Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan Artemia sp.

PRODUKSI LARVA LELE SANGKURIANG Clarias sp. DARI
UKURAN INDUK 0,8-1,5 KG DENGAN PEMBERIAN PAKAN
AWAL CACING SUTERA DAN Artemia sp.

REGINA NOVANDA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Larva Lele
Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan
Awal Cacing Sutera dan Artemia sp. adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014

Regina Novanda
NIM C14100069

ABSTRAK
REGINA NOVANDA. Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran
Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan Artemia sp.
Dibimbing oleh DADANG SHAFRUDDIN dan DEDI JUSADI.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi produktivitas benih ikan adalah
kualitas induk ikan dan pengelolaan pemeliharaan, terutama pada awal-awal
pemeliharaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kelangsungan hidup
dan pertumbuhan benih ikan lele sangkuriang yang dihasilkan dari ukuran induk
berbeda dan yang diberi pakan dengan jenis yang berbeda pada saat awal
pemeliharaannya. Ada 2 katagori ukuran ikan, yakni kecil (K, berat 0,8-1,0
kg/ekor) dan besar (B, 1,5 kg/ekor). Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan yaitu
larva berasal dari induk kecil yang diberi pakan nauplii Artemia (Perlakuan KA)
dan yang diberi pakan cacing sutra (KC), larva berasal dari induk besar yang

diberi pakan nauplii Artemia (BA) dan yang diberi pakan cacing sutra (BC). Larva
diberi pakan awal tersebut selama 4 hari, selanjutnya semua perlakuan diberikan
pakan cacing sutera hingga akhir penelitian (hari ke 17). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelangsungan hidup benih yang menggunakan larva yang
berasal dari induk yang berbeda ukuran dan yang diberi pakan awal berbeda sama,
sedangkan laju pertumbuhan benih yang berasal dari induk besar, baik yang diberi
nauplius artemia maupun cacing sutra (BA dan BC) lebih tinggi dibanding yang
diberi perlakuan lain.
Kata kunci: Artemia, cacing sutera, induk, larva lele sangkuriang.

ABSTRACT
REGINA NOVANDA. Production of Larvae Sangkuriang Catfish Clarias sp. from
Sizes of Brood 0,8-1,5kg with Early Fish Feed Tubifex and Artemia sp. Supervised
by DADANG SHAFRUDDIN and DEDI JUSADI.
The important factors that affect fish seed productivity are quality of brood fish
and rearing management of the seed, especially at the early phase. The research was
conducted to evaluate survival rate and growth catfish fry produced by different size of
brood fish and that fed on different type of early fish feed. There were two size category
ofthe brood fish, namely small (S ,weight of 0,8-1,0/fish) and large (L, 1,5kg/fish). This
research used 4 treatments that were larvae from the small brood fish were fed on

Artemia nauplii (Treatment KA) or fed on Tubifex larvae (KC), larvae from the large
brood fish were fed on Artemia nauplii (BA) or fed on Tubifex larvae (BC). The larvae
were fed on the early feed as long 4 days, and after that all fish fed on Tubifex until end of
the rearing periods (17days). The researsh showed that survival rate of catfish fry that
came from different size of brood fish and that fed on different type of early fish feed was
not different, whereas the growth rate fry came from large brood fish and that fed on
either Artemia or Tubifex (BA and BC) were higher than the others.
Keywords: Artemia, Brood fish, Sangkuriang Catfish larvae, Tubifex.

PRODUKSI LARVA LELE SANGKURIANG Clarias sp. DARI
UKURAN INDUK 0,8-1,5 KG DENGAN PEMBERIAN PAKAN
AWAL CACING SUTERA DAN Artemia sp.

