ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONSUMEN DALAM BERBELANJA DI MINIMARKET (STUDI PADA KONSUMEN ALFAMART YANG BERADA DI KECAMATAN KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH)

(1)

ABSTRACT

ANALISIS OF FACTORS THAT CONSUMER CONSIDERED IN SHOPPING AT MINIMARKET

(Study on consumer of Alfamart in Kortagajah,Central Lampung)

By: Yudhi Hermawan

The growth of retail trade in this country increasingly mushrooming effect of minimarket with all the advantage. One of them is Alfamart Minimarket. Given minimarket is a new concept in the world trade in Indonesia, it is necessary to know the factors that consumers considered in shopping at minimarket.

This problem can be formulated the factor that consumers considered in shopping at Alfamart Minimarket. The issues that need to be know are the dominant factors that influence on purchase decision at Alfamart Minimarket.

Type of thje research that used in this rsearch is descriptive research. Sample of this research is the consumers of Alfamart Kotagajah Central Lampung, with the total 75 respondens. Using convinience sampling technique. Data collection techniques using quesionaires. The Analize the data used factor analisis.


(2)

named (1) Social class and family with the variant contribution equal to 14.659 % and deputizing value 1,759, (2) Personality, Self concept and Attitude with the variant contribution equal to 14.252 % and deputizing value 1,710, (3) Perception with the variant contribution equal to 13.605 % and deputizing value 1,633, (4) Motivation and Learning process with the variant contribution equal to 13.314 % and deputizing value 1,598, (5) Social groups with the variant contribution equal to 10.999 % and deputizing value 1,320.

As regards the dominant factor that cunsumers considered in shopping at Alfamart minimarket at Kotagajah Lampung Tengah in this research is Social Class and Family factors.


(3)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONSUMEN DALAM BERBELANJA DI MINIMARKET (STUDI PADA

KONSUMEN ALFAMART YANG BERADA DI KECAMATAN KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH).

Oleh: Yudhi Hermawan

Tumbuhnya perdagangan retail di tanah air memberikan dampak semakin menjamurnya minimarket dengan segala keunggulannya. Salah satu dari minimarket tersebut adalah minimarket Alfamart. Mengingat minimarket adalah sebuah konsep baru di dunia perdagangan Indonesia, maka perlu diketahui faktor-faktor yang diprtimbangkan konsumen dalam berbelanja di minimarket.

Dapat dirumuskan permasalahannya yaitu faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam berbelanja di Minimarket Alfamart. Masalah yang perlu diketahui lainnya adalah faktor-faktor yang dominan mempengaruhi keputusan pembelian di minimarket Alfamart.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sampel penelitian ini adalah konsumen Alfamart yang berada di Kecamatan Kotagajah Lampung tengah, yakni sejumlah 75 responden, dengan


(4)

Berdasarkan hasil analisis faktor terdapat 12 indikator membentuk 5 faktor dengan total varian (kumulatif persentasi) sebesar 66,828 %. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah (1) Kelas sosial dan Keluarga dengan kontribusi sebesar 14,659% dan tingkat keterwakilan 1,759, (2) Kepribadian, Konsep diri dan Sikap, dengan kontribusi sebesar 14,252% dan tingkat keterwakilan 1,710, (3) Persepsi, dengan kontribusi sebesar 14,659% dan tingkat keterwakilan 1,759,(4) Motifasi dan Proses belajar dengan kontribusi sebesar 13,605% dan tingkat keterwakilan 1,633, (5) Kelompok sosial dengan kontribusi sebesar 13,314% dan tingkat keterwakilanya 1,320.

Adapun faktor yang paling dominan yang dipertimbangkan konsumen dalam berbelanja di minimarket Alfamart kecamatan kotagajah dalam penelitian ini yaitu faktor Kelas sosial dan Keluarga.


(5)

ABSTRACT

Characteristic Buyer Factors that Influencing Purchase Decision of Shar-E Card

(Study on Shar-E Customer of PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung).

By: Marina Ashari

Syariah banking growth give impacts to various products of syariah banking which bargained with all of the utilities. One of banking products which in accordance with syariah is Shar-E Card that marketed by Bank Muamalat Indonesia. Shar-E Card is a new concept on Indonesia’s banking, therefore necessary to know about characteristic buyer factors that influencing purchase decision of Shar-E Card.

The problem of this research is characteristic buyer factors that influencing purchase decision of Shar-E Card. Another problem which need to know is characteristic buyer factors that very dominant influencing purchase decision of Shar-E Card.

A research genre in this research is explanatory research with quantitative. A research type is associative research. Sample of this research is Shar-E customer’s of Bank Muamalat Indonesia Cabang Bandar Lampung, total 97 persons, with using accidental sampling technique. A technique data that used is


(6)

named are personal, culture, psychology and social, the variance total is 67,294% and factor loading between 0,526 until 0,863. The result of regression analysis that way aggregative, purchase decision of Shar-E Card influenced by personal, culture, psychology and social. It’s point out signification less than 0,05 is 0,000. coefficient correlation value is 0,595 with coefficient determinant value 0,354. that way partial, psychology factor is a factor that influencing purchase decision of Shar-E Card, with signification 0,000 (<0,05). But, another factors doesn’t influencing dependent variable because the signification more than 0,05.

From analyzing result, know that characteristic Shar-E Card buyer’s are from demographic side Shar-E Card buyer’s dominated by who have an age between 17 until 27 years old, still single, don’t have any children yet, senior high graduated and still as a university student. So, know that dominant of customer have salary <Rp 1.000.000. Many customer have as Shar-E customer’s ½ - 1 year. Beside dominated by customer who Moslem, any little part of customer who non-Moslem.


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perubahan lingkungan senantiasa terjadi terus–menerus dalam suatu masyarakat, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan dan tata ekonomi, cara–cara pemasaran dan perilaku masyarakatnya. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan berkembang pesat, telah terjadi perubahan diberbagai sektor, termasuk dibidang industri dan produksi serta pada kegiatan usaha eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala besar. Perkembangan bisnis eceran yang pesat ini tidak lepas dari faktor meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan juga meningkatkan jumlah pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang menyebabkan taraf hidup masyarakat Indonesia semakin meningkat. Hal ini membawa dampak kepada pola perilaku belanja seseorang, dimana semakin meningkatnya taraf hidup seseorang maka tuntutan akan tempat berbelanja yang nyaman dan dapat menyediakan segala kebutuhan konsumen dalam satu lokasi semakin dibutuhkan.

Munculnya industri–industri baru dan industri–industri yang telah melakukan pembaharuan/rehabilitasi semakin membanjiri pasar dan saling bersaing untuk mendapatkan konsumen. Pasar yang semula menunjukan ciri–ciri kekurangan,


(8)

dan banyak dikuasai penjual kini berubah menjadi pasar konsumen dimana produsen sekarang berlomba-lomba menarik minat konsumen (http://koranjogja.com).

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat menyebabkan permintaan konsumsi barang-barang termasuk barang konsumsi seperti pangan dan kebutuhan rumah tangga, perbaikan dan kemajuan pendidikan, perbaikan dalam pengangkutan serta komunikasi juga ikut meningkat.

Pasar tradisional pada masa yang lalu merupakan tempat utama yang dituju oleh konsumen untuk berbelanja, namun pada perkembangan bentuk pasar dengan munculnya minimarket memberikan tambahan alternatif bagi masyarakat selaku konsumen untuk mencari dan membeli produk yang dibutuhkan dan diinginkan. Hal ini menunjukkan kecenderungan perubahan perilaku konsumen karena konsumen mulai tertarik untuk berbelanja di tempat yang mungkin dirasa lebih nyaman dibandingkan pasar tradisional.

Gejala berbelanja di swalayan bagi masyarakat tampaknya semakin menggeser peran pasar tradisional, hal ini terlihat dari semakin banyaknya jumlah minimarket yang kian hari kian bertambah bahkan hampir disetiap kecamatan tak kurang dari dua atau bahkan lima mini market dapat dijumpai. Situasi dan kondisi seperti ini dapat dikatakan situasi pasar, dimana konsumen memiliki pengaruh yang dominan karena mereka berkesempatan untuk memilih dari beberapa alternatif yang tersedia (Swastha dan Handoko, 2000:9).


(9)

Dengan semakin banyaknya usaha retail/minimarket maka kehidupan masyarakat menjadi semakin kompleks dan bergerak maju ke depan. Oleh karena itu pelaku bisnis dituntut untuk tidak hanya menjual barang saja, tetapi juga dituntut untuk menyediakan layanan yang berkualitas sehingga konsumen akan merasa nyaman dan dapat diharapkan menjadikan konsumen loyal.

Menurut Angipora : (1999; 100) Penelitian konsumen dalam hubungan dengan perilaku konsumen dalam membeli yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk mengetahui dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan:

1. Siapakah yang membeli? 2. Bagaimana mereka membeli? 3. Kapan mereka membeli? 4. Di mana mereka membeli? 5. Mengapa mereka membeli?

Bagaimana tanggapan pemasaran (marketing stimulasi) yang dilakukan perusahaan seperti:

1. Ciri produk 2. Harga

3. Pesan iklan dan sebagainya

PT. Sumber Alfaria Trijaya merupakan salah satu perusahaan bersekala nasional yang bergerak dibidang jasa retail (eceran). Produk yang di tawarkan berupa barang-barang kebutuhan pokok, kebutuhan sehari-hari, dan perlengkapan rumah tangga.

Keberadaan Alfamart di Kecamatan Kotagajah memberikan alternatif baru bagi masyarakat kecamatan kotagajah untuk berbelanja. Tempat yang strategis, dekat dengan pasar dan kemudahan transportasi membuat Alfamart cepat dikenal oleh masyarakat luas.


