Precautionary Approach Dalam Pengelolaan Sumber Daya Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis) Dan Ikan Tetengkek (Megalaspis Cordyla) Di Perairan Selat Sunda

PRECAUTIONARY APPROACH DALAM PENGELOLAAN SUMBER
DAYA IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DAN IKAN TETENGKEK
(Megalaspis cordyla) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

ol

VERA ARDELIA

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Precautionary Approach
dalam Pengelolaan Sumber Daya Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) dan Ikan
Tetengkek (Megalaspis cordyla) di Perairan Selat Sunda adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Vera Ardelia
NIM C251140041

RINGKASAN
VERA ARDELIA. Precautionary Approach dalam Pengelolaan Sumber Daya
Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) dan Ikan Tetengkek (Megalaspis cordyla) di
Perairan Selat Sunda. Dibimbing oleh YONVITNER DAN MENNOFATRIA
BOER.
Ikan tongkol dan tetengkek merupakan ikan pelagis yang berperan penting
dalam rantai makanan sebagai ikan karnivora dan berpengaruh terhadap
keseimbangan ekosistem perairan. Kajian mengenai indikator biologi dan dinamika
populasi diperlukan untuk mengatur populasi pemanfataan sumber daya tersebut.
Hasil ini diharapkan berguna dalam rangka kebijakan pengelolaan perikanan
tongkol dan tetengkek. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk

menganalisis status sumber daya ikan tongkol dan tetengkek di perairan Selat
Sunda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 hingga Agustus 2016
yang berasal dari hasil tangkapan nelayan di perairan Selat Sunda yang didaratkan
di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan Pandeglang. Analisis data terdiri atas
hubungan panjang berat, faktor kondisi, sebaran frekuensi panjang, pertumbuhan,
ukuran pertama kali matang gonad, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad
(TKG), indeks kematangan gonad (IKG), diameter telur dan fekunditas.
Aspek biologi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan tongkol
memiliki pola pertumbuhan allometrik positif, sedangkan ikan tetengkek memiliki
pola pertumbuhan isometrik. Ikan tongkol dan tetengkek betina lebih cepat matang
gonad dibandingkan ikan jantan. Nisbah kelamin ikan tongkol dan tetengkek betina
lebih kecil dibandingkan ikan tongkol dan tetengkek jantan. Ikan tongkol dan
tetengkek didominasi TKG I dan II (belum matang gonad). Fekunditas ikan tongkol
berada pada kisaran antara 17 814 – 560 792 butir dengan puncak ukuran diameter
telur pada 0.0250 – 1.0750. Sedangkan, fekunditas Ikan tetengkek berkisar 1.401103.825 butir dengan puncak ukuran diameter telur pada 0.2224-0.3210.
Berdasarkan aspek dinamika populasi, dapat diketahui bahwa catch per unit effort
(CPUE) ikan tongkol dan tetengkek mengalami kecenderungan penurunan. Model
produksi surplus yang digunakan yaitu model Fox yang menghasilkan MSY sebesar
1 519 ton per tahun dengan upaya penangkapan maksimum 5 040 trip. laju
eksploitasi ikan tongkol dan tetengkek sudah melebihi 0.5 sehingga diduga

sumberdaya ikan tongkol dan tetengkek sudah mengalami eksploitasi berlebih (over
exploitation). ikan tongkol telah mengalami overfishing. Sedangkan untuk hasil
tangkapan ikan tetengkek belum melebihi tangkapan potensi lestari.
Kata kunci : biologi reproduksi, dinamika populasi, ikan tongkol, ikan tetengkek,
selat sunda.

SUMMARY
VERA ARDELIA. Precautionary Approach In The Management of Fish Resources
Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis) and Torpedo Scad (Megalaspis cordyla) in
the Sunda Strait. Supervised by YONVITNER and MENNOFATRIA BOER.
Eastern little tuna and torpedo scad is a pelagic fish and important in the
food chain as carnivorous fish and affect the balance of aquatic ecosystems. The
study of indicators of natural history and population dynamics is necessary to
regulate the population of utilization of these resources. These results are expected
to be useful in the context of fisheries management policy eastern little tuna and
torpedo scad. The aim of this research was to determine the status of resources and
eastern little tuna and torpedo scad in the Sunda Strait. This research carried out on
April 2015 until August 2015 from the catch of fishery Sunda Strait which landed
in PPP Labuan, Banten. The data analysis consisted of a long relationship weight,
condition factor, the length frequency distribution, growth, the size of the first ripe

