Hubungan lama waktu penyembuhan dan karakteristik penderita pada pengobatan veruka vulgaris dengan pengolesan larutan fenol 80%
HUBUNGAN LAMA WAKTU PENYEMBUHAN DAN KARAKTERISTIK PENDERITA PADA PENGOBATAN VERUKA VULGARIS
DENGAN PENGOLESAN LARUTAN FENOL 80%
TESIS
Oleh
DINA ARWINA DALIMUNTHE NIM : 077105006
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK
KONSENTRASI ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(2)
HUBUNGAN LAMA WAKTU PENYEMBUHAN DAN KARAKTERISTIK PENDERITA PADA PENGOBATAN VERUKA VULGARIS
DENGAN PENGOLESAN LARUTAN FENOL 80%
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik dalam Program Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh
DINA ARWINA DALIMUNTHE NIM : 077105006
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK
KONSENTRASI ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(3)
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Tesis : Hubungan lama waktu penyembuhan dan karakteristik penderita pada
pengobatan veruka vulgaris dengan pengolesan larutan fenol 80%
Nama : Dina Arwina Dalimunthe
Nomor Induk : 077105006
Program Studi : Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Menyetujui :
Pembimbing I
(dr. Remenda Siregar, SpKK)
Pembimbing II
(dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K))
Ketua Program Studi
(Prof. dr. Chairuddin P. Lubis DTM&H, SpA (K))
Dekan
(Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH)
(4)
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah penulis nyatakan dengan benar
Nama : Dina Arwina Dalimunthe
NIM : 077105006
(5)
ABSTRAK
Veruka vulgaris adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi human papiloma virus (HPV). Terdapat banyak modalitas pengobatan untuk veruka vulgaris. Salah satunya adalah pengolesan larutan fenol 80% yang merupakan pengobatan topikal. Penelitian ini bertujuan mengetahui lama waktu penyembuhan dengan cara tersebut. Penelitian dengan disain uji klinis terbuka dilaksanakan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dan di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Februari sampai Juni 2013 terhadap 17 pasien veruka vulgaris. Pada setiap pasien dilakukan pengolesan larutan fenol 80% yang dilanjutkan seminggu sekali hingga sembuh, maksimum 6 minggu. Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 6 minggu untuk melihat pada minggu keberapa pasien sembuh. Data di analisa dengan uji Mann-Whitney pada α = 0,05. Setelah 6 minggu pasien yang sembuh sebanyak 11 orang (64,7%). Lama waktu penyembuhan bervariasi antara 3 sampai 6 minggu, terbanyak 4 minggu (45,4%). Dari hasil uji Mann-Whitney diketahui terdapat hubungan antara lama waktu penyembuhan dan umur (p = 0,027) dimana lama waktu penyembuhan lebih singkat pada pasien dengan umur 14 tahun ke atas
dan tidak ada hubungan antara lama waktu penyembuhan dan jenis kelamin (p = 0,422). Disarankan penelitian selanjutnya dapat menemukan konsentrasi dan
selang waktu pengolesan larutan fenol yang lebih tepat agar lama waktu penyembuhan lebih singkat.
(6)
ABSTRACT
Common warts are skin diseases which caused by infection with human papillomavirus (HPV). There are many treatment modalities for common warts. One of them is apply of 80% phenol solution that classified as topical treatment. This study aims to determine healing time of that treatment. Open clinical trial was done at Dr. Pirngadi General Hospital Medan and H.Adam Malik General Hospital Medan from February to June 2013 on 17 patients with common warts. Apply of 80% phenol solution was performed on patients and continued every week untilcomplete regression, maximum of 6 weeks. Follow upwas carried out every week for six weeks to observe healing time. Data was analyzed by Mann-Whitney test with α = 0.05. After six weeks 11 patients (64.7%) were cure. Healing time was varied from 3 to 6 weeks, the most frequency was 4 weeks (45.4%). Result of Mann-Whitney test there was statistically significant relationship between healing time and age (p = 0.027) wherein healing time was shorter on patient over 14 years old and no relationship between healing time and sex (p = 0.422). Suggest to further study can find out concentration and time interval of apply of phenol solution that more accurate to gain shorten healing time.
(7)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik konsentrasi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
Dalam menjalani pendidikan magister ini, berbagai pihak telah turut berperan serta sehingga terlaksana seluruh rangkaian kegiatan pendidikan ini. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. dr. Remenda Siregar, SpKK, selaku pembimbing utama tesis ini, yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta dengan penuh kesabaran selalu membimbing, memberikan nasehat, masukan, koreksi dan motivasi kepada saya selama proses penyusunan tesis ini.
2. dr. Chairiyah Tanjung, SpKK selaku pembimbing kedua tesis ini dan sebagai Ketua Program Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta dengan penuh kesabaran selalu membimbing, memberikan nasehat, masukan, koreksi dan motivasi kepada saya selama proses penyusunan tesis ini maupun selama menjalani pendidikan sehari-hari. 3. Prof. Dr. dr. Irma D.Roesyanto-Mahadi, SpKK(K), sebagai Ketua Departemen
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinik konsentrasi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan sebagai anggota tim penguji tesis saya yang telah memberikan bimbingan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.
4. Prof. DR. Syahril Pasaribu, SpA(K), DTM&H, Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, dan Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, SpA(K), DTM&H, Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara pada saat saya diterima sebagai peserta program pendidikan Magister Kedokteran Klinik konsentrasi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.
5. Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik konsentrasi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
6. dr. Oratna Ginting, SpKK dan dr. Salia Lakswinar, SpKK, sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.
7. Prof. dr. Diana Nasution, SpKK(K), sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada saat saya diterima sebagai peserta program pendidikan Magister Kedokteran Klinik konsentrasi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, yang telah
(8)
memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinik konsentrasi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
8. Para Guru Besar, Prof. Dr. dr. Marwali Harahap, SpKK(K), Prof. dr. Mansur A. Nasution, SpKK(K), serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini. 9. Bapak Direktur RSUP H.Adam Malik Medan dan Direktur RSUD Dr.
Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan.
10.Seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, baik di RSUP H.Adam Malik Medan, RSUD Dr. Pirngadi Medan, terima kasih atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini. 11.Kedua orangtua saya tercinta Prof. dr. Darwin Dalimunthe, PhD dan dr. Ria
Masniari Lubis, MSi yang dengan penuh cinta kasih, keikhlasan, doa, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh, mendidik, dan membesarkan saya, serta tidak bosan-bosannya memotivasi saya untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kiranya hanya Allah SWT yang dapat membalas segalanya.
12.Bapak dan Ibu mertua saya Drs. Idham Khalid dan Sabariah, B.Sc, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada saya.
13.Suami saya tercinta Alex Prabudi, ST terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala pengorbanan, kesabaran, pengertian dan selalu memberikan dukungan, doa, semangat serta bantuan di setiap saat hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.
14.Adik saya tercinta, dr. Naomi Niari Dalimunthe, Mked(PD), saudara ipar saya, Heni Agnesia, AMd, Ice Yunika, SH, dan Eni Syahfitri, AMd, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada saya selama ini.
15.Sahabat-sahabat saya tersayang, dr. Sevina Marisya, Mked(Ped), SpA, dan Beryl, ST, MT yang telah menjadi teman berbagi cerita suka dan duka selama menjalani masa pendidikan dan menyelesaikan tesis ini
16.Teman seangkatan saya tersayang, dr. Sufina F. Nasution, dr. Olivia Anggrenni, dr. Margaret NO Sibarani, Mked(KK), SpKK, dan dr. Rudyn Reymond Panjaitan, Mked(KK), SpKK, terima kasih untuk kerja sama, kebersamaan, waktu dan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan selama menjalani pendidikan ini.