(10)

Dikecamatan Kotagajah sendiri kini telah berdiri 5 minimarket, yakni 4 minimarket Alfamart yakni Alfamart kotagajah 1, Alfamart kotagajah 2, Alfamart kotagajah 3, Alfamart kotagajah 4, dan satunya yakni minimarket Indomaret dan kelimanya relatif sama besar. Hal ini menjadikan tanda tanya bersar dalam benak penulis jika dilihat dari banyaknya minimarket yang berdiri. Apakah ini disebapkan oleh struktur masyarakat kecamatan kotagajah yang kompleks, lokasi kecamatan kotagajah yang strategis karena berbatasan dengan 4 empat kecamatan atau hal- hal lainnya yang tidak diketahui penulis.

Dari hasil penelitian sementara yang dilakukan peneliti, yaitu dengan menanyakan kepada 10 responden “Alasan mereka berbelanja di mini market Alfamart”? Diperoleh jawaban sebagai berikut:

Tabel 1. Tanggapan konsumen Alfamart di Kecamatan Kotagajah dari 10 responden:

No. Kriteria Tanggapan responden/yang

menjawab jumlah

Sangat setuju

setuju Tidak setuju 1. Harga yang ditawarkan

murah

3 5 2 10

2. Produknya beragam 3 4 3 10

3. Pelayanan cepat 3 4 3 10

4. Hadiah yang ditawarkan menarik

3 6 1 10

5. Lokasi dekat dengan pasar 3 4 3 10

6. Suasana outlet nyaman 10 - - 10

7. Merek outlet terkenal 5 5 - 10

8. Parkir gratis 5 5 - 10

9. Outlet luas 4 6 - 10

10. Pelayanan ramah 3 7 - 10


(11)

Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh sementara dapat diketahui bahwa mayoritas konsumen senang berbelanja di Alfamart, walaupun ada beberapa responden yang menjawab tidak setuju terhadap bertanyaan yang diberikan. Berdasarkan latar belakang diatas adapun penulis ingin mengetahui lebih jauh lagi dengan mengadakan penelitian dengan judul: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONSUMEN DALAM BERBELANJA DI MINIMARKET ALFAMART KECAMATAN KOTAGAJAH

B. Rumusan Permasalahan.

Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan tidak terlepas dari kebijakan yang diambil secara tepat serta didukung oleh kemampuan perusahaan memahami konsumen. Untuk dapat memahami kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan harus dapat memahami perilaku konsumen, dengan demikian penetapan kebijakan pemasaran akan lebih terarah.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka masalah yang hendak dicari jawabanya dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-Faktor apa sajakah yang dipertimbangkan Konsumen dalam Berbelanja di Minimarket Alfamart”? dan


(12)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis yaitu :

Menganalisa faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan konsumen dalam berbelanja di Minimarket Alfamart yang berada di Kecamatan Kotagajah Lampung Tengah

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dalam dua aspek yaitu secara teoritis dan secara praktis :

1. Teoritis : memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian lebih lanjut mengenai manajemen pemasaran khususnya yang berkaitan dengan perilaku konsumen.

2. Praktis : memberikan sumbangan pemikiran bagi pemasar (Alfamart) dalam pengambilan keputusan dan kebijakan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen.


(13)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Konsumen

Menurut Louden & Bitta dalam Angipora, (1999:94), Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu dalam upaya memperoleh dan menggunakan barang dan jasa (evaluasi, memperoleh, menggunakan atau menentukan barang atau jasa).

Konsumen ini dapat dibedakan berdasarkan umur, pendapatan, pola mobilitas, selera, dan sebagainya. Manajer pemasaran harus mempelajari perbedaan dari masing-masing kelopmpok tersebut, dan megembangkan barag dan jasa yang sesuai dengam kebutuhan mereka. Perusahan harus juga memilih segmen pasar mana yang akan dilayani.

Menurut Louden & Bitta dalam Angipora, (1999; 94)

Ada beberapa istilah yang pelu diketahui untuk memahami perilaku konsumen antara lain:

1. Konsumen adalah orang yang membeli pada sebuah toko atau perusahaan tertentu.

2. Konsumen atau mempunyai arti yang lebih luas yaitu pembeli atau pemakai produk tertentu (barang dan jasa) yang tidak terbatas pada toko atau perusahaan saja.

3. Konsumen akhir adalah individi-individu yang melakukan pembelian untuk tujuan pribadi atau konsumsi rumah tangganya.


(14)

4. Pembeli atau individu adalah individu yang melakukan pembelian untuk memenuhi kebutuhan pribadi dengan sedikit atau bahkan dengan pengaruh orang lain.

Swstha dan Handoko (2000;10) dalam bukunya mengatakan :

Perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan indifidu yang secara langsung terlihat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.

The American Marketing Asosiation mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut :

Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.

Menurut Angipora (1999;102) Untuk memahami perilaku konsumen dapat dijelaskan seperti model perilaku konsumen dibawah ini:

Model Terperinci Perilaku Konsumen

Sumber: Angipora (1999;102)

Berdasarkan model tersebut dapat kita ketahui bahwa pengaruh rangsangan pemasaran yang terdiri dari produk, harga distribusi dan ditambah dengan

Stimuli pemasaran Stimuli lainnya  Produk  Harga  Distribusi  Promosi  Ekomomi  Teknologi  Politik  Budaya

Kotak hitam pembeli

 Karakteristik pembeli

 Proses keputusan pembeli

Tanggapan pembeli

 Pilihan produk

 Pilihan merek

 Pilihan disain

 Saat pembelian


(15)

rangsangan-rangsangan lainnya yang terdiri atas keadaan ekonomi, perkembangan teknologi, wawasan/pandangan politik atau budaya yang menghinggapi konsumen.

Seluruh rangsangan-rangsangan tersebut akan mempengaruhi kepribadian konsumen kedalam suatu motif (masuk melalui kotak hitam pembeli) dan menghasilkan serangkaian tanggapan pembeli seperti:

1. pemilihan produk 2. pemilihan merek 3. pemilihan disain

4. syarat pembelian/jadual pembelian 5. jumlah pembeli

B. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Swastha dan Handoko, (2000:57) dalam bukunya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain faktor eksternal dan internal :

1. Faktor Eksternal (luar)

Faktor eksternal merupakan pengaruh yang berasal asalnya dari luar diri/pribadi manusia. Adapun faktor eksternal menurut Swastha dan Handoko, (2000:57) terdiri dari :

a. Kebudayaan

Kebudayaan sifatnya sangat luas, dan menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Kebudayaan adalah kompleks, yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain


(16)

kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.

Mempelajari perilaku konsumen adalah mempelajari perilaku manusia. Sehingga perilaku konsumen juga ditentukan oleh kebudayaan, yang tercermin pada cara hidup, kebiasaan dan tradisi dalam permintaan akan berbagai macam barang dan jasa di pasar.

Kebudayaan menurut ilmu antropologi, dalam swasta dan handoko (2000: 59), adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

b. Kelas Sosial

Pengertian kelas sosial dalam hal ini adalah sama dengan istilah lapisan sosial, tanpa membedakan apakah dasar pembagian kelas itu uang, tanah, kekuasaan atau dasar lainnya. Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat kedalam kelas-kelas tertentu adalah sebagai berikut: 1) kekayaan, 2) kekuasaan, 3) kehormatan dan 4) ilmu pengetahuan. Ukuran tersebut bukannya bersifat terbatas, Karena masih ada ukuran-ukuran lain yang dapat digunakan. Masyarakat kita pada pokoknya dapat dikelompokkan kedalam tiga golongan, yaitu:

1. Golongan atas

Yang termasuk didalam kelas ini antara lain: pengusaha-pengusaha kaya, pejabat-pejabat tinggi.


(17)

Yang termasuk dalam kelas ini antara lain: Kariawan instansi pemerintah, pengusaha menengah.

3. Golongan rendah

Yang termasuk dalam golongan ini antara lain: buruh-buruh pabrik, pegawai rendah, tukang becak, dan pedagang kecil.

Menurut Sorokin dalam Swasta dan Handoko (2000:63), Pelapisan sosial/kelas sosial adalah pembedaan penduduk atau masayarakat kedalam kels-kelas secara bertingkat.

Angipora (1999;107) Kelas sosial adalah bagian yang relatif homogen dan selalu ada didalam masyarakat yang tersususun secara hierarkis dan yang pada anggotanya memiliki nilai-nilai, kepentingan dan perilaku yang sama. Identifikasi kelas sosial sebagaimana dikemukakan oleh para ahli Ilmu Sosial terbagi atas 6 kelas sosial, yaitu:

1. Kelas atas (Upper Uppers)

2. Kelas dibawahnya kelas diatasnya (Lowers Uppers) 3. Kelas menengah atas (Uppers Middles)

4. Kelas menengah bawah (Lower Middles) 5. Kelas bawah teratas (Upper Lowers) 6. Kelas terbawah (Lower Lowers)

Kelas-kelas sosial tersebut akan mencerminkan kebutuhan keinginan akan barang dan jasa yang diperlukan, baik yang menyangkut merek, harga, jenis barang dan juga hal-hal lainnya. Yaitu apa yang menjadi pillihan para


(18)

konsumen berdasarkan tingkat kemampuan ekonominya akan sangat menentukan strategi dan posisioning suatu perusahaan.

c. Kelompok-kelompok Sosial dan Kelompok Referensi

Menurut Swasta dan Handoko, (2000;64) Sebuah kelompok (group) merupakan kumpulan dari dua atau lebih orang-orang yang saling berinterasksi untuk mencapai tujuan yang sama, tujuan tersebut bisa merupakan tujuan individu ataupun tujuan bersama.. Adapun jenis- jenis kelompok acuan:

1.Kelompok-kelompok sosial

Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang menjadi tempat individu-individu berinteraksi satu sama lain, karena adanya hubungan antara mereka. Sebagai hasil interaksi yang terus-menerus ini lambat laun akan tercipta struktur kelompok-kelompok sosial. Adapun bentuk-bentuk kelompok sosial, yaitu:

a) Kelompok yang berhubungan langsung.

