Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias Sp. Dari Ukuran Induk 0,8-1,5 Kg Dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera Dan Moina Sp

PRODUKSI LARVA LELE SANGKURIANG Clarias sp.
DARI UKURAN INDUK 0,8-1,5 KG DENGAN PEMBERIAN
PAKAN AWAL CACING SUTERA DAN Moina sp.

LIRANA FITRA TASIR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Larva Lele
Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran Induk 0,8 dan 1,5 kg dengan Pemberian
Pakan Awal Cacaing Sutera dan Moina sp. adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Lirana Fitra Tasir
NIM C14100102

ABSTRAK
LIRANA FITRA TASIR. Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari
Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan
Moina sp. Dibimbing oleh DADANG SHAFRUDDIN dan DEDI JUSADI.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian cacing sutera
dan Moina terhadap kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva lele
sangkuriang dari ukuran induk yang berbeda. Larva berasal dari induk dengan
bobot rata-rata 0,8 kg dan 1,5 kg. Setelah tiga hari kuning telur habis, larva diberi
pakan cacing sutera dan moina selama 4 hari. Setelah itu, semua larva pada setiap
perlakuan diberi pakan yang sama yaitu cacing sutera selama 10 hari. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa larva dari induk 0,8 kg dan diberi pakan pakan
cacing sutera memiliki kalangsungan hidup yang tinggi. Selain itu juga, larva dari
induk berbobot 1.5 kg dan diberi pakan moina memiliki pertumbuhan yang tinggi.
Berdasarkan kinerja pembenihan, larva dari induk 0,8 kg dan diberi pakan moina

merupakan hasil yang terbaik.
Kata kunci: Cacing sutera, Induk, Larva lele sangkuriang, Moina

ABSTRACT
LIRANA FITRA TASIR. Production of Larvae Sangkuriang Catfish Clarias sp.
from Sizes of Brood 0,8-1,5kg with slugde worm and Moina sp. Supervised by
DADANG SHAFRUDDIN dan DEDI JUSADI.
This experiment was conducted to evalute the effect of slugde worm and
Moina on the growth performance of Clarias sp. larval from different size of
broodstocks. Larval were obtained from the artificial propagation of broodstock
with an average body weight of 0.8 kg and 1.5 kg. On the third day after hatching,
larval were feed on slugde worm and Moina sp. for 4 day. Thereafter, the larval
in all treatments were fed with slugde worm and it’s maintained for 10 days. The
result shows that larval from 0.8 kg broodstock and fed with slugde worm had the
highest survival rate. On the other hands, larval from 1.5 kg broodstock and fed
with slugde worm had the highest growth performance. Thus, based on hacthery
performance, it is concluded that larval from 0.8 kg broodstock fed by slugde
worm gave the best outcome.
Keywords: Broodstock, Moina sp., Larval of Clarias sp., Slugde Worm


PRODUKSI LARVA LELE SANGKURIANG Clarias sp.
DARI UKURAN INDUK 0,8-1,5 KG DENGAN PEMBERIAN
PAKAN AWAL CACING SUTERA DAN Moina sp.

LIRANA FITRA TASIR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah

memberikan kasih dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul
“Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran Induk 0,8-1,5kg
dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan Moina sp.” berhasil
diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2014
di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Berbagai pihak telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Ayahanda Relianas Tasir dan Ibunda Diara Ruth Masora Taileleu atas kasih
sayang dan perhatiannya kepada penulis serta adik-adik tersayang Happy
Kurnia Tasirileleu dan Roroy Ibara Tasirileleu atas Doa dan semangat yang
diberikan.
2. Bapak Ir. Dadang Shafruddin, MS. selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Ir.
Dedi Jasudi, M.Sc selaku pembimbing II, dan Ibu Yuni Puji Astuti sebagai
pembimbing akademik selama menempuh pendidikan di departemen
budidaya perairan.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. D Djokosetiyanto, DEA selaku penguji tamu dan Ibu Julie
Ekasari S.Pi, M.Sc selaku dosen perwakilan Ketua Program Studi yang telah
memberi saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi penulis.
4. Teman-teman dan kakak-kakak, Riyan, Bowie, Tiwi, kak Diah, kak Wahyu,

Maley, Aldi, Donovan, yang telah memberi saran dan masukan kepada
penulis.
5. Keluarga besar BDP 46, 47, 48 dan kakak-kakak Perwira 77, kak Ray, kak
Habib, kak Rafi, kak Septi, kak Ipit, kak Ochi, Rani, Indri, dan keluarga besar
mahasiswa Mentawai di IPB yang memberi semangat dan motivasi.
6. Sahabat-sahabat, Rehulina, Ovie, Adri, Yudika, Rei, Ira, Keket, Putri, Ibram,
Fazil, Asep, Fitri yang selalu memberi dukungan pada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis, ilmu pengetahuan,
masyarakat dan seluruh pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2015

Lirana Fitra Tasir

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN................................................................................................ 1
Tujuan...............................................................................................................