17.dr. Khairur Rahmah, SpKK, dr. Sudarsono, Mked(KK), SpKK, dr. Khairina, SpKK, dr. Riana Miranda Sinaga, SpKK, dr. Nova Zairina Lubis, dr. Rini AC Saragih, dr. Wahyuni, dr. Cut Putri, dr. Irina Damayanti, dr. T. Sy. Dessi Indah Sari AS, Mked(KK), SpKK, dr. Sri Naita Purba, Mked(KK), SpKK, dr. Oliviti Natali, Mked(KK), SpKK, dr. Herlin Novita Pane, Mked(KK), SpKK, dr. Riska Apriyani, dr. Syarifah Uliana yang telah menjadi teman berbagi cerita suka dan duka selama menjalani masa pendidikan dan menyelesaikan tesis ini.
18.Semua teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerjasama kepada
(9)
saya selama menjalani masa pendidikan dan menyelesaikan tesis ini, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
19.Seluruh keluarga dan handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan, kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan tesis dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama menjalani pendidikan, kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Medan, September 2013 Penulis
dr. Dina Arwina Dalimunthe
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak ... Abstract ... Kata Pengantar ... Daftar Isi ... Daftar Tabel ... Daftar Gambar ... Daftar Lampiran ...
i ii iii vi viii ix x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.3.1 Tujuan umum ... 1.3.2 Tujuan khusus ... 1.4 Hipotesis ... 1.5 Manfaat Penelitian ...
1 2 2 2 2 3 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Veruka Vulgaris ... 2.1.1 Defenisi ... 2.1.2 Etiologi ... 2.1.3 Epidemiologi ... 2.1.4 Patogenesis ... 2.1.5 Gambaran Klinis ... 2.1.6 Histopatologi ... 2.1.7 Diagnosis ... 2.1.8 Penatalaksanaan ... 2.2 Larutan fenol 80% ... 2.3 Kerangka Teori ... 2.4 Kerangka Konsep ...
4 4 4 4 5 6 6 6 6 8 11 11
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Disain Penelitian ... 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 3.3 Populasi Penelitian ... 3.4 Sampel Penelitian ... 3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...
3.5.1 Kriteria inklusi ... 3.5.2 Kriteria eksklusi ... 3.6 Identifikasi Variabel ... 3.7 Defenisi Operasional ... 3.7.1 Veruka vulgaris ...
12 12 12 12 13 13 13 13 14 14
(11)
3.7.2 Pengobatan veruka vulgaris ... 3.7.3 Lama waktu penyembuhan ... 3.7.4 Usia ... 3.7.5 Hamil ... 3.7.6 Menyusui ... 3.7.7 Skar keloid
3.8 Alat dan Bahan, Cara Kerja dan Pengamatan ... 3.8.1 Alat dan bahan ...
3.8.2 Cara kerja ... 3.8.3 Pengamatan (follow up) ... 3.9 Kerangka Operasional ... 3.10 Pengolahan dan Analisa Data ... 3.11 Persetujuan Komite Etik Penelitian ...
14 14 14 14 15 15 15 15 15 16 17 17 17 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Subyek Penelitian ... 4.2 Lokasi Veruka Vulgaris ... 4.3 Lama Waktu Penyembuhan ... 4.4 Hubungan Lama Waktu Penyembuhan dan Jenis Kelamin
...
4.5 Hubungan Lama Waktu Penyembuhan dan Umur...
18 20 20 21 21 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ...
24 24
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN ... 25
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 2.1 Pilihan Pengobatan pada Veruka di Kulit ... 8
2. Tabel 4.1 Jenis Kelamin Subyek Penelitian ………... 18
3. Tabel 4.2 Umur Subyek Penelitian ……….. 19
4. Tabel 4.3 Pendidikan Subyek Penelitian ……… 19
5. Tabel 4.4 Pekerjaan Subyek Penelitian ……….. 19
6. Tabel 4.5 Lokasi Veruka Vulgaris ………. 20
7. Tabel 4.6 Lama Waktu Penyembuhan ... 21
8. Tabel 4.7 Lama Waktu Penyembuhan (minggu) Berdasarkan Jenis Kelamin …………..………... 21 9. Tabel 4.8 Lama Waktu Penyembuhan (minggu) Berdasarkan Umur .. 22
(13)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 2.1 Diagram Kerangka Teori ... 11 2. Gambar 2.2 Diagram Kerangka Konsep ……… 11 3. Gambar 3.1 Diagram Kerangka Operasional ……… 17
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran 1 Naskah Penjelasan Kepada Pasien/Orang Tua/Keluarga
Pasien ………. 28
2. Lampiran 2 Lembar Persetujuan Ikut Serta Dalam Penelitian …….. 30
3. Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) ………. 31
4. Lampiran 4 Status Pasien ……… 32
5. Lampiran 5 Persetujuan Komisi Etik Penelitian ……….. 34
6. Lampiran 6 Data Penelitian ………. 35
7. Lampiran 7 Hasil Analisa Statistik ……… 36
(15)
ABSTRAK
Veruka vulgaris adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi human papiloma virus (HPV). Terdapat banyak modalitas pengobatan untuk veruka vulgaris. Salah satunya adalah pengolesan larutan fenol 80% yang merupakan pengobatan topikal. Penelitian ini bertujuan mengetahui lama waktu penyembuhan dengan cara tersebut. Penelitian dengan disain uji klinis terbuka dilaksanakan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dan di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Februari sampai Juni 2013 terhadap 17 pasien veruka vulgaris. Pada setiap pasien dilakukan pengolesan larutan fenol 80% yang dilanjutkan seminggu sekali hingga sembuh, maksimum 6 minggu. Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 6 minggu untuk melihat pada minggu keberapa pasien sembuh. Data di analisa dengan uji Mann-Whitney pada α = 0,05. Setelah 6 minggu pasien yang sembuh sebanyak 11 orang (64,7%). Lama waktu penyembuhan bervariasi antara 3 sampai 6 minggu, terbanyak 4 minggu (45,4%). Dari hasil uji Mann-Whitney diketahui terdapat hubungan antara lama waktu penyembuhan dan umur (p = 0,027) dimana lama waktu penyembuhan lebih singkat pada pasien dengan umur 14 tahun ke atas
dan tidak ada hubungan antara lama waktu penyembuhan dan jenis kelamin (p = 0,422). Disarankan penelitian selanjutnya dapat menemukan konsentrasi dan
selang waktu pengolesan larutan fenol yang lebih tepat agar lama waktu penyembuhan lebih singkat.
(16)
ABSTRACT
Common warts are skin diseases which caused by infection with human papillomavirus (HPV). There are many treatment modalities for common warts. One of them is apply of 80% phenol solution that classified as topical treatment. This study aims to determine healing time of that treatment. Open clinical trial was done at Dr. Pirngadi General Hospital Medan and H.Adam Malik General Hospital Medan from February to June 2013 on 17 patients with common warts. Apply of 80% phenol solution was performed on patients and continued every week untilcomplete regression, maximum of 6 weeks. Follow upwas carried out every week for six weeks to observe healing time. Data was analyzed by Mann-Whitney test with α = 0.05. After six weeks 11 patients (64.7%) were cure. Healing time was varied from 3 to 6 weeks, the most frequency was 4 weeks (45.4%). Result of Mann-Whitney test there was statistically significant relationship between healing time and age (p = 0.027) wherein healing time was shorter on patient over 14 years old and no relationship between healing time and sex (p = 0.422). Suggest to further study can find out concentration and time interval of apply of phenol solution that more accurate to gain shorten healing time.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi human papiloma virus (HPV) merupakan hal yang umum dan
sebagian besar manusia pernah mengalaminya.1 Manifestasi yang paling umum
dari infeksi HPV adalah veruka vulgaris.2 Veruka vulgaris dapat terjadi pada
semua usia, umumnya terdapat pada anak-anak dan dewasa muda sebanyak
sekitar 25%.1,3
Berdasarkan data dari rekam medis RSUP H.Adam Malik Medan dari
5644 pasien yang datang berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam
Malik Medan sepanjang tahun 2011, 23 orang diantaranya (0,41%) adalah pasien
dengan veruka vulgaris. Di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011 dari 6908
pasien yang datang berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin terdapat 121 pasien
veruka vulgaris (1,75%).