Yaitu kelompok yang anggotanya saling kenal-mengenal secara erat, seperti misalnya keluarga, keanggotaanya untuk sebagian besar dipengaruhi oleh jabatannya, tempat kediaman dan usia. Bagi manajemen pemasaran ini berarti bahwa pemilihan produk atau merek barang, missal: mobil, televisi, atau rokok sangat dipengaruhi orang-orang lain dan tetangga dari kelompok ini, sebagai lingkungan pergaulannya.

b) Kelompok Primer dan kelompok Sekunder. 1) Kelompok Primer


(19)

Kelompok-kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri adanya saling mengenal antara anggota-anggota serta kerjasama erat yang sifatnya pribadi. Seperti: teman, keluarga, dan kolega yang selalu melibatkan individu berinteraksi secara langsung terus-menerus dengan anggota lainnya.

2) Kelompok sekunder

Kelompok-kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri dari banyak orang, dan hubungan di antara anggotanya tidak perlu saling mengenal secara pribadi, serta tidak begitu langgeng, seperti ; keanggotaan dalam partai.

c) Kelompok Formal dan Informal.

1) Kelompok formal adalah kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan dngan sengaja diciptakan untuk mengatur hubungan antar anggota-anggotanya.

2) Sebaliknya kelompok informal tidak mempunyai struktur dan organisasi yang tertentu. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulangkali. Contoh adalah klub-klub olah raga, dan kelompok-kelompok kecil lainnya. 2. Kelompok Referensi

Kelompok referensi adalah kelompok sosial yang menjadi ukuran seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk kepribadian dan perilakunya. Missal: artis dan tokoh nasional


(20)

d. Keluarga

Menurut Nugroho j.Sertiadi (2003:272), keluarga adalah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan, atau adopsi, dan tinggal bersama. Dalam pasar konsumen, maka keluargalah yang banyak melakukan pembelian. Peranan setiap anggota dalam membeli berbeda-beda menurut macam barang tertentu yang dibelinya. Setiap anggota keluarga memiliki selera dan keinginan yang berbeda. Anak-anak misalnya, tidak selalu menerima apa saja dari orang tua mereka, tetapi menginginkan juga sesuatu yang lain.

Di antara anggota keluarga, ibu rumah tangga adalah pembeli utama bagi keluarga. Biasanya ibu rumah tangga yang memegang uang dan mengatur pengeluaran, ia merupakan agen pembelian.

2. Faktor Internal (dalam)

Faktor internal adalah faktor yang asalnya dari dalam diri manusia itu sendiri. Adapun faktor internal terdiri dari :

a. Motivasi

Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

Bagi manajer pemasaran penting sekali mengetahui apa yang menjadi motif pembelian seseorang terhadap suatu produk atau pada penjual tertentu, sebab


(21)

hal ini dapat mempengaruhi program pemasaran. Misal seseorang membeli sebuah sepeda motor karena keawetannya.

Macam-macam motif dalam pembelian

a. Motif Pembelian Primer dan Motif Pembelian Selektif

1) Motif pembelian primer, adalah motif yang menimbulkan perilaku pembelian terhadap kategori-kategori umum pada suatu produk, seperti membeli televisi atau pakaian. Contoh motif ini, antara lain keinginan untuk menikmati kesenangan, motif untuk ingin atau, kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lain.

2) Motif pembelian selektif adalah motif yang mempengaruhi keputusan tentang model dan merek dari kelas-kelas produk, atau macam penjual yang dipilih untuk suatu pembelian. Motif ekonomi, status, keamanan, dan prestasi adalah beberapa contoh dari motif selektif.

b. Motif Rasional dan Motif Emosional 1) Motif rasional

Motif rasional adalah motif yang didasarkan atas kenyataan-kenyataan seperti yang ditunjukan suatu produk kepada konsumen. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dapat berupa faktor ekonomi seperti: faktor penawaran, permintaan, dan harga. Selain itu juga faktor kualitas, pelayanan, kebersihan, evisiensi, dan penggunaan keawetan, dapat dipercaya dan keterbatasan waktu yang ada pada konsumen.

2) Motif emosional Motif emosional adalah motif pembelian yang berkaitan dengan perasaan atau emosi individu, seperti pengungkapan


(22)

rasa cinta, kebanggaan, kenyamanan, kesehatan, keamanan dan kepraktisan.

b. Proses Pengamatan

Pengamatan adalah suatu proses dimana konsumen menyadari dan mengimprestasikan aspek lingkungannya. Atau dapat dikatakan sebagai proses penerimaan dan adanya rangsangan didalam lingkungan ekstern dan intern, sehingga pengamatan bersifat aktif.

c. Proses Pembelajaran

Menurut kotler (2000:173) belajar adalah perubahan prilaku seseorang atau individu yang bersumber dari pengalaman. Proses pembelian yang dilakukan konsumen merupakan sebuah proses belajar, dimana hal ini sebagian bagian dari hidup konsumen. Proses belajar pada suatu pembelian terjadi apabila konsumen ingin menaggapi dan memproleh suatu kepuasan, atau sebaliknya, tidak terjadi apabila konsumen merasa dikecewakan oleh produk yang kurang baik. Contoh: Seorang konsumen membeli obat merek “X “ bila obat tersebut dapat menyembuhkan penyakitnya relatif dengan cepat, maka konsumen akan cenderung membeli obat itu lagi pada saat ia kembali sakit.

d. Kepribadian dan konsep diri

Kepribadian kalau dalam bahasa sehari-hari adalah bahwa orang tersebut mempunyai watak yang diperhatikannya secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam perilakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu-individu lainnya.


(23)

Dalam menjelaskan kepribadian seseorang tidak cukup hanya dengan hal-hal yang dapat dilihat, tetapi juga dari motif-motif yang mendasarinya; dan untuk mengetahuinya dapat diadakan riset motivasi. Jadi, kita juga harus mengetahui dasar dari variabel-variabel yang dapat mencerminkan kepribadian seseorang, yaitu: (1) aktifitas (2) minat dan (3) opini.

Konsep diri didefinisikan oleh Theodore M. New Combe dalam bukunya “ Social Psychology” dalam Sawasta Basu (2000;66), sebagai individu yang diterima oleh individu itu sendiri dalam rangka kehidupannya dalam suatu masyarakat yang menetukan.

Konsep diri mempunyai implikasi dan aplikasi yang luas pada perilaku konsumen. Konsep ini dapat dipergunakan dalam segmentasi pasar, periklanan, pembungkusan, personal seling, pengembangan produk, dan penyaluran.

e. Sikap

Sikap seseorang adalah keadaan mudah terpengaruh untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan, yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut. Secara devinitif sikap berarti suatu kedaan jiwa (mental) dan keadaan pikir (neural) yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek, yang diorganisir melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung dan atau secara dinamis pada perilaku.

C. Situasi Pembelian

Jumlah kompleksitas kegiatan konsumen dalam pembeliannya dapat berbeda-beda. Menurut Howard dalam (Swastha dan Handoko, 2000:104), pembelian


(24)

konsumen dapat ditinjau sebagai kegiatan penyelesaian suatu masalah, dan terdapat tiga macam situasi. Jenis situasi tersebut adalah: (1) Perilaku responsi rutin, (2) Penyelesaian masalah terbatas, dan (3) Penyelesaian masalah ekstensif.

1. Prilaku Responsi Rutin

Jenis prilaku pembelian yang paling sederhana terdapat dalam suatu pembelian yang berharga murah dan sering dilakukan. Dalam hal ini pembeli sudah memahami merek-merek beserta atributnya. Mereka tidak selalu membeli merek yang sama karena dipengaruhi oleh kehabisan persediaan atau sebap-sebap lain. Tetapi pada umumnya kegiatan pembelian dilakukan secara rutin, tidak memerlukan banyak pikiran, tenaga, atau waktu. Oleh kerena itu perusahaan harus menyelesaikan kegiatan pemasarannya dengan keadaan tersebut untuk mempertahankan langgananya.

2. Penyelesaian Masalah Terbatas

Pembelian akan lebih kompleks jika pembeli tidak mengetahui sebuah merek dalam suatu jenis produk yang disukai sehingga membutuhkan informasi yang lebih banyak lagi sebelum memutuskan untuk membeli. 3. Penyelesaian Masalah Ekstensif

Sustu pembelian akan menjadi sangat kompleks jika pembeli menjumpai jenis produk yang kurang dipahami dan tidak mengetahui kriteria penggunanya. Sebagai contoh, seseorang yang membeli kamera yang sangat mahal pertama kali. Diantara mereka kamera yang sangat mahal tersebut antara lain: Nikon, Leica, Asahi Pentax. Dari ketiga merek yang pernah diketahui, ia tidak mengatahui atribut-atribut jenis produk yang harus


(25)

dipertimbangkan dalam pemilihan kamera yang baik. Situasi demikian disebut penyelesaian masalah ekstensif.

Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui kegiatan pengumpulan informasi dan evaluasi dari para pembeli, dan menunjang proses belajar pembeli terhadap atribut-atribut kelompok produk tersebut.

D. Tahap-Tahap Dalam Proses Pengembilan Keputusan Untuk Membeli

Kegiatan pembelian merupakan suatu rangkaian tindakan fisik meupun mental yang dialami seorang konsumen dalam melakukan pembelian. Kotler ( 2003 : 224 ) menggambarkan adanya 5 lima tahapan dalam suatu proses pembelian (buying process), yaitu :

1. Pengenalan kebutuhan (Problem/Need Recognition)

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan yang dirasakan konsumen. Konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi saat ini guna membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Kebutuhan ini mungkin saja sudah dikenal dan dirasakan konsumen jauh-jauh sebelumnya, mungkin juga belum. Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, para pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan kategori produk.