gonads, sex ratio, gonad maturity level, gonad maturity index, the diameter of the
eggs and fecundity.
The results showed of the biological aspects, the eastern littte tuna had a
positive allometric growth patterns Meanwhile, torpedo scad has isometric growth
pattern. Eastern little tuna and torpedo scad female gonads mature faster than males.
Sex ratio eastern little tuna and torpedo scad females are smaller than males. Eastern
little tuna and torpedo scad dominated gonad maturity level I and II (immature
gonads). Fecundity of eastern little tuna in the range 17 814-560 792 grains with a
diameter the size of an egg on the peak of 0.0250 - 1.0750. Meanwhile, torpedo
scad fecundity ranges with peaks 1 401-103 825 grain diameter size eggs at 0.22240.3210. Based on the aspects of population dynamics, it can be seen that the catch
per unit effort (CPUE) eastern little tuna and torpedo scad experienced a downward
trend. Surplus production model used is the model Fox that produces MSY of 1 519
tons per year with a maximum of 5 040 trip fishing effort. The rate of exploitation
of round scad had exceed the rate of exploitation which is 0.5. Eastern little tuna
has been overfishing. As for the catches torpedo scad not exceed the sustainable
catch potential.
Keywords : biological reproduction, population dynamics, eastern little tuna,
torpedo scad, sunda strait.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PRECAUTIONARY APPROACH DALAM PENGELOLAAN
SUMBER DAYA IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis)
DAN IKAN TETENGKEK (Megalaspis cordyla)
DI PERAIRAN SELAT SUNDA

VERA ARDELIA

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

Penguji luar komisi pada ujian tesis : Dr Ir Isdrajad Setyobudiandi, MSc

Judul Tesis

Nama
NIM

: Precautionary Approach dalam Pengelolaan Sumber Daya Ikan
Tongkol (Euthynnus affinis) dan Ikan Tetengkek (Megalaspis
cordyla) di Perairan Selat Sunda
: Vera Ardelia
: C251140041

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing


Dr Yonvitner, SPi MSi
Ketua

Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Perairan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:
19 Agustus 2016


Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun tesis dengan judul penelitian Precautionary
Approach dalam Pengelolaan Sumber Daya Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) dan
Ikan Tetengkek (Megalaspis cordyla) di Perairan Selat Sunda. Tesis ini merupakan
hasil penelitian dan menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister
pada program studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan menempuh
studi di program studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan.
2. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN),
DIPA IPB Tahun Ajaran 2015 No. 544/IT3.11/PL/2015, Penelitian Dasar
untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitan
dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB dengan judul “Dinamika Populasi
dan Biologi Reproduksi Beberapa Ikan Ekologis dan Ekonomis Penting di
Perairan Selat Sunda, Provinsi Banten” yang dilaksanakan oleh Prof Dr Ir

Mennofatria Boer, DEA (sebagai ketua peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia,
MSi (sebagai anggota peneliti).
3. Dr Yonvitner, SPi MSi dan Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA, selaku dosen
pembimbing yang telah banyak memberi saran dan arahan dalam
penyelesaian tesis.
4. Dr Ir Isdrajad Setyobudiandi, MSc selaku dosen penguji luar komisi.
5. Keluarga, papa (Arsil Syawal), mama (Nurmalis), uni (Rika Ardianni),
adik-adik (Nathania Alberta dan Kharomah Zikri) dan dua keponakanku
(Imam Aidil Akbar dan Fathur Azta Auladi) serta mas Nurjati Solikhin atas
kasih sayang, doa, dan dukungan baik secara moral ataupun material.
6. Teman-teman SDP 2014, atas kebersamaanya selama studi.
7. Staff Tata Usaha dan civitas SDP dan MSP.
8. Serta semua pihak yang telah mengambil bagian dalam pemberian masukan
dan saran selama penyusunan tesis.
Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak
sebagaimana mestinya.

Bogor, September 2016

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

vi
vii
viii

1 PENDAHULUAN
Latar belakang
Perumusan masalah
Tujuan penelitian
Manfaat penelitian
Hipotesis penelitian

1
1

2 METODE PENELITIAN
Lokasi dan waktu

Pengumpulan data
Analisis data

4
4
4

2

2
2
3

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

16
16
31

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

41
41
41

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

42
47
77

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Penentuan TKG secara morfologi
Hubungan antar spesies berdasarkan ketergantungan ekologi
Pendekatan kehati-hatian dalam pengelolaan perikanan
Visualisasi model bendera untuk indikator precautionary approach
Rasio kelamin ikan tongkol (E. affinis)
Rasio kelamin ikan tetengkek (M. cordyla)
Hubungan panjang bobot ikan tongkol dan tetengkek
Sebaran kelompok ukuran ikan tongkol total
Sebaran kelompok ukuran ikan tetengkek total
Parameter pertumbuhan ikan tongkol dan tetengkek
berdasarkan model Von Bertalanffy
Laju mortalitas dan laju eksploitasi ikan tongkol dan tetengkek
Hasil tangkapan (ton) dan upaya penangkapan (trip) ikan tongkol
Hasil tangkapan (ton) dan upaya penangkapan (trip) ikan
tetengkek
Koefisien ketergantungan antar spesies
Pendekatan kehati-hatian ikan tongkol dan tetengkek
Tumpang tinding relung makanan ikan tongkol dan tetengkek