REGINA NOVANDA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Budidaya Perairan


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran
Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan Awal Cacing
Sutera dan Artemia sp.
Nama
: Regina Novanda
NIM
: C14100069
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Ir. Dadang Shafruddin, MSi
Pembimbing I


Dr. Ir. Dedi Jusadi, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “Produksi
Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan
Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan Artemia sp.”. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2014 di Laboratorium Teknik
Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Berbagai pihak telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Sudarjo dan Ibu Utiah yang selalu

mencurahkan kasih sayangnya, do’a dan dukungan yang tiada henti. Kakak,
Datika Harliana, S.Kom serta ketiga adik Putri Ramadhanty Ningtyas,
Muhammad Rizki Julianto, dan Nuraini Ramadhani yang senantiasa
memberikan motivasi, nasihat dan semangat kepada penulis.
2. Bapak Ir. Dadang Shafruddin, MSi selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Ir.
Dedi Jusadi, MSc selaku Pembimbing II dan Prof. Dr. D. Djokosetiyanto
selaku Pembimbing Akademik atas segala masukan dan dukungannya selama
pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.
3. Ibu Yuni Puji Hastuti, S.Pi, MSi selaku dosen penguji tamu dan Ibu Dr.
Dinamella Wahjuningrum, S.Si, MSi selaku dosen perwakilan Ketua Program
Studi yang telah memberikan banyak masukan pada penyelesaian skripsi ini.
4. Teman-teman Sistekers 47.
5. Teman-teman dan sahabat seperjuangan BDP 47 atas semangat, motivasi,
kebersamaan, dan kenangan.
6. Sahabat-sahabat terdekat: Yola, Cindy, Mila, Fatimah, Evy, Aslia, Lilis,
Rifqah, Chynthia, Armita, Meyliana,Rifqah, Dio, Fendy, Haris dan Aini.
7. Keluarga besar Departemen Budidaya Perairan, BDP 46, BDP 48, dan BDP
49.
8. Serta sahabat-sahabatku diluar kampus yang selalu memberi dukungan dan
semangatnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, ilmu pengetahuan, masyarakat,
dan seluruh pihak yang membutuhkan.
Bogor, Mei 2014

Regina Novanda

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL……………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….
PENDAHULUAN……………………………………………………………
Latar Belakang……………………………………………………………..
Tujuan……………………………………………………………………...
METODE……………………………………………………………………..
Rancangan Penelitian………………………………………………………
Prosedur Penelitian…………………………………………………………
Parameter Uji dan Analisis Data……………………...……………………
HASIL DAN PEMBASAN…………………………………………………..
Hasil………………………………………………………………………..
Pembahasan………………………………………………………………...

KESIMPULAN DAN SARAN……………..……………………………......
Kesimpulan………………………………………………………………...
Saran………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...
LAMPIRAN…………………………………………………………………..
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………..

vi
vi
vi
1
1
2
2
2
2
4
5
5
8

11
11
11
11
13
18

vi

DAFTAR TABEL
1 Rancangan perlakuan induk berbeda ukuran dengan pemberian pakan
awal yang berbeda……………………………………………………… 2
2 Parameter kualitas air……………………………………...…............... 5
3 Rekapitasi parameter pemijahan……………………...….……………. 5
4 Rekapitulasi kinerja pertumbuhan……………..……………................ 6
5 Kisaran nilai kualitas air larva lele sangkuriang ………...………........ 8

DAFTAR GAMBAR
1 Kelangsungan hidup larva lele sangkuriang Clariassp. pada ukuran induk
dan jenis pakan awal yang berbeda…………………………................ 6

2 Laju pertumbuhan spesifik larva lele sangkuriang Clariassp. pada
ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda………………......... 7
3 Bobot rata-rata larva lele sangkuriang Clariassp. pada ukuran induk dan
jenis pakan awal yang berbeda………………………..……………… 7
4 Panjang rata-rata larva lele sangkuriang Clariassp. pada ukuran induk dan
jenis pakan awal yang berbeda………………...................................... 8

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data pertumbuhan dan kelangsungan hidup lele sangkuriang Clarias
pada ukuran induk dan pakan awal berbeda………….……………..
2 Analisa statistik parameter pertumbuhan……………………..……..
3 Data kualitas air………………………………………………….......