(26)

2. Pencarian Informasi (Information Search)

Setelah konsumen merasakan adanya kebutuhan sesuatu barang atau jasa, selanjutnya konsumen mencari infomasi baik yang disimpan dalam ingatan (informasi internal) maupun informasi yang didapat dari lingkungan (eksternal). Konsumen menghadapi resiko dalam arti bahwa setidaknya seorang konsumen akan menyebabkan timbulnya dampak tertentu, yang tidak dapat diantisipasikan dengan kepastian penuh, beberapa dampak yang muncul kiranya tidak akan menyenangkan konsumen berupaya mengurangi ketidakpastian tersebut. Ada empat sumber keputusan konsumen yaitu :

a. Sumber pribadi: Keluarga, teman-teman, tetangga dan kenalan

b. Sumber komersial: Periklanan, petugas penjualan, kemasan, dan pemajangan

c. Sumber umum: Media massa dan organisasi konsumen

d. Sumber pengalaman: Pernah menangani, memuji dan mempergunakan produk atau jasa.

Bila konsumen berusaha untuk menghimpun informasi lebih banyak, kita dapat membedakan menjadi dua bagian yaitu perhatian yang kuat sehingga konsumen tersebut akan lebih tanggap akan barang tertentu dan melakukan pencarian aktif sehingga ia akan berusaha mencari semua sumber informasi yang mungkin atas suatu produk. Sumber-sumber informasi pokok yang akan diperhatikan konsumen dan pengaruh relatif dari sikap informasi itu terhadap rangakaian keputusan pembeli.


(27)

3. Evaluasi alternatif (Evaluation of Alternative)

Setelah pencarian informasi konsumen akan menghadapi sejumlah merek yang dapat dipilih. Pemilihan ini melalui suatu proses evaluasi alternatif tertentu. Sejumlah konsep tertentu akan membantu memahami proses ini, yakni :

a. Konsumen akan mempertimbangkan berbagai sifat produk dan keunggulannya

b. Produsen yang memasukkan ciri yang menonjol dari suatu produk sebagai sesuatu yang paling penting. Produsen harus lebih mempertimbangkan kegunaan ciri-ciri tersebut dari pada penonjolannya. c. Konsumen biasanya membangun seperangkat kepercayaan terhadap

sebuah merek sesuai dengan ciri dan keunggulannya.

d. Fungsi kegunaan menggambarkan bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan dari suatu produk yang bervariasi pada tingkat yang berbeda untuk masing-masing ciri.

e. Terbentuknya sikap konsumen terhadap beberapa merek melalui prosedur penilaian. Konsumen ternyata menerapkan prosedur penilaian yang berbeda untuk membuat suatu pilihan diantara sekian banyak ciri dan obyek.

4. Keputusan pembelian (Puchase Decision)

Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Dua faktor yang dapat berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian :


(28)

a. Sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu : intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi keinginan konsumen untuk menuruti orang lain.

b. Situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian

5. Perilaku pasca pembelian (Past Purchase Behavior)

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Bila konsumen merasa puas maka hal ini akan menjadi penguat bagi individu untuk mengadakan tanggapan berulang, yaitu membeli kembali merek produk tersebut pada kesempatan berikutnya.

Kelima tahapan di atas tidak selalu dilalui konsumen dalam melakukan pembelian, terutama jika pembelian itu bersifat emosional. Dalam penelitian ini, variabel yang terkait adalah sampai dengan keputusan pembelian akan mengarah pada kepuasan konsumen, sedangkan dalam hal ini hanya akan membahas pengaruh lokasi toko, tata letak toko dan rangsangan dalam toko terhadap keputusan pembelian suatu poduk.

E. Pengambilan Keputusan Membeli

Keputusan berbelanja merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan kegiatan itu diperoleh dari proses sebelumnya. (Assauri, 1996 : 130).


(29)

Keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli itu sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan membeli mempunyai suatu struktur sebanyak tujuh komponen (Swastha dan Handoko, 2000;10), yaitu:

a. Keputusan tentang jenis produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah radio atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perthatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli radio serta alternatif lain yang mereka pertimbangkan.

b.Keputusan tentang bentuk produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli bentuk radio tertentu. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu suara, corak dan sebagainya.

c. Keputusan tentang merek

Konsumen harus mengabil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli. Karena setiap merek memiliki perbedaan tersendiri.

d.Keputusan tentang penjualnya

Konsumen harus mengambil keputusan dimana produk tersebut akan dibeli, apakah pada toko serba ada, toko alat-alat listrik, toko khusus, atau toko lain.

e. Keputusan tentang jumlah produk

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang berapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat.


(30)

f. Keputusan tentang waktu pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. Masalah ini akan menyangkut tersedianya uang untuk membeli. g. Keputusan tentang cara pembayaran

Konsumen harus mengabil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang dibeli, apakah secara tunai atau dengan cicilan.

Proses pengambilan keputusan adalah tentang bagaimana konsumen dalam kenyataanya membuat keputusan mereka pada waktu membeli sesuatu.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keputusan konsumen berbelanja adalah perhatian, kesukaan atau keinginan untuk melakukan pembelian di minimarket Alfamart yang kemudian diaplikasikan.

F. Kerangka Pemikiran

Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam suatu pembelian. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli barang atau jasa dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Proses pengambilan keputusan untuk membeli sama untuk setiap orang, hanya saja seluruh proses tersebut tidak selalu dilaksanakan oleh konsumen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu : Faktor eksternal yang terdiri dari ; Budaya dan Sub budaya, Kelas sosial, Kelompok-kelompok sosial, dan Keluarga dan faktor internal yang terdiri dari: Motivasi, Pengamatan, Kepribadian dan konsep diri, dan Sikap.


(31)

Budaya dan sub budaya

Kelas sosial Kelompok-kelompok

sosial Keluarga

Motivasi Pengamatan

Kepribadian dan konsep diri

Sikap Belajar

Ekternal

Internal

Pengambilan keputusan oleh konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Selanjutnya konsumen mengumpulkan informasi mengenai produk/jasa yang diinginkan sebagai bahan pertimbangan melakukan seleksi sehingga dapat dipilih salah satu produk/jasa untuk dibeli. Setelah membeli dan menggunakannya, konsumen akan melakukan evaluasi pasca pembelianAdapun kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2:

Faktor Eksternal

Faktor Internal

Faktor faktor yang

dipertimbangkan konsumen dalam berbelanja


(32)

VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis faktor terdapat 12 indikator membentuk 5 faktor dengan total varian (kumulatif persentasi) sebesar 66,828%, dengan factor loading berkisar antara 0,618 sampai dengan 0,818. Dalam konteks Eksternal dan Internal kontribusi dari masing-masing faktor yang terbentuk faktor yang paling banyak dipertimbangkan aalah faktor internal, yakni dengan kontribuisi variance sebesar 41,171%. Sedangkan pada faktor eksternal kontribusi yang diperimbangkan konsumen adalah sebesar 25,658%. Namun pada konteks dimensi yang digunakan faktor yang paling dominan dipertimbangkan oleh konsumen yaitu faktor Kelas Sosial dan Keluarga. Adapun pembagiannya dapat dijelaskan pada kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor yang paling dominan yang dipertimbangkan konsumen dalam berbelanja di minimarket Alfamart yaitu faktor Kelas Sosial dan Keluarga yang mana faktor ini merupakan bagian dari faktor eksternal. Faktor ini meliputi indikator: (1) indikator saya berbelanja di Alfamart tergantung dari jumlah pendapatan saya, (2) Saya berbelanja di Alfamart atas rekomendasi dari teman atau tetangga saya, (3) Saya berbelanja di


(33)

Alfamart karena adanya permintaan dari salah satu anggota keluarga. Kontribusi varian dari faktor ini adalah sebesar 14,659 % dengan eigen value 1,759.

2. Konsep diri, kepribadian dan sikap Merupakan Faktor ke 2 yang dipertimbangkan konsumen dalam berbelanja di minimarket Alfamart di Kecamatan Kotagajah. Indikatornya terdiri adalah sebagai berikut: Berbelanja di Alfamart merupakan hobi saya, (2) Berbelanja di Alfamart sesuai dengan konsep diri saya, (3) Secara keseluruhan saya senang berbelanja di Alfamart. Kontribusi varian dari faktor ini adalah sebesar 14.252 % dengan eigen value 1,710.

3. Persepsi merupakan faktor ke 3 yang dipertimbangkan konsumen dalam berbelanja di minimarket Alfamart kecamatan kotagajah. Indikatornya terdiri dari: (1) Keberadaan Alfamart memberikan tambahan alternatif tempat berbelanja bagi saya, (2) Saya berbelanja di Alfamart karena melihat citra Alfamart sebagai salah satu minimarket yang terkenal dan terkemuka. Kontribusi varian dari faktor ini adalah sebesar 13.605 % dengan eigen value 1,633.

4. Motifasi dan belajar merupakan faktor ke 4 yang dipertimbangkan konsumen dalam berbelanja di minimarket Alfamat kecamatan Kotagajah. Indikatornya meliputi: (1) Dengan kehadiran Alfamart membantu saya dalam mengatur keuangan, (2) pengalaman saya berbelanja di Alfamart membuat saya kembali berbelanja. Kontribusi varian dari faktor ini adalah sebesar 13.314 % dengan eigen value 1,598.


(34)

5. Kelompok Sosial merupakan faktor ke 5 yang dipertimbangkan konsumen dalam berbelanja di minimarket Alfamart kecamatan Kotagajah. Indikatornya meliputi: (1) Saya berbelanja di Alfamart setelah saya melihat teman atau tetangga saya berbelanja di sana/Alfamart, (2) Saya berbelanja setelah melihat banyak orang yang berbelanja di Alfamart. Kontribusi varian dari faktor ini adalah sebesar 10,999 % dengan eigen value 1,320.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya Alfamart melakukan promosi tepat pada waktunya, yakni lebih intensif melakukan promosi pada saat dipenghujung akhir bulan karena pangsa pasar konsumen Alfamart yang berada di kecamatan kotagajah mayoritas berprofesi sebagai PNS ataupun wirausahawan dimana konsumen banyak melakukan kegiatan berbelanja pada awal bulan. Sehingga memungkinkan konsumen tersebut untuk berbelanja.