5
14
15
15
16
17
17
24
25
26
27
27
28
29
30
38

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Kerangka pemikiran
Peta Lokasi Penelitian di Perairan Selat Sunda
Komposisi jenis ikan yang didaratkan di PPP Labuan Pandeglang
Banten dengan alat tangkap purse seine
Hubungan panjang bobot ikan tongkol (E. affinis) gabungan
Hubungan panjang bobgot ikan tetengkek (M.cordyla) gabungan
Faktor kondisi ikan tongkol (E.affinis)
Faktor kondisi ikan tetengkek (M. cordyla)
Tingkat kematangan gonad ikan tongkol (E. affinis) gabungan
Tingkat kematangan gonad ikan tetengkek (M. cordyla) gabungan
Indeks kematangan gonad ikan tongkol (E. affinis) betina
dan jantan
Indeks kematangan gonad ikan tetengkek (M. cordyla) betina
dan jantan
Perbandingan fekunditas ikan tongkol dan tetengkek
Sebaran diameter telur ikan tongkol (E. affinis) betina
Sebaran diameter telur ikan tetengkek (M. cordyla) betina
Sebaran frekuensi panjang ikan tongkol (E. Affinis)
Sebaran frekuensi panjang ikan tetengkek (M. cordyla)
Kurva pertumbuhan ikan tongkol (E. Affinis) gabungan
Kurva pertumbuhan ikan tetengkek (M. cordyla) gabungan
Model produksi surplus ikan tongkol dengan pendekatan
model Fox
Model produksi surplus ikan tetengkek dengan pendekatan
model Fox
Perbandingan nilai b ikan tongkol (E. affinis) dari berbagai
Penelitian
Perbandingan nilai b ikan tetengkek (M. cordyla) dari
berbagai penelitian
Perbandingan laju eksploitasi ikan tongkol (E. affinis)
dari berbagai penelitian
Perbandingan laju eksploitasi ikan tetengkek (M. cordyla)
dari berbagai penelitian
Komposisi trophic level ikan yang didaratkan di PPP
Labuan Pandeglang dengan alat tangkap pukat cincin

3
4
16
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
24
25
26
26
28
29
29
31
36
37
39

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Morfologi ikan tongkol dan tetengkek
Uji Chi-square terhadap nisbah kelamin jantan dan betina
pada ikan tongkol (E.affinis) dan tetengkek (M.cordyla)
3 Hubungan panjang bobot ikan tongkol (E.affinis) dan
tetengkek (M. cordyla) jantan,betina dan gabungan
4 Faktor kondisi ikan tongkol dan tetengkek
5 Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan tongkol (E.affinis)
dan ikan tetengkek (M.cordylla) betina, jantan dan gabungan
6 Indeks kematangan gonad (IKG) ikan tongkol (E. affinis),
ikan tetengkek (M. cordyla) betina, jantan dan gabungan
7 Perhitungan nilai fekunditas ikan tongkol (E. affinis),
ikan tetengkek (M. cordyla)
8 Diameter telur ikan tongkol (E. affinis) dan ikan tetengkek
(M.cordyla)
9 Ukuran pertama kali matang gonad ikan tongkol (E. affinis),
ikan tetengkek (M. cordyla)
10 Ukuran pertama kali tertangkap ikan ikan tongkol (E.affinis),
ikan tetengkek (M.cordyla)
11 Sebaran frekuensi panjang ikan tongkol (E. affinis),
ikan tetengkek (M. cordyla)
12 Pendugaan pertumbuhan ikan tongkol (E.affinis) dan
tetengkek (M.cordyla )
13 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan ikan tongkol (E. affinis),
ikan tetengkek (M. cordyla)
14 Standarisasi alat tangkap
15 Model produksi surplus
16 Ketergantungan antar spesies
17 Pendekatan kehati-hatian dalam pengelolaan perikanan

