya
81
Peta jalur program wisata Paket Sehari
85
Peta jalur program wisata Paket Menginap
89
Rekomendasi struktur organisasi pengelola wisata pertanian terpadu
92

DAFTAR LAMPIRAN
1 Media promosi leaflet
2 Kuisioner penelitian
3 Kuisioner Analisis SWOT

98
99
103

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberadaan sumber daya alam yang tinggi dengan iklim tropis merupakan
ladang potensi Negara Indonesia yang dapat dimanfaatkan terutama dalam sektor
pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selain menyerap
tenaga kerja dan sebagai penopang pangan nasional, juga berperan penting dalam
menunjang pertumbuhan perekonomian Indonesia. Namun, keberadaan sektor
pertanian di Indonesia terutama dilihat dari pemanfaatan lahannya masih belum
dimanfaatkan secara optimal dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan
perekonomian nasional. Menurut Isa (2012), luas lahan di Indonesia yang telah
dimanfaatkan untuk pertanian sebesar 37,1% atau 70,8 juta ha dari luas total
keseluruhan luas lahan 190,9 juta ha. Hal tersebut menyebabkan kesenjangan
produktivitas lahan pertanian dengan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan
penduduk yang terus meningkat menyebabkan peningkatan kebutuhan pangan
nasional yang belum terpenuhi dengan baik oleh sektor pertanian. Apalagi dengan
peningkatan jumlah penduduk, konversi lahan pertanian untuk pemukiman terus
meningkat.
Dewasa ini, peningkatan pemanfaatan lahan pertanian terus dilakukan oleh
berbagai pihak, yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Salah satu pemanfaatan
lahan pertanian untuk meningkatkan produksi nasional adalah wisata pertanian
dengan sistem pertanian terpadu. Wisata pertanian menurut Nurisjah (2001)
merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dengan aktivitas pertanian secara
luas. Rangkaian aktivitas dalam wisata pertanian memanfaatkan lokasi atau
kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk pertanian
dalam berbagai sistem, skala, dan bentuk dengan tujuan untuk memperluas
pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi dalam bidang pertanian ini.
Sistem pertanian terpadu didefinisikan oleh Sulaeman (2007) sebagai sistem yang
di dalamnya berjalan berbagai aspek dalam pertanian (pertanian, peternakan, dan
perikanan), yang menggunakan kembali limbah yang dihasilkan oleh ketiga aspek
tersebut, serta menciptakan suatu ekositem yang meniru cara alam bekerja.
Wisata pertanian dengan sistem pertanian terpadu ditujukan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan energi dengan cara
mengintegrasikan berbagai kegiatan bertani dalam satu lahan pertanian. Sistem
wisata pertanian ini jika dilihat dari sisi ekonomi juga dapat memenuhi kebutuhan
hidup layak petani. Hal ini dikarenakan wisata pertanian terpadu menerapkan
integrasi antarkomoditi pertanian sehingga hasil dan pendapatan yang diperoleh
petani meningkat. Integrasi antarkomoditi pertanian dan efisiensi dalam
penggunaan energi merupakan karakteristik utama dari sistem pertanian terpadu.
Penerapan sistem simbiosis yang saling menguntungkan tersebut dapat
meningkatkan produktivitas pertanian di masa depan.
Pemerintah Kabupaten Cianjur melalui visi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata menetapkan rencana pengembangan wilayah Kabupaten Cianjur sebagai
daerah tujuan wisata alam dan budaya di Jawa Barat yang mampu memacu
pertumbuhan perekonomian wilayah. Pengembangan wisata alam dan budaya
tersebut dilakukan dengan penetapan wilayah yang berpotensi baik untuk wisata
pertanian di seluruh daerah wilayah. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah

2
(RTRW) Kabupaten Cianjur 2011-2031, salah satu wilayah yang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai tempat wisata pertanian adalah Desa Wangunjaya yang
terdapat di Kecamatan Campaka.
Desa Wangunjaya memiliki suasana lanskap pertanian dan perdesaan yang
dominan di dataran tinggi Kecamatan Campaka. Sebagian besar lahan pada tapak
digunakan sebagai lahan pertanian terutama untuk komoditas pangan dan
hortikultura. Di sekitar area pertanian, terdapat permukiman penduduk yang
bernuansa pedesaan. Karakteristik utama dari desa ini adalah adanya pertanian yang
merujuk pada keterpaduan pertanian baik secara horizontal maupun vertical, yaitu
yang mengusahakan komoditi tanaman, ikan, ternak, dan agroforestry secara on
farm sekaligus mencakup kegiatan agroindustri secara off farm (Mugnisjah 2007).
Desa ini memiliki potensi wisata pertanian yang belum dikelola baik oleh
masyarakat sekitar maupun pemerintah. Padahal, kawasan ini mempunyai potensi
untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata alam dan budaya karena berdekatan
dengan lokasi wisata budaya Situs Megalitikum Gunung Padang dan wisata alam
Curug Cikondang.
Keberadaan potensi lanskap pertanian dan aktivitas pertanian dengan sistem
pertanian terpadu di Desa Wangunjaya perlu dikelola dengan menjadikan kawasan
tersebut sebagai destinasi wisata pertanian terpadu. Oleh karena itu, penelitian
mengenai pengelolaan lanskap pertanian di Desa Wangunjaya, Kecamatan
Campaka, Kabupaten Cianjur untuk wisata pertanian terpadu dapat menjadi
rekomendasi pengelolaan dengan melihat aspek karakteristik lanskap pertanian
terpadu, kualitas lingkungan, sosial dan budaya masyarakat, dan potensi wisata
kawasan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan
a. menganalisis karakter lanskap pertanian di Desa Wangunjaya, Kecamatan
Campaka, Kabupaten Cianjur;
b. menganalisis potensi dan kendala kawasan yang akan dikembangkan sebagai
kawasan wisata pertanian terpadu;
c. menyusun strategi pengelolaan lanskap untuk wisata pertanian terpadu pada
lanskap pertanian di Desa Wangunjaya, Kecamatan Campaka, Kabupaten
Cianjur.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan
a. sebagai alternatif pengelolaan lanskap skala pedesaan yang berbasis wisata
pertanian;
b. sebagai bahan arahan untuk pelaksanaan dan pengembangan otonomi daerah
bagi pemerintahan melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Cianjur dalam sektor wisata pertanian.

3
Kerangka Pikir Penelitian
Studi dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa kondisi awal Desa
Wangunjaya, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, yang berupa lanskap
pertanian dataran tinggi merupakan suatu potensi lanskap yang berorientasi pada
kegiatan pertanian terpadu dan belum terdapat pengelolaan wisata untuk dapat
dikembangkan menjadi kawasan wisata pertanian terpadu. Penelitian ini dimulai
dengan mengkaji potensi yang dimiliki kawasan seperti aspek karakteristik lanskap
pertanian, sosial budaya masyarakat, dan aspek wisata. Pendalaman ketiga aspek
tersebut dikaji dalam aspek lanskap pertanian terpadu, kualitas lingkungan, potensi
daya tarik wisata, dan kesiapan masyarakat untuk menghasilkan suatu pengelolaan
lanskap wisata pertanian terpadu (Gambar 1).
Lanskap Pertanian Desa Wangunjaya, Kecamatan Campaka,
Kabupaten Cianjur
Potensi dan Kendala pada
Kawasan yang terkait
dengan Kondisi Wilayah
dan Pengelolaan Kawasan

Karakteristik
Lanskap Pertanian
Tanah, Vegetasi,
Iklim, View,
Topografi, Tata
Guna Lahan,
Hidrologi

Aspek Lanskap
Pertanian
Terpadu

Sosial Budaya
Masyarakat
Karakteristik
Masyarakat,
Pengelolaan
Lanskap Pertanian,
Organisasi
Masyarakat

Aspek Kualitas
Lingkungan Ekologis

Wisata
Objek Wisata,
Akses dan
Transportasi,
Fasilitas
Pendukung,
Kebijakan
Pemerintah

Aspek Daya Tarik
dan Pendukung
Wisata

Aspek Kesiapan
Masyarakat

Zona Kesesuaian untuk
Wisata Pertanian Terpadu

Pengelolaan Lanskap Pertanian Desa Wangunjaya, Kecamatan
Campaka, Kabupaten Cianjur untuk Wisata Pertanian Terpadu