2

METODE.............................................................................................................. 2
Rancangan Penelitian........................................................................................ 2
Prosedur Penelitian............................................................................................ 2
Parameter Uji..................................................................................................... 4
Analisis Data..................................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................. 6
Hasil................................................................................................................... 6
Pembahasan....................................................................................................... 9
SIMPULAN DAN SARAN.................................................................................. 12
Simpulan........................................................................................................... 12
Saran................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 13
LAMPIRAN........................................................................................................ 15
RIWAYAT HIDUP............................................................................................. 19

DAFTAR TABEL
1 Pengukuran Kualitas Air ..........................................................................

2 Kisaran nilai kualitas air larva lele sangkuriang selama penelitian...........
3 Rekapitulasi parameter kualitas telur dan larva lele sangkuriang sesaat
setelah menetas..........................................................................................

4
4
6

DAFTAR GAMBAR
1 Kelangsungan hidup benih lele sangkuriang (Clarias sp.) pada larva
dari ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda (K, Larva induk
kecil; B, Larva induk besar; M, Moina; C, Cacing sutera)........................
2 Laju pertumbuhan spesifik benih lele sangkuriang (Clarias sp.) pada
larva dari ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda (K, Larva
induk kecil; B, Larva induk besar; M, Moina; C, Cacing sutera)..............
3 Pertumbuhan bobot benih lele sangkuriang (Clarias sp.) pada larva dari
ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda (K, Larva induk kecil;
B, Larva induk besar; M, Moina; C, Cacing sutera)..................................
4 Panjang benih lele sangkuriang (Clarias sp.) pada larva dari ukuran
induk dan jenis pakan awal yang berbeda (K, Larva induk kecil; B,

Larva induk besar; M, Moina; C, Cacing sutera)......................................
5 Pertumbuhan panjang mutlak benih lele sangkuriang (Clarias sp.) pada
larva dari ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda (K, Larva
induk kecil; B, Larva induk besar; M, Moina; C, Cacing sutera)..............
6 Koefisien keragaman panjang benih lele sangkuriang (Clarias sp.) pada
larva dari ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda (K, Larva
induk kecil; B, Larva induk besar; M, Moina; C, Cacing sutera)..............

7

7

8

9

9

10


DAFTAR LAMPIRAN
1 Data Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Lele Sangkuriang
pada Ukuran Induk dan Pakan Awal Berbeda...........................................
2 Analisa Statistik Parameter Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Larva Lele Sangkuriang pada Ukuran Induk dan Pakan Awal Berbeda...

14
15

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi hasil perairan yang berlimpah, diantaranya
terdapat komoditas potensial untuk dikembangkan secara optimal di perairan laut
maupun perairan tawar salah satunya yaitu ikan lele. Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) telah menetapkan ikan lele sebagai salah satu dari 10 komoditas
perikanan budidaya unggulan yang dikembangkan tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri tetapi juga mampu menembus pasar ekspor (KKP 2009).
Produksi ikan lele pada tahun 2013 sebesar 670.000 ton (DJPB 2014) pada tahun
2014 Kementrian Kelautan Perikanan (KKP) menargetkan produksi untuk ikan
lele dapat mencapai 900.000 ton.