sp.
13
14
15

1


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan lele merupakan komoditas perikanan budidaya air tawar yang nilai
produksinya semakin meningkat setiap tahunnya. Kementrian Kelautan Perikanan
menargetkan produksi untuk jenis ikan lele adalah sebesar 900.000 ton pada tahun
2014. Nilai tersebut tercatat meningkat dari produksi lele pada tahun 2013 sebesar
670.000 ton (DJPB 2014). Kondisi tersebut mendorong kebutuhan benih lele yang
berkualitas baik juga mengalami peningkatan.
Penyediaan benih yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan budidaya. Kualitas benih lele yang baik dihasilkan dari
induk lele yang baik pula. Hal tersebut sesuai dengan Lucas dan Southgate (2003)
yang menyatakan bahwa pengetahuan akan kapasitas reproduksi untuk pemijahan
ikan sangat dibutuhkan untuk menghasilkan telur yang berkualitas tinggi. Salah
satu kendala yang dihadapi oleh para petani lele adalah adanya anggapan bahwa
pemijahan pada induk lele yang dilakukan secara terus menerus akan mengurangi
kualitas telur dan larva lele yang dihasilkan. Larva yang berkualitas jelek
memiliki derajat kelangsungan hidup serta pertumbuhan yang rendah.
Umur lele sangkuriang pertama kali matang gonad adalah 8-9 bulan
(Sunarmana 2004). Induk lele yang sudah berkali-kali dipijahkan memiliki bobot
tubuh yang lebih besar dibandingkan induk yang baru pertama kali dipijahkan.
Keadaan tersebut disebabkan karena gonad dalam tubuhnya yang semakin
membesar. Yusuf et al. (2013) menyatakan bahwa bobot tubuh yang semakin
besar akan diiringi dengan pertambahan bobot gonad yang akan mempengaruhi
kualitas telur yang dihasilkan. Effendie (2003) dalam Unus dan Omar (2010)
menambahkan bahwa semakin berkembangnya gonad maka semakin besar pula
diameter telurnya sebagai hasil pengendapan kuning telur dan pembentukkan
butir-butir minyak. Diameter yang semakin besar akan kesempatan hidup yang
lebih baik pada ikan. Nikolsky (1963) dalam Unus dan Omar (2010) menjelaskan
bahwa salah satu parameter untuk menentukan potensi reproduksi adalah dengan
mengetahui variasi diameter telur dan ovari.
Hambatan pembenihan ikan lele adalah tingginya tingkat kematian larva
terutama pada fase kritis. Fase kritis terjadi ketika larva memulai pola makan
exogenous feeding, yaitu setelah kuning telur dalam tubuh larva habis. Larva
sangat sensitif terhadap ketersediaan makanan dan faktor lingkungan dikarenakan
larva ikan belum dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan sistem
pencernaannya yang belum sempurna (Muchlisin et al. 2003).
Keberadaan pakan alami sangat diperlukan untuk menunjang kehidupan dan
peningkatan kualitas benih ikan yang baik. Pakan alami yang diberikan
disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan. Pakan alami yang umum diberikan
petani ke larva lele adalah cacing sutera dengan ukuran yang relatif besar dan
bervariasi. Pada larva ikan yang masih lemah, pemberian pakan awal cacing
sutera diduga masih terlalu besar untuk bukaan mulutnya sehingga dibutuhkan
pakan dengan ukuran yang lebih kecil. Pakan alami lain yang biasa diberikan pada
larva lele yaitu Artemia, Rotifer, Moina, Chlorella, Skeletonema, serta kuning
telur. Artemia merupakan salah satu jenis pakan alami yang umum digunakan