Belum ada data pasti mengenai jumlah penderita veruka vulgaris di
Indonesia.
Pengobatan pada veruka vulgaris bertujuan mengobati ketidaknyamanan
pasien baik fisik maupun psikologis, dan mencegah penyebaran infeksi.
Pengobatan sebaiknya nyaman bagi pasien dengan komplikasi yang minimal.4
Terdapat banyak modalitas pengobatan yang dapat dilakukan untuk pengobatan
veruka vulgaris, baik berupa pengobatan topikal, pengobatan sistemik dan
tindakan bedah.3,4,5
Ada beberapa pilihan pengobatan topikal untuk veruka vulgaris seperti
pemberian asam salisilat, asam laktat dan antralin. Tinjauan Cochrane (2009) dan
(18)
Sam Gibbs dkk (2002) tidak menunjukkan adanya pengobatan topikal yang paling
baik untuk veruka vulgaris.
Fenol adalah senyawa yang diperoleh dari isolasi tar yang telah banyak
digunakan pada kehidupan sehari-hari.
6,7
8
Pada konsentrasi rendah (2-3%) fenol
dapat digunakan sebagai antiseptik dan antimikroba sedang pada konsentrasi
tinggi (80-90%) fenol dapat bersifat kaustik.8,9,10 Banihashemi dkk (2008)
melakukan percobaan pengobatan topikal dengan menggunakan larutan fenol 80%
yang dibandingkan dengan bedah beku pada pengobatan veruka vulgaris.
Hasilnya ternyata tidak ada perbedaan bermakna diantara kedua modalitas
pengobatan tersebut.11 Belum adanya penelitian di Indonesia yang menggunakan
larutan fenol 80% sebagai pengobatan pada veruka vulgaris menyebabkan peneliti
berminat melakukan penelitian dengan menggunakan pengolesan larutan fenol
80% dalam pengobatan veruka vulgaris.
1.2 Rumusan Masalah.
Berapa lama waktu penyembuhan veruka vulgaris dengan pengolesan
larutan fenol 80% dan apakah ada hubungannya dengan karakteristik individu ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui lama waktu penyembuhan veruka vulgaris dengan pengolesan
larutan fenol 80% dan hubungannya dengan karakteristik individu.
1.3.2 Tujuan khusus
(19)
b. Mengetahui berapa minggu setelah mulai pengobatan veruka vulgaris
sembuh
c. Mengetahui hubungan lama waktu penyembuhan dengan jenis kelamin
d. Mengetahui hubungan lama waktu penyembuhan dengan umur
1.4 Hipotesis
a. Terdapat hubungan lama waktu penyembuhan dan jenis kelamin
b. Terdapat hubungan lama waktu penyembuhan dan umur
1.5 Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dokter dan menjadi
pilihan alternatif pengobatan veruka vulgaris yang lebih mudah, aman
dan nyaman bagi pasien
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data bagi penelitian
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Veruka Vulgaris 2.1.1 Definisi
Veruka vulgaris adalah infeksi HPV pada epidermis dengan gambaran
klinis berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit, permukaan
kasar dan berbatas tegas, dapat tunggal maupun berkelompok. Predileksi
terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan jari-jari.4,5,12,13
2.1.2 Etiologi
Veruka vulgaris disebabkan oleh infeksi HPV pada epidermis. Sub tipe
HPV yang telah diketahui menyebabkan veruka vulgaris adalah sub tipe HPV 1,
2, 4, 7, 27, 29, 57 dan 63.1,5
2.1.3 Epidemiologi
Sebagian besar orang pernah terinfeksi dengan HPV dalam
kehidupannya.13 Veruka vulgaris merupakan gambaran infeksi HPV yang paling
umum, terdapat paling banyak pada usia 5-20 tahun dan hanya 15% yang terdapat
pada usia di atas 35 tahun.1,5,12 Veruka vulgaris dapat mengenai seluruh ras. Di
Amerika Serikat, frekuensi veruka vulgaris pada ras kulit putih mendekati 2 kali
lipat dibandingkan ras kulit hitam maupun Asia, dantidak ada perbedaan antara
pria dan wanita.
Sering terpapar dengan air merupakan faktor resiko untuk terjadinya
veruka vulgaris. Tukang daging dan tukang ikan memiliki insiden yang lebih
(21)
tinggi terjadinya veruka vulgaris pada tangan, prevalensinya mencapai hingga
50% bagi yang sering kontak dengan daging dan ikan.1 Terjadi juga peningkatan
insiden veruka vulgaris pada perenang yang sering menggunakan kolam renang
umum.5
2.1.4 Patogenesis
Human papiloma virus ditularkan secara kontak langsung antara orang
dengan orang (kulit dengan kulit) atau secara tidak langsung dari benda-benda
yang dapat menjadi sumber penularan. Virus dapat bertahan pada lingkungan
hangat dan lembab, misalnya lantai kamar ganti kolam renang, lantai pinggir
kolam renang, lantai tempat mandi pancuran dan sebagainya.3,12,14,15
Autoinokulasi juga merupakan cara penularan yang penting dimana Massing dan
Epstain menemukan peningkatan insiden dan resiko infeksi berulang pada orang
yang telah mendapat veruka vulgaris sebelumnya.
Transmisi virus biasanya terjadi pada tempat trauma atau bagian kulit yang
terdapat abrasi, maserasi atau fisura.
14,15
12,15
Virus akan mengadakan inokulasi pada
epidermis melalui defek pada epitelium.
Agar dapat menyebabkan infeksi, virus tampaknya harus memasuki sel
punca atau merubah sel yang terinfeksi menjadi menyerupai sel punca. Setelah
masuk, sebuah salinan atau beberapa salinan dari genom viral berperan sebagai
plasmid ekstrakromosom atau episom di dalam nukleus sel basal epitel yang
terinfeksi. Ketika sel ini membelah viral genom juga bereplikasi dan mengambil
tempat pada sel anakan, yang akan mengantarkan infeksi virus ke lapisan-lapisan
epitelium berikutnya.
5
(22)
Masa inkubasi dari inokulasi hingga menimbulkan veruka bervariasi dari
1-6 bulan atau lebih.12,14
2.1.5 Gambaran klinis
Gambaran klinis veruka vulgaris berupa papul, nodul berbentuk kubah
sewarna dengan kulit dengan permukaan kasar, berbatas tegas, dapat tunggal
ataupun berkelompok. Predileksi terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan
jari-jari.4,5,12,13 Biasanya asimtomatik, tetapi dapat mengganggu secara kosmetik.14
2.1.6 Histopatologi
Veruka vulgaris memberikan gambaran histopatologi berupa epidermal
akantosis dengan papilomatosis, hiperkeratosis dan parakeratosis. Terdapat
pemanjangan rete ridge pada bagian tengah veruka. Pembuluh darah kapiler
dermis menonjol dan dapat terjadi trombosis.
2.1.7 Diagnosis
5,14
Diagnosis veruka vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
dan anamnesis.5 Lesi veruka vulgaris yang khas jarang membutuhkan
pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada kasus-kasus
yang memerlukan konfirmasi.1 Selain histopatologi, jika diagnosis veruka vulgaris
meragukan, dapat dilakukan pemotongan sedikit permukaan lesi veruka vulgaris
dengan mata pisau bedah nomor 15 dan dilihat karakteristik berupa bintik hitam
yang merupakan gambaran dari trombosis kapiler.12
2.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan veruka vulgaris adalah untuk mengobati
(23)
penyebaran infeksi.4 Hal ini dilakukan dengan menghilangkan lesi pada kulit
dengan kerusakan seminimal mungkin pada kulit sehat.16 Veruka vulgaris dapat
mengalami resolusi spontan dalam 2-3 tahun.2 Satu penelitian pada tahun 1963
mengatakan hanya sekitar 40% pasien dengan veruka vulgaris yang dapat
mengalami resolusi spontan setelah 2 tahun.