Kendala yang dihadapi dalam produksi ikan lele ini adalah ketersediaan
input produksi khususnya benih yang berkualitas baik yang dihasilkan dari
kualitas induk yang baik pula. Lucas dan Southgate (2003) menyatakan
pentingnya pengetahuan dalam menentukan kapasitas reproduksi untuk
menghasilkan telur yang berkualitas baik. Salah satu pengetahuan yang harus
dimiliki yaitu dalam menentukan dan menyeleksi induk yang berkualitas.
Sunarma (2014) menyatakan, induk lele pertama kali matang gonad pada
umur 8-9 bulan, selanjutnya ikan ini dapat dipijahkan berkali-kali. Walaupun
demikian kualitas keturunan dari induk yang telah berkali-kali dipijahkan akan
menurun. Menurut Bachtiar (2006) bahwa indukan yang akan digunakan dalam
proses pemijahan hanya dapat dipakai untuk 5 kali pemijahan, karena keturunan
yang kelima sudah mengalami penurunan kualitas. Demikian pula para petani lele
beranggapan bahwa pada induk yang berkali-kali dipijahkan terjadi penurunan
kualitas telur sehingga menghasilkan larva yang berkualitas rendah yang
selanjutnya berdampak pada tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih
yang rendah. Pada petani-petani di pembenihan banyaknya pemijahan pada suatu
induk bisa dicirikan dari ukuran induk, karena ada kecenderungan petani akan
segera menggunakan kembali induk yang telah dipijahkan untuk pemijahan baru
ketika ikan itu matang gonad kembali.
Setelah memijah dan telur menetas ikan akan memasuki fase kritis, yakni

fase yang rentan terhadap kematian larva. Pada fase ini sumber makanan ikan
beralih dari kuning telur yang ada dalam tubuhnya ke pakan yang diberikan dari
luar. Pada fase ini sebagian petani Parung, Bogor, Jawa Barat sudah biasa
memberi pakan berupa moina dan atau cacing sutera. Untuk memangsa moina
larva bisa melakukannya dengan menyerap dan menelan karena ukuran tubuhnya
kecil sesuai dengan bukaan mulut larva, sedangkan untuk cacing sutera yang
ukurannya lebih besar dari moina, larva mencabiknya sebelum menelan. Untuk
larva yang lemah kekuatan untuk mencabik ini kurang dan larva bisa gagal
mendapatkan makanan. Selain ukuran, moina dan cacing sutera juga memiliki
kualitas yang berbeda. Berdasarkan persentase bobot kering analisis proksimat
yang dilakukan Priyadi et al. (2010) terhadap moina dan cacing sutera
menunjukkan kadar protein Moina sp. lebih tinggi yaitu sebesar 60,36%
dibandingkan cacing sutera 52,19%. Sedangkan untuk kadar lemak cacing sutera
lebih tinggi yaitu 15,95% dan Moina sp. sebesar 9,65%.

2
Berdasarkan hal di atas upaya untuk mendapatkan benih yang baik bisa
dilakukan melalui pemijahan induk yang berukuran tertentu dengan pemberian
pakan awal yang tepat.

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan cacing sutera
dan Moina sebagai pakan awal pada larva yang berasal dari induk yang berbeda
ukuran berdasarkan parameter pertumbuhan dan kelangsungan hidup.

METODE
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terbagi dalam 4 perlakuan masing-masing terdiri atas 3 ulangan.
Perlakuan diantaranya adalah perbedaan ukuran induk dan jenis pakan awal.
Induk yang digunakan memiliki bobot rata-rata 0,8 kg dan 1,5 kg, sedangkan
pakan awal yang diberikan adalah cacing sutera yang telah dicacah dan Moina sp.
Sistematika perlakuan, yaitu larva yang berasal dari induk besar yang diberi pakan
awal cacing sutera (Perlakuan KC), dan yang diberi pakan Moina (KM),
sedangkan larva dari induk besar yang diberi pakan awal cacing sutera (BC), dan
yang diberi pakan Moina (BM). Perlakuan pakan diberikan pada saat larva
berumur 3 hari selama 4 hari. Pada pemeliharaan selanjutnya, semua larva diberi
pakan cacing sutera hingga hari ke-14 pemeliharaan.
Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah
Wadah pemijahan yang digunakan berupa bak fiber dengan ukuran
(2×2×1) m. Wadah diisi air setinggi 80 cm setelah dibersihkan. Sedangkan wadah
penetasan dan pemeliharaan menggunakan akuarium yang berukuran (60×30×30)
cm sebanyak 12 akuarium. Pada tahap awal wadah dipersiapkan dengan
membersihkan kaca akuarium terlebih dulu selanjutnya air diisi setinggi 10 cm
setara volume air 16 L. Akuarium yang telah terisi air desinfeksi dengan klorin
dilanjutkan dengan netralisasi klorin menggunakan Na-tiosulfat serta aerasi yang
kuat. Tahap selanjutnya adalah penyiponan sisa Na-tiosulfat yang mengendap
pada dasar akuarium. Setelah itu, masing-masing akuarium diberi Methylen Blue
(MB). Pemasangan thermostat pada akuarium untuk menjaga agar suhu tetap pada
kisaran 28-30 oC.
Pemijahan
Pemijahan induk dilakukan pada malam hari dengan wadah yang telah
disiapkan dan terkontrol. Induk lele ukuran 1,5 kg yang digunakan telah
dipijahkan sebanyak 5 kali sedangkan induk lele ukuran 0,8 kg baru pertama kali