47
48
48
48
51
54
54
55
56
59
61
59
69
71
72
73
75

1

1 PENDAHULUAN
Latar belakang
Beberapa spesies ikan yang ditangkap di perairan Selat Sunda termasuk ikan
dengan nilai ekonomis penting seperti ikan tongkol dan tetengkek. Ikan tongkol dan
tetengkek merupakan ikan pelagis yang berperan penting dalam rantai makanan
sebagai ikan karnivora dan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan
(Johnson et al. 2013). Ikan tongkol yang kecil cenderung bergerombol secara
bersama (Williams 1963). Gerombolan campuran spesies ini diantaranya yaitu
yellowfin tuna kecil (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol
mackarel (Auxis thazard) dan tetengkek (Megalaspis cordyla). Menurut Ahmed et
al. (2014), tongkol (Euthynnus affinis) termasuk multispecies schools yang terdiri
dari 100 sampai lebih dari 5000 individu.
Salah satu masalah terbesar dalam dunia perikanan adalah adanya krisis
perikanan global yang mulai dirasakan sejak awal tahun 1990-an. Ketika
permintaan ikan dunia meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia,
maka intensitas penangkapan ikan dunia pun meningkat secara signifikan
(Andrianto 2005). Dampaknya nelayan cenderung mengeksploitasi ikan dalam
jumlah yang cukup besar, termasuk ikan tongkol dan tetengkek. Penangkapan tanpa
memikirkan keberlanjutan dari stok ikan di laut, dapat mempengaruhi
perkembangan populasi ikan. Kusumawardani (2014) menganalisis tangkapan ikan
tongkol dan upaya penangkapan yang telah distandarisasi di perairan Selat Sunda
tahun 2006-2013 mengalami fluktuasi setiap tahunnya.
Hasil tangkapan ikan tongkol tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 1
829.20 ton. Upaya penangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 10 115
trip. Hasil tangkapan ikan tongkol pada tahun 2006 dan 2008 terlihat melebihi MSY
sebesar 1 811 ton per tahun. Upaya penangkapan ikan tongkol selama delapan tahun
terakhir juga melebihi upaya optimum diduga yaitu sebesar 7 180 trip. Hasil
tersebut menunjukkan upaya rata-rata dan upaya aktual telah melebihi nilai upaya
penangkapan optimum. Diduga bahwa ikan tongkol di Perairan Selat Sunda telah
mengalami tangkap lebih. Hasil tangkapan dan upaya penangkapan sumber daya
ikan tetengkek di perairan Selat Sunda tahun 2007-2013 juga berfluktuatif dari
tahun ke tahun. Hasil tangkapan ikan tetengkek tertinggi terjadi pada tahun 2008
sebesar 598.3 ton dengan upaya penangkapan tertinggi ikan tetengkek terjadi pada
tahun 2009 sebesar 929 trip. Upaya yang dilakukan pada tahun 2013 sudah melebihi
nilai fMSY. Hal ini dapat diduga sumber daya ikan tetengkek di perairan Selat Sunda
yang didaratkan di PPP Labuan Banten juga sudah mengalami tangkap lebih
(Fadilla 2015). Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan sumber daya
perikanan. Menurut FAO (2003) bahwa, pendekatan pengelolaan sumber daya
perikanan menggunakan dua konsep utama yaitu, pengelolaan berdasarkan
ekosistem (ecosystembased management) dan pendekatan kehati-hatian (the
precautionary approach).
Precautionary approach atau pendekatan kehati-hatian perlu dilakukan
dalam rangka pembangunan berkelanjutan dibidang perikanan untuk memastikan
bahwa eksploitasi perikanan ke depan masih tetap memberikan keuntungan bagi
generasi yang akan datang (Martosubroto, 2010). Indikator kehati-hatian mencakup
indikator natural history dan dinamika populasi. Kegiatan penangkapan ikan

2

tongkol dan tetengkek yang dilakukan terus-menerus dapat mempengaruhi
keberadaan stok sumber daya ikan tersebut. Ketersedian stok sangat ditentukan oleh
indikator biologi, dinamika populasi dan indikator lingkungan. Kajian mengenai
indikator biologi dan dinamika populasi diperlukan untuk mengatur populasi
pemanfataan sumber daya tersebut. Hasil ini diharapkan berguna dalam rangka
kebijakan pengelolaan perikanan tongkol dan tetengkek.
Perumusan masalah
Kegiatan penangkapan ikan tongkol dan tetengkek yang tinggi dengan
volume produksi yang terus meningkat setiap tahunnya dapat mengakibatkan upaya
tangkap lebih (overfishing), sehingga akan menyebabkan penurunan stok sumber
daya ikan tongkol dan tetengkek di perairan Selat Sunda. Adanya indikasi tangkap
lebih diduga mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi sumber daya ikan
tersebut, dengan adanya threshold indikator maka dapat memastikan bahwa
eksploitasi perikanan ke depan masih tetap memberikan keuntungan bagi generasi
yang akan datang. Penelitian ini dilakukan dalam upaya memberikan masukan bagi
pengelolaan sumber daya ikan tongkol dan tetengkek melalui dua pendekatan aspek
dinamika populasi dan biologi reproduksi agar sumber daya ikan tongkol dan
tetengkek dapat dimanfaatkan secara optimum, lestari dan berkelanjutan.
Tujuan penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis status sumber
daya ikan tongkol dan tetengkek di perairan Selat Sunda.
Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa informasi ilmiah
terkait status stok sumber daya ikan tongkol dan tetengkek, sehingga dapat
dijadikan sebagai dasar pertimbangan dan pengembangan dalam pengelolaan ikan
tongkol dan tetengkek di perairan Selat Sunda yang tepat dan berkelanjutan. Selain
itu, hasil yang diperoleh dari penelitian ini, juga diharapkan mampu menjadi dasar
kebijakan untuk dinas yang terkait dalam upaya pengelolaan perikanan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Gambaran kerangka pemikiran
disajikan pada Gambar 1.

3

Laporan tahunan
RPP
Kajian penelitian

Eksisting perikanan

Rencana
pengembangan
sumber daya ikan

Natural history

Pertumbuhan

Dinamika populasi

Makanan

Reproduksi

Struktur
ukuran

Kelompok
ukuran

Analisis potensi recruitment

Mortalitas

Analisis pemanfaatan

Potensi recruitment

Potensi pemanfaatan

Kemampuan
recruitment

Kemampuan
reproduksi

Tidak

Threshold analysis

Tidak

Ya
Pemanfaatan
berkelanjutan
Strategi

Selesai

Gambar 1 Kerangka pemikiran
Hipotesis penelitian
Hipotesis pada penelitian ini ialah diduga jika kondisi populasi baik, maka
struktur populasi mendukung keberlanjutan stok dan memberikan manfaat terhadap
keberlanjutan sumber daya perikanan.

