Sisa Tanaman Kubis (Brassica Oleracea L.) Dan Pakchoi (Brassica Rapa Var. Chinensis L.) Sebagai Biofumigan Untuk Mengendalikan Nematoda Parasit Tanaman

SISA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) DAN PAKCHOI
(Brassica rapa var. chinensis L.) SEBAGAI BIOFUMIGAN
UNTUK MENGENDALIKAN NEMATODA
PARASIT TANAMAN

WILDAN RAMADON

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Sisa Tanaman Kubis
(Brassica oleracea L.) dan Pakchoi (Brassica rapa var. chinensis L.) sebagai
Biofumigan untuk Mengendalikan Nematoda Parasit Tanaman” adalah benar
karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015
Wildan Ramadon
NIM A34110045

____________________
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
WILDAN RAMADON. Sisa Tanaman Kubis (Brassica oleracea L.) dan Pakchoi
(Brassica rapa var. chinensis L.) sebagai Biofumigan untuk Mengendalikan
Nematoda Parasit Tanaman. Dibimbing oleh SUPRAMANA.
Nematoda parasit adalah salah satu patogen utama pada tanaman. Kerugian
akibat nematoda pada 19 jenis tanaman sayuran mencapai 23% di Pakitan.
Diperlukan tindakan pengendalian untuk mengurangi kehilangan hasil akibat

nematoda. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah biofumigasi dengan
menggunakan sisa tanaman dari Brassicaceae. Tanaman tersebut mengandung
senyawa isotiosianat (ITS) yang dapat digunakan sebagai biofumigan. Penelitian
ini bertujuan mengetahui keefektifan sisa kubis dan pakchoi sebagai biofumigan
terhadap nematoda parasit tanaman. Sampel nematoda parasit tanaman didapatkan
dari tanah tanaman tomat di kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Desa Ciputri,
Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Percobaan ini menggunkan rancangan acak
lengkap dengan dua faktor utama dan 6 anak faktor. Faktor utamanya adalah jenis
sisa tanaman: pakchoi dan kubis sedangkan anak faktor adalah dosis: 0 g
(kontrol), 2.5 g, 5 g, 10 g, 15 g, dan 20 g per 100 ml tanah. Tiap perlakuan dibuat
5 ulangan. Perlakuan sisa tanaman pakchoi dan kubis efektif mengendalikan 3
nematoda parasit tanaman, nematoda tersebut adalah Meloidogyne, Pratylenchus,
dan Rotylenchulus. Akan tetapi, perlakuan yang sama kurang efektif terhadap
Rotylenchus dan Helicotylenchus.
Kata kunci: isotiosianat, keefektifan.

ABSTRACT
WILDAN RAMADON. Plant waste of cabbage (Brassica oleracea L.) and
pakchoi (Brassica rapa var. chinensis L.) as Biofumigant to Control Plant
Parasitic Nematodes. Supervised by SUPRAMANA.

Parasitic nematodes are one of the major plant pathogens. Losses due to
nematodes in 19 vegetables is up to 23% in Pakistan. Control is required to reduce
yield losses due to nematodes. One of the control methods that can be applied is
biofumigation using plant waste of Brassicaceae. Those plants containing
isothiocyanate (ITS) compounds that can be used as biofumigant. This study was
conducted to determine the effectiveness of the cabbage and pakchoi wastes as
biofumigant against plant parasitic nematodes. Plant parasitic nematodes samples
were collected from tomato plants soil at IPB experimental farm Pasir Sarongge,
Ciputri Village, Pacet District, Cianjur Regency. This experiment was arranged in
a completely randomized design with two factors and six levels. The factors are
plant waste types (cabbage and pakchoi), whereas levels are waste doses for each
100 ml of soil, that were 0 g (control), 2.5 g, 5 g, 10 g, 15 g, and 20 g,
respectively. Each treatment was made in 5 replications. Biofumigation with
cabbage and pakchoi plant wastes effectively reduced the number of 3 plant
parasitic nematodes, that were Meloidogyne, Pratylenchus, and Rotylenchulus.
However, the similar treatments were less effective against Rotylenchus and
Helicotylenchus.
Keywords: effectiveness, isothiocyanate.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

SISA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) DAN PAKCHOI
(Brassica rapa var. chinensis L.) SEBAGAI BIOFUMIGAN
UNTUK MENGENDALIKAN NEMATODA
PARASIT TANAMAN

WILDAN RAMADON

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia, hidayah, dan kasih sayang sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Sisa Tanaman Kubis (Brassica oleracea L.)
dan Pakchoi (Brassica rapa var. chinensis L.) sebagai Biofumigan untuk
Mengendalikan Nematoda Parasit Tanaman”. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Maret hingga Juli 2015 bertempat di Laboratorium Nematologi Tumbuhan
IPB. Penyusunan skripsi dimaksudkan sebagai salah satu syarat memenuhi salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing, Bapak Dr. Ir.
Supramana, MSi yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam

penyusunan skripsi ini. Penulis ucapkan terimakasih juga kepada ayahanda Moch.
Chotib dan ibunda Siti Munawaroh yang selalu memberikan semangat, dukungan,
dan kasih sayang kepada penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada
teman-teman Proteksi Tanaman 48, khususnya Annisa yang menemani saat
pengambilan sampel, teman-teman OMDA Lamongan yang menjadi teman
seperjuangan di IPB, dan teman-teman di Laboratorium Nematologi Tumbuhan
yang memberikan semangat dan bantuan. Semoga hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat.
Bogor, Desember 2015
Wildan Ramadon

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian

2
BAHAN DAN METODE
3
Tempat dan Waktu Penelitian
3
Metode Penelitian
3
Persiapan Tanah Terinfestasi Nematoda
3
Perlakuan Biofumigasi
3
Ekstraksi Nematoda dari Tanah
3
Identifikasi Nematoda
4
Pengamatan Nematoda
4
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN

5
Populasi Awal Nematoda
5
Keefektifan Sisa Tanaman Kubis dan Pakchoi terhadap Nematoda Parasit
Tanaman
5
Keefektifan Sisa Tanaman Kubis dan Pakchoi terhadap 5 Genus Nematoda
Parasit Tanaman
6
Meloidogyne
7
Pratylenchus
8
Rotylenchulus
9
Rotylenchus
9
Helicotylenchus
10
Pengaruh Aplikasi Sisa Tanaman Kubis dan Pakchoi terhadap Nematoda

lain Non-Parasit
11
Pembahasan
12
SIMPULAN DAN SARAN
14
Simpulan
14
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
17
RIWAYAT HIDUP
21

DAFTAR TABEL

1 Keefektifan perlakuan limbah kubis dan pakchoi dalam menekan

nematoda parasit tanaman .................................................................................. 6
2 Keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah kubis dan pakchoi dalam
menekan nematoda Meloidogyne ....................................................................... 7
3 Keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah kubis dan pakchoi dalam
menekan nematoda Pratylenchus ....................................................................... 8
4 Keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah kubis dan pakchoi dalam
menekan nematoda Rotylenchulus ..................................................................... 9
5 Keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah kubis dan pakchoi dalam
menekan nematoda Rotylenchus ...................................................................... 10
6 Keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah kubis dan pakchoi dalam
menekan nematoda Helicotylenchus. ............................................................... 11
7 Pengaruh aplikasi limbah kubis dan pakchoi perlakuan jenis dan dosis
terhadap peningkatan populasi nematoda non-parasit ..................................... 12

DAFTAR GAMBAR

1 Unit perlakuan biofumigasi yang bersisi tanah terinfestasi nematoda dan
cacahan Brassica ................................................................................................ 3
2 Jumlah populasi awal tiap genus nematoda per 100 ml sampel tanah di
pertanaman tomat ............................................................................................... 5

3 Keefektifan perlakuan jenis limbah kubis dan pakchoi terhadap 5 genus
nematoda parasit tanaman .................................................................................. 6
4 Nematoda Meloidogyne: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan
bagian posterior (c)............................................................................................. 7
5 Nematoda Pratylenchus: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan
bagian posterior (c)............................................................................................. 8
6 Nematoda Rotylenchulus: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan
bagian posterior (c)............................................................................................. 9
7 Nematoda Rotylenchus: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan bagian
posterior (c) ...................................................................................................... 10
8 Nematoda Helicotylenchus: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan
bagian posterior (c)........................................................................................... 11
9 Nematoda lain non-parasit. .............................................................................. 12

DAFTAR LAMPIRAN
1

Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan limbah kubis dan pakchoi
terhadap nematoda parasit tanaman ........................................................... 18
2 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah
kubis dan pakchoi dalam menekan nematoda Meloidogyne ..................... 18
3 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah
kubis dan pakchoi dalam menekan nematoda Pratylenchus ..................... 18
4 Penghitungan SPSS tingkat keefektifan perlakuan dosis dan jenis
limbah kubis dan pakchoi dalam menekan nematoda Rotylenchulus........ 19
5 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah
kubis dan pakchoi dalam menekan nematoda Rotylenchus ....................... 19
6 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah
kubis dan pakchoi dalam menekan nematoda Helicotylenchus................. 19
7 Penghitungan SPSS pengaruh aplikasi limbah kubis dan pakchoi
terhadap peningkatan populasi nematoda non-parasit ............................... 20
8 Perkecambahan tanaman dalam sampel tanah setelah 7 hari
perlakuan ................................................................................................... 20
9 Gejala puru akar pada tanaman sampel ..................................................... 20
10 Mortalitas J2 Meloidogyne spp. pada perlakuan ekstrak biji lada, buah
lerak, dan campurannya dengan pelarut air ...................................................... 18
11 Penekanan jumlah puru akar dan bobot akar akibat perlakuan ekstrak biji
lada, buah lerak, dan campurannya dengan pelarut air ..................................... 18
12 Bentuk akar tanaman tomat pada beberapa perlakuan penyiraman ekstrak
biji lada, buah lerak, dan campurannya, serta kontrol ..................................... 19
13 Perkembangan tinggi tanaman tomat akibat perlakuan ekstrak biji lada,
buah lerak, dan campurannya ........................................................................... 19
14 Penampilan tanaman tomat pada perlakuan penyiraman ekstrak ekstrak
biji lada, buah lerak, dan campurannya ............................................................ 19