2
untuk berbagai jenis larva ikan dan krustasea (Akbary et al. 2010). Penelitian
yang telah dilakukan Chumaidi et al. (2009) menunjukkan bahwa nauplii Artemia
mampu meningkatkan pertumbuhan pada larva ikan botia (Chromobotia
macracanthus) dikarenakan ukurannya yang relatif kecil sekitar 200-400µm
(Lucas dan Southgate 2003), sehingga dapat menyesuaikan dengan saluran
pencernaan yang relatif masih sederhana. Penggunaan Artemia sebagai pakan
awal di pembenihan lele masih jarang. Hal ini disebabkan harga Artemia yang
cukup mahal. Namun, melihat ukuran serta kualitas Artemia yang baik diduga
pemberian Artemia dapat meningkatkan produksi larva lele terutama bagi larva
lemah. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan produksi larva lele sangkuriang yang dihasilkan pada ukuran induk
yang berbeda melalui perbedaan nutrisi pakan pada stadia awal larva.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelangsungan hidup dan
pertumbuhan benih lele yang berasal dari induk yang berbeda ukuran serta diberi
pakan awal berupa cacing sutera dan Artemia.

METODE
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan yang masing-masing terdapat 3
ulangan. Perlakuan berupa ukuran induk dan pakan awal seperti Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Rancangan Perlakuan Induk Berbeda Ukuran dengan pemberian pakan
awal yang berbeda
Ukuran induk
Besar (B)
Kecil (K)

Pakan Awal
Artemia (A)
Cacing Sutera (C)
BA
BC
KA
KC

Induk yang besar berukuran 1,5kg sedangkan yang kecil 0,8-1 kg.
Perlakuan pakan awal diberikan pada larva yang berumur 3 hari yaitu Artemia dan
cacing sutera cincang.
Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan untuk pemijahan adalah bak fiber berukuran
2x1x1 m. Wadah yang telah dibersihkan kemudian diisi air setinggi 80 cm.
Sedangkan wadah penetasan dan pemeliharaan larva akuarium berukuran
60x30x30 cm. Akuarium yang digunakan untuk pemeliharaan pada penelitian ini
berjumlah 12 akuarium. Tahap awal persiapan wadah yaitu akuarium kaca
dibersihkan terlebih dahulu kemudian diisi air dengan ketinggian 10 cm atau 16

3
liter. Setelah semua akuarium terisi air kemudian didesinfeksi menggunakan
klorin dan dinetralkan kembali dengan Na-thiosulfat dengan diberi aerasi kuat.
Setelah itu, dilakukan penyiponan pada dasar akuarium untuk menghilangkan sisa
Na-thiosulfat yang mengendap. Setiap akuarium diberikan Methylen Blue (MB).
Heater dipasang untuk menstabilkan dan mempertahankan suhu 28-30o,
sedangkan aerasi yang diletakkan dibagian tengah akuarium.
Pemijahan
Kegiatan pemijahan induk lele sangkuriang Clarias sp. dilakukan pada
malam hari di wadah yang terkontrol. Induk lele sangkuriang yang digunakan
bobot 1,5 kg dan diketahui sudah 5 kali dipijahkan dipijahkan dan induk muda
yang baru pertama kali memijah dengan bobot 0,8-1,0 kg. Setelah induk matang
gonad dilakukan pemijahan secara semi alami yaitu dengan penyuntikan hormon
ovaprim. Dosis penyuntikan ovaprim yaitu 0,2 ml/kg induk dengan pengenceran
akuabides sebanyak 2 kali dosis ovaprim yaitu 0,4 ml/kg induk. Induk lele disuntik
pada bagian intramuscular. Perbandingan jumlah jantan dan betina adalah 1:1.
Setelah dilakukan penyuntikan induk lele kemudian dimasukkan kedalam bak
pemijahan untuk memijah secara alami. Kakaban sebagai substrat telur diletakkan
pada bagian dasar bak pemijahan. Pemijahan berlangsung selama 8-12 jam.
Penetasan Telur dan Penebaran Larva
Telur yang menempel pada kakaban dibiarkan melekat, kemudian
dipindahkan ke wadah penetasan. Wadah penetasan tersebut sebelumnya telah
diberikan Methylen Blue (MB) untuk mencegah jamur pada telur yang telah
dibuahi. Telur kemudian akan menetas setelah 18-24 jam. Larva ditebar di
akuarium pemeliharaan dengan kepadatan 600 ekor/akuarium. Penebaran
dilakukan pada pagi hari melalui aklimatisasi suhu selama ± 15 menit. Pada awal
pemeliharaan, panjang rata-rata larva yang dihasilkan dari pemijahan lele ukuran
induk besar dan kecil masing-masing sebesar 0,76±0,11 cm dan 0,78±0,04 cm.
Bobot rata-rata larva pada ukuran induk besar dan kecil masing-masing
0,02±0,00 g/ekor dan 0,03±0,00 g/ekor yang didapatkan dari perhitungan
biomassa awal. Pemeliharaan dimulai pada saat larva berumur 3 hari.
Pemberian Pakan
Pakan larva yang digunakan dalam penelitian ini adalah cacing sutera dan
Artemia komersil. Pemberian pakan awal yang berupa cacing sutera cincang dan
Artemia dilakukan dengan frekuensi 4 kali sehari yaitu pukul 07.00, 13.00, 19.00,
dan 01.00 selama 4 hari. Setelah itu seluruh ikan diberi pakan yang sama yaitu,
cacing sutera utuh secara ad libitum dengan frekuensi 4 kali sehari pada pukul
07.00, 12.00, 17.00, dan 22.00. Pemberian pakan dilakukan hingga satu hari
menjelang akhir pemeliharaan atau hari ke 14.
Pengamatan
Setelah telur menetas dilakukan pengamatan kualitas larva yang berupa
diameter telur dan kuning telur serta panjang larva. Untuk setiap pengamatan
diambil sampel telur sebanyak lima butir. Pengamatan terhadap parameter
pemijahan tersebut menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x yang
terdapat micrometer didalamnya sehingga mempermudah dalam pengukuran.