CPUE

4

2 METODE PENELITIAN
Lokasi dan waktu
Penelitian ini dilaksanakan di pelabuhan perikanan pantai (PPP) Labuan,
Banten dan Institut Pertanian Bogor. Ikan contoh yang diperoleh merupakan hasil
tangkapan nelayan di sekitar Selat Sunda. Pengambilan contoh dilakukan selama 5
bulan dari bulan April hingga Agustus 2015. Ikan yang diperoleh dianalisis di
Laboratorium Biologi Perikanan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.
Gambar 1 menunjukkan lokasi penelitian dan daerah penangkapan ikan tongkol dan
tetengkek yang didaratkan di PPP Labuan, Banten.

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

Pengumpulan data
Pengambilan ikan contoh
Penelitian ini menggunakan metode survei lapang untuk mendapatkan
gambaran yang dapat mewakili kondisi biologi dan stok ikan tongkol dan tetengkek
di perairan Selat Sunda. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan teknik Penarikan Contoh Acak Berlapis
(PCAB), yaitu dengan mengambil ikan secara acak dari keranjang nelayan yang
sudah dikelompokkan. Pengambilan ikan contoh meliputi ikan-ikan yang
berukuran kecil, sedang, dan besar. Ikan yang diamati hanya ikan yang ditangkap
di perairan Selat Sunda dan didaratkan di PPP Labuan, Banten. Ikan contoh yang
diambil setiap bulan sekitar 200 ekor, dengan total jumlah sampel selama
pengamatan sebanyak 1 596 ikan. Ikan yang sudah terkumpul dimasukkan ke
dalam cool box dengan ditambahkan es batu sebagai pengawet ikan dan dibawa ke
laboratorium untuk keperluan analisis gonad. Data sekunder diperoleh dari laporan
tahunan statistik perikanan tangkap PPP Labuan dan Dinas Kelautan Perikanan
Kabupaten Pandeglang Banten tahun 2008 sampai 2014, serta informasi kondisi
perikanan di Labuan, Banten melalui wawancara langsung dengan Nelayan.

5

Panjang dan bobot
Ikan contoh yang telah diambil diukur panjang total dan tinggi serta
ditimbang bobotnya di laboratorium. Pengukuran panjang total ikan dimulai dari
mulut ikan terdepan hingga ujung ekor, sedangkan pengukuran tinggi ikan dimulai
dari bagian bawah perut ikan hingga ke sirip dorsal. Pengukuran ini menggunakan
penggaris dengan nilai satuan terkecil 1 mm. Penimbangan bobot ikan dilakukan
dengan menggunakan timbangan dengan nilai satuan terkecil 1 gram dengan
ketelitian alat 0.5 mm.
Tingkat kematangan gonad (TKG)
Ikan-ikan yang telah diukur panjang total, tinggi, dan bobot dibedah untuk
diambil gonadnya, kemudian dianalisis jenis kelamin dan tingkat kematangan
gonad (TKG). Bobot gonad total ditimbang menggunakan timbangan dengan nilai
satuan terkecil 0.0001 gram dengan ketelitian alat 0.00005 gram. Gonad betina
yang telah masuk ke dalam kategori TKG III dan IV diawetkan menggunakan
formalin 4% dan dimasukkan ke dalam botol sampel untuk pengamatan fekunditas
dan diameter telur.
Penentuan TKG yang dilakukan di lapangan atau di laboratorium
berdasarkan pengamatan morfologis serta ukuran gonad. Penentuan TKG bertujuan
untuk mengetahui kondisi ikan yang diperoleh selama penelitian dalam keadaan
tingkat kematangan gonad sehingga dapat diduga musim pemijahan ikan tersebut.
TKG ditentukan secara morfologi menggunakan modifikasi Cassie in Effendie dan
Sjafei (1976) yang didasarkan pada bentuk, warna, ukuran, dan bobot gonad
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Penentuan TKG secara morfologi (Cassie 1956 in Effendie 1976)
TKG
I

II

III

IV

V

Betina
Ovari seperti benang, panjang sampai ke
depan rongga tubuh. Warna jernih.
Permukaan licin.
Ukuran ovari lebih besar. Pewarnaan
lebih gelap kekuning-kuningan, telur
belum jelas dilihat dengan mata.

Jantan
Testis seperti benang, lebih pendek, terihat
ujungnya dirongga tubuh. Warna jernih.
Permukaan licin.
Ukuran testis lebih besar. Pewarnaan lebih
putih seperti susu. Bentuk lebih jelas
daripada tingkat I.

Ovari berwarna kuning. Secara
morfologis telur mulai kelihatan
butirannya dengan mata.

Permukaan testis tampak lebih bergerigi.
Warna makin putih, testis makin besar.
Dalam keadaan diawetkan mudah putus.