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Nematoda parasit adalah salah satu patogen utama pada tanaman.
Bergantung pada jenisnya, nematoda dapat menyebabkan penyakit dengan
memarasit bagian akar, batang, daun, bunga, dan atau biji tanaman. Sebagian
besar nematoda parasit tanaman termasuk dalam jenis parasit akar. Gejala khas
serangan nematoda pada akar adalah berkurangnya berat, distorsi struktur, dan
atau pembesaran akar. Serangan pada bagian akar menghambat kemampuan
tanaman untuk menyerap air dan nutrisi (Lambert dan Sadia 2002). Kerusakan
yang diakibatkan oleh nematoda pada 19 tanaman sayuran mencapai 23% di
Pakistan (Anwar dan McKenry 2012).
Pengendalian nematoda terpadu dilakukan melaui beberapa teknik
pengendalian yang sesuai di antaranya sanitasi, penggunaan tanaman resisten,
rotasi tanaman, pemberaan, aplikasi nematisida, dan teknik pengendalian lainnya
(Duncan dan Joseph 1998). Tindakan pengendalian diperlukan untuk mengurangi
kerusakan yang diakibatkan oleh nematoda. Pengendalian yang umum digunakan
adalah dengan nematisida fumigan, salah satunya metil bromida. Fumigan
merupakan senyawa beracun dan volatil sehingga dapat masuk ke dalam ruang
pori-pori tanah dan membunuh nematoda. Metil bromida menyebabkan kematian
berbagai mahluk hidup sasaran dan bukan sasaran karena bersprektrum luas.
Komponen halogen dalam metil bromida dapat mengganggu proses nitrifikasi dan
meningkatkan akumulasi amonia yang menyebabkan ketersediaan nitrat pada
tanah berkurang (Singh dan Sitaramaiah 1994). Oleh karena itu, teknik
pengendalian yang lebih ramah lingkungan perlu diterapkan.
Biofumigan adalah senyawa metabolit sekunder yang berasal dari mahluk
hidup. Pengendalian menggunakan biofumigan memiliki kelebihan dibandingkan
dengan fumigan metil bromida. Menurut Wang et al. (2013), perlakuan
biofumigan pada tanaman tomat meningkatkan keragaman bakteri tanah dan
ketersedian unsur NPK pada tanah. Biofumigan dapat digunakan sebagai
fitoremediasi tanah (Szczygłowska et al 2011).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai biofumigan berasal dari
famili Brassicaceae. Secara umum, tanaman Brassicaceae memiliki senyawa
glukosinolat. Glukosinolat, senyawa metabolit sekunder yang bersifat toksik
apabila terdegradasi menjadi isotiosianat, terdapat pada seluruh bagian tanaman
Brassicaceae (Yulianti dan Supriadi 2008).
Telah banyak dilakukan penelitian untuk menguji keefektifan biofumigan
Brassicaceae. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Daulay (2013), biofumigan
tanaman Brassicaceae memiliki keefektifan yang sama dengan pestisida sintetik
karbofuran dalam mengendalikan nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman
tomat. Selain dapat mengendalikan nematoda, biofumigan Brassicaceae dapat
mengendalikan Ralstonia Solanacearum pada tomat dan berbagai penyakit tular
tanah pada kentang (Rosyidah dan Djuhari 2014; Larkin dan Timothy 2007).
Penelitian sebelumnya tentang biofumigan Brassicaceae terbatas pada genus
Meloidogyne. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian tentang keefektifan
biofumigan dalam mengendalikan genus nematoda parasit tanaman lainnya.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menguji keefektifan sisa tanaman pakchoi dan kubis
sebagai biofumigan untuk mengendalikan nematoda parasit tanaman.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan informasi keefektifan dan efisiensi aplikasi sisa
tanaman kubis dan pakchoi dengan berbagai dosis perlakuan pada berbagai genus
nematoda parasit tanaman. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
tindakan pengendalian yang ramah lingkungan dan acuan untuk penelitian
selanjutnya.

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilaksanakan dari Maret hingga Juli 2015.
Metode Penelitian
Persiapan Tanah Terinfestasi Nematoda
Tanah terinfestasi nematoda diperoleh dari lahan tomat di kebun percobaan
IPB Pasir Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Tanah
yang diambil berada di sekitar perakaran tomat dengan kedalaman minimal 10 cm
dari permukaan tanah. Tanah yang telah diambil dipisahkan dari kotoran dan
dicampur secara merata dengan metode komposit. Tanah dimasukkan ke dalam
kantong plastik hitam dan ditutup rapat. Setiap unit perlakuan membutuhkan 200
ml tanah.
Perlakuan Biofumigasi
Sampel tanah sebanyak 200 ml dibagi 2, masing-masing 100 ml. Tanah 100
ml yang pertama diektraksi untuk menghitung jumlah nematoda sebelum
perlakuan, sedangkan sampel kedua diekstraksi setelah perlakuan. Tanaman yang
digunakan untuk perlakuan biofumigasi adalah kubis dan pakchoi. Tanaman
tersebut dicacah dengan ukuran 1 cm x 2 cm untuk selanjutnya dimasukkan
dalam kantong plastik hitam yang masing-masing berisi 100 ml tanah. Dosis yang
digunakan adalah 2.5 g, 5 g, 10 g, 15 g, 20 g, dan tanpa biofumigasi (0 g) per 100
ml tanah. Tanah yang telah diberi cacahan ditutup rapat (Gambar 1) dan
diinkubasikan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan pada suhu 26 oC - 29 oC
selama 1 minggu. Tiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali.

Gambar 1 Unit perlakuan biofumigasi yang berisi tanah terinfestasi nematoda
.dan cacahan Brassica
Ekstraksi Nematoda dari Tanah
Metode yang digunakan untuk ekstraksi nematoda dari tanah adalah flotasisentrifugasi. Sebanyak 100 ml sampel tanah diletakan pada ember. Ember yang
berisi tanah disemprot menggunakan air dan dibiarkan selama 30 detik.
Selanjutnya air pada ember disaring dengan menggunakan saringan bertumpuk

4
yaitu 20 mesh dan 400 mesh. Air yang tertinggal pada saringan 400 mesh
dikeluarkan dengan menggoyangkan saringan hingga membentuk suspensi.
Suspensi nematoda yang diperoleh dari penyaringan disentrifugasi dengan
kecepatan 1700 rpm selama 5 menit. Supernatan hasil sentrifugasi dibuang
sedangkan endapan tanah disuspensikan dengan larutan gula 40%. Suspensi
kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 1 menit. Supernatan
disaring menggunakan saringan 400 mesh kemudian dicuci menggunakan air
untuk menghilangkan larutan gula. Air yang tertahan pada saringan dipindahkan
ke botol hingga mencapai 10 ml. Botol kemudian disimpan dalam lemari
pendingin untuk pengamatan selanjutnya.
Identifikasi Nematoda
Nematoda yang ditemukan diidentifikasi dalam bentuk preparat semi
permanen. Nematoda diidentifikasi berdasarkan bentuk istirahat dan ciri-ciri
morfologi menggunakan mikroskop cahaya. Referensi yang digunakan sebagai
kunci identifikasi adalah Mai dan Mullin (1996).
Pengamatan Nematoda
Nematoda yang diamati meliputi nematoda parasit dan non-parasit.
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kerapatan absolut nematoda dan
kerapatan genus nematoda. Kerapatan dihitung menggunakan cawan sirakus.
Genus nematoda diamati berdasarkan bentuk istirahat dan ciri-ciri morfologi
menggunakan mikroskop stereo dengan perbesaran 40 kali. Metode sampling
dilakukan dengan memipet 1 ml suspensi nematoda dari setiap sampel botol
sebanyak 3 kali ulangan. Pengamatan kerapatan digunakan untuk mengetahui
keefektifan biofumigan. Satuan kerapatan yang digunakan adalah per 100 ml
tanah. Kerapatan sebelum perlakuan adalah (Po) dan kerapatan setelah perlakuan
adalah (Pt). Keefektifan dihitung menggunakan persamaan (Abbott 1925):

Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Penelitian dibuat menggunakan rancangan acak lengkap. Faktor utama
adalah jenis Brassicaceae: pakchoi dan kubis sedangkan anak faktor yaitu dosis
Brassicaceae: 0 g (kontrol), 2.5 g, 5 g, 10 g, 15 g, dan 20 g per 100 ml tanah.
Masing-masing perlakuan dibuat dalam 5 ulangan. Data yang diperoleh diolah
dengan Microsoft Office Excel 2013 dan dianalisis secara statistika menggunakan
prosedur general linear model (GLM), dilanjutkan dengan uji Duncan pada
program IBM SPSS Statistical 20 for Windows dengan selang kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi Awal Nematoda
Terdapat 5 genus nematoda parasit tanaman, yaitu Meloidogyne,
Pratylenchus, Rotylenchulus, Rotylenchus, dan Helicotylenchus. Nematoda yang
tidak termasuk dalam 5 jenis tersebut dimasukkan dalam jenis nematoda lain.
Komponen nematoda lain sebagian besar termasuk dalam nematoda non-parasit.
Dominansi populasi nematoda tersebut dipengaruhi oleh faktor tanaman inang,
musim pengambilan sampel, dan kedalaman sampel tanah yang diambil
(Bezooijen 2006) (Gambar 2).
Tanaman inang yang digunakan adalah tomat. Nematoda yang mendominasi
pada lahan tersebut adalah nematoda yang memiliki preferensi makan terhadap
tomat. Sampel diambil pada awal musim kemarau yaitu tanggal 5 Mei 2105. Pada
lokasi pengambilan sampel masih terjadi hujan 2 sampai 3 kali dalam seminggu
sehingga nematoda terhindar dari cekaman kekeringan. Pengambilan sampel tanah
pada kedalaman minimal 10 cm sesuai dengan (Bezooijen 2006) bahwa
kedalaman sampel yang efektif untuk tanaman setahun adalah 0 cm - 25 cm dari
permukaan tanah.

145.8

111.8

Meloidogyne
Pratylenchus
Rotylenchulus
Rotylenchus
Helicotylenchus
Nematoda lain

67.0

12.9

16.8

28.9
Gambar 2 Jumlah populasi awal tiap genus nematoda per 100 ml sampel tanah di
..pertanaman tomat
Keefektifan Sisa Tanaman Kubis dan Pakchoi terhadap Nematoda Parasit
Tanaman
Aplikasi sisa tanaman pakchoi dan kubis efektif mengendalikan nematoda
parasit tanaman. Perlakuan pakchoi lebih efektif dibandingkan dengan kubis (Sig.
= 0.013). Hal tersebut sesuai dengan Rosya (2015), bahwa aplikasi biofumigan
perlakuan pakchoi lebih efektif dalam menekan Meloidogyne spp. dibandingkan
dengan kubis. Perlakuan peningkatan dosis berbanding lurus dengan peningkatan
keefektifan pengendalian. Keefektifan biofumigasi mencapai 68% pada dosis
terendah 2.5 g/100 ml tanah dan dapat ditingkatkan secara nyata pada dosis 15

6
g/100 ml dan 20 g/100 ml. Akan tetapi, ditemukan bahwa tidak terdapat interaksi
antara perlakuan dosis dan jenis limbah (Sig. = 0.81) (Tabel 1).
Tabel 1

Keefektifan perlakuan limbah kubis dan pakchoi dalam menekan
..populasi nematoda parasit tanaman
Perlakuan
Keefektifan pengendalian SD*(%)
Jenis Brassicaceae
Pakchoi
77.14 8.8
Kubis
70.43 13.0
Dosis (g/100 ml tanah)
20.0
87.63 4.5a
15.0
77.30 7.4b
10.0
70.27 8.6bc
5.0
65.72 11.2c
2.5
68.01 9.1c
0.0
21.78 11.0d
*) Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada p-value
0.05 (uji selang berganda Duncan) , SD = standar deviasi

Keefektifan Sisa Tanaman Kubis dan Pakchoi terhadap 5 Genus Nematoda
Parasit Tanaman
Aplikasi sisa tanaman pakchoi dan kubis terhadap 5 genus nematoda parasit
menunjukkan keefektifan penekanan yang berbeda-beda. Perlakuan biofumigasi
efektif untuk mengendalikan nematoda Meloidogyne, Pratylenchus, dan
Rotylenchulus. Aplikasi biofumigan terhadap 3 genus nematoda tersebut
menunjukkan perlakuan pakchoi lebih efektif dibandingkan dengan perlakuan
kubis. Akan tetapi, dengan perlakuan yang sama, aplikasi kurang efektif terhadap
nematoda Rotylenchus dan Helicotylenchus (Gambar 3).
Keefektifan pengendalian (%)

100
90

86.68

Pakchoi

5

80.80

12

80

76.61

70

10

74.26

65.79 15

Kubis

16

63.40

21

Kontrol

60
50
37.98

40
30
20

23.23

40.46 101

50

29.19 81
23.67 46

15
19.17

11.39

36.79

12

57

16.71

41

9

10
0
Meloidogyne

Pratylenchus

Rotylenchulus

Rotylenchus

Helicotylenchus

Genus Nematoda
Gambar 3 Keefektifan perlakuan jenis limbah kubis .dan pakchoi terhadap 5
..genus nematoda parasit tanaman