Pemilihan pengobatan dilakukan berdasarkan lokasi, ukuran dan jumlah
lesi veruka vulgaris; usia, kerjasama pasien dan keinginan pasien; serta
pengalaman dokter.
17
16
Nyeri, ketidaknyamanan, resiko terjadi parut dan
untung-rugi bagi pasien harus dipertimbangkan.5 Indikasi dilakukannya pengobatan pada
veruka berdasarkan The American Academy of Dermatology Committe and
Guidelines of Care adalah keinginan pasien untuk diobati, terdapat gejala berupa
nyeri, berdarah, gatal atau rasa terbakar, lesi yang mengganggu secara kosmetik
maupun fungsi, lesi banyak atau besar, pasien ingin mencegah penularan veruka
kepada dirinya sendiri atau orang lain dan keadaan pasien imunosupresif.
Pengobatan yang ideal sebaiknya dapat mengeliminasi lesi veruka tanpa
rasa nyeri, terapi dapat diselesaikan dalam 1-3 kali pengobatan, tidak
menimbulkan parut, dapat mencegah timbulnya kekambuhan dan dapat
diaplikasikan pada seluruh pasien.
17
17
Kebanyakan pengobatan veruka vulgaris
secara dekstruksi fisik sel yang terinfeksi. Ada beberapa modalitas pengobatan
veruka di kulit yang dapat dipilih, mulai dari terapi topikal, terapi bedah, terapi
(24)
Tabel 2.1 Pilihan Pengobatan pada Veruka di Kulit Pengobatan
*
Modaliti Tipe veruka secara klinis Tingkat bukti Terapi lini pertama
Asam salisilat Argentum nitrat Glutaraldehid Formaldehid Tretinoin
Terapi lini kedua Krioterapi Terapi lini ketiga Bleomisin Fluorourasil Levamisol
Terapi fotodinamik
Kuretase, cauterisasi, pembedahan Laser
Imunoterapi kontak Simetidin
Interferon
Imunoterapi dengan antigen mumps atau kandida
Hipnoterapi
Terapi panas terlokalisir Imikuimod Topikal Topikal Topikal Topikal Topikal Destruktif Intralesional Topikal Sistemik Destruktif Destruktif Destruktif Topikal Sistemik Intralesional Intralesional Lainnya Lainnya Topikal Vulgaris/periungual/subungual/plantaris Vulgaris Plantaris Plantaris Flat Vulgaris/filiformis Vulgaris/plantaris Vulgaris/plantaris Vulgaris multipel/flat/plantaris Vulgaris Vulgaris/plantaris Vulgaris multipel/plantaris Vulgaris multipel Vulgaris Vulgaris Vulgaris Vulgaris Vulgaris/periungual/subungual/flat Vulgaris UAT UAT UAT UKT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UKT UAT UAT UKT UKT = uji klinis terbuka ; UAT = uji acak terkontrol
Dikutip dengan perubahan dari kepustakaan no. 18
2.2 Larutan Fenol 80%
Fenol dikenal juga dengan berbagai nama seperti asam karbolik, benzenol,
hidroksi benzen, mohidroksibenzen, monofenol, asam fenik, asam fenilik, fenilik
alkohol, fenil hidroksida, fenil hidrat dan oksibenzen adalah molekul dengan
rumus kimia C6H6O. Molekul ini memiliki berat molekul 94,11 g/mol, berat jenis
1,065, titik leleh pada 43°C dan titik didih pada 181,8°C.10,19,20 Bentuk fenol
berupa kristal putih higroskopis dengan bau yang sedikit aromatis.10,19,20
Penyimpanannya harus dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
Pada tahun 1834 seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman bernama
Friedlieb Runge menemukan asam karbolik yang diperolehnya dengan
mengisolasi dari tar batubara.
10
21,22
(25)
nama fenol oleh Charles Frederick Gerhardt seorang ahli kimia berkebangsaan
Perancis di tahun 1841.
Senyawa ini dan turunannya banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, di rumah tangga, industri dan pengobatan.
23
19
Dalam bidang pengobatan fenol
pertama sekali digunakan sebagai antiseptik untuk luka pada manusia oleh
Lemaire di Perancis pada tahun 1864 kemudian Lister di Skotlandia pada tahun
1867.22 Lima tahun kemudian Lister merekomendasikan penggunaaan larutan
fenol konsentrasi 1:40 sebagai antiseptik untuk tindakan operasi dengan khasiat
bakterisidal dan fungisidal dengan mekanisme kerja denaturasi sel bakteri dan
jamur.8,9,22
Fenol dalam konsentrasi rendah (2-3%) dapat menyebabkan rasa terbakar
dan kemerahan pada kulit, sedangkan dalam konsentrasi tinggi (80-90%)
merupakan agen kautik, menimbulkan krusta putih pada permukaan kulit dan
dapat berpenetrasi ke jaringan.
Fenol telah lama digunakan sebagai pengobatan dalam bidang
dermatologi.
8,11
23
Sekitar 100 tahun yang lalu kepala Departemen Dermatologi dan
Sifilislogi New York, Goerge Miller McKee telah menggunakan fenol untuk
pengelupasan kimia dan bersama dengan koleganya Florentine L Karp telah
mempublikasikan pengalaman mereka selama 10 tahun menggunakan
pengelupasan fenol untuk skar akne.
Penggunaan fenol sebagai terapi untuk berbagai kelainan dalam bidang
dermatologi semakin berkembang. Saat ini fenol fenol telah digunakan sebagai
terapi antara lain untuk moloskum kontangiosum, keratosis aktinik, penyakit
bowen, veruka vulgaris, vitiligo, alopesia areata, ingrowing nail, mengatasi
(26)
penuaan, melasma, hiperpigmentasi setelah inflamasi, akne, skar, nevus dan
xantelasma.
Banyak produk yang mengandung fenol secara alami, seperti pada
tanaman maupun hewan, sehingga fenol juga merupakan komponen normal yang
terdapat dalam urin.
11,21,24-28
22
Tubuh manusia memiliki tiga mekanisme untuk
memetabolisme fenol, yaitu konjugasi, oksidasi dan ekskresi. Semua fenol yang
terdapat dalam makanan akan dikonjugasi di usus menjadi fenil sulfat dan
glukoronida sebelum diabsorbsi ke aliran darah.22 Konjugasi fenol juga terjadi di
ginjal, hati dan sel darah merah.22 Dari pengamatan hewan coba, terlihat sekitar
25-50% fenol dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air dan sebagian kecil
mengalami oksidasi menjadi katekol dan kuinilon.22 Pada akhirnya fenol yang
telah mengalami proses konjugasi dan oksidasi akan dieksresikan melalui urin.
Fenol dapat diabsorbsi melalui kulit dan mukosa.
22
22
Banyaknya absorbsi
tergantung dari luas area yang terlibat, waktu terpapar dan konsentrasi.22 Fenol
dapat melalui plasenta dan ditemukan pada air susu ibu.
Fenol dapat menyebabkan toksisitas.
29
30
Belum ada dosis toksik yang pasti
untuk fenol, namun diperkirakan oleh Nothnagel dan Rossbach mengonsumsi
8-15g fenol dapat menyebabkan kematian.30 Menurut Benatar diperlukan 1g fenol
dalam darah untuk menyebabkan kematian dan Sax melaporkan bahwa kematian
dapat terjadi bila luas area yang terlibat sebesar 64 inci2.31 Tanda-tanda dari
keracunan fenol dapat berupa takikardi, hipotensi, aritmia, diare, mual, muntah,
takipnoe dan henti napas.
(27)
2.3 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Teori
2.4 Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Diagram Kerangka Konsep
Bersifat asam, korosif
Jaringan mati Denaturasi protein Pengolesan
larutan fenol 80% Veruka
vulgaris
Karakteristik individu dengan veruka vulgaris - jenis kelamin
- umur
Lama waktu penyembuhan veruka vulgaris
(28)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode uji klinis terbuka (open clinical
trial).33,34
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai Juni 2013.