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap Pertanian
Lanskap pertanian merupakan objek bentang alam yang dalam
penggunaannya dimanfaatkan untuk kegiatan yang berpola pertanian. Sistem
pemanfaatan lahan pada lanskap skala tersebut menggunakan batas-batas ekologis.
Kegiatan pertanian dalam skala lanskap secara umum meliputi pertanian tanaman
pangan, hortikultur, perkebunan, bahkan hingga kehutanan, peternakan, perikanan,
permukiman, dan jasa wisata serta sistem kombinasinya yang terintegrasi atau yang
tersegresi (Arifin et al. 2009).
Budiarti et al. (2009) menyatakan bahwa lanskap pertanian adalah bentang
alam yang mencakup areal pertanian berupa sawah, tegalan, kebun campuran,
kolam, kandang ternak, padang gembalaan, dan kawasan sekitarnya yang berperan
sebagai pendukung atau penyangga sistem pertanian seperti kawasan lindung
(hutan), sumber air/badan air, juga termasuk permukiman dan pekarangan. Lanskap
pertanian, menurut Husein (2006) dalam Budiarti et al. (2009), mempunyai fungsi
menyerap bahan organik, memberi kenyamanan, nilai-nilai tradisi, sosial budaya
perdesaan, dan agrowisata perdesaan, menyerap tenaga kerja, serta menjadi pilar
ketahanan pangan dan sarana pendidikan lingkungan hidup.
Menurut Glisseman (2000), lanskap pertanian terdiri dari beberapa
komponen sebagai berikut: area produksi tanaman, area pertanian dengan tingkat
gangguan sedang, dan area alami. Area produksi tanaman memiliki karakteristik
seperti pengelolaan secara intensif, gangguan lahan terjadi secara rutin, dan
terjadinya domestikasi spesies alami. Area pertanian dengan tingkat gangguan
sedang memiliki karakteristik seperti adanya area campuran jenis native dan nonnative yang menjadi habitat bagi beberapa jenis hewan. Contohnya padang
penggembalaan, hutan tanaman untuk produksi kayu, dan sistem agroforestri. Area
alami memiliki karakteristik berupa area yang masih memiliki flora dan fauna alami
(asli) daerah tersebut, memiliki luasan yang lebih kecil, terdapat pula spesies nonnative, dan juga sering mengalami gangguan manusia.
Penataan lanskap pertanian dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai
komponen pemeliharaan dan perlindungan sumber daya hayati lanskap tersebut,
seperti pagar, shelterbelt, vegetasi riparian, dan kolam kecil (Ryszkowski 2000).
Upaya konservasi lanskap pertanian dilakukan dalam upaya mengurangi perubahan
lahan pertanian menjadi areal nonpertanian yang masih berlangsung. Keberadaan
lanskap pertanian juga dapat mengatasi berbagai komponen kesenjangan struktur
lanskap, di antaranya, penurunan penyimpanan air tanah, peningkatan polusi dari
sumber nonpertanian, laju tanah yang tererosi, dan pemekaran komunitas flora dan
fauna.
Wisata Pertanian dan Lanskap Wisata Pertanian
Menurut Nurisjah (2001), wisata pertanian atau yang sering disebut dengan
agrowisata didefinisikan sebagai rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang
memanfaatkan lokasi atau sektor pertanian mulai dari awal produksi hingga
diperoleh produk pertanian dalam berbagai sistem dan skala dengan tujuan

5
memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang
pertanian.
Ginanjar (2008) menambahkan bahwa wisata pertanian merupakan suatu
kegiatan wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan
pemanfaatan obyek-obyek pertanian yang berupa teknologi pertanian dan komoditi
pertanian. Dalam setiap kegiatannya wisatawan diajak untuk menikmati dan
mengapresiasi kegiatan pertanian dan kekhasan serta keindahan sumber daya alam
ataupun binaan sehingga dapat meningkatkan daya apresiasi dan kesadaran untuk
mencintai dan melestarikannya.
Manfaat wisata pertanian secara umum adalah sebagai berikut (Tirtawinata
dan Fachrudin 1999):
a. meningkatkan konservasi lingkungan,
b. meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam,
c. memberikan nilai rekreasi,
d. meningkatkan kegiatan alamiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan
e. mendapatkan keuntungan ekonomi.
Lanskap agrowisata merupakan suatu kawasan rekreasi umum yang
menyajikan pemandangan pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas penunjang
produksi pertanian, dan pengolahan hasil pertanian. Pemandangan pertanian
tersebut berupa sawah, perkebunan, palawija, taman bunga, tanaman koleksi,
pembibitan dan pekarangan, peternakan, dan perikanan. Pemandangan yang biasa
terlihat pada lanskap pertanian pada umumnya terdiri dari tanaman hias, tanaman
hortikultur, hutan, bangunan pertanian, rumah kaca, kandang ternak, dan kolam
budi daya ikan (Ginanjar 2008).
Pertanian Terpadu sebagai Pertanian Berkelanjutan
Pertanian terpadu merupakan salah satu sistem pertanian yang
menggabungkan minimal dua kegiatan di lahan pertanian yang sama. Kondisi
penting dari pertanian terpadu adalah kegiatan pertanian dan peternakan yang
mampu mendukung atau menguntungkan satu sama lain. Sistem ini mempunyai
beberapa keuntungan, di antaranya, untuk (i) mengurangi risiko perubahan iklim,
(ii) mengurangi risiko produk yang tidak stabil dari segi harga, (iii) menolak
kerusakan dari serangga atau hama, (iv) meningkatkan pendapatan serta laba yang
didistribusikan untuk seluruh tahun, (v) mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja
di pertanian dan peternakan, (vi) menyediakan makanan yang cukup (Changkid
2013).
Berdasarkan Tim Fakultas Pertanian IPB (2004) dalam laporan analisis
pengembangan usaha tani tanaman pangan terpadu Cianjur Selatan, pertanian
terpadu dapat dibatasi sebagai kegiatan pengelolaan sumber daya hayati yang
mencakup tanaman, hewan ternak, atau ikan di lapang produksi. Keterpaduan
pertanian demikian merujuk pada pengertian keterpaduan agribisnis secara
horizontal, yang berdasarkan fokus komoditinya dapat berbasis pada tanaman, yang
berbasis ikan, yang berbasis ternak, dan yang berbasis agroforestri. Keterpaduan
dalam sistem pertanian ini juga dapat dipahami secara vertical, yakni kegiatan
agribisnis yang sekaligus mencakup kegiatan budi daya pertanian (on farm) serta
kegiatan agroindustri dan perdagangan hasil pertanian (off farm).