7
Meloidogyne
Meloidogyne adalah nematoda penyebab puru akar. Nematoda ini memiliki
lebih dari 2000 inang dan dapat mengurangi hasil panen sebesar 5% pada skala
global. Meloidogyne menyerang dengan melemahkan ujung akar dan
menyebabkan pembengkakan pada akar. Gejala serangan Meloidogyne di atas
tanah adalah terganggunya pertumbuhan tanaman dan jumlah daun menjadi
sedikit, daun memucat, dan menguning sehingga mudah layu pada cuaca panas.
Gejala serangan Meloidogyne dalam tanah adalah pembesaran akar menjadi puru
(Agrios 2005).
Meloidogyne memiliki bentuk istirahat lurus dengan sedikit melengkung
pada bagian ekor (a). Esofagus dan pencernaannya saling tumpang tindih (a).
Nematoda ini berstilet ramping dengan knop berukuran sedang dan kepala
berbentuk seperti kerucut (b). Ujung ekor Meloidogyne berbentuk meruncing dan
pada bagian ujungnya terlihat seperti bergerigi (c) (Gambar 4).
a

b

c

Esofagus
Stilet

Ekor

Gambar 4 Nematoda Meloidogyne: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan
bagian posterior (c).
Aplikasi pakchoi dan kubis efektif mengendalikan Meloidogyne pada semua
dosis perlakuan. Keefektifan perlakuan pakchoi pada dosis 2.5 g/100 ml hingga 15
g/100 ml mencapai lebih dari 80% dan dapat ditingkatkan dengan penggunaan
dosis 20 g/100 ml. Berbeda hal dengan pakchoi, keefektifan perlakuan kubis
dengan dosis 2.5 g/100 ml dan 5 g/100 ml hanya mencapai kurang dari 70%
(Tabel 2).
Tabel 2 Keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah
.menekan nematoda Meloidogyne
Dosis (g/100
Keefektifan pengendalian
ml)
Pakchoi
20.0
94.25 3.8a
15.0
87.37 5.4ab
10.0
83.83 4.6b
5.0
84.25 2.9b
2.5
83.73 3.5b
0.0
11.39 9.9c

kubis dan pakchoi dalam
SD*(%)
Kubis
97.04 2.1a
85.56 8.1b
81.10 5.8bc
69.62 10.7d
70.66 10.1cd
11.39 9.9e

*) Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada p-value
0.05 (uji selang berganda Duncan), SD = standar deviasi

8
Pratylenchus
Pratylenchus adalah nematoda penyebab lesio atau luka akar. Nematoda ini
memiliki dampak ekonomi terbesar ketiga setelah nematoda puru akar dan
nematoda sista. Pratylenchus memiliki kisaran inang yang luas dan menyebar
hampir pada semua daerah sub tropis dan tropis. (Davis dan McGuidwin 2000).
Secara umum, Pratylenchus menyerang akar muda tanaman yang menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan akar tanaman (Agrios 2005).
Pratylenchus memiliki bentuk istirahat seperti huruf C atau sedikit
melengkung dan bertubuh gemuk (a). Esofagus dan saluran pencernaan saling
tumpang tindih pada bagian ventral (a). Kepala Pratylenchus memiliki bentuk
datar dengan stilet pendek (b). Bagian bibir memiliki 2 atau 4 anulasi (b). Bagian
ekor Pratylenchus meruncing (c) (Gambar 5).
a

b

c
Stilet

Vulva

Esofagus
Bibir

Ekor

Gambar 5 Nematoda Pratylenchus: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan
bagian posterior (c).
Aplikasi pakchoi dan kubis efektif terhadap Pratylenchus pada semua dosis
perlakuan. Keefektifan aplikasi pakchoi pada dosis 2.5 g/100 ml sebesar 62.16%
dan dapat ditingkatkan keefektifannya dengan menggunakan dosis 10 g/100 ml.
Peningkatan dosis pakchoi menjadi 15 g/100 ml dan 20 g/100 ml tidak
meningkatkan keefektifan pengendalian. Aplikasi pada kubis 2.5 g/100 ml, 5
g/100 ml, dan 10 g/100 ml memiliki tingkat keefektifan yang sama. Keefektifan
aplikasi kubis dapat ditingkatkan dengan penggunaan dosis 15 g/100 ml.
Peningkatan dosis kubis menjadi 20 g/100 ml tidak meningkatkan keefektifan
pengendalian (Tabel 3).
Tabel 3 Keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah kubis dan pakchoi dalam
.menekan nematoda Pratylenchus
Dosis (g/100
Keefektifan pengendalian SD*(%)
ml)
Pakchoi
Kubis
20.0
79.65 5.9a
77.66 12.0a
15.0
78.07 8.6a
77.10 12.6a
10.0
77.86 6.9a
59.51 16.0ab
5.0
73.31 11.3ab
57.62 12.9b
2.5
62.16 6.5b
57.08 11.1b
0.0
23.23 16.9c
23.23 16.9c
*) Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada p-value
0.05 (uji selang berganda Duncan), SD = standar deviasi

9

10
Rotylenchus memiliki bentuk istirahat seperti spiral atau C (a). Stilet
Rotylenchus kuat dan panjang (b). Bagian ekor nematoda ini membulat (c)
(Gambar 7).
a

b

c

Ekor

Stilet

Gambar 7 Nematoda Rotylenchus: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan
.bagian posterior (c)
Aplikasi pakchoi kurang efektif terhadap Rotylenchus. Aplikasi kubis efektif
terhadap Rotylenchus pada dosis 20 g/100 ml. Peningkatan dosis tidak berbanding
lurus dengan peningkatan keefektifan. Terjadi peningkatan kecil jumlah nematoda
pada aplikasi dosis 5 g/100 ml (Tabel 5).
Tabel 5 Keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah kubis dan pakchoi dalam
.menekan nematoda Rotylenchus
Dosis (g/100
Keefektifan pengendalian SD*(%)
ml)
Pakchoi
Kubis
20.0
60.28 39.18a
85.33 16.43a
15.0
7.43 55.09a
33.33 55.73ab
10.0
3.33 54.20a
31.67 56.03ab
5.0
-3.50 62.24a
-4.83 57.95b
2.5
28.33 76.74a
38.43 25.53ab
0.0
23.67 51.99a
23.67 51.99ab
*) Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada p-value
0.05 (uji selang berganda Duncan), SD = standar deviasi