2. Sebaiknya pihak Alfamart melengkapi produknya pada pemenuhan kebutuhan yang bersifat memenuhi kebutuhan keluarga, misalnya saja; Pada anak-anak yang mana kebutuhan dari anak-anak banyak mengacu pada produk snack atau makanan ringan, jika konteksnya pada ibu-ibu rumah tangga Alfamart perlu melengkapi produknya kepada produk-produk kebutuhan memasak, membuat kue, mencuci ataupun yang


(35)

memang dibutuhkan oleh ibu-ibu rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari.

3. Ketersediaan Produk-produk di Alfamart juga harus terjamin. Konsumen yang sudah berlangganan tentunya akan merasa kecewa bila ternyata produk yang dicarinya tidak tersedia. Hal ini dapat memicu beralihnya konsumen tersebut ke minimarket atau toko lain.

4. Alfamart hendaknya mampu mempertahankan image yang sudah melekat. Yakni dari segi pencitraan Alfamart itu sendiri sebagai minimarket yang berkualitas, terkemuka dan banyak digemari konsumen. Oleh karenanya jangan sampai mengecewakan konsumen, karena dengan begitu konsumen akan selalu simpatik terhadap Alfamart.

5. Pelayanan hendaknya juga menjadi prioritas yang diutamakan Alfamart karena dari pelayanan yang baik konsumen akan merasa simpatik. Belajar dari pengalaman tersebut tentunya konsumen akan tertarik untuk kembali berbelanja.

6. Kenyamanan dan keamanan dalam berbelanja menjadi salah satu alasan bagi konsumen dalam berbelanja terlebih bagi konsumen yang tingkat intensitas belanjanya tinggi, oleh karenanya failitas–fasilitas Alfamart harus terjamin. Dari segi fasilitas dapat dikatakan Alfamart sudah baik namun jika ditinjau kembali seperti fasilitas tempat parkir sebaiknya Alfamart menempatkan petugas khusus yang menjaga kendaraan konsumennya, sehingga konsumen merasa aman dan nyaman.

7. Diharapkan adanya penelitian-penelitian serupa di daerah/lokasi penelitian lain, hal ini bertujuan untuk lebih mengetahui segmentasi dari para


(36)

konsumenya. Masih banyak wilayah lain dengan segmentasi konsumen yang berbeda dari konsumen Alfaamart yang berada di kecamatan Kotagajah, sehingga diharapkan hasil yang ada dapat dibandingkan dan saling melengkapi.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang tujuannya adalah memaparkan suatu fenomena serta memeriksa apakah teori yang melandasinya masih berlaku atau tidak. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Penelitian deskriptif dianggap lebih relevan karena teori-teori, konsep dan data hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan, yang pada akhirnya dapat menggambarkan atau mengungkapkan suatu kebenaran, (Sugiyono, 2005:4).

B. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan penjelasan mengenai arti suatu konsep yaitu mengeksposisikan abstrak yang terbentuk melalui generalisasi dari pengamatan terhadap fenomena (Nazir, 1999:21).

Berdasarkan teorisasi dan permasalahan yang telah dikemukakan maka konsep pada penelitian ini, meliputi:


(38)

1. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri konsumen, antara lain terdiri dari budaya dan sub budaya, kelas sosial, kelompok-kelompok sosial dan keluarga.

2. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri konsumen yang terdiri dari motivasi, pengamatan, proses belajar, kepribadian dan konsep diri dan sikap.

C. Definisi Operasional Variabel

Untuk lebih memudahkan dalam pengukuran konsep, maka suatu konsep dijabarkan dalam bentuk definisi operasional. Definisi operasional menurut Nazir (1999:152) adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.

Dalam penelitian ini definisi operasional akan dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Definisi Variabel Operasional

Variabel Dimensi Definisi operasional Indikator 1. Faktor

Eksternal

1. Budaya dan sub budaya

Adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengan belajar

 Kebiaasaan konsumen dalam memilih tempat

berbelanja. 2. Kelas sosial Adalah pembedaan

penduduk atau masayarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat.  Pendapatan  Kekayaan  Pekerjaan


(39)

Lanjutan tabel 3

Variabel Dimensi Devinisi operasional Indikator 3.

Kelompok-kelompok sosial dan Kelompok referensi.

 Kesatuan sosial yang menjadi tempat individu-individu berinteraksi satu sama lain, karena adanya hubungan diantara mereka

 Kelompok sosial yang menjadi ukuran seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk kepribadian dan prilakunya.

 Adanya teman yang berbelanja di mini market  Tetangga

4. Keluarga Suatu bentuk rumah tangga yang meliputi ayah, ibu dan anak-anak.

 Adanya permintaan dari salah satu manggota keluarga.  Adanya rekomendasi dari saudara/kerabat 2. Faktor Internal

1. Motivasi Suatu dorongan

kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan.

 Kebutuhan hidup.

2. Pengamatan dan persepsi

Suatu proses dimana konsumen menyadari dan menginterprestasikan aspek lingkungannya.  Tanggapan konsumen mengenai keberadaan minimarket.  Tanggapan konsumen mengenai citra minimarket 3. Proses pembelajaran Perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman

 Pengalaman berbelanja di minimarket.


(40)

Lanjutan tabel 3

Variabel Dimensi Devinisi operasional Indikator 4. Kepribadian

dan konsep diri

 Organisasi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari prilaku individu

 Individu yang diterima oleh individu itu sendiri dalam kerangka kehidupannya dalam suatu masyarakat yang menentukan.

 Hobi

 Kepribadian, dan

 Konsep diri

5. Sikap Kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsekuen

 Kepercayaan terhadap Alfamart  Keyakinan terhadap pilihan berbelanja (Item – item indikator dari tabel diatas dapat dilihat pada lampiran kuesioner).

D. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: Obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003:72).

Dalam melaksanakan penelitian, walaupun tersedia populasi yang terbatas dan homogen adakalanya peneliti tidak melakukan pengumpulan data secara populasi, tetapi mengambil sebagian populasi yang dianggap mewakili populasi (representative). Hal ini berdasarkan pertimbangan yang logis, seperti kepraktisan, keterbatasan biaya, waktu, tenaga dan adanya percobaan yang bersifat merusak (Riduwan, 2004:55). Populasi dalam penelitian ini adalah


(41)

konsumen Alfamart di Kecamatan Kotagajah. Maka dalam hal ini populasi terdiri dari orang–orang yang sedang berbelanja. Sehingga penulis dapat memperoleh informasi (data) secara langsung.

E. Sampel penelitian

1. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Teknik yang dipakai dalam pemilihan sampel yakni menggunakan teknik convenience sampling, pada teknik ini peneliti hanya sekedar menghentikan seseorang yang sedang akan berbelanja ke minimarket, lalu bertanya apakah ia bersedia untuk menjawab pertanyaan. Bila ia bersedia maka dengan segera proses dilakukan, yakni dengan memberikan kuesioner untuk dijawab. (Ferdinand, 2006:196). Dalam penerapan teknik convenience sampling, peneliti melakukanya pada konsumen yang sedang berbelanja di Alfamart.

Adapun langkah-langkah penarikan sampel adalah:

a. Membagi populasi menjadi beberapa unit menurut daerah-daerah penelitian, yaitu dalam wilayah kecamatan kotagajah terpilih 4 unit sebagai sentra mini market yakni Alfamart Kotagajah 1, Alfamart Kotagajah 2, Alfamart Kotagajah 3, Alfamart Kotagajah 4, kemudian dibuat daftar seluruh konsumen untuk dijadikan sampel pertama yakni sebanyak 30 responden.

b. Mengambil sampel secara acak dari populasi yang telah dibagi menjadi unit-unit sebelumnya untuk dijadikan sampel kedua.


(42)

2. Besarnya Sampel

Penelitian yang populasinya tidak diketahui secara pasti maka besarnya sampel ditentukan minimal sebanyak 25 kali jumlah variabel independen yang digunakan. Karena jumlah variabel terdiri dari 2 variabel maka didapat 25 x 2 = 50 responden. Dalam hal ini peneliti memutuskan untuk menarik sampel sebanyak 75 responden yang dimaksudkan untuk menghindari ketidak cukupan sampel. (Ferdinand, 2005;190)

F. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini adalah pada Minimarket Alfamart yang berada di Kecamatan Kotagajah Lampung Tengah diantaranya adalah : Minimarket Alfamart kotagajah 1, Minimarket Alfamart kotagajah 2, Minimarket Alfamart kotagajah 3, Minimarket Alfamart kotagajah 4.

G. Sumber Data

1. Data primer, yaitu data yang didapat dari sumber pertama seperti hasil dari pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Dalam hal ini adalah dengan mengajukan kuesioner kepada konsumen Minimarket Alfamart yang berada di Kecamatan Kotagajah Lampung Tengah.

2. Data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara atau penunjang seperti buku pemasaran, buku perilaku konsumen, dan internet.


(43)

H. Skala pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval. Skala interval merupakan skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat, dan jarak konstruk yang diukur (Sugiono,1999:15).

Pengukuran hasil jawaban resoponden dari kuesioner yakni dengan menggunakan metode skala likert dimana variabel indikator dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item. Dalam penentuan skor atas sejumlah pernyataan akan disusun berdasarkan jenjang tertentu dari yang tertinggi sampai pada yang terendah. Untuk keperluan tersebut jenjang tertinggi diberikan skor 5 dan yang terendah diberikan skor 1.

a. jawaban sangat setuju diberikan skor 5

b. jawaban setuju diberikan skor 4

c. jawaban kurang setuju diberikan skor 3

d. jawaban tidak setuju diberikan skor 2

e. jawaban sangat tidak setuju diberikan skor 1 (Sugiono, 2003;86)

I. Teknik Pengolahan Data

Menurut Sugiono (2004:169) pengolahan data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Adapun teknik-teknik data adalah sebagai berikut :

1. Pengeditan

Data yang masuk perlu dipriksa apakah terdapat kekeliruan dalam mengisinya ada yang tidak lengkap dan tidak sesuai. Dengan demikian


(44)

diherapkan akan diperoleh data yang valid dan reliabel serta dapat dipertanggungjawabkan.

