Intensitas Kebisingan Nilai Ambang Batas Kebisingan

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

Kebisingan Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan memggamggu manusia. Berdasarkan SK Mentri Negara Lingkungan Hidup No: Kep Men-48MEN.LH111996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa dan sistem alam. Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan adalah : a. Kebisingan kontinyu dengan spectrum frekwensi luas steady state, wide band noice, misalnya suara yang ditimbulkan oleh kipas angin. b. Kebisingan kontinyu dengan spectrum frekwensi sempit steady state, narrow band noice, misalnya suara yang ditimbulkan oleh gergaji sirkuler dan katup gas. c. Kebisingan putus putus intermitten, misalnya suara lalu-lintas dan suara kapal terbang di lapangan udara. d. Kebisingan Impulsif impact or impulsive noice ,misalnya suara tembakan atau meriam; e. Kebisingan Impulsif berulang, misalnya suara yang ditimbulkan oleh mesin pompa.

2.2. Intensitas Kebisingan

Intensitas kebisingan bunyi adalah arus energy persatuan luas, yang dinyatakan dengan satuan desibel dB, dengan membandingkannya dengan kekuatan dasar 0,0002 dynecm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekwensi 1000 Hz, yang dapat didengar oleh manusia normal. Desibel adalah satu per sepuluh bel, sebuah satuan yang dinamakan untuk menghormati Alexander Graham Bell. Satuan Bell terlalu besar untuk digunakan dalam kebanyakan keperluan, maka digunakan satuan desibel yang disingkat dengan dB. Tabel berikut adalah skala intensitas kebisingan yang dikelompokkan berdasarkan sumber kebisingan. 6 Skala Intensitas dB Sumber Kebisngan Kerusakan alat pendengaran 120 Batas pendengaran tertinggi Menyebabkan tuli 100 - 110 Halilintar, meriam, mesin uap Sangat hiruk 80 - 90 Hiruk pikuk jalan raya, persahaan yang sangat gaduh, peluit polisi Kuat 60 - 70 Kantor bising, jalan pada umumnya, radio, perusahaan. Sedang 40 - 50 Rumah gaduh, kantor pada umumnya, percakapan kuat, radio perlahan. Tenang 20 - 30 Rumah tenang, kantor perorangan, auditorium, percakapan. Sangat tenang 10 - 20 Uara daun berisik, batas pendengaran terendah.

2.3. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai Ambang Batas NAB atau baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang kelingkungan dari usaha atau kegiatan, sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Alat standar yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan adalah Sound Level Meter SLM. Intensitas kebisingan dinyatakan dengan satuan decibel dB. Alat ini mengukur penyimpangan tekanan atmosfir yang disebabkan oleh getaran partikel udara karena adanya gelombang yang dinyatakan sebagai amplitude dari fluktuasi tekanan. SLM menunjukkan skala A, B dan C, yang merupakan tiga jenis resfon dari alat tersebut terhadap frekwensi yang diterima. Skala a merupakan skala yang paling sesuai dengan batasan pendengaran manusia terhadap kebisingan. Jadi dBA adalah satuan tingkat kebisingan dalam kelas A, yaitu kelas yang sesuai dengan resfon telinga manusia normal. Tabel 1 : Skala Intensitas Kebisingan Dan Sumbernya Sumber : Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja HIPERKES 7 No. Peruntukan Kawasan Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan dBA 1 Peruntukan Kawasan : a Perumahan dan Permukiman 55 b Perdagangan dan Jasa 70 c Perdagangan dan Perkantoran 65 d Ruang Terbuka Hujau 50 e Industri 70 f Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60 g Rekreasi 70 2 Lingkungan Kegiatan : a Rumah Sakit atau sejenisnya 55 b Sekolah atau sejenisnya 55 c Tempat Ibadah atau sejenisnya 55 Kebisingan di lingkungan rumah tinggal dapat mengurangi kenyamanan dan ketenangan bagi penghuninya. Selain gangguan pendengaran, kebisingan juga menimbulkan akibat lain seperti: tekanan darah meningkat, denyut jantung dipercepat, kontraksi pembuluh darah kulit, meningkatkan metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan, tensi otot bertambah sehingga mempercepat timbulnya kelelahan yang pada akhirnya menurunkan produktivitas kerja Sum a’mur, 1996; Vce, 1991; Kroemer dan Grandjean, 2000.

2.4 Kriteria Kebisingan