Helicotylenchus
Helicotylenchus merupakan nematoda ektoparasit yang memiliki daerah
penyerabaran yang luas pada daerah subtropis dan tropis. Nematoda ini adalah
salah satu nematoda yang parasit tanaman yang paling sering ditemukan di
seluruh dunia. Helicotylenchus dianggap bukan termasuk nematoda yang
merugikan kecuali pada beberapa tanaman rumput-rumputan. Nematoda ini
memakan sel tanaman dengan menusukkan stilet ke dalam epidermis dan sel
kortikal. Beberapa spesies Helicotylenchus dapat membentuk sel makan (Crow
2012).
Helicotylenchus memiliki bentuk istirahat berupa spriral dengan panjang
tubuh 600-820 µm (a). Bagian pencernaan berwarna Helicotylenchus gelap (a).
Nematoda ini memiliki stilet yang kuat dan panjang dengan knop yang terlihat
jelas (b). Vulva terletak 59%-61% dari anterior tubuh nematoda serta ujung ekor
berbentuk asimetris (c) (gambar 8).

11

12
Tabel 7 Pengaruh aplikasi limbah kubis dan pakchoi perlakuan jenis dan dosis
terhadap..peningkatan populasi nematoda non-parasit
Dosis (g/100
Peningkatakan populasi SD*(%)
ml)
Pakchoi
Kubis
20.0
703.90 362.9c
1715.63 738.4ab
15.0
860.12 596.9bc
2784.01 1028.1a
10.0
1187.26 828.2bc
2525.30 1599.8a
5.0
2350.99 320.3a
660.44 327.4c
2.5
1436.61 595.9b
480.70 267.1c
0.0
26.41 32.3c
26.41 32.3c
*) Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada p-value
0.05 (uji selang berganda Duncan)

Nematoda Lain Non-parasit

Gambar 9 Nematoda lain non-parasit
Pembahasan
Tanaman dari famili Brassicaceae secara umum memiliki senyawa
glukosinolat. Senyawa tersebut adalah hasil metabolit sekunder tanaman yang
mengandung nitrogen dan belerang. Glukosinolat terdapat pada seluruh bagian
tanaman (Redovniković et al. 2008). Glukosinolat menjadi toksik setelah
mengalami hidrolisis. Proses hidrolisis dari glukosinolat membutuhkan enzim
mirosinase dan air. Salah satu hasil dari hidrolisis glukosinolat adalah isotiosianat
yang bersifat volatil dan toksik. Sifat tersebut menyebabkan pakchoi dan kubis

13
dapat digunakan sebagai biofumigan untuk mengendalikan nematoda parasit
tanaman (Yulianti dan Supriadi 2008).
Keefektifan pakchoi dan kubis dalam menekan nematoda parasit tanaman
dipengaruhi oleh kadar dan jenis isotiosianat. Hasil perlakuan menunjukkan
bahwa peningkatan dosis berbanding lurus dengan peningkatan keefektifan
pengendalian karena semakin tinggi dosis maka semakin tinggi kadar isotiosianat.
Jenis isotiosianat bergantung pada jenis glukosinolat yang terhidrolisis. Setiap
tanaman Brassicaceae memiliki kandungan dan kadar glukosinolat yang berbeda
termasuk pakchoi dan kubis (Yulianti dan Supriadi 2008). Menurut Bhandari et al.
(2015), kandungan glukosinolat pada tanaman muda pakchoi (14.48 μmol/g) lebih
tinggi dibandingkan dengan kubis (10.92 μmol/g). Hal tersebut menyebabkan
pakchoi memiliki keefektifan pengendalian yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kubis. Selain jenis tanaman, glukosinolat juga dipengaruhi oleh bagian
tanaman, waktu panen, penyimpanan, tempat tanam, dan varietas (Bhandari et al
2015; Chen et al 2008; Yousef 2015).
Aplikasi biofumigan efektif terhadap Meloidogyne, Pratylenchus, dan
Rotylenchulus, namun kurang efektif terhadap Rotylenchus dan Helicotylenchus.
Kurang efektifnya perlakuan dapat disebabkan populasi awal kedua nematoda
yang rendah dan memiliki resistensi yang lebih tinggi terhadap biofumigan
pakchoi dan kubis dibandingkan dengan Meloidogyne, Pratylenchus, dan
Rotylenchulus. Jumlah populasi awal nematoda Rotylenchus dan Helicotylenchus
pada sampel paling sedikit dibandingkan dengan 3 genus lainnya. Populasi awal
yang sedikit menyebabkan perubahan kecil pada populasi akhir memengaruhi
nilai keefektifan secara signifikan.
Populasi nematoda non-parasit meningkat setelah 7 hari aplikasi
biofumigan. Peningkatan tersebut sesuai dengan Hu dan Qi (2010) yang
menyebutkan bahwa aplikasi sisa bahan organik dapat meningkatkan populasi
nematoda non-parasit. Populasi nematoda non-parasit yang meningkat adalah
bakteriovor, sedangkan nematoda fungivor dan omnivor tidak meningkat secara
signifikan. Peningkatan tersebut dapat disebabkan oleh meningkatnya
ketersediaan NPK dari aplikasi sisa tanaman pakchoi dan kubis (Wang et al.
2013). Peningkatan nitrogen pada tanah berkolerasi postif terhadap peningkatan
nematoda bakteriovor (Xiao et al. 2010).
Aplikasi sisa tanaman pakchoi dan kubis di lapangan dapat dilakukan
bersamaan dengan pencangkulan tanah. Sisa panen pakchoi atau kubis dibiarkan
di tanah saat pencangkulan. Selama proses pencangkulan, diharapkan terjadi
pelukaan yang menginduksi proses hidrolisis glukosinolat. Apabila kondisi tanah
kering, disarankan untuk menyiram lahan dengan air sehingga proses hidrolisis
glukosinolat dapat terjadi. Perlakuan biofumigan sebaiknya dilakukan 8 hari
hingga 12 hari sebelum penanaman untuk menghindari fitotoksik karena pada
rentang hari tersebut di dalam tanah masih terdapat isotiosianat (Gimsing dan
Kirkeegard 2006; Youseff 2015)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Aplikasi sisa tanaman pakchoi dan kubis efektif menurunkan jumlah
nematoda parasit tumbuhan di dalam tanah. Keefektifan perlakuan mencapai
68.01% pada dosis 2.5 g per 100 ml tanah dan meningkat dengan penambahan
dosis. Keefektifan perlakuan terlihat nyata terhadap Meloidogyne, Pratylenchus,
dan Rotylenchulus tetapi kurang nyata terhadap Rotylenchus dan Helicotylenchus.
Saran
Perlu dilakukan eksplorasi lebih lanjut berbagai tanaman Brassicaceae yang
dapat menjadi sumber biofumigan terhadap nematoda parasit.