6
Pada hakikatnya, sistem pertanian terpadu merupakan sistem pertanian yang
berkelanjutan. Sistem ini mengarah pada gerakan back to nature yang tidak
merusak, tidak mengubah, melainkan serasi, selaras, dan seimbang dengan
lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah.
Sistem pertanian berkelanjutan berisi ajakan moral untuk berbuat kebajikan pada
lingkungan sumber daya alam dengan mempertimbangkan aspek kesadaran
lingkungan (ecologically sound), bernilai ekonomis (economic valuable), dan
berwatak sosial atau kemasyarakatan (socially just) (Salikin 2003).
Pengelolaan Lanskap
Menurut Kodoatie dan Sjarief (2008), pengelolaan sama dengan manajemen
yang berarti aktivitas yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
operasi dan pemeliharaan, serta evaluasi dan monitoring termasuk di dalamnya
pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian, pengawasan, penganggaran, dan
keuangan. Fase utama dan fungsi manajemen secara umum meliputi (i)
perencanaan (planning), (ii) pengorganisasian (organizing), (iii) kepemimpinan
(directing), (iv) pengkoordinasian (coordinating), (v) pengendalian (controlling),
(vi) pengawasan (supervising), (vii) penganggaran (budgeting), dan (viii) keuangan
(financing).
Menurut Parker dan Bryan (1989), pengelolaan atau manajemen lanskap
adalah kegiatan yang bertujuan memulihkan, melindungi, dan memelihara segala
elemen dalam lanskap yang lebih terfokus dengan perencanaan jangka panjang
dengan membuat konsep dasar pengelolaan, peraturan atau kebijakan, organiasasi
tenaga kerja, fasilitas dan peralatan, serta rencana anggaran biaya untuk mencapai
pemeliharaan yang efektif. Pengelolaan lanskap merupakan sebuah proses yang
terdiri dari penetapan konsep dan tujuan pengelolaan, penyusunan rencana
operasional pengelolaan/pemeliharaan, pelaksanaan program pengelolaan,
pemantauan program pekerjaan pengelolaan, evaluasi, dan penyusunan ulang
perencanaan pengelolaan jika diperlukan. Dalam mempersiapkan suatu rencana
pengelolaan lanskap, diperlukan proses survei dan perekaman data mengenai
kondisi lanskap saat ini kemudian merumuskan kebutuhan lanskap (Parker dan
Bryan 1989).

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini berlokasi di Desa Wangunjaya, Kecamatan Campaka,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Desa Wangunjaya memiliki batas administratif
sebelah utara dengan Desa Sukadana, Kecamatan Campaka, sebelah selatan dengan
Desa Sukajembar, Kecamatan Sukanagara, sebelah timur dengan Desa Campaka,
Kecamatan Campaka, dan sebelah barat dengan Desa Karyamukti, Kecamatan
Campaka. Desa Wangunjaya memiliki 3 dusun, yaitu Dusun 1, Dusun 2, dan Dusun
3 (Gambar 2).
Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung selama enam bulan, yaitu dari
bulan November 2014 hingga Mei 2015. Jadwal penelitian meliputi kegiatan

7
prasurvei, perizinan lokasi, pengumpulan data dan survei, analisis dan pengolahan
data, penyusunan rencana pengelolaan, dan penyusunan laporan.
Kabupaten Cianjur

Kecamatan Campaka

Desa Wangunjaya

Gambar 2 Lokasi penelitian

Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan peralatan baik perangkat keras (hardware)
maupun perangkat lunak (software). Alat yang digunakan adalah kamera digital,
laptop, dan beberapa software desain grafis, sedangkan bahan yang digunakan
berupa data biofisik, peta dasar, visual tapak, data sosial, administrasi, dan aspek
sosial (Tabel 1).
Metode Penelitian
Penelitian meliputi tahapan kegiatan persiapan, inventarisasi data, analisis
data, serta penyusunan strategi pengelolaan lanskap. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kuantitatif, yaitu penilaian (scoring), kuantifikasi (pembobotan),
dan penentuan peringkat pada tiap kriteria dan kategori yang dinilai seperti
karakteristik lanskap pertanian terpadu, kualitas lingkungan, potensi daya tarik
wisata, dan kesiapan masyarakat. Penilaian kuantitatif tersebut juga dilakukan

8
secara spasial untuk menentukan zona kesesuaian dalam rangka penyusunan
strategi pengelolaan.
Tabel 1 Alat yang digunakan dalam penelitian
Alat dan Bahan
Alat
Kamera Digital
Komputer