3.2.2 Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Poliklinik Divisi Bedah Kulit Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan.
3.3 Populasi Penelitian 3.3.1 Populasi target
Pasien dengan veruka vulgaris.
3.3.2 Populasi terjangkau
Pasien dengan veruka vulgaris yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan.
3.4 Sampel Penelitian
Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi (consecutive sampling) sejak bulan Februari 2013 hingga besar
sampel terpenuhi. Besar sampel dihitung menggunakan rumus besar sampel untuk
(29)
2 0 a 2 a a 1 0 0 1 ) P P ( } ) P 1 ( P z ) P 1 ( P z { n − − + −
= −α −β
Keterangan :
n = besar sampel minimum α = 0,05 z1−α =1,645 β = 80% z1−β =0,842
= 0
P proporsi kesembuhan veruka vulgaris dengan menggunakan larutan fenol
80% = 0,826 ( Banihashemi dkk, 2008 )
Dari hasil perhitungan diperoleh n = 11,2 digenapkan menjadi 12. Pasien
veruka vulgaris yang diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak 17 orang.
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1 Kriteria inklusi :
a. Berusia > 8 tahun
b. Bersedia ikut dalam penelitian
3.5.2 Kriteria eksklusi :
a. Pasien hamil atau menyusui
b. Pasien dengan riwayat skar keloid
3.6 Identifikasi Variabel
Variabel bebas : jenis kelamin dan umur
Variabel terikat: lama waktu penyembuhan veruka vulgaris 3
, 0 P Pa − 0 =
(30)
3.7 Definisi Operasional 3.7.1 Veruka vulgaris
Veruka vulgaris adalah penyakit kulit berupa proliferasi jinak kulit yang
disebabkan oleh HPV. Diagnosis klinis veruka vulgaris ditegakkan dengan
ditemukannya papul atau nodul dengan permukaan yang kasar, sewarna dengan
kulit, berbatas tegas, dapat tunggal ataupun berkelompok. Predileksi terutama di
daerah jari, tangan, siku, lutut dan kaki.
3.7.2 Pengobatan veruka vulgaris
Pengobatan veruka vulgaris adalah pengolesan larutan fenol 80% pada lesi
veruka vulgaris. Larutan fenol 80% adalah fenol dalam bentuk cair dengan kadar
80% fenol dan 20% pelarut (air). Larutan ini bersifat kaustik, dengan bau yang
khas sedikit aromatis dan tidak berwarna.
3.7.3 Lama waktu penyembuhan
Lama waktu penyembuhan adalah selang waktu (dalam minggu) sejak
pengobatan dimulai sampai veruka vulgaris sembuh secara klinis, yaitu terdapat
keadaan dimana lesi veruka vulgaris telah menghilang dan luka menutup
sempurna dan keadaan kulit mendekati kulit normal.
3.7.4 Usia
Usia pasien adalah umur pasien yang diperoleh dari data identitas pasien.
3.7.5 Hamil
Hamil adalah masa dimana seorang wanita membawa janin dalam
(31)
3.7.6 Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian air susu kepada bayi dengan air susu
ibu dari payudara ibu.
3.7.7 Skar keloid
Skar keloid adalah parut yang timbul pada bekas luka yang besarnya
melewati batas luka dan dapat disertai rasa gatal.
3.8 Alat dan Bahan, Cara Kerja dan Pengamatan 3.8.1 Alat dan bahan
a. Sarung tangan
b. Lidi kapas
c. Tusuk gigi
d. Vaselin
e. Larutan fenol 80%
3.8.2 Cara kerja
3.8.2.1 Diagnosis klinis
Diagnosis klinis ditegakkan oleh peneliti bersama dengan pembimbing di
Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan dan
RSUD Dr. Pirngadi Medan.
3.8.2.2 Pencatatan data dasar
Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di Poliklinik Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Pencatatan data dasar meliputi identitas penderita, anamnesis dan pemeriksaan
(32)
3.8.2.3 Persetujuan tindakan medis
Pasien menandatangani persetujuan tindakan medis, setelah diberikan
penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
3.8.2.4 Prosedur pengobatan veruka vulgaris dengan pengolesan larutan fenol
80% (dilakukan oleh peneliti dengan pengawasan pembimbing)
a. Pasien duduk atau berbaring
b. Diberi vaselin pada sekitar lesi dengan menggunakan tusuk gigi
c. Dioleskan larutan fenol 80% dengan menggunakan lidi kapas pada lesi
hingga berwarna putih
d. Prosedur pengobatan dilakukan seminggu sekali hingga sembuh,
maksimum 6 minggu
3.8.3 Pengamatan (follow up)
Pengamatan dilakukan untuk melihat kesembuhan secara klinis dan
komplikasi serta dicatat pada minggu ke berapa kesembuhan tersebut terjadi.
Waktu pengamatan adalah setiap minggu sampai sembuh, maksimum 6 minggu.
Hasil pengamatan dikonfirmasi dengan pembimbing dan difoto untuk
(33)
3.9 Kerangka Operasional
Gambar 3.1. Diagram Kerangka Operasional
3.10 Pengolahan dan Analisa Data
Data yang terkumpul kemudian diolah dan selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel. Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui hubungan antara jenis
kelamin dan umur dengan lama waktu penyembuhan menggunakan uji
Mann-Whitney dengan tingkat kemaknaan 0,05.37
3.11 Persetujuan Komisi Etik Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari Komite Etik
Penelitian Bidang Kesehatan Universitas Sumatera Utara.
Pengolesan larutan fenol 80% setiap minggu sampai sembuh, maksimum 6
minggu
Follow up
• Setiap minggu sampai sembuh • Maksimum 6
minggu Pasien veruka
(34)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan pengobatan pengolesan larutan fenol 80%
terhadap 17 orang subyek penelitian, yaitu pasien veruka vulgaris. Pengolesan
larutan fenol 80% dilanjutkan seminggu sekali hingga sembuh, maksimum 6
minggu. Empat belas pasien mendapat pengobatan di RSUD Dr. Pirngadi Medan
dan 3 lainnya di RSUP H.Adam Malik Medan.
Pengamatan dilakukan setiap akhir minggu mulai minggu pertama sampai
minggu ke-6 untuk melihat kesembuhan dan komplikasi. Penelitian dimulai bulan
Februari 2013 dan selesai bulan Juni 2013.
4.1 Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik subyek penelitian ditampilkan berdasarkan jenis kelamin,
umur, pendidikan dan pekerjaan.
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Subyek Penelitian
Jenis kelamin n %
Laki-laki Perempuan
10 7
58,8 41,2
Total 17 100,0
Pada penelitian ini didapati subyek laki-laki (58,8%) lebih banyak dari
pada subyek perempuan (41,2%). Pada penelitian oleh Bruggink, dkk (2012) di
Leiden dijumpai prevalensi pasien veruka lebih besar pada perempuan (58,9%)
(35)
Tabel 4.2 Umur Subyek Penelitian
Umur (tahun) n %
9-13 14-18 19-23 24-28 29-33 9 1 5 - 2 52,9 5,9 29,4 - 11,8
Total 17 100,0
Subyek penelitian terbanyak berumur 9-13 tahun (52,9%) diikuti umur
19-23 tahun (29,4%). Pada penelitian oleh Bruggink, dkk (2012) di Leiden, pasien
veruka terbanyak adalah dengan umur 4-11 tahun (43,5%).38 Menurut Kilkenny,
dkk (1998) di Australia pasien veruka terbanyak berumur 4-12 tahun (59,0%).39
Tabel 4.3 Pendidikan Subyek Penelitian
Pendidikan n %
SD belum tamat SMP tamat SMA tamat Sarjana 9 1 5 2 52,9 5,9 29,4 11,8
Total 17 100,0
Pendidikan subyek penelitian terbanyak adalah SD belum tamat (52,9%).
