3 panjang adalah penyulaman, penyiangan, penyiraman, pemangkasan cabang, dan
pemupukan.Tanaman kacang panjang mulai berbunga pada umur 30 hari setelah tanam dan pemanenan polong kacang panjang dapat dilakukan setelah tanaman berumur 45 hari
Susila, 2005.
2.2 Hama dan Penyakit pada Tanaman Kacang Panjang
Kendala utama pada budidaya tanaman kacang panjang adalah adanya gangguan dari hama dan penyakit. Hama penting yang dilaporkan menyerang kacang panjang
antara lain, tungau merah Tetranychus bimaculatus Acarina: Tetranychidae, kutu kebul Bemisia tabaci Hemiptera : Aleyrodidae, penggerek polong Riptortus linearis
Hemiptera: Alydidae, dan kutu daun Aphis craccivora Hemiptera : Aphididae. Upaya yang banyak dilakukan untuk mengendalikan hama-hama tersebut adalah dengan
melakukan pergiliran tanaman, melakukan pengendalian secara biologi dengan menggunakan musuh alaminya yaitu kumbang Scymnus sp. Anwar dkk., 2005.
Penyakit yang menyerang tanaman kacang panjang diantaranya layu cendawan Fusarium sp., antraknosa Colletotricum lindemuthianum, puru akar Meloidogyne
sp., penyakit sapu Cowpea Witches-broom VirusCowpea Stunt Virus, layu bakteri Pseudomonas solanacearum dan penyakit mosaik yang disebabkan oleh Bean common
mosaic potyvirus BCMV, Bean yellow mosaic potyvirus BYMV dan Cowpea aphid borne mosaic potyvirus CABMV Anwar dkk.,2005.
2.3 Virus BCMV
BCMV termasuk ke dalam familia Potyviridae dan genus Potyvirus. Potyvirus merupakan kelompok virus tumbuhan terbesar yang diketahui saat ini Agrios, 2005.
Partikel BCMV mempunyai panjang 720 – 770 nm dan lebar 12 – 15 nm. Partikel virusnya terdiri dari 95 protein dan 5 RNA utas tunggal. Kestabilan virus dalam sap
tanaman tergantung dari strain virus dan waktu infeksinya. Virus ini mempunyai titik panas inaktivasi 50 – 60
o
C CABI, 2007. Potyvirus mempunyai partikel berbentuk batang lentur dan mengandung genom monopartit berupa RNA ribonucleic acid untai
tunggal yang terdiri dari 9830 nukleotida Nicolas and Laliberte, 1992. Genom Potyvirus mempunyai satu open reading frame ORF yang mengkode
340-350 KDa prekursor poliprotein. Translasi RNA Potyvirus dimulai dari kodon awal AUG pada posisi nukleotida 145-147 dari ujung 5’ genom Potyvirus, stop kodon terletak
4 pada nukleotida ke 9525- 9589 dari ujung 3’ genom Potyvirus dan diikuti oleh sikuen
poliadenilasi poly A Gambar 2.1. Genom Potyvirus diekspresikan melalui translasi poliprotein dari genom virus.
Poliprotein mengalami pemotongan menjadi protein fungsional dan struktural sesuai dengan gen yang disandikannya yang terjadi di dalam sitoplasma. Selama dan sesudah
translasi terjadi pemotongan poliprotein oleh protease yang berasal dari ekspresi dari genom Potyvirus. Poliprotein yang diekspresikan oleh genom virus diproses menjadi 10
protein fungsional oleh tiga jenis enzim proteinase yang dihasilkan oleh virus itu sendiri Hull, 2002.
BCMV dapat ditularkan secara mekanis melalui beberapa spesies kutu daun secara non persisten dan melalui benih. Adapun beberapa spesies kutu daun yang dapat
menjadi vektor BCMV antara lain Aphis gossypii, A. craccivora, A. medicanigis, A. rumicis, Hyalopterus atriplicis, Macrosiphum ambrosiae, M. pisi dan M. solanifolii
Morales Bos, 1988. Kutu daun menularkan virus ini secara non persisten, dimana kutu daun mendapat virus dengan mengisap tanaman yang terinfeksi hanya dengan waktu
beberapa detik, kemudian kutu daun akan menularkan virus dengan cepat, setelah itu dia akan kehilangan virus dan tidak mampu lagi menularkan virus. virus ini juga ditularkan
melalui penggunaan alat budidaya yang tidak steril sehingga ketika melukai tanaman lain dapat terinfeksi virus Millah, 2007.
Tanaman yang terinfeksi secara sistemik menunjukkan gejala daun dengan pola mosaik, daun menggulung dan malformasi daun pada daun-daun muda. Secara umum
tanaman yang diinokulasi dengan virus biasanya gejala akan muncul pada 7-10 hari setelah inokulasi Djikstra De Jager, 1998. Kisaran inang dari BCMV yaitu
kalopogoniumkacang asu Jawa Calopogonium mucuniodes, kacang ercis Pisum sativum, buncis Phaseolus vulgaris L. dan kacang tolo Vigna unguiculata CABI,
2007. Pengendalian BCMV dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa ekstrak tanaman. BCMV dilaporkan dapat ditekan dengan menggunakan ekstrak bunga
Clerodendrum japonicum bunga pagoda, Mirabilis jalapa bunga pukul empat, dan Andrographis paniculata sambiloto. Ekstrak bunga pagoda dan ekstrak bunga pukul
empat mampu menghambat infeksi virus hingga 90 Kurnianingsih, 2010. Penyemprotan kitosan pada daun mampu menghambat BCMV dan menekan persentase
penyakit masing-masing sebesar 84.8 dan 62.1 Haryanto, 2010. Pengendalian yang
5 lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan benih sehat, menghilangkan
tanaman terinfeksi, menggunakan varietas tahan, dan penyemprotan insektisida untuk mengendalikan serangga vektor Saleh, 1997.
2.4 Deteksi BCMV