3
SELF-DIRECTED LEARNING READINESS PADA MAHASISWA
PSPD FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
1. Latar Belakang
Pembelajaran mandiri adalah sebuah proses pembelajaran tentang perencanaan dan penentuan aspek dari pembelajaran oleh siswa yang diasumsikan
sebagai peranan primer. Belajar mandiri memerlukan inisiatif, dengan atau tanpa bantuan
orang lain,
untuk mendiagnosis
keinginan belajar
mereka, memformulasikan tujuan pembelajaran, mengidentifikasi orang atau bahan sebagai
sumber untuk pembelajaran, memilih dan mengimplementasikan strategi pembelajaran yang sesuai, dan mengevaluasi hasil dari pembelajaran tersebut.
Kegiatan ini terdiri dari faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal ialah proses instruksional yang selalu berperan sebagai fasilitator pada proses pembelajaran
sedangkan faktor internal mencakup aspek perorangan seperti hasrat dari siswa untuk belajar atau tanggung jawab siswa untuk belajar Brockett and Hiemstra,
2012. Pembelajaran mandiri adalah salah satu prinsip pembelajaran dalam proses
pembelajaran problem-based learning PBL berdasarkan konstruktif, kolaboratif, dan pembelajaran konstektual Dolmans et al., 2010. Dalam sesi pembelajaran
PBL, mahasiswa dibantu pengarahan dari tutor atau fasilitator bekerja secara kolaboratif dalam sebuah grup kecil untuk menganalisa sebuah kasus atau skenario,
untuk membuat penjelasan yang memungkinkan, dan untuk menciptakan pembelajaran yang obyektif sebagai proses pembelajaran selanjutnya. Setelah sesi
tersebut, para siswa akan belajar secara mandiri tentang obyek pembelajaran tersebut sebelum akhirnya kembali ke grup diskusinya untuk mendiskusikan dan
mengevaluasi pengetahuan mereka Wood, 2013; Yew Schmidt, 2009. Beberapa fakultas kedokteran di seluruh dunia telah mengimplementasikan
pembelajaran dengan cara PBL Dolmans et al, 2010, termasuk beberapa fakultas kedokteran di Indonesia. Kebanyakan fakultas kedokteran di Indonesia telah
mengimplementasikan sebuah kurikulum baru yaitu kurikulum berbasis kompetensi KBK yang menggunakan metode SPICES pada strategi pembelajaran mereka. Di
dalam implementasinya, beberapa fakultas kedokteran di Indonesia menggunakan
4 metode 7 jumps Wood, 2013 yang mana beberapa siswa belajar secara kolaboratif
di dalam sebuah grup kecil yang terdiri dari 8-10 siswa. Tujuan dari kurikulum ini adalah untuk menghasilkan lulusan dokter yang mampu bekerja secara professional
sesuai dengan kompetensinya, bekerja secara kolaboratif dengan para professional lainnya, dan belajar sepanjang hayatnya long life learning IMC, 2006.
Pada awalnya, banyak para pengajar terutama para pengajar senior menentang metode ini. Mereka khawatir akan terjadi penurunan kapasitas dan
kemampuan anak didiknya nantinya, saat mereka lulus dan bekerja di dalam masyarakat. Berdasarkan sebuah penelitian, beberapa dari mereka beranggapan
prinsip pembelajaran PBL tidak sesuai dengan kultur di Indonesia, dan mereka takut para siswa tidak mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan pemeriksaan
secara utuh dan menyeluruh. Mereka mengasumsikan bahwa mahasiswa kedokteran di Indonesia harus tetap belajar secara pasif karena metode
pembelajaran di tingkat sekolah dasar dan sekolah lanjutan masih tetap menggunakan prinsip pembelajaran yang berpusat pada guru teacher-centered.
Para pengajar ini percaya bahwa pengajaran dengan cara pengajar berdiri di depan kelas untuk mentransferkan pengetahuan yang mereka miliki kepada mahasiswanya
masih tetap diperlukan. Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu konfrontasi tersebut mulai berkurang.
Ketakutan ini mulai terbukti dari beberapa penelitian. Amin Eng 2013 dalam buku mereka menyebutkan beberapa problem dalam implementasi PBL di
beberapa fakultas kedokteran di Asia. Problem tersebut disebabkan karena buruknya penyampaian diskusi. Selain hal tersebut, terkadang beberapa siswa tidak
memiliki kepercayaan diri untuk secara mandiri mencari informasi. Para siswa ini berpikir bahwa mencari informasi untuk proses pembelajaran bagi dirinya
menghabiskan banyak waktu. Ajisuksmo Vermunt 1999 kemudian beranggapan bahwa latar belakang kultur pembelajaran di Indonesia merupakan
penyebab terpengaruhnya sistem pembelajaran di Indonesia. Sistem tersebut masih menganut orientasi pada guru teacher oriented. Para siswa percaya bahwa guru
mereka mengetahui segalanya dan siswa tidak mengetahui apapun. Hal ini membuat siswa mendengarkan apapun yang dikatakan oleh guru mereka. Siswa
tidak boleh mendebat, tidak boleh untuk mengkritik, dan tidak boleh mencari informasi dari beberapa buku ataupun sumber bacaan lainnya. Hal tersebut masih
5 dianggap tabu jika siswa mendebat apa yang guru mereka katakan. Para pengajar
memiliki faktor kekuasaan dan tanggung jawab di dalam proses pembelajaran. Meskipun beberapa para pengajar menentang implementasi pembelajaran
dengan cara PBL di beberapa fakultas kedokteran masih aktif mengajar, mereka tidak dapat melakukan hal apapun. Di dalam KBK, di mana PBL di
implementasikan, proses ini tidak dapat dihentikan pelaksanaannya karena telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia. Permasalahannya adalah pemerintah kita dan
para pemimpin di fakultas kedokteran di Indonesia tidak dapat menjawab pertanyaan para pengajar senior dan kekhawatiran mereka tentang tidak adanya
pembuktian bagaimana PBL dijalankan di Indonesia, bagaimana mereka akan yakin PBL dapat dilaksanakan di Indonesia, dan bagaimana para lulusan fakultas
kedokteran di Indonesia dapat memenuhi harapan masyarakat untuk memecahkan problem kesehatan dalam masyarakat.
Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengidentifikasi proses pembelajaran secara mandiri dalam KBK, sebuah kurikulum baru di fakultas
kedokteran di Indonesia, dan untuk menemukan faktor penghambat sistem tersebut. Dalam penelitian ini akan memberikan beberapa deskripsi mengenai proses
pembelajaran mandiri oleh siswa di Indonesia dan beberapa rekomendasi mengapa prinsip pembelajaran ini sangatlah penting untuk dilatih dan diimplementasikan di
sekolah-sekolah Boekaerts, 2012. Bagaimana situasi saat ini tentang self-directed learningpembelajaran
mandiri oleh mahasiswa di Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana? Bagaimana tingkatan pembelajaran mandiriself-directed learning readiness
mahasiswa? Apa faktor-faktor penghambat pembelajaran mandiriself-directed learning
mahasiswa?
6
2. Tujuan