Tabel 4.4 Pekerjaan Subyek Penelitian
Pekerjaan n %
Pelajar Mahasiswa Pegawai
Ibu rumah tangga
9 5 2 1 52,9 29,4 11,8 5,9
Total 17 100,0
(36)
4.2 Lokasi Veruka Vulgaris
Pada penelitian ini dijumpai lesi veruka vulgaris pada beberapa lokasi di
tubuh, dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Lokasi Veruka Vulgaris
Lokasi veruka vulgaris n % Jari tangan
Tangan Kaki Lutut Siku
11 3 1 1 1
64,7 17,6 5,9 5,9 5,9
Total 17 100,0
Veruka vulgaris dijumpai pada jari tangan, tangan, kaki, lutut dan siku
dengan persentase terbanyak pada jari tangan (64,7%), diikuti lesi pada tangan
sebanyak 17,6%. Pada penelitian Bruggink, dkk (2012) di Leiden lokasi veruka
dijumpai paling banyak di tangan (58,1%), menurut Kilkenny, dkk (1998) di
Australia, lokasi yang terbanyak adalah pada anggota gerak atas (84,2%) dan
menurut Thenk, dkk (2004) di Singapura lokasi veruka paling banyak juga
dijumpai di tangan (39,1%).38-40 Lokasi veruka vulgaris banyak pada tempat yang
sering mendapat trauma oleh karena lesi merupakan hasil inokulasi virus pada
kerusakan kecil di epitelium.41 Anggota gerak atas terutama jari tangan adalah
bagian tubuh yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan
berpeluang paling besar untuk mendapat trauma.
4.3 Lama Waktu Penyembuhan
Setelah 6 minggu pengobatan jumlah pasien yang sembuh sebanyak 11
(37)
minggu sampai 6 minggu, terbanyak pada 4 minggu (45,4%). Lama waktu
penyembuhan dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Lama Waktu Penyembuhan
Lama waktu penyembuhan n % 3 minggu 4 minggu 5 minggu 6 minggu 2 5 1 3 18,2 45,4 9,1 27,3
Total 11 100,0
4.4 Hubungan Lama Waktu Penyembuhan dan Jenis Kelamin
Hubungan antara lama waktu penyembuhan dan jenis kelamin diuji dengan
uji Mann Whitney yang hasilnya dapat dilihat pada table 4.7.
Tabel 4.7 Lama Waktu Penyembuhan (minggu) Berdasarkan Jenis Kelamin
Lama Waktu Penyembuhan (minggu) p Laki-laki Perempuan
4 6 6 3 3 6 5 4 4 4 4 0,422
n = 7 Mean rank = 6,57
n = 4 Mean rank = 5,00
Dari hasil uji Mann-Whitney diperoleh nilai p = 0,422 yang berarti tidak
ada perbedaan yang bermakna secara statistik lama waktu penyembuhan antara
laki-laki dan perempuan. Dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara lama
waktu penyembuhan dan jenis kelamin.
4.5 Hubungan Lama Waktu Penyembuhan dan Umur
Hubungan antara lama waktu penyembuhan dan umur diuji dengan uji
(38)
Tabel 4.8 Lama Waktu Penyembuhan (minggu) Berdasarkan Umur
Lama Waktu Penyembuhan (minggu)
p < 14 tahun /14 tahun
4 6 6 6
3 3 4 4 4 4 5
0,027
n = 4 Mean rank = 8,75
n = 7 Mean rank = 4,43
Dari hasil uji Mann-Whitney diperoleh nilai p = 0,027 yang berarti terdapat
perbedaan yang bermakna secara statistik antara lama waktu penyembuhan pasien
yang berumur kurang dari 14 tahun dengan yang berumur 14 tahun ke atas,
dimana lama waktu penyembuhan lebih singkat pada pasien yang berumur 14 ke
atas. Dapat disimpulkan ada hubungan antara lama waktu penyembuhan dan
umur.
Penyembuhan luka merupakan proses biologis normal pada tubuh manusia
yang terjadi apabila terdapat kerusakan pada jaringan tubuh yang dapat
disebabkan oleh trauma, infeksi dan proses patologis lainnya.42,43 Secara
sederhana, proses penyembuhan luka terbagi atas 4 tahapan yang terdiri dari fase
haemostasis, fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodeling yang dapat
terjadi secara tumpang tindih.43,44 Proses ini bertujuan untuk mengembalikan
keutuhan dan fungsi jaringan.44 Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
proses penyembuhan luka, seperti usia, infeksi, kebersihan, nutrisi dan penyakit
penyerta.
Pada penelitian ini diperoleh waktu penyembuhan untuk usia di bawah 14
tahun lebih lama daripada 14 tahun ke atas. Proses penyembuhan luka pada anak
(39)
dan dewasa melalui tahapan yang sama.44 Anak dan dewasa pada umumnya akan
mengalami penyembuhan luka yang baik.43 Namun penyembuhan luka pada anak
dapat mengalami gangguan yang disebabkan oleh beberapa keadaan. Anak
membutuhkan asupan nutrisi yang baik selama proses penyembuhan luka selain
untuk proses tumbuh kembangnya.43,44 Selain itu, infeksi dan tingkat kebersihan
diri yang kurang juga dapat mempengaruhi proses ini, dimana anak kurang
(40)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Persentase pasien yang sembuh pada akhir minggu ke-6 adalah 64,7%.
2. Lama waktu penyembuhan bervariasi 3 sampai 6 minggu, terbanyak 4
minggu.
3. Ada hubungan antara lama waktu penyembuhan dan umur dimana lama
waktu penyembuhan lebih singkat pada pasien dengan umur 14 tahun ke
atas.
4. Tidak ada hubungan antara lama waktu penyembuhan dan jenis kelamin.
5.2 Saran
1. Disarankan pada penelitian selanjutnya dapat menemukan konsentrasi
larutan fenol dan selang waktu pengolesan larutan fenol yang lebih tepat
agar lama waktu penyembuhan lebih singkat.
2. Disarankan pada penelitian selanjutnya diteliti mengenai kekambuhan
(41)
DAFTAR PUSTAKA
1. Viral disease. Dalam: James WD, Berger TG, Elston DM, editor. Andrews’ Diseases of the skin clinical dermatology. Edisi ke-10. Kanada. Saunders Elsevier.2006.h.367-420
2. Berman B, Weinstein A. Treatment of warts. Dermatologic Therapy 2000;(13):290-304
3. Warts, Herpes simplex and other viral infection. Dalam: Habif TP, editor. Clinical dermatology a color guide to diagnosis and therapy. Edisi ke-4. Cina. Mosby.2004.h.368-408
4. Yelverton CB. Warts. Dalam: Arndt KA, Hsu JTS, editor. Manual of dermatology theurapeutic. Edisi ke-7. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.2007.h.233-42
5. Androphy EJ, Lowy DR.Warts. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi ke-7.New York: McGraw-Hill.2008.h.1914-23
6. Gibbs S, Harvey I. Topical treatment for cutaneous warts (Review). The Cochrane collaboration.2009;(3):1-86
7. Gibbs S, Harvey I, Sterling J, Stark R. Local treatment for cutaneous warts: systematic review. BMJ 2002;(325):1-8
8. Phenol-Phenol, U.S.P. (Acidum carbolicum, Pharm. 1890) C6H5OH. Diunduh
dari
9. Desinfektan. Dalam: Tjay TH, Rahardja K.,editor. Obat-obat penting: Kasiat, penggunaan dan efek-efek sampingnya. Edisi ke-6. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.2000.h.242-55
10.Phenolum liquidum: Fenol cair. Dalam: Farmakope Indonesia. Edisi ke-5. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995.h.664
11.Banihashemi M, Pezeshkpoor F, Yazdanpanah MJ, Family S. Efficacy of 80% phenol solution in comparation with cryotherapy in the treatment of common warts of hand. Singapore Med J 2008;49(12):1035-7
12.Viral diases of the skin. Dalam: Paller AS, Mancini AJ, editor. Hurwitz Clinical pediatric dermatology: A textbook of skin disorders of childhood and adolescence. Edisi ke-4. Cina. Saunders Elsevier.2011.h.348-69
13.Sterling JC, Handfield-Jones S, Hudson PM. Guidelines for the management of cutaneous warts. Br J Dermatol 2001; (144):4-11
14.Shenefelt PD. Warts, non genital. Diunduh dari:
14 Oktober 2009
15.Benton, EC. Human papiloma virus infection and molluscum contangiosum. Dalam: Harper J, Oranje A, Prose N, editor. Textbook of pediatric dermatology. Edisi ke-2. Volume ke-1. Turin.2006.h.369-93
(42)
16.Guerra-Tapia A, Gonzalez–Guera E, Rodriguez-Cerdeira C. Common clinical manifestation of Human papilloma virus (HPV) infection. The Open Dermatology Journal2009;(3):103-10
17.Kuykendall-Ivy TD, Johnson SM. Evidence–based review of management of nongenital cutaneous warts. Cutis2003;(71):213-22
18.Micali G, Dall’Oglio F, Nasca MR, Tedeschi A. Management of cutaneous warts: An Evidence-based approach. Am J Clin Dermatol 2004; 5(5):311-17 19.Phenol: Chemistry, formulation and adjuvant. Dalam: Deprez P, editor.