Ovari makin besar. Telur berwarna
kuning, mudah dipisahkan. Butir
minyak tidak tampak. Mengisi ½ - 2/3
rongga perut, usus terdesak.
Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur
sisa terdapat didekat pelepasan, banyak
telur seperti pada tingkat II

Seperti pada tingkat III, tampak lebih jelas
dan testis makin pejal.
Seperti pada tingkat III, tampak lebih jelas
dan testis makin pejal.
Testes bagian belakang kempis dan
dibagian dekat pelepasan masih berisi

Fekunditas
Fekunditas diamati pada gonad yang sudah masuk ke dalam kategori TKG
III dan IV. Gonad yang dianalisis diambil dari tiga bagian sub gonad, yaitu anterior,
tengah, dan posterior. Dari setiap sub gonad tersebut diambil sebagian bobot gonad
untuk diencerkan menggunakan air sebanyak 10 ml dalam cawan petri. Kemudian

6

telur dalam cawan petri diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet tetes. Jumlah
telur sebanyak 1 ml dihitung satu per satu dengan menggunakan hand counter.
Metode tersebut merupakan metode gabungan dalam penentuan fekunditas.
Fekunditas dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut (Effendie 2002).
F=

GxVxX
Q

F adalah fekunditas (butir), G adalah berat gonad total (gram), V adalah volume
pengenceran (ml), X adalah rata-rata jumlah telur (butir), Q adalah rata-rata berat
gonad contoh (gram)
Diameter telur
Penentuan diameter telur dilakukan pada telur yang telah mencapai TKG III
dan TKG IV, dengan cara mengamati masing-masing 50 butir telur dari bagian
anterior, tengah, dan posterior yang sudah ditambahkan air pada cawan petri. Telurtelur tersebut disusun pada kaca preparat dan dilakukan pengukuran diameter telur
menggunakan mikroskop binokuler majemuk dengan perbesaran 4x10 yang telah
dilengkapi dengan mikrometer okuler dan telah ditera. Diameter telur dihitung
untuk mengetahui pola pemijahan ikan dengan mengkonversi satuan mikron
menjadi milimeter. Mikrometer yang ditera dalam mikroskop dengan perbesaran
4x10 memiliki nilai satuan terkecil 25 µ.
D = d x 0,025 mm
D adalah diameter telur (mm), d adalah diameter yang terlihat di mikroskop, 0.025
adalah nilai konversi.
Analisis data
Hubungan panjang bobot
Analisis hubungan panjang bobot dilakukan untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan. Hubungan panjang dan bobot dijelaskan dalam bentuk
persamaan eksponensial. Menurut Hile (1936) in Effendie (1979), rumus penentuan
hubungan panjang bobot sebagai berikut.
W = α Lβ
W adalah bobot ikan (gram), L adalah panjang ikan (cm), nilai α dan β adalah
koefisien pertumbuhan bobot. Nilai α dan β diduga dari bentuk linier persamaan
diatas, yaitu:
Log w = log α + β log L

Parameter penduga α dan β diperoleh dengan analisis regresi dengan log W sebagai
y dan log L sebagai x, sehingga diperoleh persamaan regresi:
Y = b0 + b 1 X

7

Sehingga b = b1 dan a = 10b0
Nilai β digunakan untuk menduga pola pertumbuhan yang didapat dari
perhitungan panjang dan bobot melalui hipotesis. Adapun hipotesis yang digunakan
sebagai berikut.
1. H0 : β=3
pola pertumbuhan bersifat isometrik (pertumbuhan panjang sama dengan
pertumbuhan bobot).
2. H1 : β≠3
pola pertumbuhan bersifat allometrik, yaitu:
a. Bila nilai β>3, bersifat allometrik positif (pertumbuhan bobot lebih
dominan).
b. Bila nilai βttabel maka tolak hipotesis nol
(H0) dan jika thitung
<

Kompetisi

�� / ��

Predator-prey (x1 = predator dan x2 = prey)

�� / ��

Mutualisme
Komensalisme (x1 = komensal)
Amensalisme (x1 = amensal)

Sumber : Anderson dan Seijo 2010

Spesies 2
>
>

�� / ��

<

�� / ��
�� / ��

=
=

�� / ��

�� / ��

<

>

Precautionary approach
Precautionary approach atau pendekatan kehati-hatian dalam konteks
pengelolaan perikanan memberlakukan pendekatan yang bersifat kehati-hatian
secara luas demi pengelolaan sumber daya perikanan. Indeks potensi keberlanjutan
populasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
(∑skor)

Indeks potensi keberlanjutan = √

n

Pendekatan kahati-hatian dalam pengelolaan perikanan disajikan pada Tabel 3 dan
Lampiran 17.

15

Tabel 3 Pendekatan kehati-hatian dalam pengelolaan perikanan
No

Indikator
Komposisi Ikan

Pendekatan kehati-hatian
Komposisi ikan beradasarkan siklus hidup dapat dikatakan cukup
memadai apabila struktur populasi larva > individu > dewasa
berdasarkan jumlah.

