Metanogenesis Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

dan hidrogen. Pada fase metanogenesis, hidrogen akan dikonversi menjadi metan Seadi et al, 2008. Bakteri asetogenic adalah penghasil H 2 . Pembentukan asetat melalui oksidasi asam lemak rantai panjang seperti asam propionat atau butirat akan berjalan sendiri dan hanya mungkin terjadi dengan tekanan hidrogen parsial yang sangat rendah. Bakteri asetogenic bisa mendapatkan energi yang diperlukan untuk kelangsungan hidup dan untuk pertumbuhan hanya pada konsentrasi H 2 yang sangat rendah. Mikroorganisme asetogenic dan methanogenic hidup dalam simbiosis yang saling memerlukan. Organisme methanogenic dapat bertahan hidup dengan tekanan hidrogen parsial yang lebih tinggi. Maka harus terus-menerus mengeluarkan produk- produk dari metabolisme bakteri acetogenic dari substrat untuk menjaga tekanan parsial hidrogen pada tingkat yang rendah sehingga cocok untuk bakteri acetogenic Deublein dan Steinhauster, 2008.

2.3.4. Metanogenesis

Produksi metan dan karbon dioksida dilakukan oleh bakteri methanogenic. Sebanyak 70 dari metan yang terbentuk berasal dari asetat, sedangkan sisanya 30 dihasilkan dari konversi hidrogen H dan karbon dioksida CO 2 , menurut persamaan berikut: Asam asetat bakteri methanogenic metan + karbon dioksida 2.4 Hidrogen + karbon dioksida bakteri methanogenic metan + air 2.5 Universitas Sumatera Utara Metanogenesis merupakan langkah penting dalam proses pengolahan anaerobik secara keseluruhan, karena proses ini adalah yang paling lambat pada proses reaksi biokimia. Metanogenesis sangat dipengaruhi oleh kondisi operasi. Komposisi bahan baku, laju pengumpanan, suhu, dan pH adalah faktor yang mempengaruhi proses metanogenesis. Overloading pada digester, perubahan suhu atau masuknya oksigen dalam jumlah besar dapat mengakibatkan penghentian produksi metan Seadi et al, 2008. Jalur untuk pembentukan metan dari asetat dan atau CO 2 oleh mikroorganisme dapat dilihat pada Gambar 2.2. Rantai hidrokarbon panjang terlibat dalam proses ini seperti methanofuran misalnya R – C 24 H 26 N 4 O 8 dan H 4 TMP tetrahydromethanopterin sebagai Co-faktor. Corrinoids adalah molekul yang memiliki empat cincin pirol dalam cincin yang besar dengan rumus empiris C 19 H 22 N 4 . Ketika pembentukan metan bekerja, fase asetogenesis juga bekerja tanpa masalah. Masalah dapat terjadi ketika bakteri asetogenic hidup bersimbiosis bukan dengan spesies methanogenic tetapi dengan organisme lain dan menggunakan H 2 . Dalam teknologi pengolahan air limbah, simbiosis dapat terjadi dengan mikroorganisme pengurai sulfat menjadi hidrogen sulfide Terdapat dua kelompok organisme metanogenik yang terlibat dalam pembentukan metan. Kelompok pertama merupakan aceticlastic methanogens yang memecah asetat menjadi metan dan karbon dioksida. Kelompok kedua antara lain . Sehingga kadang terjadi persaingan dalam penggunaan hidrogen. Universitas Sumatera Utara Methanobacterium yang menggunakan hidrogen dan karbon dioksida untuk membentuk metan Deublein dan Steinhauster dan Steinhauster, 2008. CoA = Koenzim A, CoM = Koenzim M Jiang, 2006 Gambar 2.2. Pembentukan Metan Dari Asetat dan Dari Karbon Dioksida Metanogen dan asidogen membentuk suatu hubungan yang saling menguntungkan di mana metanogen mengubah hasil dari proses asidogen seperti hidrogen, asam format dan asetat menjadi metan dan karbon dioksida. Mikroorganisme yang membentuk metan diklasifikasikan sebagai archaea yang bekerja tanpa adanya oksigen. Mikroorganisme non metanogenik yang berperan dalam hidrolisis dan fermentasi merupakan bakteri fakultatif Deublein dan Steinhauster, 2008. Pengolahan secara anaerobik dalam reaktor dapat diaplikasikan untuk mengolah limbah cair dalam jumlah yang besar karena menggunakan reaktor Universitas Sumatera Utara tertutup dan waktu tinggal cairan limbah saat ini bisa lebih singkat dengan menggunakan sistem termofilik, maka kebutuhan lahan yang luas untuk mengolah limbah cair dapat dikurangi. Selain itu pengolahan limbah cair secara anaerobik juga dapat memberikan sumber energi berupa gas metan yang merupakan produk akhir dari proses anaerobik ini. Gas metan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar yang relatif terhadap ramah lingkungan. Pengolahan anaerobik untuk menghasilkan biogas ini sangat bermanfaat dalam mengurangi limbah biomassa organik namun tahap awal pembangunan reaktornya membutuhkan biaya yang lebih besar jika dibandingkan dengan pengolahan secara aerobik. Beberapa kelebihan dan kekurangan proses anaerobik ditunjukkan pada tabel 2.4. Tabel 2. 4. Keuntungan Dan Kerugian Fermentasi Anaerobik Keuntungan Kerugian - Energi yang dibutuhkan sedikit - Produk samping yang dihasilkan sedikit - Menghasilkan senyawa methana yang merupakan sumber energi yang potensial - Baik untuk operasi skala besar karena menggunakan reaktor - Sludge hasil buangannya dapat digunakan sebagai pupuk - Biaya konstruksi yang mahal - Membutuhkan penambahan senyawa alkalinity - Sangat sensitif terhadap perubahan temperatur - Menghasilkan senyawa yang beracun seperti H 2 S - Penyimpanan pupuknya sulit Metcalf Eddy, 2003 Universitas Sumatera Utara Pengolahan secara anerobik adalah metode yang paling sesuai untuk mengolah buangan industri yang mengandung karbon atau senyawa organik yang tinggi Bocher dan Angler, 2008. Pengolahan LCPKS dengan menggunakan reaktor anaerobik dilakukan dengan mensubtitusi proses yang terjadi di kolam anaerobik pada sistem konvensional kedalam tangki digester. Selain menghasilkan biogas, pengolahan limbah cair dengan proses anaerobik dapat dilakukan pada lahan yang sempit dan memberi keuntungan berupa penurunan jumlah padatan organik, jumlah mikroba pembusuk yang tidak diinginkan, serta kandungan racun dalam limbah Speece, 1996. Disamping itu buangan dari proses fermentasi anaerobik dapat menjadi pupuk yang baik karena kandungan nitrogennya yang tinggi Weiland. 2010.

2.4. Biogas