Fungsi
Melakukan survei pengambilan gambar
Mengoperasikan berbagai software

Bahan
Peta tutupan lahan
Peta tata guna lahan
Kuesioner

Menunjang data spasial
Menunjang data spasial
Mendapatkan data responden

Software pendukung
Microsoft Office Word
Microsoft Office Excel
Google Sketchup
Adobe Photoshop
ArcGIS 9.3

Membuat laporan
Membuat tabel, pengolahan angka, data statistik
Membuat model 3D
Pengolahan grafis
Mengolah data sapasial

Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan dipusatkan pada penelusuran
pustaka, deliniasi peta, dan penentuan lokasi penelitian berupa batas wilayah
penelitian dan batas seluruh dusun di Desa Wangunjaya. Penelusuran pustaka
dilakukan untuk mengetahui hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan
topik penelitian dan rencana pengelolaan yang telah dilakukan sebelumnya oleh
pemerintah desa setempat. Deliniasi dan penentuan lokasi penelitian dilakukan
berdasarkan batas administrasi kawasan dan peta rupa bumi Kabupaten Cianjur.
Tahap Inventarisasi Data
Tahap inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data kondisi kawasan
pada saat ini. Data yang dikumpulkan sebagaimana dirinci pada Tabel 3 adalah
sebagai berikut.
a. Aspek fisik lanskap meliputi jenis tanah, vegetasi, iklim, topografi dan
kemiringan lereng, hidrologi/darinase, kualitas air, dan tata guna lahan wilayah.
b. Aspek sosial budaya meliputi demografi penduduk (jumlah, kepadatan, tingkat
pendidikan, perekonomian), pola pikir dan organisasi masyarakat, status
kepemilikan lahan, aktivitas penduduk, dan pola permukiman.
c. Aspek wisata meliputi daya tarik wisata seperti aksesibilitas, fasilitas, kualitas
view, kebijakan pemerintah, produksi pertanian dan pola tanam.
Data ini dikumpulkan secara langsung di lapang dengan wawancara,
pengisian kuesioner, dan observasi lapang. Wawancara dan pengisian kuisioner
dilakukan terhadap (1) pihak-pihak yang terkait dengan kawasan seperti pemilik
dan pengelola kawasan pertanian, pemerintah desa dan kecamatan, dan penduduk
lokal, serta (2) pihak yang terkait dengan penentu kebijakan. Data sekunder
diperoleh melalui studi pustaka (buku acuan, laporan-laporan, dan referensi pustaka
yang mendukung penelitian).

9
Tabel 2 Jenis data yang diperlukan
Jenis Data
Aspek fisik lanskap
Lokasi (letak dan luas) dan
kondisi geografis
Jenis tanah
Vegetasi
Iklim
a. Curah hujan
b. Suhu
c. Kelembaban
Topografi dan
kemiringan lahan
Hidrologi/drainase
Tata guna lahan
Aspek sosial budaya
Demografi:
a. Jumlah penduduk
b. Kepadatan penduduk
c. Tingkat pendidikan
d. Mata pencaharian
Pola pikir masyarakat

Bentuk Data

Sumber Data

Kegunaan Analisis

Deskriptif dan
spasial
Deskriptif dan
tabular
Tabular
Deskriptif dan
spasial

Bappeda

Posisi wilayah

Bappeda

Kualitas lingkungan

Survei
BMKG

Kualitas lingkungan
Kualitas lingkungan dan
pendukung wisata

Deskriptif

Bappeda

Kualitas lingkungan

Spasial
Deskriptif dan
spasial

Survei
Bappeda dan
survei

Kualitas lingkungan
Karakter lanskap
pertanian terpadu

Deskriptif

Kelurahan

Kesiapan masyarakat

Deskriptif

Survei dan
wawancara
Survei dan
wawancara
Survei
Survei dan
wawancara

Kesiapan masyarakat

Survei dan
kecamatan
Survei dan
wawancara
Survei

Pendukung wisata

Deparbud dan
Bappeda
Survei

Pendukung wisata

Survei dan
wawancara
Survei dan
wawancara

Daya tarik wisata

Organisasi masyarakat

Deskriptif

Status kepemilikan lahan
Aktivitas penduduk dan
pola permukiman
Aspek wisata
Aksesibilitas

Deskriptif
Deskriptif

Fasilitas Pendukung

Deskriptif

Pengelolaan dan pelayanan
wisata
Kebijakan pemerintah

Deskriptif

Kualitas view

Deskriptif

Produksi pertanian,
komoditas, dan pola tanam
Kesenian dan kerajinan

Deskriptif

Tabular

Deskriptif

Deskriptif

Kesiapan masyarakat
Kesiapan masyarakat
Daya tarik wisata;
karakter lanskap

Pendukung wisata
Pendukung wisata

Daya tarik wisata

Daya tarik wisata

Tahap Analisis
Tahap analisis didapatkan dengan memanfaatkan referensi yang relevan
dari metode penelitian serupa yang dilakukan oleh Adjam (2013) yang dimodifikasi
sesuai dengan kondisi tapak penelitian dengan mengeliminasi analisis persepsi dan
preferensi pengunjung. Data analisis didapat dengan cara penyebaran kuisioner dan
wawancara langsung terhadap reponden yang terdiri dari aparat pemerintah desa