DAFTAR PUSTAKA
Abbott. 1925. A method of computing the effectiveness of an insecticides.
Journal of Economic Entomology. 18(2):265-267.
Agrios GN. 2005. Plant Pathology. 5th ed. San Diego (US): Academic Press.
Anwar SA, McKenry MV. 2012. Incidence and population density of plantparasitic nematodes infecting vegetable crops and associated yield loss in
Punjab, Pakistan. Pakistan Journal of Zoology. 44(2):327-333.
Bezooijen JV. 2006. Methods and Techniques for Nematology. Wageningen (NL):
Wageningen University.
Bhandari RB, Jung SJ, Jun GL. 2015. Comparison of glucosinolate profiles in
different tissues of nine Brassica crops. Journal of Molucules. 20: 1582715841
Chen X, Zhujun Z, Joska G, Nadine Z. 2008. Glucosinolates in chinese Brassica
campestris vegetables: chinese cabbage, purple cai-tai, choysum, pakchoi,
and turnip. Horticultural Science. 43(2): 571-574
Crow WT. 2012. Spiral Nematode Helicotylenchus pseudorobustus [internet].
Gainesville (US): University of Florida Entomology and Nematology
Departement;
[diunduh
2015
Sept
8].
Tersedia
pada:
http://entnemdept.ufl.edu/creatures/nematode/spiral_nematode.htm
Daulay NS. 2013. Sisa tanaman Cruciferae sebagai biofumigan untuk
mengendalikan nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) [skripsi]. Bogor
(ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Davis EL, McGuidwin AE. 2000. Lession nematode diseases [Internet]. Saint
Paul (USA: Department of Plant Pathology; [diunduh 2015 Jan 17].
Tersedia pada: http://www.apsnet.org/edcenter/intropp/lessons/Nematodes/
Pages/LesionNematode.aspx. DOI: 10.1094/PHII2000103002.
Duncan LW, Jospeh WN. 1998. Agriculutre Sustainability and Nematode
Integrated Pest Management. Di dalam: Barker KR, Pederson A, Windham
GL. Editor. Plant Nematode Interaction. Madison (US): American Society
of Agronomi.
Gimsing AL, Kirkeegard JA. 2006. Glucosinolate and isothiocyanate
concentration in soil following incorporation of Brassica biofumigants. Soil
Biology & Biochemistry. 38: 2255-2264.
Hu C, Qi Y. 2010. Abundance and diversity of soil nematodes as influenced by
different types of organic manure. Helminthologia. 47(1): 58-66.
Lambert K, Sadia B. 2002. Introduction to plant parasitic nematodes [Internet].
Urbana (US): Department of Crop Sciences; [diunduh 2015 Jan 17].
Tersedia pada: http://www.apsnet.org/edcenter/intropp/PathogenGroups/
Pages/Intro Nemato des.aspx. DOI: 10.1094/PHII2002121801.
Larkin RP, Timothy SG. 2007. Control of soilborne potato diseases using
Brassica green manures. Crop Protection. 26(7):1067-1077.
Mai WF, Mullin PG. 1996. Plant-Parasitic Nematodes a Pictorial Key to Genera.
5th ed. London (UK): Cornell University Press.
Redovniković IR, Tatjana G, Karmela D, Jasna FV. 2008. Glucosinolates and
their potential role in plant. Periodicum Biologorum. 110(4):297-309.

16
Rosya A. 2015. Keefektifan limbah Brassica sebagai biofumigan dalam
pengendalian nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) pada tanaman tomat
[tesis]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Rosyidah A, Djuhari. 2014. The increase in effectiveness of broccoli waste as
bio-fumigant to control Ralstonia solanacearum on tomato (Solanum
lycopersicum L.). Journal of Biology, Agriculture, and Healthcare.
4(24):85-90.
Singh RS, K Sitaramaiah. 1994. Plant Pathogens: The Nematodes. New York
(US): International Science Publisher.
Szczygłowska M, Anna P, Piort K, Jacek M. 2011. Use of Brassica plants in the
phytoremediation and biofumigation processes. International Journal of
Molecular Science. 12(11):7760-7771.
Wang KH. 2007. Reniform Nematode Rotylenchulus reniformis [Internet].
Gainesville (US): University of Florida Entomology and Nematology
Departement;
[diunduh
2015
Jan
15].
Tersedia
pada:
http://entnemdept.ufl.edu/creatures/nematode/r_reniformis.htm.
Wang Q, Yan M, Hao Y, Zhizou C. 2013. Effect of biofumigation and chemical
fumigation on soil microbial community structure and control of pepper
Phytophthora blight. World Journal of Microbiology Biotechnology.
30(2):507-518.
Xiao H, Bryan G, Xiaoyun C, Mangqian L, Jiaguo J, Feng H, Suihin L. 2010.
Influence of bacterial-feeding nematodes on nitrification and the ammoniaoxidizing bacteria (AOB) community composition. Applied Soil Ecology.
45(3): 131-137.
Yousef MMA. 2015. Biofumigation as a promising tool for managing plant
parasitic nematodes: A review. Scientia Agriculturae. 10(3): 115-118.
Yulianti T, Supriadi. 2008. Biofumigan untuk pengendalian patogen tular tanah
penyebab penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Perspektif. 7(1):20-34.