4

Rasio kelamin
Hubungan panjang
bobot
Faktor Kondisi

5

TKG

6

IKG

7

Fekunditas

8

Diameter telur

9

Kelompok umur

10

Lm dan Lc

Rasio kelamin untuk populasi ikan dianggap baik jika 1 : 1.
Hubungan panjang dan bobot dikatakan proposional apabila, nilai b
= 3.
Nilai faktor kondisi yang besar menunjukkan kondisi (>1) ikan dalam
keadaan baik dan di lingkungan yang mendukung.
Dalam kondisi ideal proporsi TKG seharusnya seimbang
(25:25:25:25).
Bobot gonad yang besar menjadi dugaan reproduksi yang tinggi dan
rendah pada pendekatan kehati-hatian.
Trend fekunditas yang rendah dari rata-rata memiliki potensi tidak
berkelanjutan. 0.5- sb < F < 0.5 + sb
Semakin kecil diameter telur maka perlu kehati-hatian dan cendrung
memiliki potensi keberhasilan pemijahan rendah
Modus kelompok umur yang baik ialah yang berada diatas range Lm.
Jika populasi yang terbanyak (modus) kecil dari Lm, maka ikan
dikelompok tersebut sudah menurun.
Kehati-hatian yang beresiko rendah adalah Lm < Lc, sehingga masih
ada ruang untuk bereproduksi

11

K

Laju pertumbuhan tinggi jika nilai K melebihi 0.3.

12

Kehati-hatian ditekan pada rasio nilai

13

M Rasio
MLc
Laju mortalitas

14

Ep

15

Fopt

16

Produksi
Aktual
MSY/JTB
Ketergantungan
antar spesies

1

2
3

17




harus lebih besar dari 1.

Jika F > M maka akan memiliki potensial risiko untuk sustainability
rendah.
Ep > 0.5 jika lebih besar maka akan potensial tidak sustain dan
tekanan tinggi.
Jika Faktual > Fopt maka perlu pengendalian dan hati-hati
Jika produksi aktual lebih besar dari MSY/JTB, maka stok masih bisa
sustainable.
Spesies 1
0
0

Prey-predator

Komensalisme

Mutualisme

Dari tiap indikator yang dinilai, kemudian dianalisis dengan menggunakan
analisis komposit sederhana berbasis rataan aritmetik yang kemudian ditampilkan
dalam bentuk model bendera (flag model) dengan kriteria seperti yang dapat dilihat
pada Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4 Visualisasi model bendera untuk indikator precautionary approach
Nilai skor komposit
1
2
3

Model bendera

Deskripsi
Buruk
Sedang
Baik

Hasil analisis keberlanjutan
√1 = sustainibility rendah
√2 = potensi keberlanjutan sedang
√2 − √3 = potensi keberlanjutan tinggi

16

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Komposisi hasil tangkapan ikan

Sumber daya hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Labuan Banten cukup
beragam seperti, ikan peperek, ikan selar, ikan tetengkek ikan tembang, ikan kurisi,
ikan kembung, ikan tenggiri, ikan layur, ikan tongkol dan ikan lainnya. Ikan tongkol
(E. affinis) yang didaratkan di PPP Labuan (11%) dari keseluruhan ikan hasil
tangkapan. Ikan tetengkek (M. cordyla) merupakan salah satu ikan hasil tangkapan
sampingan nelayan, persentase sebesar 5% (Gambar 3). Alat tangkap dominan yang
digunakan untuk menangkap ikan tongkol dan tetengkek adalah pukat cincin. Ratarata komposisi jenis ikan dari tahun 2008-2014 disajikan pada Gambar 3.
Ikan Lainnya Peperek Selar Tetengkek
5% 6%
9%
5%
Tongkol
11%

Layur
13%

Tenggiri
15%

Tembang
21%
Kurisi
4%
Kembung
11%

Gambar 3 Komposisi jenis ikan yang didaratkan di PPP Labuan Pandeglang Banten
dengan alat tangkap pukat cincin (DKP Kabupaten Pandeglang 2014).
Rasio kelamin dan hubungan panjang bobot
Rasio kelamin merupakan perbandingan antara jenis kelamin jantan dan
betina dalam suatu populasi, dimana penentuan jenis kelamin ini dilakukan secara
morfologi. Pada setiap pengambilan contoh dapat terlihat bahwa jumlah ikan
tongkol jantan lebih besar daripada ikan betina. Ikan tongkol yang diamati adalah
334 ekor untuk ikan betina dan 409 ekor untuk ikan jantan. Perbandingan antara
ikan tongkol jantan dan betina sebesar 1.22 : 1. Secara keseluruhan dari hasil uji
Chi square ikan tongkol jantan dan betina menunjukkan bahwa rasio dalam keadaan
seimbang kecuali bulan Mei. Rasio kelamin ikan tongkol pada setiap pengambilan
contoh disajikan pada Tabel 5 dan lampiran 2.
Tabel 5 Rasio kelamin ikan tongkol (E. affinis)
Pengambilan Contoh

n
(individu)