10
berjumlah 1 orang, petani pemilik lahan, anggota kelompok tani, dan distributor
pertanian yang berjumlah 30 orang.
Tahap analisis dilakukan untuk mengetahui potensi sumber daya biofisik
lanskap pertanian dan sosial budaya masyarakat, serta permasalahan yang dihadapi
dalam kawasan terkait dengan wisata pertanian yang akan dikembangkan. Analisis
dilakukan pada lima aspek, yaitu analisis karakter lanskap terpadu, analisis kualitas
lingkungan, analisis daya tarik, analisis pendukung wisata, dan analisis kesiapan
masyarakat.

Aspek Sosial
Budaya
Masyarakat

Aspek Wisata

Analisis
Karakter
Lanskap
Pertanian
Terpadu

Analisis
Kualitas
Lingkung
an

Analisis
Daya
Tarik
Wisata

Analisis
Pendu
kung
Wisata

Analisis
Kesiapan
Masyara
kat

Zona
Lanskap
Pertanian
Terpadu

Zona
Kualitas
Lingkung
an

Zona
Daya
Tarik
Wisata

Zona
Pendu
kung
Wisata

Zona
Kesiapan
Masyara
kat

Tahap
Analisis

Aspek
Biofisik
Lanskap

Tahap
Inventariasi

Lanskap Pertanian di Desa Wangunjaya,
Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur

Analisis SWOT
Strategi Pengelolaan Lanskap Wisata
Pertanian Terpadu di Desa Wangunjaya

Tahap
Sintesis

Zona Kesesuaian Wisata Pertanian Terpadu

Gambar 3 Tahapan penelitian

Analisis Karakter Lanskap Pertanian Terpadu
Analisis karakter lanskap pertanian terpadu dilakukan berdasarkan pada
keterpaduan pertanian baik secara horizontal maupun vertical. Karakter pertanian
terpadu secara horizontal dianalisis berdasarkan tanaman, ikan, ternak, dan
agroforestry yang dilakukan secara on farm. Karakter pertanian terpadu secara
vertical dianalisis berdasarkan keterpaduan antara pertanian on farm di hulu yang

11
diteruskan dengan pertanian off farm di hilir. Data dianalisis secara deskriptif
melalui pembobotan berdasarkan hasil survei kawasan dan wawancara dengan cara
purposive sampling terhadap responden. Analisis karakter lanskap pertanian
terpadu dirumuskan merujuk pada Adjam, Mugnisjah, dan Arifin (2013) (Tabel 3).
Tabel 3 Kriteria karakter lanskap pertanian terpadu
Kriteria
Pertanian terpadu secara
horizontal
dengan
tumpang sari
Pertanian terpadu secara
horizontal yang berbasis
wilayah desa

Pertanian terpadu secara
vertical hulu-tengah-hilir

a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.

Sub kriteria
Jenis usaha tani tanaman-ternak-ikan
Jenis usaha tani tanaman-ternak
Jenis usaha tani tanaman- ikan
Jenis usaha tani ternak-ikan
Memiliki 3 komoditas (tanaman-ternakikan) + tumpang sari
Memiliki 2 komoditas + tumpang sari
Memiliki 3 komoditas (tanaman-ternakikan) tanpa tumpang sari
Memiliki 2 komoditas tanpa tumpang sari
Memiliki 3 komoditas dengan pengolahan
limbah
Memiliki 2 komoditas dengan pengolahan
limbah
Memiliki 1 komoditas dengan pengolahan
limbah
Memiliki 3 komoditas tanpa pengolahan
limbah

Skor
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1

Bobot 30

(Sumber: Dirumuskan dari Ajam, Mugnisjah, Arifin 2013)
Perhitungan nilai karakter lanskap pertanian terpadu adalah sebagai berikut:
Plpp = [(∑3�=1 Fh) + ∑3�=1 Fhd) + ∑3�=1 Fv)]
dengan
Plpp = nilai karakter pertanian terpadu;
Fh
= faktor pertanian terpadu secara horizontal;
Fhd = faktor pertanian terpadu secara horizontal berbasis wilayah desa;
Fv
= faktor pertanian terpadu secara vertikal;
∑3�=1 = jumlah skor keseluruhan

Analisis Kualitas Lingkungan
Analisis kualitas lingkungan ekologis dilakukan untuk melihat keseuaian
lingkungan ditinjau dari aspek ekologis dan fisik lanskap pertanian menurut USDA
(1968) dalam Adjam (2013) dan PP No 82 Tahun 2001 yang telah dimodifikasi
(Tabel 4). Aspek ekologis dan fisik yang dianalisis di antaranya keaslian ekosistem,
penutupan lahan, potensi banjir, topografi, dan kualitas air. Analisis ini dilakukan
secara deskriptif dengan pembobotan dan dilaksanakan pada saat survei kawasan,
wawancara dan pengisian kuisioner dengan responden, dan penelaahan data
sekunder.