2. Pengkodean

Proses berikutnya disebut pengkodean yaitu pemberian tanda bagi tiap-tiap data yang masuk dalam kategori yang sama.

3. Pentabulasian

Mengelompokkan jawaban yang serupa dengan teliti dan teratur, lalu dihitung yang termasuk dalam kategori, kegiatan tersebut dilaksanakan sampai terwujud tabel-tabel yang berguna dan penting pada data kuantitatif.

J. Pengujian instrumen

1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2005:167) validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat absahan intrumen yang bersangkutan maupun mengukur apa yang akan diukur.

Untuk mengetahui tingkat validitas kuesioner, digunakan rumus korelasi product moment dengan rumus :

  

 

 

  2 2 2 2 . . . y y n x x n y x xy n xy

r

Keterangan :

r

xy = koefisien korelasi antara gejala X dan gejala Y

n

= jumlah sampel


(45)

y

= skor gejala Y ( Arikunto, 2000:193)

Menurut Masrun dalam Sugiyono, jika didapat koefisien korelasi 0,3 dan signifikan (p<0,05), maka instrumen tersebut dinyatakan valid. Pengujian ini menggunakan SPSS 17.0. Hasil uji validitas item-item penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Hasil uji validitas

Variabel Item N R Sign Keterangan

Budaya dan sub budaya X1.1 75 0,400 0,000 Valid

Kelas sosial X2.1 75 0,444 0,000 Valid

Kelompok-kelompok sosial X3.1 X3.2 X3.3 75 75 75 0,410 0,423 0,420 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid

Keluarga X4.1 75 0,510 0,000 Valid

Motivasi X5.1

X5.2 75 75 0,406 0,438 0,000 0,000 Valid Valid

Pengamatan X6.1

X6.2 75 75 0,440 0,442 0,000 0,000 Valid Valid Proses belajar X7.1

X7.2 75 75 0,427 0,408 0,000 0,000 Valid Valid Kepribadian dan konsep diri X8.1 X8.2 75 75 0,442 0,399 0,000 0,000 Valid Valid

Sikap X9.1

X9.2 75 75 0,412 0,410 0,000 0,000 Valid Valid Sumber : Data diolah.

Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa seluruh item memiliki koefisien korelasi (R) lebih dari 0,3 dan tingkat probabilitasnya kurang dari 0,05 sehingga keseluruhan item tersebut dinyatakan valid.

2. Uji Realibilitas

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Jadi untuk mengukur ketepatan alat ukur diadakan pengujian kereliabelan. Reliabilitas adalah


(46)

keadaan yang menyatakan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat dinyatakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Realibilitas menunjuk pada tingkat keandalan sesuatu. Untuk pengujian kereliabilitas alat ukur, dapat digunakan rumus alpha :

             

2 2

11 1 1 ab

ab k

k

r

Keterangan :

r

11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

ab = jumlah varians butir

at = varians total ( Arikunto, 2000:193)

Kriteria pengujian indeks reabilitas diinterpretasikan dengan menggunakan tabel interprestasi r yakni :

Tabel 5. kriteria pengujian realibilitas

Besarnya Nilai Interprestasi

Antara 0,8 - 1,0 Antara 0,6 - 0,8 Antara 0,4 – 0,6 Antara 0,2 – 0,4 Antara 0,0 – 0,2

Sangat kuat Kuat Sedang Rendah Sangat Rendah

Perhitungan uji realibilitas digunakan rumus croncbach’s alpha dengan bantuan program komputer SPSS 17 dengan menggunakan tabel harga kritik r product moment pearson pada tingkat kepercayaan 95% dan n sebesar 75 diperoleh indeks reliabilitas sebagai berikut:


(47)

Tabel 6: Hasil uji realibilitas

Alpha N Keterangan

0,726 75 Kuat

Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,6. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa instrumen penelitian yang digunakan reliabel, karena termasuk dalam interval nilai antara 0,60 sampai dengan 1,00 atau dengan kata lain instrumen penelitian dapat dipercaya atau dapat diandalkan untuk digunakan dalam penelitian ini.

K.Analisa Data

Analisis Faktor

Analisis faktor merupakan cara yang digunakan untuk mengidentifikasikan variabel dasar atau faktor yang menerangkan pola hubungan dalam suatu himpunan variabel observasi. Menurut Kinear dan Taylor, analisis faktor adalah:“a procedure that takes a large number of variables or objects and searches to see whether they have a small number of factors in common which account for their intercorrelation”. Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan analisis faktor konfirmatori. Analisis ini bertujuan untuk mengadakan konfirmasi berdasarkan teori dan konsep yang sudah ada sehingga dapat diketahui keakuratan instrumen yang dibuat. Analisis ini menggunakan program SPSS 17.0.

Prinsip dasar dari analisis faktor adalah mengekstrasi sejumlah faktor bersama (common factors) dari gugusan variabel asal X1, X2,..., Xp, sehingga banyaknya


(48)

faktor lebih sedikit dibandingkan dengan banyaknya variabel asal X dan sebagian informasi (ragam) variabel asal X tersimpan dalam sejumlah faktor.

Sedangkan salah satu tujuan dari analisis faktor adalah mereduksi jumlah variabel dengan cara mirip seperti pengelompokkan variabel. Dalam analisis ini, variabel-variabel dikelompokkan berdasarkan korelasinya. Dimana variabel-variabel yang berkorelasi tinggi akan berada dalam kelompok tertentu membentuk suatu faktor, sedangkan dengan variabel dalam kelompok (faktor) lain mempunyai korelasi yang relatif kecil.

Supranto (2004: 113) menyatakan bahwa dalam analisis faktor variabel tidak dikelompokkan manjadi variabel bebas dan terikat, tetapi seluruh set hubungan interdependen antar variabel diteliti. Selanjutnya ia menyatakan maksud melakukan analisis faktor ialah mencari variabel baru yang disebut faktor yang saling tidak berkorelasi, bebas satu sama lainnya, lebih sedikit jumlahnya daripada variabel asli, akan tetapi bisa menyerap sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli. Fungsi utama analisis faktor adalah mereduksi data dari variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel yang masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli.

Menurut Supranto (2004: 114) analisis faktor dipergunakan dalam situasi sebagai berikut:

1. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari atau faktor yang menjelaskan korelasi antar variabel.


(49)

2. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak berkorelasi yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set variabel asli yang saling berkorelasi dalam analisis multivariat selanjutnya. 3. Mengenali atau mengidentifikasikan suatu set variabel yang penting dari suatu set variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan dalam analisis multivariat selanjutnya.

Dallas F. Johnson dalam Nur Efendi (2004: 40) menyatakan bahwa tujuan penggunaan analisis faktor adalah :

1. Untuk menentukan ada atau tidaknya sejumlah kecil variabel yang tidak berhubungan yang akan menjelaskan hubungan yang terjadi di antara variabel-variabel pokok.

2. Untuk menentukan sejumlah variabel pokok dalam suatu hubungan. 3. Untuk menginterpretasikan arti dari variabel-variabel pokok ini.

4. Untuk menilai individu atau unit analisis dalam sekelompok data pada variabel yang baru.

5. Untuk menggunakan variabel yang baru ini dalam analisis data statistik yang lain.

Terdapat 2 jenis analisis faktor yaitu:

1. Exploratory yaitu analisis yang dilakukan pada faktor-faktor suatu model yang belum diketahui struktur atau teori dasar yang melandasinya. Analisis ini biasanya digunakan untuk membangun model berdasarkan data empirik.


(50)

2. Confirmatory yaitu analisis yang dilakukan untuk menguji struktur presisi dari model yang dibangun berdasarkan suatu teori tertentu.

Dalam penelitian ini analisis faktor yang digunakan adalah analisis faktor confirmatory, yaitu model analisis yang mencoba untuk menyederhanakan hubungan yang kompleks dan beragam yang terjadi di antara seperangkat variabel yang diobservasi sehingga akan ditemukan dimensi-dimensi umum. Confirmatory dilakukan jika analisis data sebelumnya telah mempunyai informasi teoritikal pada struktur data dan ingin mengkonfirmasikan atau meniadakan struktur yang dihipotesiskan.

Analisis faktor dapat dirumuskan dalam model matematis sebagai berikut: X1 = C11F1 + C12F2 +...+ C1pFp +

1

X2 = C21F1 + C22F2 +...+ C2pFp +

2

Xp = Cp1F1 + Cp2F2 +...+ Cp1F1 +

p

Keterangan : Xj = variabel

XJ = faktor persamaan ke j

Cij = bobot loading dari variabel ke i pada faktor ke j yang menunjukkan

pentingnya faktor ke j dalam komposisi dari variabel ke i.

p = galat eror faktor spesifik


(51)

Untuk menentukan suatu kelompok variabel layak atau tidak layak sebagai faktor akan digunakan Eigen Value, yaitu jika nilai eigen value tersebut lebih besar atau sama dengan satu (1) maka dinyatakan layak atau dapat diterima. Sedangkan untuk mengetahui besarnya sumbangan masing-masing faktor akan dilihat dari total varian masing faktor. Kemudian untuk melihat peranan masing-masing variabel dalam suatu faktor dilihat dari besarnya loading variabel bersangkutan, dimana loading terbesar mempunyai peranan utama. Untuk menentukan faktor minimum guna mencapai varian maksimum digunakan principle component analysis. Bila terdapat loading yang berbeda maka hipotesis dapat diterima.