Jumlah (n)
Jantan Betina
76
73
71
20
90
80
99
78
73
83

149
16-Apr-15
91
15-Mei-15
170
19-Jun-15
177
08-Jul-15
156
13-Agu-15
Total
743
409
334
Keterangan : ᵡ2 tabel = 3.84 ; *:berbeda nyata pada SK 95%

Nisbah Kelamin
Jantan : Betina
1.04 : 1
3.55 : 1
1.12 : 1
1.26 : 1
0.87 : 1
1.22 : 1

ᵡ2 hitung
0.06
28.58*
0.58
2.49
0.64
7.57*

17

Ikan tetengkek yang diamati dari nilai rata-rata adalah 491 ekor untuk ikan
jantan dan 362 untuk ikan betina. Jumlah ikan tetengkek jantan juga lebih banyak
daripada ikan tetengkek betina. Perbandingan antara ikan tetengkek jantan dan
betina sebesar 1.35 : 1. Secara keseluruhan dari hasil uji Chi square ikan tetengkek
jantan dan betina menunjukkan bahwa rasio dalam keadaan tidak seimbang. Rasio
kelamin ikan tetengkek pada setiap pengambilan contoh disajikan pada Tabel 6 dan
lampiran 2.
Tabel 6 Rasio kelamin ikan tetengkek (M. cordyla)
Jumlah (n)
Jantan
Betina
66
16-Apr-15
212
146
69
15-Mei-15
184
115
48
19-Jun-15
110
62
59
08-Jul-15
150
91
120
13-Agu-15
197
77
Total
853
491
362
Keterangan : ᵡ2 tabel = 3.84 ; *:berbeda nyata pada SK 95%
Pengambilan
Contoh

n
(individu)

Nisbah Kelamin
Jantan : Betina
2.21 : 1
1.66 : 1
1.29 : 1
1.54 : 1
0.64 : 1
1.35 : 1

ᵡ2 hitung
30.18*
11.5*
1.78
6.82*
19.50*
7.57*

Persamaan yang diperoleh berdasarkan analisis hubungan panjang bobot
untuk ikan tongkol betina adalah W = 5x10-6 L 3.1531 dengan koefisien determinasi
95.8%, untuk ikan tongkol jantan = 3 x 10-6 L 3.2773 dengan koefisien determinasi
96.5% dan persamaan untuk ikan tongkol total adalah W = 1 x 10-5 L 3.2131 dengan
koefisen determinasi sebesar 97.39%. Persamaan yang diperoleh untuk ikan
tetengkek betina W = 2 x 10-5 L 2.9183 dengan koefisien determinasi sebesar 96.56%,
untuk ikan tetengkek jantan W = 1 x 10-5 L 2.9955 dengan koefisien determinasi
sebesar 97.85% dan persamaan untuk ikan tetengkek total adalah W = 1 x 10-5 L
2.966
dengan koefisien determinasi sebesar 97.39%.
Hasil analisis hubungan panjang bobot diperoleh nilai b ikan tongkol betina
sebesar 3.1531 dan ikan tongkol jantan sebesar 3.2773. Hasil nilai b untuk
hubungan panjang bobot ikan tetengkek betina sebesar 2.9183 dan untuk ikan
tetengkek jantan sebesar 2.9955. Berdasarkan hasil uji–t terhadap parameter b pada
ikan tongkol dengan selang kepercayaan 95% (α= 0.05), diperoleh thitung > ttabel,
yang artinya b tidak sama dengan 3, sehingga hubungan panjang berat ikan tongkol
baik betina ataupun jantan pola pertumbuhannya bersifat allometrik positif. Uji t (α
= 0.05) terhadap nilai b pada pola pertumbuhan ikan tetengkek betina diperoleh
pola pertumbuhanya adalah allometrik negatif, sedangkan ikan tetengkek jantan
adalah isometrik. Hasil analisis hubungan panjang dan bobot ikan tongkol dan
tetengkek disajikan pada Tabel 7 dan Lampiran 3.
Tabel 7 Hubungan panjang bobot ikan tongkol dan tetengkek
Spesies
Tongkol

Tetengkek

Jenis
kelamin
Betina
Jantan
Total
Betina
Jantan
Total

a
5 x 10-6
3 x 10-6
1 x 10-5
2 x 10-5
1 x 10-5
1 x 10-5

b

R2

thit

ttab

3.1531
3.2773
3.2131
2.9183
2.9955
2.9660

0.9580
0.9650
0.9739
0.9656
0.9785
0.9739

4.22
8.96
9.01
2.81
0.22
2.04

2.25
2.24
2.24
2.25
2.24
2.24

Pola
pertumbuhan
Allometrik +
Allometrik +
Allometrik +
Allometrik Isometrik
Isometrik

18

Bobot (gram)

Hasil analisis hubungan panjang dan bobot keseluruhan ikan tongkol dapat
dilihat pada Gambar 4.
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0

y = 4E-06 L3.2131
R² = 0.9615
n = 743

0

10

20

30
40
Panjang (cm)

50

60

70

Gambar 4 Hubungan panjang bobot ikan tongkol (E. affinis) total

Bobot (gram)

Hasi