Perhitungan nilai karakter lanskap pertanian terpadu adalah sebagai berikut:
Pkl = [(∑3�=1 Feko) + ∑3�=1 Fpl) + ∑3�=1 Fban) + ∑3�=1 Ftop) + ∑3�=1 Fka)]
dengan
Pkl
= nilai kualitas lingkungan kawasan;

12
Feko
Fpl
Fban
Ftop
Fka
∑3�=1

= faktor keaslian ekosistem;
= faktor penutupan lahan;
= faktor potensi banjir;
= faktor topografi;
= faktor kualitas visual air
= jumlah skor keseluruhan

Tabel 4 Kriteria kualitas lingkungan kawasan
Kriteria
Keaslian
ekosistem
pendukung
kawasan
Penutupan
lahan

a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.

Potensi banjir

Topografi

Mutu air

a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
a.
b.

c.

d.

Sub kriteria
Keaslian ekosistem utuh
Keaslian ekosistem rusak 50%
Sesuai peruntukan lahan, tertata baik, dominan hijau
Sesuai peruntukan lahan, kurang tertata, dominan hijau
Tidak sesuai peruntukan, tidak tertata, lahan hijau=lahan
terbangun
Tidak sesuai peruntukan, tidak tertata, dominan lahan
terbangun
Tidak pernah
Banjir 1x setahun
Banjir >1x dalam 5 tahun sampai 1x per tahun
0 < nilai ≤ 8%
8% < nilai ≤ 15%
15 < nilai ≤ 25%
Nilai > 25%
Peruntukan air dapat sebagai air baku, air minum dan
lainnya yang menyaratkan mutu air sama
Perntukan air dapat sebagai sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, menyiram
tanaman lainnya yang menyaratkan mutu air sama
Peruntukan air dapat sebagai pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, menyiram tanaman lainnya yang
menyaratkan mutu air sama
Perntukan air dapat sebagai pengairan tanaman dan lainnya
yang menyaratkan mutu air sama

Skor
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3

2

1

Bobot 20

(Sumber: Dimodifikasi dari USDA (1968) dalam Adjam (2013) dan PP No
82/2001)

Analisis Potensi Daya Tarik Wisata
Analisis potensi daya tarik wisata dilakukan untuk mengetahui potensi
dusun-dusun yang berada di Desa Wangunjaya sebagai daerah daya tarik
agrowisata yang mengacu pada Soemarno (2008) (Tabel 5). Analisis ini
menggunakan analisis deskriptif dan pembobotan pada kriteria keragaman lanskap
alami, kualitas view, komoditas pertanian dan pola tanam, aktivitas pertanian di
kawasan, pola permukiman penduduk, serta keberadaan kesenian dan kerajinan
yang terdapat di kawasan penelitian. Analisis ini dilakukan dengan metode
penelaahan data sekunder, pengamatan langsung, dan wawancara dengan kuisioner
terhadap responden.

13
Perhitungan nilai potensi daya tarik wisata adalah sebagai berikut:
Pdt
=[(∑3�=1 Fla)+ ∑3�=1 Fv)+ ∑3�=1 Fko)
+ ∑3�=1 Fakt) + ∑3�=1 Fpp + ∑3�=1 Fkes)]
dengan
Pdt
= nilai daya tarik wisata;
Fla
= faktor keragaman lanskap alami;
Fv
= faktor kualitas view;
Fko = faktor komoditas pertanian dan pola tanam;
Fakt = faktor aktivitas pertanian;
Fpp = faktor permukiman penduduk;
Fkes = faktor kesenian dan kerajinan budaya;
∑3�=1 = jumlah skor keseluruhan
Tabel 5 Kriteria daya tarik wisata
Kriteria
Keragaman
lanskap alami

Kualitas view

a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.

Komoditas
pertanian dan
pola tanam
Aktivitas
pertanian

Permukiman
penduduk

Kesenian dan
kerajianan budi
daya

a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.