Textbook of chemical peels.London: Informa Healthcare.2007.h:193-202 20.NIOSH skin notation pfofile. Phenol. Diunduh dari:
tanggal: 5 April 2013
21.Vallejo RBB, Iglesias MEL, Tirado FV, Pardo SR. Cauterization of the germinal nail matrix using phenol application of differing duration: A histologic study. J Am Acad Dermatol 2012;67(4):706-11
22.Pardoe R, Minami RT, Sato RM, Schlesinger SL. Phenol burns.Burns 1976;3(1):29-41
23.Landau M. Deep chemical peels (phenol). Dalam: Tosti A, Grimes PE, Padova MPD, editor. Color atlas of chemical peels. Edisi ke-2. Heildelberg.Springer.2012.h:41-55
24.Yamamoto Y, Yoneri N, Kaminaka C, Kishioka A, Uede K, Furukawa F. Effect of phenol peeling on dermal endothelial cells. J Dermatol Sci 2004;35:158-61
25.Kaminaka C, Yamamoto Y, Yonei N, Kishioka A, Kondo T, Furukaw F. Phenol peels as anovel therapeutic approach for actinic keratosis and Bowen disease: Prospective pilot trial with assessement of clinical, histologic and imunohistochemical correlations. J Am Acad Dermatol 2009;60(4):615-25 26.Weller R, O’Callaghan CJ, McSween RM, White MI. Scarring in molluscum
contangiosum: comparation of physical expression and phenol ablation. BMJ 1999;319:1540
27.Savant S S, Shenoy S. Chemical peeling with phenol : For the treatment of stable vitiligo and alopecia areata. Indian J Dermatol Venereol Leprol 1999;65:93-8
28.Phenol: indication. Dalam: Deprez P, editor. Textbook of chemical peels.London: Informa Healthcare.2007.h:233-47
29. Barlow J, Johnson JAP.Breast cancer & the enviroment research centers early life exposure to phenol and breast cancer risk in later years fact sheet on
phenol. Diunduh dari:
2013
30.Toxicity of phenol: cause, prevention and treatment. Dalam: Deprez P, editor. Textbook of chemical peels.London: Informa Healthcare.2007.h:213-23 31.Lewin JF, Clearly WT. An accidental death case by the absorption of phenol
trough skin. A case report. Forensic Science Internasional 1982;19: 177-9 32.Horch R, Spilker G, Stark GB. Phenol burns and intoxication. Burns
1994;20(1):45-50
33.Randomized clinical trial. Dalam: Riegelman RK. Studying a study & testing a test: How to read the medical evidence. Edisi ke-5. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.2005.h.67-88
(43)
34.Harun SR, Putra ST, Chair I, Sostroasmoro S. Uji klinis. Dalam: Sostroasmoro S, Ismael S, editor. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.2008.h.166-92
35.Menentukan rumus besar sampel. Dalam: Dahlan MS. Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: PT. Arkans. 2006.h.14-8
36.Ukuran sampel untuk proporsi. Dalam: Murti B. Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif di bidang kesehatan. Yogyakarta. 2006.h.110-8
37.Research question about two separate or independent groups. Dalam: Dawson B, Trapp RG. Basic & Clinical Biostatistics. Edisi ke-3. Singapura: Lange medical book/ McGraw-Hill.2001.h. 132-60
38.Bruggink SC, de Koning MNC, Gussekloo J, Egberts PF, dkk. Cutaneous warts-associated HPV types: Prevalence and relation with patient characteristic. Journal of Clinical Virology 2012; 55: 250-5
39.Kilkenny M, Merlin K, Young R, Marks R. The prevalence of common skin condition in Australian school student: 1. Common, plane and plantar warts. British Journal of Dermatology 1998; 138: 840-5
40.Thenk TSC, Goh BK, Chong WS, Chan YC, dkk. Viral warts in children seen at a tertiary feferral center. Ann Acad Med Singapore 2004; 33:53-6
41.Gibbs S. Local treatments for cutaneous warts. Dalam: Evidenced-based Dermatology. Edisi ke-2. New York Blackwell Publishing.2008.h:347-53 42.Guo S, DiPitero LA. Factor affecting wound healing. J Dent Res
2010;89(3):219-29
43.Wounds and healing. Diunduh dari:
44.Carter FR, Nwomeh B, Lanning DA.Wound healing. Diunduh dari: Diakses pada tanggal 13 September 2013
(44)
LAMPIRAN 1
NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN / ORANGTUA / KELUARGA PASIEN
Selamat pagi/siang.
Perkenalkan nama saya dr. Dina Arwina Dalimunthe. Saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik konsentrasi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Progam Pendidikan Magister Kedokteran Klinik konsentrasi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN LAMA WAKTU PENYEMBUHAN DAN KARAKTERISTIK PENDERITA PADA PENGOBATAN VERUKA VULGARIS DENGAN PENGOLESAN LARUTAN FENOL 80%”
Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui hasil pengobatan kutil di kulit dengan menggunakan larutan fenol 80%. Larutan fenol 80% adalah suatu larutan yang terdiri dari 80% fenol dan 20% air yang bersifat kaustik, bila dioleskan pada jaringan maka jaringan tersebut akan hancur.
Jika Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka saya akan melakukan tanya jawab terhadap Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i untuk mengetahui identitas pribadi secara lebih lengkap, keadaan kesehatan secara umum. Setelah itu akan dilakukan pengobatan terhadap kutil di kulit yang diderita Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i menggunakan pengolesan larutan fenol 80%.
Pertama sekali kulit disekitar kutil diolesi vaselin. Kemudian larutan fenol 80% akan dioleskan pada kutil dengan menggunakan lidi kapas hingga berubah warna menjadi putih. Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i diharapkan datang kontrol setiap 1 minggu untuk melihat kemajuan terapi dan pemberian terapi lanjutan bila kutil belum hilang seluruhnya.
(45)
Bila Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i ada mengeluhkan rasa nyeri yang tidak hilang dengan obat anti nyeri, rasa terbakar pada kulit, maka Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i dapat segera menghubungi saya melalui telepon di 061-8213676 atau 08126047411, atau di alamat Jln. Dr. Sumarsono no. 1 Medan, atau pergi ke rumah sakit terdekat dengan terlebih dahulu menghubungi saya.
Setelah terapi dengan pengolesan larutan fenol 80% kadang dijumpai kulit kemerahan, dan sedikit nyeri, namun biasanya hal ini bersifat sementara, dan apabila diperlukan, Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i akan diberikan pengobatan untuk menangani hal tersebut.