Pada dasarnya analisis faktor dilaksanakan melalui tiga langkah utama sebagai berikut:

a. Matrik Korelasi

Data yang telah terkumpul akan diproses dalam komputer dan akan menghasilkan matrik korelasi. Berdasarkan koefisien korelasi dapat diidentifikasikan variabel-variabel tertentu yang hampir tidak memiliki korelasi lain, sehingga dapat dikeluarkan analisis lebih lanjut.

b. Ekstraksi Faktor

Setelah variabel disusun kembali berdasarkan korelasi hasil langkah pertama, maka program komputer akan menentukan jumlah faktor yang diperlukan untuk mewakili data. Untuk menentukan jumlah faktor yang dapat diterima atau layak, secara empirik data dapat dilihat pada eigen value suatu faktor yang besarnya lebih atau sama dengan 1 (≥1).


(52)

c. Rotasi

Hasil ekstraksi faktor yang sering kali masih sulit untuk menentukan pola atau pengelompokan variabel-variabel secara bermakna, dengan rotasi dapat diidentifikasikan dengan memilih nilai loading lebih besar.

Statistik yang terkait dengan analisis faktor adalah sebagai berikut :

1. Barlett test of spericity merupakan test statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bahwa antar variabel tidak berkorelasi.

2. Kaiser-Meyer-Olkin-measure of sampling adequency yang menunjukan kecukupan sampel, indeks yang digunakan untuk menguji ketepatan analisis faktor. Nilai yang tinggi (0,5 - 1,0) menunjukkan bahwa analisis tersebut tepat dan tidak tepat bila di bawah 0,5.

3. Melihat besaran „Measure of Sampling Adequacy (MSA)’ yang dihasilkan, dimana jikan MSA < 0,05 maka variabel ini dihilangkan dari analisis faktor. Jika MSA > 0,05 maka proses analisis dapat dilanjutkan. Angka MSA ini adalah ukuran yang menuhnjukan kecocokan pengguna metode analisis faktor dalam mereduksi indikator variabel.

4. Melihat dan menganalisis angka Communality atau proporsi variansi dari suatu variabel yang dapat dijelaskan oleh variabel lainnya, yang berarti bahwa persentase varians dari variabel yang memenuhi asumsi dapat menjelaskan faktor yang terbentuk. Angka Communalities, merupakan penjumlahan kuadrat faktor yang mengelompok dari masing-masing variabel pada „component matrik’. yaitu jumlah variance yang dimiliki semua variabel yang dianalisis atau yang dapat dikatakan sebagai proporsi variance yang dapat dijelaskan oleh faktor umum.


(53)

5. Eigen Value yaitu nilai yang mewakili total variance yang dijelaskan oleh setiap faktor.

6. Factor loading plot yaitu titik potong dari variabel-variabel asli yang menggunakan faktor loading sebagai koordinat.

7. Faktor matrik F memuat faktor-faktor loading dari seluruh variabel pada faktor-faktor yang telah terpilih.

8. Factor score merupakan estimasi nilai skor bagi setiap responden dari suatu faktor. (Santoso dan Tjiptono,2002;121)


(54)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Alfamart Kecamatan Kotagajah lampung tengah. Penyebaran kuesioner ke berbagai responden berbagai karakteristik yang dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendapatan. 1. Tabel 6. Responden berdasarkan usia

Tabel 6: Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase (%)

17 – 27 tahun 28 – 38 tahun 39 – 49 tahun 50 – 60 tahun

15 23 28 9

20 30,7 37,3 12

Total 75 100

Sumber: Data diolah, tahun 2009

Dari tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar konsumen usianya cukup variatif yakni berkisar antara 17-27 (20%), 28-38 (30,7%) dan 39-49 (37,3%) tahun.Hal ini mengartikan bahwa konsumen Alfamart berasal dari berbagai macam usia yakni dari yang remaja sampai yang dewasa.


(55)

2. Tabel 7. Responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 7: Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki Perempuan 18 57 24 76

Total 75 100

Sumber: Data diolah, tahun 2009

Dari tabel 7 diatas terlihat jelas bahwa konsumen Alfamart banyak didominasi oleh kaum perempuan yakni sebesar 76 % (57 orang). Didukung dari pernyataan tabel sebelumnya maka sebagian besar konsumen banyak di dominasi oleh ibu-ibu rumah tangga dimana dalam suatu keluarga yang paling banyak berperan dalam urusan belanja/pemenuhan kebutuhan sehari-hari adalah seorang ibu rumah tangga.

3. Tabel 8. Distribusi Responden berdasarkan pekerjaan, Tabel 8: Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

PNS Pegawai Swasta Wirausahawan/Tani

Tenaga Ahli Siswa / Mahasiswa

Lainnya 33 10 23 4 5 - 44 13,3 30,7 5,3 6,7 -

Total 75 100

Sumber: Data diolah, tahun 2009

Terlihat pada tabel 8 bahwa mayoritas konsumen Alfamart banyak didominasi oleh PNS 44% (33 orang dan wiraswasta 30,7% (23 orang). Hal ini menyatakan bahwa segmentasi untuk wilayah kecamatan Kotagajah banyak didominasi oleh kaum pekerja. Banyak sebagian dari mereka berprofesi sebagai Pengajar/Guru dan banyak


(56)

juga dari mereka yang berprofesi sebagai pedagang. Selain itu terdapat juga yang pegawai swasta 13,3% (10 orang).

4. Tabel 9. Distribusi Responden berdasarkan jumlah pendapatan Tabel 9: Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan (dalam satubulan) (Rp)

Jumlah Persentase (%) < 1.000.000

1.000.000 - 2.000.000 2.000.000 - 3.000.000 3.000.000 - 4.000.000 4.000.000 - 5.000.000

> 5.000.000

17 50 6 2 - -

22,7 66,7 8 2,6

- -

Total 75 100

Sumber: Data diolah, tahun 2009

Berdasarkan tabel 9 diatas mayoritas konsumen Alfamart berpenghasilan diantara 1 juta hingga 2 juta yakni sebesar 66,7% (50 orang). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen Alfamart berasal dari kalangan ekonomi menengah.

B. Gambaran Distribusi Jawaban Responden

Responden penelitian ini telah memberikan jawaban atas pernyataan-pernyataan yang terkait dengan tema penelitian. Jawaban-jawaban tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Variabel budaya

Distribusi jawaban responden variabel budaya dan sub budaya dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini:


(57)

Tabel 10. Berbelanja di minimarket Alfamart merupakan cara berbelanja masyarakat masa kini /moderen.

Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 32 42,7

Setuju 14 18,7

Ragu-Ragu 7 9,3

Tidak Setuju 17 22,7

Sangat Tidak Setuju 5 6,7

Total 75 100 %

Sumber: Hasil Penelitian 2009

Dari hasil jawaban responden pada tabel 10 diatas mayoritas menyatakan setuju bahwa berbelanja di minimarket merupakan cara berbelanja masa kini yakni. Hal ini menunjukkan bahwa antusiasme konsumen terhadap minimarket Alfamart cukup tinggi.

2. Kelas Sosial

Tabel 11. Saya dapat berbelanja di Alfamart tergantung dari jumlah pendapatan saya.

Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 35 46,7

Setuju 12 16,0

Ragu-Ragu 8 10,7

Tidak Setuju 16 21,3

Sangat Tidak Setuju 4 5,3

Total 75 100 %

Sumber: Hasil Penelitian 2009

Dari hasil tabel 11 tersebut dapat diketahui 46,7 % menyatakan sangat setuju dan 16% menyatakan setuju sehingga dapat dikatakan sebagian besar konsumen sependapat bahwa mereka berbelanja di minimarket alfamart tergantung dari pendapatan mereka. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena pada dasarnya konsumen berbelanja di Alfamart hanya waktu ketika mereka memiliki uang saja.


(58)

3. Kelompok Sosial dan Kelompok Referensi

Tabel 12. Saya berbelanja di Alfamart setelah melihat teman/tetangga saya berbelanja di Minimarket Alfamart.

Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 37 49,3

Setuju 13 17,3

Ragu-Ragu 7 9,3

Tidak Setuju 15 20,0

Sangat Tidak Setuju 3 4,0

Total 75 100 %

Sumber: Hasil Penelitian 2009

Dari hasil jawaban responden mengenai pertanyaan tabel 12 diatas dapat diketahui antara jawaban sangat setuju dan setuju dengan tidak setuju dan sangat tidak setuju intensitasnya lebih banyak yang sangat setuju dan setuju jadi dapat disimpulkan sebagian besar konsumen sependapat bahwa mereka berbelanja di Alfamart setelah melihat teman/tetangga yang berbelanja.

Tabel 13. Saya berbelanja di Alfamart atas rekomendasi teman/tetangga saya.

Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 20 26,7

Setuju 20 26,7

Ragu-Ragu 10 13,3

Tidak Setuju 20 26,7

Sangat Tidak Setuju 5 6,7

Total 75 100 %

Sumber: Hasil Penelitian 2009

Dari hasil tabel 13 tersebut dapat katakan sebagian besar konsumen sependapat bahwa mereka berbelanja di Alfamart atas rekomendasi dari teman. Hal ini mengartikan bahwa rekomendasi dari teman memeberikan dampak yang berarti terhadap keputusan membeli.


(59)

Tabel 14. Melihat banyak orang yang berbelanja di alfamart mendorong saya juga ikut berbelanja di Alfamart.

Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 32 42,7

Setuju 11 14,7

Ragu-Ragu 8 10,7

Tidak Setuju 17 22,7

Sangat Tidak Setuju 7 9,3

Total 75 100 %

Sumber: Hasil Penelitian 2009

Dari hasil tabel 14 tersebut diketahui 42,7% menyatakan sangat setuju sehingga dapat katakan sebagian besar konsumen sependapat bahwa mereka berbelanja di Alfamart setelah melihat banyak orang yang berbelanja di Alfamart. Hal ini mengartikan bahwa konsumen tertarik berbelanja di Alfamart dikarenakan oleh trend masyarakat pada saat itu, sehingga mendorong perilaku konsumen tersebut untuk ikut berbelanja.