4
Selanjutnya, pengamatan terhadap parameter pertumbuhan selama penelitian yaitu
meliputi sampling panjang dan bobot ikan yang diukur 5 hari sekali. Pemanenan
dilakukan setelah 15 hari waktu pemeliharaan.
Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air selama pemeliharaan dilakukan melalui
penyiponan dan pergantian air sebanyak 50% volume (8 liter) atau 5 cm setiap
sore hari pukul 16.00. Air yang digunakan untuk pergantian air berasal dari air
tandon yang telah diendapkan. Pengukuran kualitas air dilakukan bersamaan
dengan sampling. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan
Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Parameter Uji dan Analisis Data
Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup larva lele dilakukan dengan menghitung
persentase jumlah ikan saat akhir dan awal pemeliharaan dengan rumus Goddard
(1996):
Keterangan:
SR
= Kelangsungan Hidup (%)
Nt
= Jumlah larva akhir pemeliharaan (ekor)
No
= Jumlah larva awal pemeliharaan (ekor)
Laju Pertumbuhan Spesifik
Pengukuran terhadap laju pertumbuhan spesifik larva lele pada setiap
perlakuan selama pemeliharaan dilakukan melalui perhitungan bobot awal dan
akhir larva berdasarkan rumus Akbary (2010):

Keterangan:
SGR = Laju Pertumbuhan Spesifik (%)
= Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g)
= Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g)
t
= Lama pemeliharaan (hari)
Bobot Mutlak
Pengukuran terhadap bobot larva dilakukan setiap 5 hari sekali pada
sampel populasi ikan menggunakan timbangan digital. Berdasarkan data tersebut
dilakukan perhitungan pertumbuhan bobot mutlak dengan rumus (Effendie 1997):
Keterangan:
h
= bobot mutlak (g)
= bobot rata-rata pada akhir penelitian (g)
= bobot rata-rata pada awal penelitian (g)

