Ayat dan Hadist Ahkam (Ketaatan Kepada Pemimpin dan Batasannya)
Disusun oleh
Bagus Setiawan Hardono 20130610115
KETAATAN KEPADA
PEMIMPIN DAN
BATASANNYA
(2)
DAFTAR ISI
A. Ketaatan kepada Allah dan RasulNYa
1. Ketaatan Kepada Allah
2. Ketaatan Kepada RasulNYa 3. HR. Al-Bukhari dan Muslim
B. Hukum Menaati Allah dan RasulNya C. Pahala Menaati Allah dan RasulNYa D.Peringatan Bagi Orang yang
Menentang Allah dan RasulNya E.Ketaatan Kepada Ulil Amri
1. Pendapat Para Ulama 2. Pengertian Ulil Amri
3. Hukum Taat Kepada Ulil Amri 4. HR. Al-Bukhari dan Muslim
F. Mengembalikan Semua Perkara Kepada Al-Qur’an dan Hadist
(3)
(4)
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman,taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya),dan ulil
amri di antara kamu.Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kiamat. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” . (QS. An-Nisa’ : 59)
(5)
Di dalam ayat yg kita bahas diatas,
Allah memerintahkan kaum muslimin
untuk menaati Allah dan RasulNya
serta ulil amri. Dan jika terjadi
perbedaan pendapat diantara mereka
maka hendaknya mereka
mengembalikan kepada Allah dan
RasulNya jika mereka benar2
orang-orang yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian.
(6)
A. Ketaatan Kepada
Allah dan RasulNYa
1. Ketaatan Kepada Allah
Ayat sebelumnya memerintahkan kaum
mukmin untuk menaati Allah dan RasulNya. Hakekat taat itu ialah melaksanakan
perintah, dan menjauhi segala
larangannya. Jadi maksud menaati Allah ialah mengikuti petunjuk-petunjuk
al-Quran,yaitu dengan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala
laranganNya yang yang termaktub di dalam kitabNya.
(7)
2. Ketaatan Kepada Rasulullah
Maksud menaati RasulNya adalahmengerjakan perintah beliau dan
meninggalkan segala larangannya tatkala beliau masih hidup ataupun setelah beliau wafat, maka menaati beliau itu berarti
mengikuti segala sunnahnya. Kerna Allah memerintahkan untuk menaati beliau
secara umum dan tidak
mengkhususkannya pada suatu keadaan tertentu.
(8)
3.
Hadist Riwayat
Al-Bukhari dan Muslim
Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa menaatiku maka ia telah menaati Allah, dan barangsiapa menentangku maka ia telah menentang Allah. Dan barangsiapa menaati ami (pemimpin)ku maka ia telah menaatiku, dan barangsiapa menetang amirku maka ia telah menentangku”
(9)
B. Hukum Menaati Allah
dan Rasul-Nya
Menaati Allah dan Rasul-Nya
merupakan kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh setiap
individu muslim. Ini karena
perintah-perintah untuk
menaati Allah dan Rasul-Nya di
dalam Al-Quran bersifat wajib,
dan tidak ada yang
mengalihkannya menjadi sunah
ataupun mubah.
(10)
C. Pahala Bagi Mereka Yang
Menaati Allah dan Rasul-Nya
1.
Orang yang menaati Allah dan
Rasul-Nya akan mendapatkan
Rahmat seperti yang Allah
katakan dalam surah Ali Imran
ayat 132
“Dan taatilah Allah dan
Rasul-Nya supaya kamu diberi
(11)
3. Menaati Allah dan RasulNya bisa
memasukkan kita kedalam syurganya Allah. Hal ini di janjikan oleh Allah dalam surah An-Nisa : 13
4. Menaati Allah dan Rasul-Nya menjadikan
kita termasuk orang2 yang beruntung. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya :
“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang2 yang mendapat kemenangan” (QS. An-Nur : 52)
(12)
5. Menaati Allah dan RasulNya membuat kita
bisa berkumpul dengan para nabi, siddiqin, syuhada, dan solihin di dalam syurga nanti. Seperti janji Allah dalam surah An-nisa’ yaitu : “Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi,para
siddiqin,orang-orang yang mati syahid,dan siddiqin,orang-orang-siddiqin,orang-orang
saleh, dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”(Q.S. An-Nisa : 69)
(13)
D. Peringatan Bagi Orang
yang Menentang Allah dan
Rasul-Nya
Banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang memperingatkan kita agar tidak
melakukan maksiat dan penentangan terhadap Allah dan RasulNya, karena
membuat kita sesat, celaka, dan binasa. Yaitu seperti dalam surah Al-Ahzab yang artinya : “Dan barangsiapa yang
mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Q.S. Al-Ahzab ayat 36)
(14)
E. Ketaatan Kepada Ulil
Amri
Allah di dalam Al-Qur’an selain
memerintahkan untuk taat kepada
Allah dan RasulNya, Allah juga
memerintahkan kaum mukmin
untuk taat kepada ulil amri. Namun
siapakah ulil amri yang dimaksud ?
Dan adakah batasannya ?
(15)
1. Pendapat Para Ulama
Tentang Ulil Amri
a.
Ada yang mengatakan bahwa ulilamri adalah para umara (penguasa). Ini adalah pndapat dari Abu
Hurairah, Ibnu Abbas, di dalam
sebuah riwayat, dan pendapat Zaid bin Aslam,as-Suddi dan Muqatil.
b.