Peserta penelitian tidak akan dikutip biaya apapun dalam penelitian ini. Kerahasiaan mengenai penyakit yang diderita peserta penelitian akan dijamin.
Keikutsertaan Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela. Bila tidak bersedia, Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i berhak untuk menolak diikutsertakan dalam penelitian ini. Jika Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i bersedia dan menyetujui pemeriksaan ini, mohon untuk menandatangani lembar persetujuan ikut serta dalam penelitian.
Jika Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i masih memerlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi saya.
(46)
LAMPIRAN 2
LEMBAR PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
Setelah mendapat penjelasan, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :
Jenis kelamin : Umur : Alamat : Nama orang tua/wali : Umur : Alamat :
dengan ini menyatakan diri saya/anak saya SETUJU secara sukarela untuk ikut serta dalam penelitian dan mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah surat pernyataan persetujuan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan sadar tanpa ada paksaan dari siapapun.
Medan, 2013 Yang menyetujui
(47)
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Jenis kelamin :
Umur : Alamat : Nama orang tua/wali : Umur : Alamat :
Setelah mendapat penjelasan dan memahami mengenai tindakan yang akan dilakukan, maka saya dengan penuh kesadaran menyatakan SETUJU untuk dilakukan tindakan tersebut pada diri saya/anak saya.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat, agar dapat dipergunakan seperlunya.
Medan, 2013
Dokter Yang menyetujui
(48)
LAMPIRAN 4
STATUS PASIEN
Nomor : Tanggal :
Nomor Rekam Medis : Nama :
Jenis kelamin : Umur : Pendidikan :
Pekerjaan : Alamat :
Telepon :
Veruka vulgaris
Jumlah :
Warna : Bentuk ruam : Lokasi : Lama menderita : Pengobatan sebelumnya : Dokumentasi sebelum diterapi :
Komplikasi pengolesan larutan fenol 80%
nyeri
parut(49)
Follow up
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
(50)
(51)
LAMPIRAN 6
DATA PENELITIAN
No Nama Jenis kelamin
(L/P)
Umur (tahun)
Pendidikan Pekerjaan Lokasi veruka vulgaris
Waktu sembuh (minggu)
Komplikasi
1 PE P 9 SD kelas 4 Pelajar Jari tangan - - 2 FA L 13 SD kelas 5 Pelajar Jari tangan - - 3 SU P 30 Sarjana Pegawai Jari tangan - - 4 DA P 12 SD kelas 6 Pelajar Jari tangan - - 5 ZF L 10 SD kelas 5 Pelajar Jari tangan - - 6 RD L 11 SD kelas 5 Pelajar Kaki - - 7 MR L 12 SD kelas 6 Pelajar Siku 4 - 8 AU L 9 SD kelas 4 Pelajar Tangan 6 - 9 AA L 11 SD kelas 5 Pelajar Tangan 6 - 10 JR L 22 SMA Mahasiswa Jari tangan 3 - 11 MY L 19 SMA Mahasiswa Jari tangan 3 - 12 AM P 18 SMA Mahasiawa Jari tangan 4 - 13 SS P 21 SMP Ibu rumah
tangga Jari tangan 4
-
14 IA L 11 SD kelas 5 Pelajar Lutut 6 - 15 NA P 19 SMA Mahasiswa Tangan 4 - 16 SB P 19 SMA Mahasiswa Jari tangan 4 - 17 BU L 33 Sarjana Pegawai Jari tangan 5 -
(52)
LAMPIRAN 7
HASIL ANALISA STATISTIK
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
JENISKEL N Mean Rank Sum of Ranks
LAMASEMB laki-laki 7 6.57 46.00
perempuan 4 5.00 20.00
Total 11
Test Statistics(b)
LAMASEMB
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 20.000
Z -.803
Asymp. Sig. (2-tailed) .422
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .527(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: JENISKEL
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
UMUR N Mean Rank Sum of Ranks
LAMASEMB < 14 tahun 4 8.75 35.00
>=14 tahun 7 4.43 31.00
Total 11
Test Statistics(b)
LAMASEMB
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 31.000
Z -2.208
Asymp. Sig. (2-tailed) .027
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .042(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: UMUR
(53)
LAMPIRAN 8
RIWAYAT HIDUP I. Identitas
Nama : dr. Dina Arwina Dalimunthe Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 15 April 1982 Suku / Bangsa : Mandailing / Indonesia Agama : Islam
Alamat : Jl. Dr. Sumarsono No 1 Medan
II. Keluarga
Suami : Alex Prabudi, ST
III. Pendidikan
SD : SD Swasta Harapan 2 Medan, tamat tahun 1994 SMP : SMP Swasta Harapan 1 Medan, tamat tahun 1997 SMU : SMU Negeri 1 Medan, tamat tahun 2000
Pendidikan Dokter : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 2006
(1)
LAMPIRAN 4
STATUS PASIEN
Nomor :
Tanggal :
Nomor Rekam Medis :
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Telepon :
Veruka vulgaris
Jumlah :
Warna :
Bentuk ruam :
Lokasi : Lama menderita : Pengobatan sebelumnya : Dokumentasi sebelum diterapi :
Komplikasi pengolesan larutan fenol 80%
nyeri
parut
hiperpigmentasi/hipopigmentasi(2)
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
(3)
LAMPIRAN 5
(4)
DATA PENELITIAN
No Nama Jenis kelamin
(L/P)
Umur (tahun)
Pendidikan Pekerjaan Lokasi veruka vulgaris Waktu sembuh (minggu) Komplikasi
1 PE P 9 SD kelas 4 Pelajar Jari tangan - -
2 FA L 13 SD kelas 5 Pelajar Jari tangan - -
3 SU P 30 Sarjana Pegawai Jari tangan - -
4 DA P 12 SD kelas 6 Pelajar Jari tangan - -
5 ZF L 10 SD kelas 5 Pelajar Jari tangan - -
6 RD L 11 SD kelas 5 Pelajar Kaki - -
7 MR L 12 SD kelas 6 Pelajar Siku 4 -
8 AU L 9 SD kelas 4 Pelajar Tangan 6 -
9 AA L 11 SD kelas 5 Pelajar Tangan 6 -
10 JR L 22 SMA Mahasiswa Jari tangan 3 -
11 MY L 19 SMA Mahasiswa Jari tangan 3 -
12 AM P 18 SMA Mahasiawa Jari tangan 4 -
13 SS P 21 SMP Ibu rumah
tangga Jari tangan 4
-
14 IA L 11 SD kelas 5 Pelajar Lutut 6 -
15 NA P 19 SMA Mahasiswa Tangan 4 -
16 SB P 19 SMA Mahasiswa Jari tangan 4 -
(5)
LAMPIRAN 7
HASIL ANALISA STATISTIK
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
JENISKEL N Mean Rank Sum of Ranks
LAMASEMB laki-laki 7 6.57 46.00
perempuan 4 5.00 20.00
Total 11
Test Statistics(b)
LAMASEMB
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 20.000
Z -.803
Asymp. Sig. (2-tailed) .422
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .527(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: JENISKEL
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
UMUR N Mean Rank Sum of Ranks
LAMASEMB < 14 tahun 4 8.75 35.00
>=14 tahun 7 4.43 31.00
Total 11
Test Statistics(b)
LAMASEMB
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 31.000
Z -2.208
Asymp. Sig. (2-tailed) .027
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .042(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: UMUR
(6)
RIWAYAT HIDUP
I. Identitas
Nama : dr. Dina Arwina Dalimunthe
Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 15 April 1982 Suku / Bangsa : Mandailing / Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Dr. Sumarsono No 1 Medan
II. Keluarga
Suami : Alex Prabudi, ST
III. Pendidikan
SD : SD Swasta Harapan 2 Medan, tamat tahun 1994
SMP : SMP Swasta Harapan 1 Medan, tamat tahun 1997
SMU : SMU Negeri 1 Medan, tamat tahun 2000
Pendidikan Dokter : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 2006