5

Panjang Mutlak
Pengukuran terhadap panjang larva dilakukan setiap 5 hari sekali pada
sampel populasi ikan menggunakan mistar. Berdasarkan data tersebut dilakukan
perhitungan pertumbuhan panjang mutlak dengan rumus Effendi (1997):
Keterangan:
P
= panjang mutlak (cm)
Pt
= panjang rata-rata pada akhir penelitian (cm)
Po
= panjang rata-rata pada awal penelitian (cm)
Kualitas Air
Pengukuran terhadap kualitas air dilakukan bersamaan dengan kegiatan
sampling panjang dan bobot yang dilakukan setiap 5 hari sekali selama 15 hari
waktu pemeliharaan. Pengukuran kualitas air meliputi parameter fisik dan kimia
air seperti suhu, DO, pH, Amoniak, dan Alkalinitas (Tabel 2).
Tabel 2 Parameter kualitas air
Parameter
Suhu
pH
DO
Amoniak
Alkalinitas

Satuan
o

C

mg/l
mg/l
mg/l CaCO3

Peralatan
Heater, thermometer
pH meter
DO meter
Spektofotometer
Titrasi

Metode
Pengukuran
In situ
Eks situ
Eks situ
Eks situ
Eks situ

Waktu
Pengukuran
Setiap hari
5 hari sekali
5 hari sekali
5 hari sekali
5 hari sekali

Analisis Data
Data hasil perhitungan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007
untuk penyajian grafik. Analisis data menggunakan program SPSS 17.0 dengan
selang kepercayaan 95%. Program tersebut digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh terhadap beberapa parameter seperti kelangsungan hidup, laju
pertumbuhan spesifik, panjang mutlak, dan bobot mutlak.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Parameter Pemijahan
Hasil pemijahan lele sangkuriang dengan ukuran induk berbeda didapatkan
nilai faktual ukuran diameter telur, diameter yolk egg, dan panjang larva (Tabel 3).
Tabel 3 Rekapitulasi parameter pemijahan lele sangkuriang
Parameter
Diameter telur (µm)
Diameter yolk egg (µm)
Panjang larva (cm)

Induk besar
736±68,77a
268±10,95b
0,76±0,11a

Induk kecil
680±27,38a
230±34,64b
0,78±0,02a

6

Parameter Pengamatan
Hasil uji statistik pada parameter laju pertumbuhan spesifik, bobot mutlak,
dan panjang mutlak menemukan hasil yang berbeda nyata pada setiap perlakuan
yang diberikan (P0,05) (Lampiran 1 dan 2).
Rekapitulasi data beberapa parameter tersebut tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4 Rekapitulasi parameter kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
Parameter Uji
Kelangsungan
Hidup(%)
Laju Pertumbuhan
Spesifik (%)
Bobot Mutlak (g)
Panjang Mutlak (cm)

Induk BesarCacing (BC)
55,89±7,86a

Parameter
Induk BesarInduk KecilArtemia (BA) Cacing (KC)
69,89±17,06a
76,33±18,33a

Induk KecilArtemia (KA)
72,61±7,28a

15,92±0,71b

15,27±0,66b

10,80±0,66a

12,31±1,60a

0,27±0,03b
2,25±0,10c

0,24±0,03b
2,16±0,14bc

0,15±0,02a
1,81±0,08a

0,20±0,06ab
1,90±0,29ab

Ket: huruf superscript yang sama dibelakang standar deviasi menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata (P>0,05)

Kelangsungan Hidup (%)

Kelangsungan Hidup
Nilai tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate) pada semua perlakuan
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Perbedaan ukuran induk
dan jenis pakan alami awal yang diberikan tidak mempengaruhi parameter
kelangsungan hidup larva selama pemeliharaan (Gambar 1).
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

69.89

76.33
72.61

55.89

a

a

a

a
larva induk
besar+cacing sutera

larva induk
besar+Artemia

lrva induk
kecil+cacing sutera

larva induk
kecil+Artemia

Perlakuan

Gambar 1 Kelangsungan hidup larva lele sangkuriang Clarias sp. pada ukuran
induk dan jenis pakan awal yang berbeda
Laju Pertumbuhan Spesifik
Laju pertumbuhan spesifik (Specific Growth Rate) larva lele sangkuriang
menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P