3
dipijahkan. Pemijahan dirangsang melalui penyuntikan ovaprim dan pembuahan
berlangsung secara alami. Dosis penyuntikan sebanyak 0,2 mL/kg induk dengan
pengenceran akuabides sebanyak 2 kali dosis hormon yang digunakan. Induk lele
dipijahkan dengan perbandingan jantan dan betina 1:1. Pada bak diberikan
kakaban sebagai substrat telur yang diletakkan di dasar wadah.
Penetasan Telur dan Penebaran Larva
Pada pagi hari, kakaban yang telah terdapat telur dipindahkan ke akuarium
penetasan yang sebelumnya telah diberi methylen blue. Telur menetas dalam
jangka waktu 18-24 jam kemudian setelah telur menetas, larva dipindahkan ke
dalam wadah penelitian (akuarium) dengan padat penebaran 35 ekor/L (600
ekor/akuarium). Panjang rata-rata larva pada awal pemeliharaan yaitu 0,76±0,11
cm untuk larva induk besar sedangkan larva induk kecil yaitu 0,78±0,04 cm.
Bobot awal rata-rata larva dari induk besar adalah 0,02±0,00 g/ekor dan dari
induk kecil sebesar 0,03±0,00 g/ekor. Perlakuan pakan awal dilakukan pada hari
ke-3 masa pemeliharaan.
Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan selama pemeliharaan pada penelitian ini adalah
cacing sutera dan Moina. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 4 kali yaitu pada
pukul 07:00, 13:00, 19:00 dan 01:00 WIB selama 4 hari. Pakan perlakuan
diberikan sebanyak 9 g per akuarium untuk sekali pemberian pakan. Pada hari ke5 pakan yang diberikan berupa cacing sutera untuk keseluruhan akuarium hingga
hari ke-14.
Pengamatan
Pengamatan pada telur larva yang menetas dilakukan dengan mikroskop.
Parameter yang diamati adalah diameter kuning telur, panjang mutlak, dan kuning
telur. Jumlah sampel pada pengamatan pertama diambil sebanyak 5 ekor pada
masing-masing ukuran induk. Sedangkan untuk sampling selanjutnya masingmasing akuarium diambil 20 ekor/akuarium dengan mengamati pertumbuhan
panjang dan bobot rata-rata yang dilakukan setiap 5 hari sekali dan panen pada
hari ke-15.
Pengelolaan Kualitas Air
Selama pemeliharaan dilakukan kegiatan pengelolaan kualitas air untuk
menjaga kondisi optimal bagi ikan. Kegiatan tersebut meliputi pergantian air dan
penyiponan. Pergantian air dilakukan setiap sore pukul 16:00 WIB sebanyak 50%
atau 8 L air yang terdapat diakuarium. Air yang digunakan untuk pergantian air
berasal dari tandon yang telah mengendap selama 3 hari. Pengukuran kualitas air
dilakukan setiap 5 hari sekali pada pagi hari di Laboratorium Lingkungan
Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada Tabel 2 metode pengukuran kualitas air
dan Tabel 3 disajikan kisaran nilai kualitas air selama penelitian.

4
Tabel 1 Pengkuran Kualitas Air
Parameter
Suhu
pH
DO
Amoniak
Alkalinitas

Satuan

Peralatan

o

C

mg/L
mg/L
mg/L CaCO3

Thermostat
pH meter
DO meter
Spektofotometer
Titrasi

Metode
Pengukuran
In situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ

Tabel 2 Kisaran nilai kualitas air larva lele sangkuriang selama penelitian
Perlakuan
KC (Induk KecilCacing)
KM (Induk
Kecil-Moina)
BC (Induk BesarCacing)
BM (induk
Besar-Moina)

Suhu
(o)

pH

DO
(mg/l)

Amoniak
(mg/l)

Alkalinitas
(mg/l CaCO3)