4. Pengaruh Keluarga

Tabel 15. Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan: Saya berbelanja di Alfamart karena adanya permintaan dari salah satu anggota keluarga (orang tua, adik, kakak).

Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 30 40,0

Setuju 9 12,0

Ragu-ragu 11 14,7

Tidak Setuju 21 28,0

Sangat Tidak Setuju 4 5,3

Total 75 100 %

Sumber: Hasil Penelitian 2009

Dari hasil jawaban tabel 15 yang diperoleh menunjukan bahwa 40 % atau sebagian besar responden mengatakan sangat setuju jika mereka berbelanja di Alfamart dikarenakan adanya permintaan dari salah satu anggota. Hal ini mengartikan bahwa


(60)

pengaruh keluarga juga ikut dipertimbangkan dalam keputusan berbelanja di Alfamart.

5. Motivasi

Tabel 16. Berbelanja di Alfamart saya lebih merasa percaya diri.

Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 41 54,7

Setuju 6 8,0

Ragu-ragu 10 13,3

Tidak Setuju 15 20,0

Sangat Tidak Setuju 3 4,0

Total 75 100 %

Sumber: Hasil Penelitian 2009

Dari hasil tabel 16 tersebut diketahui sekitar 54,7% menyatakan sangat setuju, dapat katakan sebagian besar konsumen sependapat bahwa mereka berbelanja di Alfamart atas dasar lebih percaya diri. Hal ini mengartikan bahwa berbelanja di minimaret Alfamart kini telah menjadi suatu kebutuhan yang baru dalam benak konsumennya yaitu kebutuhan mode.

Tabel 17. Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan: Keberadaan Alfamart cukup mambantu saya dalam mengatur pengeluaran keuangan saya.

Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 31 41,3

Setuju 12 16,0

Ragu-ragu 10 13,3

Tidak Setuju 17 22,7

Sangat Tidak Setuju 5 6,7

Total 75 100 %

Sumber: Hasil Penelitian 2009

Dari hasil jawaban tabel 17 diatas menunjukan bahwa tidak terdapat jawaban yang mendominasi. Hanya terdapat sedikit perbedaan antara jawaban sangat setuju dan


(61)

tidak setuju. Hal ini mengartikan bahwa terdapat dua pendapat yang berbeda terhadap pertanyaan diatas. Hal ini dapat dikarenakan Alfamat yang menjangkau kesemua kalangan sehingga semua orang dapat berbelanja.

6. Pengamatan/Persepsi

Tabel 18. Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan: Keberadaan Alfamart menambah alternatif tempat untuk berbelanja bagi saya

Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 30 40, 0

Setuju 15 20,0

Ragu-ragu 10 13,3

Tidak Setuju 15 20,0

Sangat Tidak Setuju 5 6,7

Total 75 100 %

Sumber: Hasil Penelitian 2009

Dari hasil jawaban tabel 18 diatas menyatakan bahwa 40% atau dengan kata lain mayoritas responden menyatakan setuju bahwa kehadiaran Alfamart telah memberikan alternatif tempat dalam berbelanja. Hal ini mengartikan bahwa kehadiran Alfamart kini telah diterima oleh masyarakat luas.

Tabel 19. Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan: Saya berbelanja di Alfamart karena melihat citra Alfamart sebagai salah satu minimarket yang terkenal dan terkemuka.

Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 16 21,3

Setuju 15 20,0

Ragu-ragu 8 10,7

Tidak Setuju 27 36,0

Sangat Tidak Setuju 9 12,0

Total 75 100 %


(62)

Dari pernyataan tabel 19 diatas menunjukan bahwa terdapat perbedaan pendapat antara jawaban setuju dan tidak setuju, hal ini mengartikan bahwa konsumen yang berbelanja di alfamart tidaklah melihat Alfamart sebagai minimarket yang terkenal, dapat dikatakan terdapat hal-hal lain yang mendorong konsumen berbelanja di Minimarket Alfamart.

7. Proses Belajar

Tabel 20. Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan: Pengalaman saya berbelanja di Alfamart sebelumnya membuat saya kembali berbelanja.

Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 31 41,3

Setuju 9 12,0

Ragu-ragu 4 5,3

Tidak Setuju 26 34,7

Sangat Tidak Setuju 5 6,7

Total 75 100 %

Sumber: Hasil Penelitian 2009

Dari pernyataan tabel 20 diatas menyatakan bahwa 41,3% atau dengan kata lain sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa mereka berbelanja karena pengalaman sebelumnya. Hal ini mengartikan bahwa konsumen mendapatkan pengalaman yang menyenangkan ataupun memuaskan pada saat berbelanja di Alfamart sehingga membuat mereka kembali berbelanja.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Paerce Robinson, 1997, Manajemen Strategic, Jakarta Barat, Binarupa Aksara, Husein, Umar, 1999, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama,

Husein, Umar, 2005, Riset pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kottler, Philip, 1997, Marketing, Erlangga, Ciracas, Jakarta

Setiadi, Nugroho, 2003, Perilaku Konsumen (Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran), Pronda Media, Jakarta: Kencana

Basu, Swastha dan T. Handoko Hani, 2000, Manajemen Pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen, BPFE, Yogyakarta

Arikunto, Suharsini, 2005, Manajemen penelitian, Rineka Cipta, Jakarta

Riduwan, 2004, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Kariawan dan Peneliti Pemula, Alfabeta, Jakarta

Ferdinand, Augusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen – Pedoman Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertai Ilmu Manajemen, BP.UNDIP Santoso, 2002, Singgih dan Fandy Tjiptono, Riset Pemasaran (Konsep dan Aplikasi

dengan SPSS). Elex MEDIA Komputindo: Jakarta

Hair, Joseph F, Jr., Ralph E. Anderson, Ronald L. Tatham, and William C. Black. (2006), Multivariate Data Analisis, 7th ed., New Jersey : Prentice.Hail.Inc Supranto. 2004. Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi. Penerbit

Rineka Cipta. Jakarta.

Angipora, Marius, 2000, Manajemen Pemasaran, Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.


(2)

Adi. 2004. Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 17. Semarang: Wahana Komputer. Triton. 2005. SPSS 17.0 Terapan: Riset Statistik Terapan. ANDI:Yogyakarta.

Nazir, Mohammad.1998.Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Skripsi:

Dunan,yohanes, 2005, Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja credit marketing officer (cmo) pada pt. Tunas financindo sarana di Bandar Lampung, Universitas Lampung.

Sinaga, Yuliana. 2008. Analisis Faktor Ekstern Perilaku Pengguna Jasa Rawat Inap Pada Rumah Sakit Swasta (Studi Pada Rawat Inap Kelas VIP RS Graha Husada di Bandar Lampung). Skripsi. Universitas Lampung. Tidak Dipublikasikan.

Sumberlain:

www.alfamartku.com diakses pada tanggal 07 Januari 2009 www.korandjokdja.com diakses pada tanggal 23 Mei 2009 www.republika.co.id diakses pada tanggal 07 Mei 2009


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat, ridho dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini, serta atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan segala hormat mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Nur Efendi, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang juga selaku Dosen Pembahas yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan saran yang membangun.

3. Bapak Sigit Prasetyo, S.A.B. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis.

4. Bapak Dian Komarsyah, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis.

5. Bapak Suprihatin Ali, S.Sos. selaku Dosen Pembimbing Pembantu yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan, masukan serta saran kepada penulis.


(4)

6. Para Dosen dan Staf, di lingkungan jurusan Ilmu Administrasi Bisnis dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung

7. Para konsumen Alfamart di Kecamatan Kotagajah yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dan memberikan berbagai informasi terkait dengan penelitian.

8. Keluargaku, terutama kedua Orang Tuaku yang telah memberikan dorongan, semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya.

9. Seluruh mahasiswa/alumni jurusan Administrasi Bisnis, Om Odik, John Kenedi, Bang Arkom, Dedeh, Om Reza, Memed, Ita, Febri, Tatas, Umayah, Erika, Yogi, Ata, Oong, Gilang, Irwan dan lain-lain.

10.Sahabat dan teman-temanku Saiful, Sailendra, Bang Wien, Dani, Eva, Sinchan dan lain-lain, yang telah memberikan dukungan dan semangat serta bantuan dalam proses penyelesaian skripsi.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ini.

Akhirnya, semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 19 Februari 2010


(5)

Motto:

JANGAN PERNAH BERKATA

TIDAK

SEBELUM BERUSAHA!!!

TETAP IKHTIAR DAN TAWAKAL PADA

ALLAH SWT


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis terlahir sebagai anak satu-satunya, putra pasangan Edimar dan Rumainir pada tanggal 21 maret 1986 di Kota Metro.

Penulis menempuh pendidikan Taman kanak-kanak di TK Pertiwi Kecamatan Punggur, Lampung Tengah. Dilanjutkan dengan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 punggur, Lampung Tengah, yang diselesaikan pada tahun 1997. Pendidikan dilanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Punggur, Lampung Tengah. Pada tahun 2000 penulis lulus dari SLTP tersebut. Penulis mengenyam pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah. Pendidikan ini diselesaikan pada tahun 2003.

Pendidikan dilanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, yaitu perguruan tinggi. Melalui jalur SPMB tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung.

Selama masa studi, penulis aktif sebagai Anggota Himpunan Mahasiswa Administrasi Bisnis pada tahun 2003-2004. Sempat menjadi anggota FSPI pada tahun 2003. Pada Januari 2007, penulis memperoleh kesempatan untuk melakukan praktek kerja lapangan di kantor Dinas Perdagangan, Industri dan Koprasi Kota Metro. Pada tahun 2008, penulis mendapatkan kesempatan untuk melakukan riset penelitian di minimarket Alfamart Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah. Hal ini dilakukan dalam upaya menyelesaikan skripsi.