Sub kriteria
Ada ≥ 2 elemen mayor dan keragaman elemen minor
Ada 1 elemen mayor dan keragaman minor
Ada keragaman namun hanya elemen minor
Hanya ada satu jenis (homogen dan datar)
Keaslian dan keunikan obyek sangat menarik, laju degradasi
nilai visual sangat lambat
Keaslian dan keunikan obyek agak menarik, laju degradasi
nilai visual sangat lambat
Keaslian dan keunikan obyek kurang menarik, laju degradasi
nilai visual agak cepat
Keaslian dan keunikan obyek tidak menarik, laju degradasi
nilai visual sangat cepat
Jenis komoditas tanaman-ternak-ikan dengan tumpang sari
Jenis usaha tani tanaman-ternak-ikan tanpa tumpang sari
2 jenis komoditas tanpa tumpang sari
1 jenis komoditas tanpa tumpang sari
Ada, kontinyu (/hari atau /minggu)
Ada, kontinyu (/musim tanam)
Ada, tidak kontinyu
Tidak ada aktivitas
Unik/berpola, banyak pada kawasan
Unik/berpola, sedikit pada kawasan
Tidak unik/berpola, sedikit pada kawasan
Tidak ada
Ada (>3), dikembangkan dengan baik
Ada (>3), kurang dikembangkan
Ada ( 2 km
a. 20 km

Bobot 10

(Sumber: Diadaptasi dari Soemarno 2008)
Perhitungan nilai pendukung wisata adalah sebagai berikut:
Pdw=[(∑3�=1 Faks)+ ∑3�=1 Fpp)+ ∑3�=1 Fpw)+ ∑3�=1 Fik)
3
+ ∑�=1 Ffw + ∑3�=1 Fair) + ∑3�=1 Fjol)]
dengan
Pdw = nilai pendukung wisata;
Faks = faktor aksesibilitas;

Skor
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1

15
Fpp
Fpw
Fik
Ffw
Fair
Fjol
∑3�=1

= faktor potensi pasar;
= faktor pengelolaan dan pelayanan wisata;
= faktor iklim;
= faktor fasilitas wisata;
= faktor ketersediaan air;
= faktor jarak menuju objek wisata lain;
= jumlah skor keseluruhan

Analisis Kesiapan Masyarakat
Analisis kesiapan masyarakat dilakukan untuk mengetahui kesiapan dan
kemampuan masyarakat dalam mendukung wisata pertanian yang diadaptasi dari
Yusiana (2007) (Tabel 7). Analisis ini dilakukan melalui analisis deskriptif dan
pembobotan terhadap kriteria persetujuan masyarakat terhadap pengembangan
kawasan sebagai wisata pertanian terpadu, keyakinan masyarakat terhadap wisata
pertanian terpadu yang dapat menyejahterakan masyarakat, ketersediaan
masyarakat dalam berpartisipasi dalam wisata pertanian, keberadaan organisasi
masyarakat, dan tingkat pendidikan masyarakat.
Tabel 7 Kriteria potensi kesiapan masyarakat
Kriteria
Pengembangan
kawasan sebagai
daerah agrowisata
Keyakinan bahwa
agrowisata akan
meningkatkan
kesejahteraan
Partisipasi masyarakat
dalam agrowisata

Organisasi yang
dimiliki masyarakat

Tingkat pendidikan

a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.

Sub kriteria
Setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
Tidak tahu
Setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
Tidak tahu
Bersedia
Kurang bersedia
Tidak bersedia
Tidak tahu
Ada, berjalan, kerjasama dengan pemerintah
Ada, berjalan internal
Ada, tidak berjalan
Tidak ada organisasi
> 50% lulusan SMA-S1
< 50% lulusan SMA-S1
> 50% maksimal lulusan SMP
> 50% lulusan SD atau tidak sekolah

Skor
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1

Bobot 20

(Sumber: Diadaptasi dari Yusiana 2007)
Perhitungan nilai kesiapan masyarakat adalah sebagai berikut:
Pkm = [(∑3�=1 Fpm)+ ∑3�=1 Fkm)+ ∑3�=1 Fp)+ ∑3�=1 Fom)+ ∑3�=1 Ftp)]
dengan
Pkm = nilai kesiapan masyarakat;
Fpm = faktor persetujuan masyarakat;
Fkm = faktor keyakinan masyarakat;
Fp
= faktor partisipasi masyarakat;
Fom = faktor organisasi masyarakat;

16
Ftp
= faktor tingkat pendidikan;
3
∑�=1 = jumlah skor keseluruhan

Analisis Penentuan Zona Kesesuaian Wisata Pertanian Terpadu
Penentuan zonasi ini dilakukan dengan menggunakan sistem informasi
geografis software ArcGIS 9.3 I untuk memetakan kelima analisis, yaitu analisis
karakter lanskap pertanian terpadu, analisis kualitas lingkungan, analysis daya tarik
wisata, analisis pendukung wisata, dan analisis kesiapan masyarakat.
Pada masing-masing analisis tersebut, ditentukan selang nilai skor dengan
menggunakan rumus
Selang nilai skor =

S

a

3

−S

a

a

a

.

Selang nilai skor ini akan menghasilkan tiga kelas skor, yaitu
a. lahan sangat sesuai dan tidak mempunyai faktor pembatas yang nyata terhadap
penggunaan agrowisata secara berkelanjutan (T);
b. lahan cukup sesuai, tetapi mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini
akan berpengaru