Menurut pendapat Ibnu Abbas, Jabir bin Abdullah,al-Hasan, dan lain-lain, ulil amri adalah para ulama.(16)
2. Pengertian Ulil Amri
Di antara pendapat-pendapat sebelumnya, yang paling rajih (kuat) adalah pendapat yang mengatakan bahwa ulil amri itu
adalah ulama dan umara. Karena para
ulama’lah yang bisa mengembalikan serta menyimpulkan hukum segala perkara dari al-Qur’an dan Hadist dengan kehendak
Allah. Sedangkan umara itu adl mereka yang memerintah dan melaksanakan hukum tersebut.
(17)
3.
Hukum Taat kepada
Ulil amri
Jika taat kepada Allah dan
RasulNya itu adalah ketaatan mutlak
dan tidak bersyarat, maka ketaatan
kepada selai Allah dan RasulNya
adalah terikat dan bersyarat.
Termasuk ketaatan kepada orang
tua,guru, majikan, pemimpin dan
penguasa. Semuanya tergantung
kepada syarat tidak melakukan
maksiat/penentangan kepada Allah
dan RasulNya.
(18)
4.
HR. Al-Bukhari dan
Muslim
1. Diriwayatkan dari Ali ra. bahwa Nabi
saw. bersabda: “Tidak ada ketaatan di dalam (melakukan) maksiat,
sesungguhnya ketaatan itu hanya
terhadap perkara yang ma’ruf (baik)”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
2. Diriwayatkan dari Abdullah (bin
Umar) dari Nabi saw. beliau bersabda : “Mendengar dan menaati itu (wajib) atas seorang muslim dalam perkara yang ia sukai dan ia benci selama ia tidak disuruh melakukan maksiat
(penentangan). Jika ia disuruh melakukan maksiat, maka tidak (wajib baginya) mendengar dan menaati”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
(19)
F.
Mengembalikan Semua
Perkara Kepada Al-Qur’an
dan Hadist
Pada dasarnya Al-Qur’an dan Hadist itu harus dijadikan sebagai sumber hukum dalam
menelesaikan semua permasalahan dan
persengketaan, baik dalam masalah yang usul
(pokok) dalam agama maupun dalam masalah
furu’ (cabang) agama. Apa saja yang dihukumi sebagai hak (benar) dalam al-Qur’an dan
Hadist maka ia adalah benar-benar hak, dan tiada setelah hak itu melainkan kesesatan.
(20)
Thank You
For You
(1)
1. Pendapat Para Ulama
Tentang Ulil Amri
a.
Ada yang mengatakan bahwa ulilamri adalah para umara (penguasa). Ini adalah pndapat dari Abu
Hurairah, Ibnu Abbas, di dalam
sebuah riwayat, dan pendapat Zaid bin Aslam,as-Suddi dan Muqatil.
b.
Menurut pendapat Ibnu Abbas, Jabir bin Abdullah,al-Hasan, dan lain-lain, ulil amri adalah para ulama.(2)
2. Pengertian Ulil Amri
Di antara pendapat-pendapat sebelumnya, yang paling rajih (kuat) adalah pendapat yang mengatakan bahwa ulil amri itu
adalah ulama dan umara. Karena para
ulama’lah yang bisa mengembalikan serta menyimpulkan hukum segala perkara dari al-Qur’an dan Hadist dengan kehendak
Allah. Sedangkan umara itu adl mereka yang memerintah dan melaksanakan hukum tersebut.
(3)
3.
Hukum Taat kepada
Ulil amri
Jika taat kepada Allah dan
RasulNya itu adalah ketaatan mutlak
dan tidak bersyarat, maka ketaatan
kepada selai Allah dan RasulNya
adalah terikat dan bersyarat.
Termasuk ketaatan kepada orang
tua,guru, majikan, pemimpin dan
penguasa. Semuanya tergantung
kepada syarat tidak melakukan
maksiat/penentangan kepada Allah
dan RasulNya.
(4)
4.
HR. Al-Bukhari dan
Muslim
1. Diriwayatkan dari Ali ra. bahwa Nabi
saw. bersabda: “Tidak ada ketaatan di dalam (melakukan) maksiat,
sesungguhnya ketaatan itu hanya
terhadap perkara yang ma’ruf (baik)”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
2. Diriwayatkan dari Abdullah (bin
Umar) dari Nabi saw. beliau bersabda : “Mendengar dan menaati itu (wajib) atas seorang muslim dalam perkara yang ia sukai dan ia benci selama ia tidak disuruh melakukan maksiat
(penentangan). Jika ia disuruh melakukan maksiat, maka tidak (wajib baginya) mendengar dan menaati”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
(5)
F.
Mengembalikan Semua
Perkara Kepada Al-Qur’an
dan Hadist
Pada dasarnya Al-Qur’an dan Hadist itu harus dijadikan sebagai sumber hukum dalam
menelesaikan semua permasalahan dan
persengketaan, baik dalam masalah yang usul (pokok) dalam agama maupun dalam masalah furu’ (cabang) agama. Apa saja yang dihukumi sebagai hak (benar) dalam al-Qur’an dan
Hadist maka ia adalah benar-benar hak, dan tiada setelah hak itu melainkan kesesatan.
(6)