26,5-28,2

7,09-8,06

4,5-9,7

0,008-0,157

64-128

26,9-27,6

7,09-7,98

5-10,8

0,017-0,149

48-144

26,6-28

7,09-8

4,4-9,6

0,016-0,121

64-128

26,9-28,2

7,09-8,02

5,1-8,9

0,018-0,091

48-152

Parameter Uji
Derajat Kelangsungan Hidup
Derajat kelangsungan hidup merupakan angka perbandingan antara jumlah
ikan yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada saat awal
pemeliharaan. Perhitungan nilai kelangsungan hidup dengan persamaan yang
dinyatakan oleh Goddard (1996) yaitu :
SR(%)

Nt
x100
No

Keterangan :
SR
= Kelangsungan Hidup
Nt
= jumlah ikan akhir pemeliharaan
No
= jumlah ikan awal pemeliharan
Jumlah ikan yang hidup dihitung dengan cara mengurangi jumlah ikan pada
awal pemeliharaan dengan jumlah ikan yang mati. Penghitungan ikan yang mati
dilakukan pada saat pergantian air selama pemeliharaan.
Laju Pertumbuhan Spesifik
Laju pertumbuhan spesifik merupakan kecepatan pertumbuhan ikan pada
waktu tertentu. Nilai laju pertumbuhan spesifik dapat ditentukan dengan rumus
Zonneveld et al., (1991) yaitu :
ln Wt ln Wo
SGR(%)
t

5
Keterangan :
SGR
= Laju pertumbuhan spesifik (%)
Wt
= Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g)
W0
= Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g)
T
= Lama pemeliharaan (hari)
Pertumbuhan Bobot
Bobot muhlak didapat dengan menggunakan data sampling yang diambil
setiap 5 hari sekali. Penimbangan bobot dengan timbangan digital dan dihitungan
dengan rumus (Effendi 1997):
h = wt – w0
Keterangan :
h
= bobot mutlak (g)
wt
= bobot rata-rata pada akhir penelitian (g)
w0
= bobot rata-rata pada awal penelitian (g)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pengukuran panjang larva dilakukan setiap 5 hari sekali selama
pemeliharaan yang diukur dengan mistar. Data pengukuran tersebut dihitungan
dengan rumus (Effendi 1997):
P = Pt – P0
Keterangan :
P = panjang mutlak (cm)
Pt
= panjang rata-rata pada akhir penelitian (cm)
P0
= panjang rata-rata pada awal penelitian (cm)
Koefisien Keragaman Panjang
Pada penelitian ini nilai variasi ukuran merupakan variasi panjang ikan
yang dinyatakan dalam koefisien keragaman. Nilai keragaman merupakan
persentase dari simpangan baku panjang ikan contoh/sampling terhadap nilai
tengah, dengan menggunakan rumus Steel dan Torrie (1991) :
KK(%) = (S/Ȳ ) × 100
Keterangan :
KK
= Koefisien keragaman
S
= Simpangan baku
Ȳ
= Rata-rata contoh

Analisis Data
Analisis data penelitian ini menggunakan program MS. Excel 2007 dan
SPPS 16.0 yang meliputi :
Analisis ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95%, yang
digunakan untuk melihat pengaruh beberapa parameter seperti derajat
kelangsungan hidup (SR), laju pertumbuhan spesifik (SGR), bobot mutlak,
panjang mutlak, dan koefisien keragaman panjang.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Parameter Kualitas Telur dan Larva
Hasil faktual parameter kualitas telur dari ukuran induk yang berbeda
meliputi diameter telur, diameter kuning telur, dan panjang larva. Diameter telur
induk besar sesaat setelah menetas yaitu 736 µm dan diameter kuning telur
sebesar 268 µm serta memiliki panjang larva 0,76 cm. Sedangkan untuk induk
kecil memiliki diameter telur dan kuning telur sebesar 680 µm dan 230 µm
dengan panjang larva 0,78 cm. Data parameter kualitas telur dan larva yang telah
dijelaskan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3 Diameter telur & kuning telur dan panjang larva lele sangkuriang sesaat
setelah menetas
Parameter
Diameter telur (µm)
Diameter kuning telur (µm)
Panjang larva (cm)

Induk Kecil
680±27,38
230±34,64
0,78±0,02

Induk Besar
736±68,77
268±10,95
0,76±0,11

Kelangsungan Hidup (%)

Derajat Kelangsungan Hidup
Rata-rata tingkat kelangsungan hidup benih lele sangkuriang berkisar
antara 32,10% hingga 76,80% dalam masa pemeliharaan 15 hari (Lampiran 1.1).
Perlakuan ukuran larva dari induk dan jenis pakan berbeda nyata (P