LAMPIRAN

18
Lampiran 1 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan limbah kubis dan .pakchoi
terhadap nematoda parasit tanaman
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Hasil
Source
Type III Sum
df
Mean Square
F
Sig.
of Squares
Corrected Model
26887.714a
11
2444.338
35.103
.000
Intercept
254411.912
1 254411.912 3653.586
.000
Jenis
468.049
1
468.049
6.722
.013
Dosis
25687.834
5
5137.567
73.780
.000
Jenis * Dosis
731.831
5
146.366
2.102
.081
Error
3342.407
48
69.633
Total
284642.032
60
Corrected Total
30230.121
59
a. R Squared = .889 (Adjusted R Squared = .864)
Lampiran 2 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah
..kubis dan pakchoi dalam menekan nematoda Meloidogyne
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Hasil
Source
Type III Sum
df
Mean Square
F
Sig.
of Squares
Corrected Model
47024.941a
11
4274.995
85.371
.000
Intercept
308315.751
1 308315.751 6156.985
.000
Jenis
360.836
1
360.836
7.206
.010
Dosis
46016.823
5
9203.365 183.789
.000
Jenis * Dosis
647.281
5
129.456
2.585
.038
Error
2403.637
48
50.076
Total
357744.329
60
Corrected Total
49428.578
59
a. R Squared = .951 (Adjusted R Squared = .940)
Lampiran 3 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah
..kubis dan pakchoi dalam menekan nematoda Pratylenchus
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Hasil
Source
Type III Sum
df
Mean Square
F
Sig.
of Squares
Corrected Model
22753.554a
11
2068.505
14.169
.000
Intercept
233427.891
1 233427.891 1598.999
.000
Jenis
809.399
1
809.399
5.544
.023
Dosis
21160.046
5
4232.009
28.990
.000
Jenis * Dosis
784.109
5
156.822
1.074
.386
Error
7007.221
48
145.984
Total
263188.665
60
Corrected Total
29760.774
59
a. R Squared = .765 (Adjusted R Squared = .711)

19
Lampiran 4 Penghitungan SPSS tingkat keefektifan perlakuan dosis dan jenis
..limbah kubis dan pakchoi dalam menekan nematoda Rotylenchulus
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Hasil
Source
Type III Sum
df
Mean Square
F
Sig.
of Squares
Corrected Model
17161.901a
11
1560.173
6.452
.000
Intercept
243371.079
1 243371.079 1006.457
.000
Jenis
1227.569
1
1227.569
5.077
.029
Dosis
15612.760
5
3122.552
12.913
.000
Jenis * Dosis
321.572
5
64.314
.266
.929
Error
11606.869
48
241.810
Total
272139.850
60
Corrected Total
28768.770
59
a. R Squared = .597 (Adjusted R Squared = .504)
Lampiran 5 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah
..kubis dan pakchoi dalam menekan nematoda Rotylenchus
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Hasil
Source
Type III Sum
df
Mean Square
F
Sig.
of Squares
Corrected Model
38063.167a
11
3460.288
1.251
.282
Intercept
44590.523
1
44590.523
16.116
.000
Jenis
3230.742
1
3230.742
1.168
.285
Dosis
32549.900
5
6509.980
2.353
.055
Jenis * Dosis
2282.525
5
456.505
.165
.974
Error
132805.239
48
2766.776
Total
215458.930
60
Corrected Total
170868.407
59
a. R Squared = .223 (Adjusted R Squared = .045)
Lampiran 6 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah
..kubis dan pakchoi dalam menekan nematoda Helicotylenchus
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Hasil
Source
Type III Sum
df
Mean Square
F
Sig.
of Squares
Corrected Model
95149.756a
11
8649.978
1.198
.314
Intercept
60700.421
1
60700.421
8.410
.006
Jenis
1323.386
1
1323.386
.183
.670
Dosis
67239.233
5
13447.847
1.863
.118
Jenis * Dosis
26587.136
5
5317.427
.737
.600
Error
346438.588
48
7217.471
Total
502288.765
60
Corrected Total
441588.344
59
a. R Squared = .215 (Adjusted R Squared = .036)

20
Lampiran 7 Penghitungan SPSS Pengaruh aplikasi limbah kubis dan pakchoi
..terhadap peningkatan populasi nematoda non-parasit
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Hasil
Source
Type III Sum of
df
Mean Square
F
Sig.
Squares
Corrected Model
49132143.224a
11 4466558.475
9.500
.000
90746663.64
Intercept
90746663.647
1
193.015
.000
7
Jenis
1103243.854
1 1103243.854
2.347
.132
Dosis
23414590.788
5 4682918.158
9.960
.000
Jenis * Dosis
24614308.582
5 4922861.716
10.471
.000
Error
22567318.378
48 470152.466
Total
162446125.248
60
Corrected Total
71699461.602
59
a. R Squared = .685 (Adjusted R Squared = .613)
Lampiran 8 Perkecambahan tanaman dalam sampel tanah setelah 7 hari perlakuan

Lampiran 11 Gejala puru akar pada tanaman sampel

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Lamongan pada tanggal 16 Maret 1993 sebagai anak
keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Moch. Chotib dan Ibu Siti
Munawaroh. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN
1 Babat Kabupaten Lamongan pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
Undangan. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, IPB dan mengikuti program Tingkat Persiapan Bersama
selama 1 tahun. Pada tahun berikutnya penulis mengikuti perkuliahan dengan
Mayor Proteksi Tanaman dan Minor Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif bergabung dengan beberapa
organisasi seperti Dormitory English Club periode 2011-2012, Himpunan
Mahasiswa Proteksi Tanaman periode 2012-2014, dan Organisasi Mahasiswa
Daerah Lamongan periode 2011-2014 serta terlibat dalam kepanitiaan beberapa
kegiatan kampus. Bidang akademik penulis pernah menjadi asisten praktikum
Perlindungan Hama Terpadu Perkebunan di D3 IPB pada tahun ajaran 2014/2015
dan Nematologi Tumbuhan di S1 IPB pada tahun ajaran 2015/2016.